Full Paper
CINNERTION D’VILLAGE 8th
NAMA TIM :
SAWARSA-64
Anggota :
Kresna Wisika Putra
Rizki Ramadhani Pratama
Fikry Asri Islami
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt atas segala nikmat dan rahmat nya
sehingga kami bisa menyelesaikan Full Paper Cinnertion D’Village ini tepat pada
waktunya. Full Paper ini kami buat untuk mengikuti lomba Cinnertion yang
diadakan oleh Sekretariat Himpunan Mahasiswa Diploma Teknik Sipil Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Proposal ini kami buat sesuai dengan tema yang
diberikan oleh panitia yaitu “Inovasi Pengembangan Infrastruktur Sumber Daya
Air Untuk Mendukung Ketahanan Air, Kedaulatan Pangan dan Kedaulatan
Energi”. Tak lupa pula ucapan terimakasih kami sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Ery Suhartanto, ST., MT. selaku dosen pembimbing dalam
penyelesaian full paper ini yang banyak membantu dalam pemahaman,
saran dan kritik dalam penulisan full paper ini.
2. Panitia Cinnertion D’Village yang telah menyelenggarakan lomba ini
semoga sukses selalu.
3. Teman seperjuangan, SAWARSA-64 atas segala kerjasama dan
motivasi nya.
4. Rekan-rekan Teknik Pengairan 2015 yang selalu memberi dukungan
dan doa.
Akhir kata semoga full paper ini memberi manfaat bagi pembaca dan
diberi hasil yang terbaik.
Penulis
Sawarsa-64, Universitas Brawijaya
3
DAFTAR ISI
4
4.1 Analisa Hidrologi ............................................................................................ 24
4.1.1 Perencanaan Hujan Kawasan ....................................................................... 24
4.1.2 Perhitungan Curah Hujan Koefiien Thiessen ............................................... 24
4.1.3 Perhitungan Curah Hujan Harian Maksimum dengan Metode Poligon
Thiessen................................................................................................................. 24
4.1.4 Perhitungan Curah Hujan Rancangan dengan Metode Log Pearson III ...... 24
4.1.5 Uji Keselarasan Distribusi (Smirnov Kolmogorov dan Chi Square)............ 25
4.1.6 Metode Mononobe dan Kurva Intensitas ..................................................... 26
4.2 Perhitungan Pertambahan Jumlah Penduduk .................................................. 27
4.2.1 Geometric Rate of Growth (Pertumbuhan Geometri) .................................. 27
4.3 Perhitungan pada Masing-masing rencana Saluran Drainase Perkotaan ........ 28
4.3.1 Skema Saluran Drainase pada Daerah yang Direncanakan ......................... 28
4.3.2 Intensitas Hujan dan Waktu Konsentrasi ..................................................... 28
4.4 Perencanaan Kolam Tampungan..................................................................... 29
4.5 Layout Rencana Kolam Retensi ...................................................................... 30
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 31
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 31
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 32
Lampiran
5
ABSTRAK
Kresna Wisika P1, Fikry Asri Islami1, Rizki Ramadhani Pratama1, Ery Suhartanto2
1) Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
2) Dosen Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Perubahan iklim dan tata guna lahan mengakibatkan perubahan siklus hidrologi
dan mengancam keberlanjutan sumber air, sehingga dilakukan upaya adaptasi atau
penyesuaian infrastruktur sumber air dan mitigasi. Perubahan tata guna lahan
berdampak pada kerusakan lingkungan. Pengendalian yang dapat dilakukan salah
satunya dengan pengadaan infrastruktur keairan, akan tetapi hal tersebut kurang
bisa diterapkan di wilayah perkotaan yang kurang ketersediaan lahan. Maka dari
itu, perlu dikembangkan upaya-upaya dalam pemenuhan kebutuhan air dengan
ketersediaan lahan dan biaya yang minim sehingga pemenuhan kebutuhan air
serta pengendalian daya rusak di wilayah perkotaan masih dapat
dilaksanakan.dibutuhkan suatu kolam tampungan untuk menampung kelebihan
debit banjir ketika musim hujan, misalnya kolam retensi. Hal tersebut merupakan
salah satu upaya pengendalian daya rusak yang terjadi akibat limpasan air yang
berlebih di musim penghujan serta untuk pemenuhan kebutuhan air di musim
kemarau. Kelebihan air tersebut dapat disimpan serta dimanfaatkan kembali di
musim kemarau berupa cadangan air yang bisa dimanfaatkan. Sehingga
kebutuhan air masih dapat terpenuhi di musim kemarau dan tidak menimbulkan
kerusakan pada musim penghujan. Dengan adanya permasalahan perkotaan
seperti diatas direncanakan sebuah kolam retensi. Kolam retensi ini diharapkan
mampu mengurangi limpasan permukaan sehingga dapat mengurangi tingkat
kerusakan di musim penghujan serta kolam retensi ini dapat meresapkan
kelebihan air hujan yang dapat dimanfaatkan kembali pada musim kemarau.
Pengembangan kolam retensi ini berada di samping badan sungai yang mana
nantinya air dari kolam retensi dapat digunakan sebagai irigasi atau keperluan
lainnya. Kata kunci: Banjir, Kolam Retensi, Kemarau, Pengendali Daya Rusak
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
hidrometeorologi merupakan bencana yang paling sering terjadi yaitu 53,3% dari
total kejadian bencana di Indonesia. Dari total bencana hidrometeorologi, yang
paling sering terjadi adalah banjir (34,1% dari total kejadian bencana di Indonesia
diikuti oleh tanah longsor sebesar 16%). Tentunya bencana alam yang terjadi
menimbulkan dampak yang luar biasa dalam segi kondisi ekonomi, sosial maupun
masyarakatnya. Selain bencana-bencana diatas, pada musim kemarau Indonesia
kerap kali terjadi kekeringan. Seperti contoh pada daerah...
Dalam studi ini dipilih perencanaan kolam retensi (retention pond) sebagai
pengendalian banjir sekaligus pemenuhan kebutuhan air ketika musim kemarau di
perkotaan. Lokasi studi yang akan dipilih adalah di daerah Pisangcandi, Kota
Malang. Perencanaan kolam retensi diharapkan dapat mengurangi limpasan ketika
musim hujan dan dapat menampung sementara kelebihan air yang ditimbulkan.
8
1.3. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi drainase eksisting pada daerah Pisangcandi Kota
Malang?
2. Bagaimana efektifitas kolam retensi tersebut dalam mereduksi debit
limpasan?
3. Berapakah volume air hujan yang bisa ditampung kolam retensi dan
digunakan pada musim kemarau?
1.5.Tujuan
Studi kasus ini memiliki beberapa tujuan yaitu:
1. Mengetahui kondisi drainase eksisting wilayah Pisangcandi Kota Malang.
2. Mengetahui efektifitas kolam retensi dalam mereduksi debit limpasan.
3. Mengetahui besarnya volume air hujan yang bisa ditampung dan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan warga di musim kemarau.
9
1.6. Manfaat
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan referensi untuk pemerintah dalam menanggulangi masalah
banjir dan kekeringan di perkotaan, khususnya di daerah Pisangcandi Kota
Malang yang memiliki kelebihan debit limpasan.
2. Memberi masukan kepada pembaca untuk lebih mengembangkan hal-hal
sederhana yang bisa menanggulangi bencana yang ada.
3. Memberikan pengetahuan tersendiri bagi penulis pada khususnya dan
masyarakat luas pada umumnya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
R1, R2, ..., Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan
𝑅=
Keterangan:
𝑅 = Curah hujan maksimum rata-rata (mm)
R1, R2, ..., Rn = curah hujan pada stasiun 1, 2, ..., n (mm)
A1, A2, ..., Rn = Luas daerah pada poligon 1, 2, ..., n (km2)
12
𝑅=
Keterangan :
𝑅 = Curah hujan maksimum rata-rata (mm)
R1, R2, ..., Rn = curah hujan pada stasiun 1, 2, ..., n (mm)
A1, A2, ..., Rn = Luas bagian yang dibatasi oleh isohyet-isohyet (km2)
13
∑
Log X
14
Untuk menghitung curah hujan rencana dengan metode distibusi Gumbel
digunakan persamaan distribusi frekuensi empiris sebagai berikut (Soemarto,
1999):
XT = 𝑋 + (YT – Yn)
∑
S=√
YT = -ln (-ln
Keterangan :
XT = Nilai hujan rencana dengan data ukur T tahun (mm)
𝑋 = Nilai rata-rata hujan (mm)
S = Deviasi standar (simpangan baku)
YT = Nilai reduksi variat (reduced variate) dari variabel yang diharapkan
terjadi pada periode ulang T tahun
Yn = Nilai rata-rata dari reduksi variat (reduce mean) nilainya tergantung
dari jumalah data (n)
Sn = Deviasi standar dari reduksi variant (reduced standart deviation)
nilainya tergantung dari jumlah data (n)
Tabel 2.2 Reduced Mean Yn
15
Tabel 2.3 Reduced Standard Deviation Sn
16
pengamatan yang terbaca di dalam kelas tersebut, atau dengan membandingkan
nilai chi square (X2) dengan nilai chi square kritis (X2cr). Uji keselarasan chi
square menggunakan rumus (Soewarno,1995):
X2 = ∑
Keterangan:
X2 = Harga chi square terhitung
Oi = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke-i
Ei = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke-i
N = Jumlah data
Langkah-langkah pengujian Chi Square adalah sebagai berikut:
1. Mengurutkan data pengamatan (dari besar ke kecil atau sebaliknya).
2. Mengelompokan data menjadi N kelas, dengan tiap-tiap kelas minimal 4
data pengamatan.
3. Menjumlahkan data pengamatan sebesar Oi tiap-tiap kelas.
4. Menjumlahkan data dari persamaan distribusi yang digunakan sebesar Ei
nilai X2
Suatu distrisbusi dikatakan selaras jika nilai X2 hitung < X2 kritis. Dari hasil
pengamatan yang didapat dicari penyimpangannya dengan chi square kritis paling
kecil. Untuk suatu nilai nyata tertentu (level of significant) yang sering diambil
adalah 5 %. Derajat kebebasan ini secara umum dihitung dengan rumus sebagai
berikut (Soewarno,1995) :
Dk = K – (P + 1)
Keterangan :
Dk = Derajat kebebasan
P = Nilai untuk distribusi Metode Gumbel, P = 1
Adapun kriteria penilaian hasilnya adalah sebagai berikut :
17
Apabila peluang lebih dari 5% maka persamaan dirtibusi teoritis yang
digunakan dapat diterima.
Apabila peluang lebih kecil dari 1% maka persamaan distribusi teoritis
yang digunakan dapat diterima.
Apabila peluang lebih kecil dari 1%-5%, maka tidak mungkin mengambil
keputusan, perlu penambahan data.
2.2.3.2 Uji Smirnov-Kolmogorov
Uji Smirnov-Kolmogorov digunakan untuk menguji simpangan secara
horizontal. Simpangan horizontal ini didapat dari selisih simpangan maksimum
antara distribusi teoritis dan empiris. Dengan pemeriksaan uji ini maka akan
didapat kebenaran antara hasil pengamatan dengan model ditribusi yang diperoleh
secara teoritis seerta kebenaran hipotesa tersebut diterima atau ditolak.
Langkah-langkah pngujian Smirnov-Kolmogorov adalah sebagai berikut
(Soewarno,1995: 198):
1. Mengurutkan data dari besar ke kecil atau sebaliknya dan juga
besarnya peluang dari masing-masing data tersebut.
2. Menentukan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil
penggambaran data (persamaan distribusinya).
3. Dari kedua nilai peluang ditentukan selisih terbesarnya antara peluang
pengamatan dengan peluang teoritis.
4. Berdasarkan tabel nilai kritis Smirnov-Kolmogorov dapat ditentukan
harga Dcr atau nilai kritisnya.
Rumus untuk menghitung simpangan maksimum D adalah (Limantara dan
Soetopo,2013: 37):
Dmax = | Px(x) – Sn(x) |
Dengan :
Dmax = Simpangan maksimum (selisih antara peluang toritis dan
empiris)
Px(x) = Posisi data x menurut garis sebaran teoritis.
Sn(x) = Posisi data x menurut pengamatan, dalam hal ini dipakai posisi
plotting menurut Weilbull.
18
Untuk mendapatkan Sn(x) memakai posisi plotting dari Weibull, digunakan
rumus berikut (Limantara dan Soetopo, 2013: 37):
Sn(x) =
Dengan:
m = nomor urut data
n = banyak data
Apabila ukuran sampel n > 20, maka dapat digunakan rumus asimtotik
untuk mendapat Dcr. Distribusi dianggap sesuai apabila:
Dmax < Dkritis
Dengan:
Dmax = simpangan maksimum dari data
Dkritis = simpangan yang diperoleh dari tabel dengan selang keyakinan
( ) tertentu.
2.4. Banjir
Banjir adalah setiap aliran yang relatif tinggi yang melampaui tanggul sungai
sehingga aliran air menyebar ke dataran sungai dan menimbulkan masalah pada
manusia (Chow, 1970). Dalam kepentingan yang lebih teknis, banjir dapat disebut
sebagai genangan air yang terjadi di suatu lokasi yang diakibatkan oleh perubahan
tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS), pembuangan sampah, erosi dan
sedimentasi, perencanaan sistem pengendalian banjir yang tidak tepat, curah hujan
yang tinggi, pengaruh fisiografi/geofisik sungai, kapasitas sungai dan drainase
19
yang tidak memadai, pengaruh air pasang, penurunan tanah dan rob (genangan
akibat pasang surut air laut)(Kodoatie, 2005).
20
BAB III
METODOLOGI
21
3.1.1. Kondisi Topografi
Daerah studi terletak di Kota Malang maka kawasan Pisangcandi memiliki
ketinggian dan kemiringan yang hampir sama dengan Kota Malang secara umum,
yaitu berada pada ketinggian antara 398-662,5 meter dari permukaan air laut dan
termasuk dalam daerah yang datar dengan kemiringan antara 0-15%. Dengan
kondisi tersebut maka kawasan ini banyak dimanfaatkan untuk pemukiman,
perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, dan fasilitas umum lainnya
(Master Plan Drainase Kota Malang, 2002 : IV-43)
3.1.2. Kondisi Hidrologi
Sungai yang menjadi saluran pembuangan utama di kawasan Pisangcandi
terdapat di Sungai Metro. Sungai Metro mengalir dari kawasan Arjosari dan
berakhir di Sungai Brantas yang terdapat di kawasan Kotalama. Demikian halnya
dengan Sungai Amprong yang mengalir dari kawasan Cemorokandang dan
berakhir di Sungai Brantas yang terdapat di kawasan Kotalama (Master Plan
Drainase Kota Malang).
22
koefisien Manning, Curve Number. (Sumber: Dinas Kimpraswil
Kota Malang).
- Peta jaringan drainase eksisting (Sumber: Dinas BAPPEDA Kota
Malang)
- Data penduduk: data ini digunakan untuk memproyeksikan jumlah
penduduk dan menghitung kebutuhan air. (Sumber: Kantor
Kecamatan Kedungkandang)
23
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Luas Poligon =
X n .Yn1 X n1.Yn
2
4.1.3. Perhitungan Curah Hujan Harian Maksimum dengan Metode Poligon
Thiessen
Stasiun Perhitungan curah hujan rerata masing-masing stasiun dilakukan
dengan jalan melakukan perkalian antara koefisien Thiessen dengan curah hujan
pada masing-masing stasiun. Dari perkalian data curah hujan tiap stasiun dengan
koefisien Thiessen dapat ditentukan hujan rerata daerah. Nilai curah hujan rerata
daerah terbesar tersebut merupakan curah hujan maksimum dengan metode
Thiessen untuk luasan daerah stasiun tersebut. Menghitung curah Hujan harian
maksimum tahunan dengan metode Poligon Thiessen,
dengan: R = curah hujan daerah (mm)
R1,R2,Rn = curah hujan pada titik pengamatan (mm)
A1,A2,A3 = luas total daerah pengamatan (km2)
4.1.4. Perhitungan Curah Hujan Rancangan dengan Metode Log Pearson III
Curah hujan maksimum daerah tahunan (2005-2017)
Mencari Curah Hujan Rancangan dengan Metode Log Pearson III
Rumus:
LogXi LogX k.Sd
24
dengan:
a. Probabilitas
m
P x100%
n 1
dengan:
m = nomor urut data 1,2,3,…
n = jumlah data
b. Nilai rata-rata
n
LogXi
i 1
LogX
n
dengan:
log Xi = nilai curah hujan (dalam Log)
n = jumlah data
c. Nilai deviasi standar dari log X:
n
( LogXi LogX )
i 1
Sd
n 1
d. Nilai koefisien kepencengan:
n
n( ( LogXi LogX )3
i 1
Cs
(n 1)(n 2) Sd 3
4.1.5. Uji Kesesuaian Distribusi (Smirnov-Kolmogorov dan Chi Square)
1. Uji Smirnov Kolmogorov
Uji kecocokan Smirnov Kolmogorov, sering juga disebut uji kecocokan non
parametric (non parametric test), karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi
distribusi tertentu.
2. Uji Chi Square
Uji Chi Square dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan
distribusi yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi statistik data yang telah
dianalisis. Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter X2, oleh karena
itu disebut dengan uji Chi Square. Parameter X2 dapat dihitung dengan rumus :
25
G
(Oi Ei )2
X2 = Ei
i 1
dengan :
X2 : parameter chi square terhitung
G : jumlah sub-kelompok
Oi : jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke-I
Ei : jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke-I
4.1.6. Metode Mononobe dan Kurva Intensitas
Dengan metode Mononobe ini kita dapat mengestimasi hujan setiap
jamnya dari hujan satuan yang ada. Mononobe merumuskan formulasi sebagai
berikut (Limantara, 2010):
I = R24/24x(24/t)n
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
t = waktu konsentrasi hujan (jam), untuk Indonesia 5-7 jam
R24 = curah hujan maksimum dalam 1 hari (mm/jam)
n = tetapan (untuk indonesia diperkirakan 2/3)
Sebaran hujan jam-jaman dipakai model Mononobe, dengan rumus:
2/3
R t
Rt 24
t T
dengan:
Rt = Intensitas hujan rata-rata dalam T jam (mm/jam)
R24 = Curah hujan efektif dalam satu hari (mm)
t = Waktu mulai hujan (jam)
T = Waktu konsentrasi hujan (jam)
Untuk daerah di Indonesia rata-rata t = 6 jam, maka:
T = 1 jam R1 = R24/6.(6/1)2/3 = 0,5503.R24
T = 2 jam R2 = R24/6.(6/2)2/3 = 0,3467.R24
T = 3 jam R3 = R24/6.(6/3)2/3 = 0,2646.R24
T = 4 jam R4 = R24/6.(6/4)2/3 = 0,2184.R24
T = 5 jam R5 = R24/6.(6/5)2/3 = 0,1882.R24
T = 6 jam R6 = R24/6.(6/6)2/3 = 0,1667.R24
26
Distribusi hujan jam-jaman dihitung untuk mendapatkan hidrograf banjir
rancangan dengan cara unit hidrograf, untuk mendapatkan curah hujan jam-jaman
dihitung Rational Method dianggap hujan terpusat selama 6 jam setiap hari
dengan rumus sebagai berikut:
a. Rerata hujan sampai jam ke T maka:
6 2/3
Rt = Ro ( )
t
dengan: Rt = intensitas hujan selama t jam (mm/jam)
t = lama hujan (jam)
27
4.3 Perhitungan Pada Masing-masing Rencana Saluran Drainase Perkotaan
4.3.1 Skema Saluran Drainase pada Daerah yang Direncanakan
Gambar Rencana saluran rencana dapat dilihat pada lampiran
4.3.2 Intensitas Hujan dan Waktu Konsentrasi
Distribusi hujan menggunakan metode Log Pearson, perhitungan dan hasil
terdapat pada Perhitungan Curah Hujan. Perhitungan area menurut tata guna
lahannya:
1. Zona Perumahan
a. Luas Bangunan
b. Luas Taman
2. Zona Jasa
a. Lapangan
b. Taman
c. Rumah Makan (Cafe)
3. Zona Industri
a. Luas bangunan
4. Jalan Raya
a. Jalan Aspal
b. Jalan Rumput
5. Lahan Kosong
Intensitas curah hujan ( I ) menggunakan rumus Mononobe:
2
R24 24 3
I=
24 t
dengan:
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
t = durasi curah hujan (jam)
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
Air hujan yang jatuh pada suatu daerah aliran, pada saat menyentuh permukaan
daerah aliran yang paling jauh lokasinya dari muara, maka waktu konsentrasinya
mulai dihitung, waktu ini disebut to yaitu waktu limpasan permukaan. Dari sini
air mengalir menuju muara, dan waktu yang diperlukan untuk mengalir didalam
28
saluran drainasi sampai muara daerah aliran disebut waktu limpasan saluran
atau td. Penjumlahan waktu tersebut merupakan waktu konsentrasi atau tc.
tc = to + td
Waktu limpasan permukaan to
Besarnya tergantung pada beberapa faktor penentu:
a. Jarak aliran sampai saluran terdekat
b. Kemiringan permukaan daerah aliran
c. Koefisien pengaliran daerah aliran
Beberapa sifat waktu limpasan permukaan sebagai berikut:
a. Semakin curam daerah aliran semakin kecil to
b. Semakin besar resapan kedalam daerah aliran, atau semakin kecil
koefisien pengaliran, maka semakin besar to.
c. Semakin jauh jarak limpasan permukaan, maka semakin besar to.
Waktu konsentrasi tc
Untuk daerah aliran kecil dengan pola drainasi sederhana, lama waktu
konsentrasi bisa sama dengan lama waktu pengaliran dari tempat yang terjauh.
Inilah salah satu sebab rumus rasional hanya dapat digunakan untuk daerah aliran
kecil.
0.77
L
tc = 0.0195
S
dengan:
L = panjang pengaliran (m)
S = kemiringan pengaliran
4.4. Perencanaan Kolam Tampungan
Dikarenakan debit hujan melenihi debit yang dapat ditampung oleh saluran
maka kolam tampung yang direncanakan harus dapat menampung kelebihan debit
yang melimpas. Debit yang harus ditampung kolam retensi adalah debit hujan
dikurangi debit teoritis. Kolam retensi direncanakan memiliki luas 6.543,92 m2
Apabila direncanakan kolam retensi dengan kedalaman 1,5 meter dan tinggi
jagaan 1,5 meter. Kemiringan tanggul 1:1,5 dan keliling kolam retensi sekitar
504,05 m2. Maka volume tampungan yaitu:
Vtampungan = Axh – (0,5xhxm.hxkell) = 9475,174 m3
29
4.5. Layout Rencana Kolam Retensi
Perencanaan kolam retensi ini berlandaskan konsep pembangunan berwawasan
lingkungan. Konsep kolam retensi ini berkaitan dengan usaha konservasi sumber
daya air, yaitu prinsipnya mengendalikan air hujan tidak hanya dengan
mengalirkannya sebagai aliran permukaan melainkan lebih banyak
meresapkannya ke dalam tanah. Peresapan air merupakan suatu upaya
melestarikan air tanah agar tidak menimbulkan dampak lingkungan yang pada
akhirnya akan merugikan masyarakat. Pembuatan kolam retensi ini merupakan
salah satu upaya penanggulangan banjir yang berwawasan lingkungan. Kolam
retensi memiliki fungsi untuk menyimpan sementara debit air sehingga puncak
banjir dapat dikurangi. Selain itu, kolam retensi juga dapat difungsikan sebagai
tempat rekreasi bagi masyarakat. Berikut adalah gambar layout kolam retensi.
30
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan survey dan penelitian, kondisi drainase eksisting
wilayah Kelurahan Pisangcandi kurang bisa menampung debit
limpasan apabila terjadi hujan, maka diperlukan suatu konstruksi
yang berwawasan konservasi.
2. Perencanaan kolam retensi menggunakan lahan seluas 6.543,92 m2
Apabila direncanakan kolam retensi dengan kedalaman 1,5 meter
dan tinggi jagaan 1,5 meter. Kemiringan tanggul 1:1,5 dan keliling
kolam retensi sekitar 504,05 m2. Maka volume tampungan yaitu:
Vtampungan = Axh – (0,5xhxm.hxkell) = 9475,174 m3. Maka
dengan volume tampungan sebesar itu, debit yang bisa direduksi
kolam retensi apabila terjadi hujan selama 1 jam adalah sebesar
2,63 m3/detik.
3. Kemampuan kolam retensi menampung air hujan direncanakan
sejumlah 9475,174 m3.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Lampiran
33