Laporan Diskusi Kelompok 5 Pemicu 1 Tumkem
Laporan Diskusi Kelompok 5 Pemicu 1 Tumkem
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pemicu
Seorang bayi perempuan, berusia 2 hari dibawa oleh ibunya kerumah
sakit karena lahir dengan bibir sumbing. Bayi lahir pervaginam ditolong
bidan desa pada usia kehamilan 38 minggu. Berat lahir 3,200 gram, panjang
lahir 49 cm. Ibu khawatir karena bayinya tidak pandai menyusu dan sering
tersedak saat minum. Berat badan bayi turun menjadi 2,800 gram. Ibu juga
merasa malu dan bersalah karena anaknya cacat karena saat hamil pernah
minum jamu.
Perkembangan
Intrauterine
Kelainan
kengenital
Bibir Pengaruh
sumbing Mental Anak
Penurunan
Berat Badan
Kurang
Nutrisi
1.5. Hipotesis
Bayi perempuan berusia 2 hari mengalami penurunan BB dikarenakan
kelainan kongenital berupa bibir sumbing yang menyebabkan proses
menyusu terganggu.
PEMBAHASAN
Periode Janin
9-12 Minggu 7,5 cm (3 in.) Kepala membentuk sekitar separuh
30 g (1 oz) dari panjang tubuh, dan panjang janin
hampir berlipat dua. Otak terus
membesar. Wajah lebar, dengan mata
terbentuk sempurna, tertutup, dan
terpisah jauh. Jembatan hidung mulai
terbentuk. Telinga luar terbentuk dan
terletak rendah. Pembentukan tulang
berlanjut. Ekstremitas atas hampir
mencapai panjang akhir relatif tetapi
ekstremitas bawah belum terlalu
berkembang. Denyut jantung dapat
terdeteksi. Jenis kelamin dapat
dibedakan dari genitalia eksterna.
Urine yang disekresikan oleh janin
ditambahkan ke cairan amnion.
Sumsum tulang merah timus, dan
limpa ikut serta dalam pembentukan
sel darah. Janin mulai bergerak, tetapi
gerakannya belum dapat dirasakan
oleh ibu. Sistem-sistem tubuh terus
berkembang.
13-16 Minggu 18 cm (6,5-7 in.) Kepala relatif lebih kecil dari bagian
100 g ( 4 oz) tubuh sisanya. Mata bergerak ke arah
medial ke posisi akhir, dan telinga
bergerak ke posisi akhirnya di
samping kepala. Ekstremitas bawah
memanjang. Janin terlihat lebih seperti
manusia. Terjadi perkembangan pesat
sistem-sistem tubuh.
D. Ciri-Ciri
a. Ciri –ciri Pertumbuhan(20)
Umumnya ada 4 kategori perubahan yang dijadikaan ciri-ciri
pertumbuhan yaitu:
1. Perubahan Ukuran
Perubahan ini terlihat jelas pada penampakan fisik anak dan juga
dapat diukur di mana dengan beertambahnya umur anak maka
terjadi juga penambahan berat badan, tinggi badan, lingkaran
kepala, dan lain lain diiringi juga dengan bertambahnya ukuran
organ.
2. Perubahan proporsi
Pertumbuhan juga memiliki ciri perubahan proporsi di mana
proporsi tubuh anak berbeda dengan dewasa. Salah satu contohnya
adalah bayi cenderung memiliki kepala yang relative besar
dibandingkan dengan usia lainnya. Contoh lainnya adalah titik
pusat tubuh di mana bayi memiliki pusat tubuh yang kurang lebih
setinggi umbilicus sedangkan pada dewasa kurang lebih setinggi
simpisis pubis.
3. Hilangnya ciri-ciri lama
Selama ppertumbuhan terdapat hal-hal yang menghilang karena
hanya terdapat pada saat usia tertentu saja misalnya hilangnya
kelenjar timus, lepasnya gigi sus, dan mneghilangnya reflex-refleks
primitive.
4. Munculnya ciri-ciri baru
Ciri-ciri baru yang muncul saat pertumbuhan erupakan hasil dari
proses maturasi organ. Misalnya gigi tetap yang menggantikan gigi
susu, munculnya tanda-tanda pertumbuhan sekunder pada remaja.
b. Ciri –ciri Perkembangan(20)
1. Perkembangan melibatkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, oleh
karenanya perkembangan diikuti dengan perubahan fungsi.
Perubahan ini meliputi peruubahan ukuran tubuh secara umum,
perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri lama menjadi ciri lama
sebagai tanda kematuran organ.
2. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seorang manusia tidak bisa melewatkan satu pun proses
pertumbuhan. Oleh karena itu, perkembangan awal merupakan
masa kritis yang mnentukan perkembangan selanjutnya.
3. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ terjadi menurut 2 hukum, yaitu:
a. Perkembangan terjadi di mulai dari daerah kepala, kemudian
menuju kearah kaudal. Pola ini disebut pola sefalokaudal.
b. Perkembangan terjadi lebih dulu di daerah proximal (gerakan
kasar) lau berkembang ke bagian distal seperti jari yang
mempunyai melakukan gerakan halus. Pola ini disebut pola
proximodistal.
4. Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan
Perkembangan tidak bisa melewati satu tahap pun dan tidak bisa
terjadi secara acak atau terbalik.
5. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Bagian-bagian tubuh mengalami perkembangan dengan jangka
waktu yang berbeda-beda.
6. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Apabila pertumbuhan berlangsung cepat, maka perkembangan
juga akan pesat dan begitu juga sebaliknya.
G. Edukasi
1. Temu wicara / konseling(29)
Konseling adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk
menolong orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik
mengenai dirinya dalam usahanya untuk memahami dan mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapinya. Apabila ada masalah maka
praktisi kesehatan akan melakukan rujukan sesuai fasilitas rujukan
atau fasilitas yang memilliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu
menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi dalam kandungan. Pada saat
ibu melakukan kunjungan antenatal, jelaskan bahwa penolong akan
selalu berupaya dan minta kerjasama yang baik dari suami atau
keluarga ibu untuk mendapatkan layanan terbaik dan bermanfaat bagi
kesehatan ibu dan bayinya, termasuk kemungkinan perlunya upaya
rujukan. Pada waktu terjadi penyulit, seringkali tidak cukup waktu
untuk membuat rencana rujukan dan ketidaksiapan ini dapat
membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya. Anjurkan ibu
untuk membahas dan membuat rencana rujukan bersama suami dan
keluarganya. Tawarkan penolong agar mempunyai kesempatan untuk
berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan tentang
rencana rujukan apabila diperlukan. Menetapkan kebutuhan untuk
konseling spesifik harus disesuaikan dengan masalah yang dihadapi
oleh ibu hamil berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik maupun
pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan oleh bidan. Beberapa
kebutuhan konseling adalah pendidikan kesehatan tentang:
a. Tanda bahaya dalam kehamilan
b. Gizi pada ibu hamil
c. Persiapan persalinan
d. Imunisasi TT (Tetanus Toksoid)
e. Olahraga
f. Istirahat
g. Kebersihan
h. Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
i. Aktifitas sosial
j. Kegiatan sehari-hari dalam pekerjaan
k. Obat-obatan dan merokok
2. Pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care)(13)
ANC (Antenatal Care) ANC (Antenatal Care) adalah suatu
program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan
medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang aman dan memuaskan. ANC (Antenatal Care)
merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil
sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat
dan positif bagi ibu hamil atau bayinya dengan menegakkan hubungan
kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat
mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan
pendidikan kesehatan. ANC (Antenatal Care) adalah pelayanan yang
diberikan oleh ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu
dan bayinya. Pelayanan antenatal ini meliputi pemeriksaan kehamilan,
upaya koreksi terhadap penyimpangan dan intervensi dasar yang
dilakukan.
Tujuan ANC (Antenatal Care) yaitu :
a. Tujuan umum Menurunkan atau mencegah kesakitan, serta
kematian maternal dan perinatal.
b. Tujuan khususnya adalah sebagai berikut :
1) Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan
ibu dan perkembangan bayi yang normal.
2) Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan
memberikan penatalaksanaan yang diperlukan.
3) Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam
rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional,
10 serta logis untuk menghadapi kelahiran dan kemungkinan
adanya komplikasi.
Manfaat ANC (Antenatal Care) melakukan Antenatal Care (ANC)
kehamilan dan persalinan akan berakhir dengan hal-hal sebagai
berikut:
a. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas
tanpa trauma fisik maupun mental yang merugikan.
b. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.
c. Ibu sanggup merawat dan memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada
bayinya.
d. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti
keluarga berencana setelah kelahiran bayinya.
Frekuensi kunjungan ANC (Antenatal Care) dari pemeriksaan
antenatal yaitu sebagai berikut :
a. Minimal 1 kali pada trimester satu (sebelum usia kehamilan umur
14 minggu)
b. Minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 14-28
minggu)
c. Minimal 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 28-36
minggu/lebih dari 36 minggu)
Standar pelayanan antenatal ada 6 :
a. Identifikasi ibu hamil
b. Pemantauan dan pelayanan antenatal
c. Palpasi abdominal
d. Pengelolaan anemia pada kehamilan
e. Pengelola dini hipertensi pada kehamilan
f. Persiapan persalinan
Pelayanan ANC (Antenatal Care) Pelayanan antenatal adalah
pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis
kebidanan, dokter umum, tenaga kebidanan) untuk ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standart minimal pelayanan antenatal
meliputi 7T yaitu :
a. Timbang berat badan
b. Ukur tinggi badan
c. Ukur tekanan darah
d. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
e. Ukur tinggi fundus uteri
f. Temu wicara
g. Tablet FE (pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa
kehamilan)
h. Tatalaksana
Penderita dengan celah bibir dan langit-langit memerlukan perawatan
yang ektensif dan rutin. Perawatan dilakukan dalam 4 tahap yaitu
sebelum pembedahan awal untuk memperbaiki bentuk bibir, selama masa
gigi geligi sulung, masa gigi geligi bercampur, dan awal masa gigi geligi
tetap.(21) Untuk menangani masalah penelanan yaitu masuknya bahan
makanan untuk kepentingan pertumbuhan dan perkembangan, maka
dibuatkanlah suatu obturator yang disesuaikan dengan pertumbuhan
tulang maksila untuk membantu fungsi penelanan penderita dan
diharapkan penderita akan mendapatkan bentuk palatum yang seperti
normal agar lidah terbiasa pada posisi fisiologis.(23) Pembedahan
melibatkan beberapa prosedur primer dan sekunder. Prosedur
pembedahan dan waktu pelaksanaannya bervariasi, tergantung pada
tingkat keparahan. Penutupan bibir awal dilakuakn selama beberapa
bulan pertama lalu dianjurkan dengan perbaikan langitan. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan penampilan yang lebih baik, mengurangi
insiden penyakit saluran pernapasan. Prosedur perbaikan sekunder
jaringan lunak dan prosedur ortognatik dapat dilakukan untuk
meningkatkan fungsi dan tampilan estetik.(11)
2.9. Kelainan Kongenital
A. Definisi
Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada
sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non
genetik.(10) Kadang-kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan
atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa
saat setelah kelahiran bayi. Selain itu, pengertian lain tentang kelainan
sejak lahir adalah defek lahir, yang dapat berwujud dalam bentuk
berbagai gangguan tumbuh-kembang bayi baru lahir, yang mencakup
aspek fisis, intelektual dan kepribadian.(18)
B. Faktor(15)
1. Faktor genetik
Gen merupakan faktor utama yang mempengaruhi kelainan
bawaan. Bayi dalam kandungan mungkin mewarisi gen yang memiliki
kelainan (anomali) ataupun terjadi mutasi genetik pada saat
perkembangan janin. Orangtua yang memiliki ikatan saudara
(pernikahan sedarah) dapat meningkatkan terjadinya kelainan bawaan
dan dua kali lipat meningkatkan risiko kematian neonatal dan anak,
gangguan intelektual, disabilitas mental dan kelainan lainnya.
2. Faktor sosial ekonomi dan demografi
Kemiskinan merupakan faktor risiko yang penting. Diperkirakan
94% kelainan bawaan terjadi di negara berkembang dengan prevalensi
malnutrisi yang cukup tinggi dan paparan terhadap zat/faktor yang
menambah risiko terjadinya gangguan janin, terutama infeksi dan
alkohol.
3. Faktor lingkungan
Pajanan pada ibu hamil seperti pestisida, obat, alkohol, tembakau,
timbal, merkuri dan bahan psikoaktif lainnya, zat kimia tertentu,
rokok, dan radiasi dapat meningkatkan risiko bayi mengalami
kelainan bawaan. Bekerja maupun tinggal di daerah pertambangan
atau daerah pembuangan limbah juga meningkatkan risiko terjadi
kelainan bawaan.
4. Infeksi
Infeksi Siflis dan Rubella pada ibu hamil merupakan salah satu
penyebab kelainan bawaan, umumnya terjadi di negara berkembang.
Infeksi virus Zika yang baru-baru ini terjadi menyebabkan
peningkatan bayi lahir dengan mikrosefali (ukuran kepala yang lebih
kecil dibandingkan dengan anak-anak seusia).
5. Status gizi
Kurangnya konsumsi iodium dan asam folat pada ibu hamil
meningkatkan risiko bayi dengan neural tube defect sedangkan
konsumsi vitamin A yang berlebihan dapat mempengaruhi
perkembangan janin. Obesitas serta Diabetes mellitus juga
berhubungan dengan beberapa kelainan bawaan.
C. Klasifikasi(16)
1. Malformasi, terjadi pada saat formasi dari struktur, contohnya, ketika
organogenesis. Keadaan ini dapat menyebabkan struktur komplit atau
struktur yang hilang parsial atau alterasi dari konfigurasi normal.
Malformasi kebanyakan terjadi pada minggu ke-tiga sampai minggu
ke-delapan dari gestasi. Malformasi biasanya bersifat multifaktor
bukan akibat kelainan satu kromosom atau gen. Malformasi biasanya
muncul tidak hanya dalam satu pola. Contohnya, pada sebagian,
misalnya penyakit jantung kongenital, satu sistem tubuh mungkin
terkena, sedangkan pada yang lain, dapat ditemukan beragam
malformasi yang dapat mengenai beberapa organ dan jaringan.
2. Disruption (gangguan) terjadi akibat alterasi morfologis dari struktur-
struktur yang telah dibentuk dan disebabkan oleh proses destruktif.
Amniotic band merupakan salah satu contoh umumdisruption, yang
menandakan ruptur amnion disertai pembentukan “pita” yang
mengelilingi, menekan, atau melekat ke suatu bagian janin yang
sedang tumbuh. Berbagai agen lingkungan dapat menjadi
penyebab disruption. Disruption bukan merupakan bawaan sehingga
tidak disertai risiko kejadian ulang pada kehamilan berikutnya.
3. Deformasi, seperti disruption, mencerminkan gangguan ekstrinsik
pada perkembangan bukan kesalahan intrinsik morfogenesis.
Contohnya club feet, disebabkan oleh kompresi di amniotic cavity.
Deformasi biasanya melibatkan sistem muskuloskeletal dan bisa saja
reversibel setelah postnatal. Deformasi merupakan masalah yang
sering ditemukan, mengenai sekitar 2% neonatus dengan derajat
bervariasi.
4. Sindrom merupakan sekelompok anomali yang terjadi secara
bersamaan yang mempunyai penyebab umum yang spesifik. Istilah ini
mengindikasikan bahwa diagnosis telah dibuat dan risiko terjadi
kembali sudah diketahui. Sedangkan, asosiasi merupakan kejadian
terjadinya dua atau lebih anomali, tetapi penyebab tidak diketahui.
Contohnya adalah VACTERL asosiasi (vertebral, anal, cardiac,
tracheoesophageal, renal, dan limb anomali). Meskipun gabungan dari
semuanya tidak membentuk diagnosis, asosiasi sangat penting karena
pengenalan dari satu atau lebih komponen dapat memajukan pencarian
dari yang lainnya di kelompok tersebut.
2.10.Hubungan Bibir Sumbing Pada BB Bayi Yang Menurun
Anak yang terlahir dengan kelainan palatoskisis akan mengalami
penurunan BB karena akan merasa sangat kesulitan saat menyusui.
Kesulitan dalam melakukan hisapan pada payudara ibu atau dot. Tekanan
lembut pada pipi bayi dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral.
Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflek hisap dan menelan pada
bayi dengan bibir sumbing tidak sebaik bayi normal, dan bayi dengan
kelainan ini lebih banyak menghisap udara pada saat menyusu. Hal inilah
yang menyebabkan ia akan tersedak saat menyusu.(7)
2.11.Pengaruh Kelainan Kongenital Terhadap Mental Anak
Cacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi perkembangan
jiwa anak, terlebih yang berat, seperti retardasi mental yang berat. Akan
tetapi pada umumnya pengaruh cacat ini pada timbulnya gangguan jiwa
terutama tergantung pada individu itu, bagaimana ia menilai dan
menyesuaikan diri terhadap keadaan hidupnya yang cacat atau berubah itu.
Orang tua dapat mempersukar penyesuaian ini dengan perlindungan yang
berlebihan (proteksi berlebihan), penolakan atau tuntutan yang sudah di luar
kemampuan anak. Singkatnya : kromosoma dan “genes” yang defektif serta
banyak faktor lingkungan sebelum, sewaktu dan sesudah lahir dapat
mengakibatkan gangguan badaniah. Cacat badaniah biasanya dapat dilihat
dengan jelas, tetapi gangguan sistim biokimiawi lebih halus dan sukar
ditentukan. Gangguan badaniah dapat mengganggu fungsi biologik atau
psikologik secara langsung atau dapat mempengaruhi daya tahan terhadap
stres.(4)
2.12.Asupan Gizi Yang Diperlukan Saat Hamil(6)
1. Makronutrien
a. Protein
Kuantitas dan komposisi protein sangat penting untuk asupan gizi
saat kehamilan. Penelitian pada tikus, menunjukkan bahwa defisiensi
protein dapat menurunkan berat lahir bayi, menuurunkan berat
jantung, menaikkan rata rata jantung dan tekanan sistolik darah.
Umumnya, protein hewani memiliki kualitas lebih tinggi daripada
protein nabati, sehingga disarankan protein hewani lebih dianjurkan
untuk asupan utama saat kehamilan, namun dengan konsumsi
berbagai jenis sayuran dapat meningkatkan jumlah protein nabati.
Namun, asupan sayuran dihubungkan juga dengan defisiensi
mikroelemen dan minral dan mempengaruhi kehamilan menjadi tidak
baik. Dalam konteks ini, seorang vegetarian dapat mengalami
defisiensi vitamin B12 dan zat besi. Kebalikannya, konsumsi daging
merah yang berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker, perhatian
seerius kepada kehamilan dan kebutuhan pproteiin, namun belum ada
bukti yang menyatakan diet ini dapat memberikan impact pada
kesehatan anak.
b. Lemak
Lemak sangat penting bagi kehamilan dalam artian komposisi
asam lemak yaitu DHA dan eicosapentaenoic acid (EPA). Asam
lemak Omega-3 sangat baik untuk perkembangan otak dan retina.
Konsentrasii serum DHA maternal juga berhubungan dengan
perkembangan neural dan plastisitas.
c. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan komponen esensial untuk diet yang baik.
Namun, asupan kalori yang tinggi dengan konsumsi lemak dan
karbohidrat, dan protein yang cukup berhubungan dengan adipositas
neonatal yang tentu saja tidak baik.
d. Serat
Peran utama serat adalah untuk memodulasi mikrobiom usus. Diet
tinggi serat juga dapat mencegah asma dengan adanya perubahan
epigenetic dan efek dari mikrobiota usus.
2. Mikronutrient
a. Zat Besi
Zat besii merupakan komponen micronutrient yang sangatt
penting. Kurangnya asupan zat besi berhubuungan dengan risiko
cardiovascular kepada keturunan. Penelitian pada tikus menunjukkan
bahwa induk tikus yang defisienssi zat besi mengalami obesitas,
hipertensi, dan gangguan cardiovascular.
b. Iodin
Iodin defisiensi dapat menyebabkan hyperthyroidism postpartum,
mortalitas perinatal, dan neonatal hypothyroidism. Asupan iodin yang
kurang pada saat kehamilan juga dapat meningkatkan risiko abortus
spontan, risiko mortaalitas yang tinggi, birth defect, neurological
disorder, dan kerusakan otak. Sumber utama iodin diantaranya ikan,
kerang, buah-buahan, sayuran, susu, telur, dan daging.
c. Kalsium dan Vitamin D
Sumber utama kalsium adalah susu dan produk susu (50%), sereal
(11%), dan sayuraan (11%). Kalsium sangat krusial perannya bagi
metabolism tulang yang berhubungan juga dengan berat lahir, risiko
persalinan premature, dan tekanan darah bayi. Selain itu, vitamin D
pada saat kehamilan menunjukkan adanya huubungan dengan
preeclampsia dan caesarean section, pertumbuhan fetal yyang
abnormal, preterm birth, dan kegagalan reproduktif. Sumber utama
vitamin D adalah minyak ikan cod dan ikan. Terdapat dlam jumlah
yang sedikit dii dalam telur, mentega, dan keju. Vitamin D juga
terdapapt di dalam produk skincare untuk melawann pajanan UV dan
juga terdapat di dalam suplemen makanan.
d. Asam folat
Asam folat sangat penting untuuk mencegah defek tabung saraf
atau gagalnya penutupan tabung saraf. Asam folat sangat penting pada
trimester kehamilan dan berlanjut setelah minggu ke-12 kehamilan.
2.13.Hubungan Antara Mengkonsumsi Jamu Oleh Ibu Dengan
Kelahiran Anak Bibir Sumbing
Sejauh ini masih belum ada penelitian mengenai pengaruh jamu yang
dikonsumsi terhadap terjadinya bibir sumbing pada bayi. Tetapi beberapa
jenis jamu dinilai berbahaya karena didalamnya terkandung bahan kimia
obat (BKO). Menurut temuan badan POM, obat tradisional yang sering
dicemari BKO adalah sebagai berikut(33)
Kegunaan Obat Tradisional BKO yang sering digunakan
Pegal Linu Fenilbutazon, metampiron,
diklofenak sodium, piroksikam,
parasetamol, prednisone atau
deksametason
Pelangsing Sibutramin hidroklorida
Kencing manis Glibenklamid
Asma Teofilin
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penurunan BB bayi perempuan usia 2 hari disebabkan proses menyusu
yamg terganggu karena kelainan kongenital berupa bibir sumbing yang
dapat dipengaruhi adanya pajanan teratogen pada masa intauterin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alen J. Wilcox et. Al. Folic acid supplements and risk of facial clefts :
national population based case-control study. BMJ. 2007.
2. Artathi Eka Suryandari. Hubungan Antara Umur Ibu Dengan Klasifikasi
Labioschisis di RSUD PROF. DR. Margono Soekarjo Purwokerto Indonesia
Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I. 2017. 49-56.
3. Aryani Berta Devi . Kelekatan Antara Bayi dan Ibu Dengan Riwayat Gejala
Depresi Pasca Melahirkan. Skripsi. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma.
2008.
4. Baihaqi dkk. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan). Bandung :
Refika Aditama. 2005.
5. Carinci F, Rullo R, Farina A, Morano D, Festa VM, Mazzarella N, et al.
Nonsyndromic orofacial clefts in Southern Italy: pattern analysis according to
gender, history of maternal smoking, folic acid intake and familial diabetes.
Journal of Cranio-Maxillofacial Suegery. 2005: 33(2): 91-94.
6. Danielewicz, H., et al. Diet in pregnancy – more than food. Eur J Pediatr.
2017; 176: 1573-1579.
7. Davies, Sharon, et al. Pemeriksaan Kesehatan Bayi. Jakarta:EGC. 2009.
8. Depkes RI. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. 2009.
9. Diah, R. Bagaimana Pertumbuhan & Perkembangan Manusia. Jakarta: Shakti
Adiluhung. 2008.
10. Effendi, S.H. dan Indrasanto, E. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta. Ikatan
Dokter Anak Indonesia. 2008.
11. Erwin S. Perawatan Ortodontik pada Pasien Celah Bibir dan Langit-langit.
Jakarta: Universitas Indonesia. 2000.
12. Hidayat, A. Aziz Alimul. Pengantar ilmu keperawatan anak, edisi 2. Salemba
medika: Jakarta. 2005.
13. Hidayati, Ratna. Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologi dan
Patofisiologi. Jakarta : Salemba Medika. 2009.
14. Irianto, Kus. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung:
Yrama Widya. 2004.
15. Kementerian Kesehatan RI. Kelainan Bawaan. Infodatin Pusat Data Dan
Informasi Kementerian Kesehatan Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI. 2018.
16. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Mitchell R. Robbins Basic Pathology.
Elsevier Health Sciences; 2012. 925 p.
17. Mader, S. Understanding Anatomy & Physiology. Edisi Kelima. Boston:
Mcgraw-Hill. 2004.
18. Markum, A.H. Buku Ajar Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 1991.
19. Moore, K.L., Persaud, T.V.N. Before We are Born : essentials of embryology
and birth defects. 7th ed. Canada : ELSEVIER. 2008.
20. Narendra, M. B. Buku Ajar 1: Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Sagung
Sejo: IDAI. 2002.
21. Orthodontic Therapy of Clefts of the Lips, Jaw, and Palate. Quintessence
International. 1981.
22. Parker SE, Mai CT, Canfield MA, Rickard R, Wang Y, Meyer RE, Anderson
P, Mason CA, Collins JS, Kirby RS, Correa A; for the National Birth Defects
Prevention Network. Updated national birth prevalence estimates for selected
birth defects in the United States, 2004-2006. Birth Defects Research (Part A):
Clinical and Molecular Teratology 2010;88:1008-16.
23. Profit WR. Contemporary Orthodonties. The CV Mosby Company. 1986.
24. Sadler TW. Langman’s Medical Embriology. 12th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2012.
25. Sari, P.Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu Hamil dengan Pengetahuan
Tentang Nutrisi Kehamilan di UPTD RSUD Kota Surakarta. Karya Tulis
Ilmiah. Surakarta: Kebidanan Stikes Aisyiyah. 2008.
26. Setiyaningrum E. Buku Terbuka Sedikit Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12
Tahun. Sidoarjo: Indomedia Pustaka; 2017.
27. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. 2012.
28. Sudiono J. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta: EGC;
2007.
29. Sulistyawati, Ari. Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Salemba
Medika. 2014.
30. Tanuwijaya, S. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC; 2003
31. Tortora, Gerrad J. Dasar Anatomi dan Fisiologi: Pemeliharaan dan Kontiniutas
Tubuh Manusia. Ed 13. Jakarta: EGC. 2011.
32. World Health Organization. Pocket Book Of: Hospital Care For Children
Guidelines For The Management Of Common Illnesses With Limited
Resources. 2005.
33. Yuliarti N. Tips Cerdas Mengkonsumsi Jamu. Yogyakarta: Banyu Media;
2008.