Aspek Neurologi Bahasa
Aspek Neurologi Bahasa
Oleh :
2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
Penguasaan bahasa manusia berbeda dengan hewan, hal ini dilandasi oleh
dua aspek yaitu aspek biologis dan aspek neurologis. Dalam aspek biologis
diketahui bahwa pertumbuhan bahasa manusia mengikuti jadwal perkembangan
genetiknya sehingga munculnya suatu unsur bahasa tidak dapat dipaksakan.
Sedangkan aspek neurologis, yaitu kaitan antara otak dengan bahasa. Menurut
Chaer dalam Ariffudin (2010:2) mengemukakan bahwa dalam sistem saraf
manusia, otak merupakan pusat saraf, pengendali pikiran, dan mekanisme organ
tubuh manusia, termasuk mekanisme yang mengatur pemrosesan bahasa. Oleh
karena itu, perkembangan bahasa manusia berkaitan erat dengan perkembangan
otak.
2
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia tumbuh secara grandula dari suatu bentuk ke bentuk yang lain
selam berjuta-juta tahun. Salah satu pertumbuhan yang telah diselidiki oleh para
ahli palaeneurologi menunjukkan bahwa evolusi otak dari primat
Austrolopithecus sampai dengan manusia masa kini telah berlangsung sekitar 3
juta tahun. Hal ini tampak paling tidak pada ukuran otak yang membesar dari 400
miligram menjadi 1400 miligram (Holloway dalam Dardjowodjojo. 2003:201)
pada kurun waktu antara 3-4 juta tahun lalu. Dari munculnya Homo sapiens pada
sekitar 1.7 juta tahun lalu ukuran otak telah berkembang hampir dua kali lipat,
dari 800 miligram ke 1.500 miligram. Meskipun ukuran itu sendiri bukanlah satu-
satunya indikator untuk mengukur perubahan fungsi, paling tidak ukuran itu
memungkinkan akan adanya fungsi yang bertambah.
Dari gambaran singkat ini tampak bahwa otak manusia telah mengalami
evolusi dari yang paling rumit seperti yang kita miliki sekarang.
4
B. STRUKTUR OTAK MANUSIA
Dari segi ukurannya berat otak manusia adalah antara 1 sampai 1.5
kilogram (Steinberg dalam Dardjowidjojo 2003: 203) dengan rata-rata 1330 gram
( Halloway dalam Dardjowidjojo 2003:203). Untuk ukuran orang Barat, ini
hanyalah 2% dari berat badannya; untuk manusia Indonesia bahkan mungkin
kurang dari itu. Akan tetapi, ukuran yang sekecil ini menyedot 15% dari seluruh
peredaran darah dari jantung dan memerlukan 20% dari sumberdaya metabolik
manusia.
Seluruh sistem saraf kita terdiri dari dua bagian utama: (a) tulang
punggung yang lain terdiri dari sederetan tulang punggung yang bersambung-
sambungan (spinal cord) dan (b) otak. Sedangkan batang otak terdiri dari bagian-
bagian yang dinamakan mendulla, pons, otak tengah, dan cerebellum. Bagian-
bagian ini terutama berkaitan dengan fungsi fisikal tubuh, termasuk pernafasan,
detak jantung, gerakan, refleksi, pencernaan, dan pemunculan emosi (Steinberg
dalam Dardjowidjojo 2003:203).
Pada waktu manusia dilahirkan, belum ada pembagian tugas antara kedua
hemisfir ini. Akan tetapi, menjelang anak mencapai umur sekitar 12 tahun
terjadilah pembagian fungsi yang dinamakan lateralisasi. “Lateralisasi merupakan
proses pengkhususan fungsi dari dua belah otak yang terjadi karena penyebelahan
menjadi dua bagian, yakni hemisfer kanan dan hemisfer kiri. Perkembangan
5
tersebut biasa muncul pada diri anak menginjak usia dua tahun sampai menjelang
masa pubertas yang terjadi secara perlahan-lahan ( H.D.Brown )”.
Kecuali beberapa orifice (lubang) garis tengah, hampir setiap manusia itu
memiliki dua hal, satu di kiri dan satu di kanan. Bahkan, otak yang oleh
kebanyakan orang dianggap sebagai self yang uniter dan tidak dapat dibagi,
merefleksikan prinsip umum duplikasi bilateral ini. Di bentangan bagian atasnya,
otak terdiri dari dua struktur yakni hemisfer (belahan) serebral kiri dan kanan
yang seluruhnya terpisah kecuali cerebral commissures (komisura serebral) yang
menghubungkannya. Hemisfer kiri dan kanan otak manusia memilki kemampuan
– kemampuan yang berbeda dan memiliki kapasitas untuk berfungsi secara
independen (untuk memiliki pikiran, ingatan, dan emosi yang berbeda).
Dari teori Broca dan Wernicke sebenarnya sudah dapat ditarik suatu
kesimpulan yang menyatakan adanya spesialisasi atau semacam pembagian kerja
pada daerah-daerah otak (korteks) serebrum manusia. Satu teori yang dapat ditarik
secara jelas adalah bahwa belahan korteks (hemisfer) dominan bertanggung jawab
untuk mengatur penyimpanan/pemahaman dan proses bahasa alamiah.
Selain teori lateralisasi, juga ada teori lokalisasi otak. Teori lokalisasi atau
lazim juga disebut pandangan lokalisasi (localization view) berpendapat bahwa
pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah Broca dan daerah Wernicke.
6
Perhatikan gambar berikut:
Jika ada yang berkata, “dia ngomong nggak pakai otak’’, itu hanyalah
sebuah ungkapan bagi orang yang asal bicara. Perkataannya tersebut akan
menyakiti hati orang atau membuat hati orang lain tersinggung. Dia tidak berfikir
panjang sebelum mengucapkan sesuatu. Itulah maksud dari ungkapan “orang yang
ngomng tidak pakai otak”. Padahal, sebenarnya kita tidak bisa berbicara tanpa
menggunakan otak. Hal ini dikarenakan otak memiliki bagian-bagian yang
bertanggung jawab terhadap perilaku berbahasa atau berbicara (neokorteks).
Setiap orang berbicara pasti memiliki tujuan dan tujuan tersebut tidak mungkin
tercipta tanpa adanya pikiran terlebih dahulu.
7
Pada mulanya dinyatakan bahwa hemisfir kiri “ditugasi” terutama untuk
mengelola ihwal bahasa dan hemisfir kanan untuk hal-hal yang lain.
Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa hemisfir kakan pun ikut bertanggung
jawab pula akan penggunaan bahasa. Hemisfir kiri terdiri dari empat daerah besar
yang dinamakan lobe: lobe frontal(frontal lobe), lobe temporal (temporal lobe),
lobe osipital (occipital lobe), dan lobe parietal (parietal lobe). Keempat lobe ini
mempunyai tugas sendiri-sendiri. Lobe frontal bertugas mengurusi ihwal yang
berkaitan dengan kognisi; lobe temporal mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan
pendengaran; lobe osipital menangani ihwal penglihatan: dan lobe parietal
mengurusi rasa somaestetik, yakni, rasa yang ada pada tangan, kaki, muka, dan
sebagainya.
Pada 1836, Marc Dax, seorang dokter pedesaan yang tidak banyak
dikenal, mempresentasikan sebuah laporan pendek dalam sebuah masyarakat
medis di Perancis. Presentasi ilmiah itu adalah yang pertama dan satu-satunya.
Dax tersentak oleh kenyataan bahwa di antara kira-kira 40 pasien dengan
kerusakan otak dan masalah bicara yang ditemuinya selama karirnya, tidak
satupun yang mengalami kerusakan yang terbatas pada hemisfer kanannya.
Makalah penting Dax hanya memberikan dampak yang kecil karena kebanyakan
orang pada saat itu percaya bahwa otak bekerja secara keseluruhan dan bahwa
fungsi – fungsi spesifik tidak dapat diatribusikan pada bagian – bagian tertentu di
otak.
Pandangan ini mulai berubah 25 tahun setelah itu, ketika Paul Broca
melaporkan pemeriksaan posmotermnya terhadap dua pasien aphasia. Aphasia
(afasia) adalah defisit yang dihasilkan kerusakan otak terhadap kemampuan
menghasilkan atau memahami bahasa. Kedua pasien Broca memiliki lesi
hemisfer-kiri yang melibatkan sebuah daerah di korteks frontal, tepat di depan
daerah wajah korteks motorik primer. Broca pada awalnya tidak menyadari bahwa
ada hubungan antara afasia dan sisi kerusakan otak. Ia belum pernah mendengar
laporan Dax, tetapi pada 1864, broca pernah melakukan pemeriksaan posmoterm
terhadap tujuh pasien ataksia lain dan ia terperangah melihat kenyataaan bahwa
8
seperti kedua pasien yang pertama tadi, mereka semuanya memiliki kerusakan
pada korteks prefrontal inferior hemisfer-kirinya yang kemudian dikenal sebagai
Broca’s area.
Sedangkan otak binatang seperti pada mahluk seperti ikan, tikus, dan
burung, misalnya, korteks serebral boleh dikatakan tidak tampak, padahal korteks
9
inilah yang sagat berkembang pada manusia. Pada mahluk lain seperti simpanse
dan gorila juga tidak terdapat daerah-daerah yang dipakai untuk memproses
bahasa.
Dari perbandingan antara otak manusia dengan otak binatang yang paling
modern sekali pun tampak bahwa baik struktur maupun organisasinya sangat
berbeda. Perbedaan neurologis seperti inilah yang membuat manusia dapat
berbahasa sedangkan binatang tidak.
Aristotle pada tahun 382-322 Sebelum Masehi telah berbicara soal hati
yang melakukan hal-hal yang kini kita keahui dilakukan oleh otak. Begitu pula
Leonardo da Vinci pada tahun 1500-an (Dingwall 1998: 53). Namun titik tolak
yang umum dipakai adalah setelah penemuan yang dilakukan oleh Broca dan
Wernicke pada tahun 1860-an.
Otak memegang peran yang sangat penting dalam bahasa. Apabila input
yang masuk adalah dalam bentuk lisan, maka bunyi-bunyi itu ditanggapi di lobe
temporal, khususnya oleh korteks primer pendengaran. Di sini input tadi diolah
secara rinci sekali.
Setelah diterima, dicerna, dan diolah seperti ini maka bunyi-bunyi bahasa
tadi “dikirim” ke arah Wernicke untuk diinterpretasikan. Di daerah ini bunyi-
bunyi itu dipilah-pilah menjadi sukukata, kata, frasa, klausa, dan akhirnya
kalimat. Setelah diberi makna dan difahami isinya, maka ada dua jalur
kemugkinan. Bila masukan tadi hanya sekedar informasi yang tidak perlu
ditanggapi, maka masukan tadi cukup disimpan saja dalam memori. Suatu saat
10
nanti mungkin informasi itu diperlukan. Bila masukan tadi perlu ditanggapi secara
verbal, maka interpretasi itu dikirim ke daerah Broca melalui fasikulus akurat.
Bila input yang masuk bukan dalam bentuk lisan, tetapi dalam bentuk
tulisan, maka jalur pemrosesannya agak berbeda. Masukan tidak ditanggapi oleh
korteks primer pendengaran, tetapi oleh korteks visual di lobe osipital. Masukan
ini tidak langsung dikirim ke daerah Wernicke, tetapi harus melewati girus anguler
yang mengkoordinasikan daerah pemahaman dengan daerah osipital. Setelah
tahap ini, prosesnya sama, yakni input tadi difahami oleh daerah Wernicke,
kemudian dikirim ke daerah Broca bila perlu tanggapan verbal. Bila tanggapannya
juga visual, maka informasi itu dikirim ke daerah pareital untuk diproses
visualisasinya.
Di samping itu, ada hal-hal yang berkaitan dengan bahasa yang ternyata
ditangani oleh hemisfir kanannya terganggu didapati bahwa kemampuan mereka
11
dalam mengurutkan peristiwa sebuah cerita atau narasi menjadi kacau. Mereka
tidak mampu lagi untuk menyatakan apa yang terjadi pertama, kedua, ketiga, dst.
Dari gambaran ini tampak bahwa hemisfir kanan juga mempunyai peran
bahasa,tetapi memang tidak seintensif seperti hemisfir kiri. Namun demikian,
tetap saja hemisfir kanan memegang.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Otak manusia telah mengalami evolusi dari yang paling rumit seperti yang
kita miliki sekarang.
Hemisfir kiri mengendalikan semua anggota badan yang ada disebelah kanan,
termasuk muka bagian kanan. Sebaliknya, hemisfir kanan mengontrol
anggota badan dan wajah sebelah kiri. Mata dan telinga diatur agar berbeda.
Pada tiap mata dan telinga terdapat sambungan syaraf ke hemisfir kiri
maupun kanan, meskipun jumlahnya berbeda.
Lateralisasi merupakan proses pengkhususan fungsi dari dua belah otak yang
terjadi karena penyebelahan menjadi dua bagian, yakni hemisfer kanan dan
hemisfer kiri. Perkembangan tersebut biasa muncul pada diri anak menginjak
usia dua tahun sampai menjelang masa pubertas yang terjadi secara perlahan-
lahan ( H.D.Brown ).
Otak memegang peran yang sangat penting dalam bahasa. Apabila input
yang masuk adalah dalam bentuk lisan, maka bunyi-bunyi itu ditanggapi di
lobe temporal, khususnya oleh korteks primer pendengaran. Di sini input tadi
diolah secara rinci sekali. Tetapi jika input yang masuk bukan dalam bentuk
lisan, tetapi dalam bentuk tulisan, maka masukan tidak ditanggapi oleh
korteks primer pendengaran, tetapi oleh korteks visual di lobe osipital.
13
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: Gramedia.
14