Anda di halaman 1dari 21

Tugas : Individu

Mata Kuliah : Program Promosi Kesehatan


Dosen : Firmansyah, S.KM., M.Kes

PROPOSAL PROGRAM PROMOSI KESEHATAN


PENYULUHAN PENYAKIT JAPANESE ENCEPHALITIS

OLEH:
PUTRI DINI ISLAMIKA
NIM. P 101 17 181
KELAS A

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Japanese Encephalitis (JE) merupakan penyakit zoonis akut yang di
sebabkan oleh Virus Japanese Encephalitis (VJE). Virus ini dapat
menyebabkan radang otak (ensefalitis) pada manusia melalui gigitan
nyamuk yang akhirnya dapat berujung pada kematian, cacat fisik, dan cacat
mental. Penyakit JE merupakan problem kesehatan yang penting di Asia.
Menurut WHO, di Asia setiap tahun terjadi sekitar 50.000 kasus JE dengan
kematian 10.000 kasus. JE telah menyebar di 24 negara termasuk di
Indonesia. Virus ini ditularkan oleh puluhan spesies nyamuk dengan Culex
tritaeniorhynchus sebagai vektor utama.
Kejadian JE merupakan penyebab ensefalitis yang paling sering dan
belum mendapat sasaran imunisasi. Di Indonesia sendiri, imunisasi terhadap
JE belum dilaksanakan, terutama di Bali yang merupakan daerah dengan
populasi ternak domestik dan wilayah pertanian yang luas. Mengingat
penyebaran virus JE sangat tergantung dari beberapa faktor antara lain
binatang perantara seperti babi, burung rawa atau sawah dan lain-lain serta
vektor (nyamuk) sebagai agent penyebar atau pengantar virus.
Bedasarkan informasi dari kemenkes Sebanyak 85% kasus JE yang
dilaporkan pada Tahun 2016 terjadi pada kelompok umur 15 tahun. Hal ini
menyebabkan JE dianggap sebagai penyakit pada anak. Padahal, sebenarnya
JE juga dapat berjangkit pada semua umur, terutama bila virus tersebut baru
menginfeksi daerah baru di mana penduduknya tidak mempunyai riwayat
kekebalan sebelumnya. Jumlah kasus JE di Indonesia Tahun 2016 yang
dilaporkan sebanyak 326 kasus. Kasus terbanyak dilaporkan terdapat di
Provinsi Bali dengan jumlah kasus 226 (69,3%). Di Bali, tingginya
kejadian Japanese Encephalitis dikaitkan dengan banyaknya persawahan
dan peternakan babi di area tersebut.
Sebagian besar penderita JE hanya menunjukkan gejala yang ringan
atau bahkan tidak bergejala sama sekali. Gejala dapat muncul 5-15 hari
setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi virus berupa demam, menggigil,
sakit kepala, lemah, mual, dan muntah. Kurang lebih 1 dari 200 penderita
infeksi JE menunjukkan gejala yang berat yang berkaitan dengan
peradangan pada otak (encephalitis), berupa demam tinggi mendadak, sakit
kepala, kaku pada tengkuk, disorientasi, koma (penurunan kesadaran),
kejang, dan kelumpuhan. Gejala kejang sering terjadi terutama pada pasien
anak-anak. Gejala sakit kepala dan kaku pada tengkuk terutama terjadi pada
pasien dewasa. Keluhan-keluhan tersebut biasanya membaik setelah fase
penyakit akut terlampaui, tetapi pada 20-30% pasien, gangguan saraf
kognitif dan psikiatri dilaporkan menetap. Komplikasi terberat pada
kasus Japanese Encephalitis adalah meninggal dunia (terjadi pada 20-30%
kasus Encephalitis).
B. Tujuan
Agar masyarakat atau pebaca dapat memahami tentang penyakit
Japanese Encepahlitis serta dapat mengetahui apa saja penyebab dan gejala
pada penyakit JE ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Dalam perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan salah satu model
yang dikembangkan oleh Green (1980) adalah kerangka precede. PRECEDE
(Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in Educational Diagnosis
and Evaluation)merupakan kerangka untuk membantu perencana mengenal
masalah, mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program.
Pada tahun 1991 Green menyempurnakan kerangka tersebbut menjadi
PRECEDE-PROCEDE (Policy, Regulatory, and Organizational Construct in
Educational and Environmental Development). PRECEDE-PROCEDE harus
dilakukan bersama-samadalam proses perencanaan, implementasi dan
evaluasi.

B. Tujuan PRECEDE
Precede digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas
masalah dan tujuan program sedangkan procede digunakan untuk menetapkan
sasaran dan criteria kebijakan serta implementasi dan evaluasi.

C. Tahapan PRECEDE
Menurut kerangka kerja precede ada 5 fase didalam proses perencanaan
pendidikan kesehatan masyarakat, antara lain:
1. Fase 1: diagnosis sosial
Maksudnya masalah-masalah yang dirasakan oleh masyarakat, yang dapat
dilakukan dengan cara review literature, pelayanan data masyarakat,
delphi method, nominal group process (diskusi dengan masyarakat)
2. Fase 2: diagnosis epidemiologi
Maksudnya penelusuran masalah-masalah kesehatana yang dapat menjadi
penyebab dari diagnosis social yang telah diprioritaskan.Dalam
penelusuran ini perlu dilihat data kesehatan yang ada di masyarakat
berdasarakan indicator kesehatan yang bersifat negative (missal angka
kematian, kesakitan) maupun yang positif (misal angka harapan hidup,
cakupan air bersih, cakupan rumah sehat).
3. Fase 3: diagnosis perilaku
Maksudnya penelusuran masalah-masalah perilaku yang dapat menjadi
penyebab timbulnya masalah kesehatan yang telah diprioritaskan. Dalam
menentukan objective goals selalu harus memenuhi syarat:
- Who: siapa yang kita harap berubah perilakunya
- What: perilaku apa yang kita harapkan tercapai
- When: kapan perilaku itu dapat tercapai
- How much: berapa banyak orang yang kita harapkan berubah
perilakunya
4. Fase 4: diagnosis pendidikan
Maksudnya penelusuran masalah-masalah yang berpengaruh / menjadi
penyebab terjadi perilaku yang telah diprioritaskan. Ada 3 kelompok
masalah yang dapat berpengaruh yaitu:
1) Kelompok faktor predisposisi yaitu faktor yang mempermudah dan
mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu, seperti pengetahuan,
sikap, nilai-nilai dqn budaya, kepercayaan, dan beberapa karakteristik
individu (misalnya umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan).
2) Kelompok faktor enabling (pemungkin) yaitu faktor yang
memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu tersebut, seperti
ketersediaan pelayanan kesehatan, ketercapaian pelayanan kesehatan
baik dari segi jarak maupun biaya dan social, adanya peraturan dan
komitmen masyarakat dalam menunjang perilaku tersebut.
3) Kelompok faktor reinforcing (penguat) yaitu faktor yang memperkuat
seperti pendapat, dukungan, kritik baik dari keluarga / teman maupun
lingkungannya.
5. Fase 5: diagnosis administrasi
Maksudnya penetapan intervensi yang akan dilaksanakan. Tahapan yang
perlu dilakukan:
1) Within program analysis
Yaitu analisis untuk menetapkan dalam program yang mana kegiatan
ini akan dilakukan, dengan mempertimbangkan jumlah dan
kemampuan SDM serta dana yang ada.
2) Within organizational analysis
Yaitu analisis untuk melihat perlunya kerjasama dengan program-
program yang ada dalam organisasi tersebut (lintas program)
3) Inter organizational analysis
Yaitu analisis untuk menetapkan perlu tidaknya sector-sektor yang
lain yang akan diajak kerjasama.

D. METODE DIGNAN
Program perencanaan promosi kesehatan yang lain yaitu menurut teori
Dignan adalah :
1) Analisis Komunitas,
Menganalisis bagaimana keadaan komunitas tersebut. Meliputi
pendidikan, pekerjaan, umur, keadaan geografis, yang nantinya akan di
fokuskan pada satu masalah kesehatan.
2) Targetted Assesment,
Target yang akan dicapai dalam program ini sebagai bentuk berhasil atau
tidaknya program yang dijalankan ini.
3) Program Plan Development,
Fase ini yaitu program plan development akan disusun melalui tahap :
1) mengambil perencanaan anggota grup (recruit planning group
members),
2) mengembangkan tujuan program (develop program goals),
3) mengembangkan objektif untuk tujuan (develop objectives for goals),
4) menggali sumber dan hambatan (explore resources dan constraints),
5) memilih metode dan kegiatan (select methods and activities),
6) rencana untuk pelaksanaan (plan for implementation), dan
7) rencana untuk evaluasi (plan for evaluation).
4) Implementation,
Fase berikutnya adalah implementasi (yang juga merupakan fase keenam
dari kerangka PROCEDE disusun melalui tahap
1) gain acceptence for the program,
2) Specify tasks and estimate resource needs,
3) Develop spesifc plans for program activities
4) Establish mechanism for program management,
5) Put plans into actions.
5) Evaluation
Tahap evaluasi ini menyatakan berhasil atau tidak target terpenuhi.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisis Komunitas
Fase 1: Diagnosis Sosial

a. Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelamin


1) Jumlah Penduduk Laki-Laki: 791 Jiwa
2) Jumlah Penduduk Perempuan: 782 Jiwa
3) Jumlah Kepala Keluarga: 475 Jiwa
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Palu Tahun 2016
b. Data Mata Pencaharian Penduduk
Jumlah penduduk menurut mata peaharian di Kelurahan Sigi Biromaru
yaitu:
1) PNS : 81 Orang
2) TNI/POLRI : 36 Orang
3) Wiraswasta : 27 Orang
4) Petani : 169 Orang
5) Pertukangan : 11 Orang
6) Pertanian : 7 Orang
7) Pensiunan : 21 Orang
Sumber: Data Desa Sipayo 2016
c. Data Pendidikan Terakhir
Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan (per jiwa):
1) Belum Sekolah : 218
2) Tidak Sekolah : 316
3) SD : 106
4) SLTP : 212
5) SLTA : 282
6) S1 : 76
7) S2 : 12
8) S3 :-
Sumber: Data Desa Sipayo Tahun 2016

Fase 2: Diagnosis Epidemiologi


a. Tingginya angka kejadian penyakit infeksi yang disebabkan oleh vektor
b. Yang mengalami Radang Otak biasanya memiliki perilaku yang aktif di
luar rumah pada saat sore hari.
c. Tidak menggunakan pakaian panjang dan lotion yang dapat enghindari
dari gigitan nyamuk saat keluar rumah

Fase 3: Diagnosis Perilaku dan Lingkungan


a. Di Desa Sipayo ada sekitar 12 rumah yang memelihara atau ternak babi.
b. Berdasarkan kondisi lingkungan yang di kelilingi sawah akan endukung
terjdinya penyakit JE
c. Hampir seluruh masyarakat yang memiliki sawah atau menjadi petani
sawah tidak pernah mendengar tentang bahaya virus pada burung sawah
yang di sebarkan oleh vector nyamuk
d. Kurangnya perhatian dari orang tua pribadi untuk mengawasi lingkungan
maupun perilaku anak.
e. Kurangnya pengetahuan dan perhatian masyarakat untuk melakukan pola
hidup bersih dan sehat.

Fase 4: Diagnosis Pendidikan dan Organisasi


a. Faktor Pencetus
Masyarakat di wilayah Desa Sipayo masih memiliki tingkat
kesadaran yang rendah akan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan,
hal ini dibuktikan dengan perilaku masyarakat dalam melakukan kegiatan
sehari-hari yang berkaitan dengan hewan peliharaan dan vector pembawa
penyakit.
b. Faktor Pemungkin
Program kesehatan di wilayah Sipayo kurang aktif mengenai
pencegahan penyakit JE, padahal menurut informasi dari Kementerian
Kesehatan 2017 disetiap wilayah yang memiliki daerah persawahan dan
peternakan babi sebaiknya di lakukan Vaksinisasi, sebab penyakit Je tidak
memiliki gejala khusus yang dapat langsung dikenali dan sampai saat ini
belum di temukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Su
c. Faktor Penguat
Peran Ibu rumah tangga sangatlah penting dalam hal ini, karena
sangatlah penting untuk mencegah penyakit ini dengan melakukan
pengawasan serta mencegah, sedangkan yang kita ketahui kebanyakan
orang tuang masih menganggap gigitan nyamuk merupakan hal sepele.
Fase 5: Diagnosis Administrasi dan Kebijakan
a. Belum terlaksananya kebijakan program pencegegahan penyakit JE di
Desa sipayo.
b. Terdapat program kesehatan yang dilaksanakan di Posyandu, namun
fokusnya hanya pada bidang DBD dan Malaria.

B. Targetted Assesment
Target pencapaian dari program ini secara umum adalah peningkatan
pengetahuan masyarakat terhadap penyakit JE, sehingga dapat tercipta
perilaku menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan yang berorientasi pada
pencegahan penyakit JE sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
C. Program Plan Development
1. Perencanaan anggota grup (recruit planning group members)
Dalam tahap ini yaitu merekrut Tokoh Masyarakat dan beberapa
sektor lainnya yang ada di Desa Sipayo, Kota Palu untuk turut serta
dalam pemecahan masalah yang ada di wilayah tersebut. Tokoh
masyarakat dan beberapa sektor yang direkrut diantaranya adalah:
a. Perangkat Desa
b. Tenaga Kesehatan dari Puskesmas
c. Kader Posyandu
d. Ibu Rumah Tangga
2. Mengembangkan Tujuan Program (develop program goals)
Tujuan program ditentukan dengan cara diskusi atau FGD (Focus
Group Discussion) dengan tokoh masyarakat dan sektor lainnya yang
telah direkrut untuk memusyawarahkan program dan pencapaian kegiata
terkait pencegahan penyakit Je. Dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi penyakit
JE.
3. Develop Objetives for Goals
Tujuan Khusus dari program ini adalah:
1) Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyebab
terjadinya penyakit JE
2) Untuk mengedukasi masyarakat untuk menciptakan lingkungan sehat
yang mendukung pencegahan kejadian penyakit JE
4. Sumber dan Hambatan (Explore Resources and Constraints)
Menggali sumber daya yang ada di masyarakat dengan merekrut
kader Eliminasi Radang Otak sebagai motor penggerak masyarakat
dalam meningkatkan kesadaran dalam pencegahan penyakit filariasis.
Selain itu, tokoh masyarakat memegang peranan penting sebagai
percontohan dalam perubahan perilaku. Disamping itu, sumber daya
kebijakan yaitu program kementrian kesehatan dalam penanggulangan
penyakit filariasis dengan Pemberian Vaksin pada Hewan ternak dan
Manusia.
Hambatan program yaitu adanya warga yang kurang antusias
dalam mengikuti program dan tingkat ekonomi masyarakat yang rendah
sehingga tidak mampu memiliki tempat tinggal yang sesuai dengan
standar kesehatan.
5. Metode dan kegiatan (select methods and activities)
a. Penyuluhan metode ceramah dan diskusi
Salah satu penyebab utama terjadinya penyakit JE adalah
masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit
tersebut sehingga masyarakat cenderung bersikap tidak peduli dan
tidak menganggap JE sebagai suatu masalah kesehatan karena
kurangnya informasi kejadian penyakit tersebut, khususnya di
wilayah Sulawesi Tengah
Metode ceramah dan diskusi dinilai efektif untuk pelaksanaan
program promosi kesehatan penyakit radang otak, dimana sasaran
yang dituju ditargetkan untuk dapat teredukasi mengenai penyakit
radang otak, sehingga akan tertanam suatu pemahaman bahwa
radang otak merupakan suatu masalah kesehatan yang urgent di
wilayah Sulawesi Tengah dan perlu mendapat perhatian khusus
dalam pencegahan dan penanggulangannya. Metode ceramah/diskusi
dapat mempengaruhi opini, menumbuhkan pemikiran kritis dan
terdapat interaksi tinggi pada semua yang terlibat, sehingga dapat
meningkatkan motivasi dan mempengaruhi sikap dari Ibu Rumah
Tangga.
6. Plan for Implementation
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada Minggu, 12 November
2019. Kegiatan tersebut dilaksanakan di bulan November dalam rangka
memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang di peringati
pertamakali pada tahun 1959.
7. Rencana untuk Evaluasi (plan for evaluation)
Untuk menilai keberhasilan program maka rencana evaluasi yang
akan dilaksanakan yaitu dengan menggunakan metode pre-test dan post-
test. Peserta yang menghadiri kegiatan penyuluhan akan diberikan pre-
test yang berisi beberapa pertanyaan untuk menilai tingkat pengetahuan
masyarakat terhadap penyakit Radang Otak. Kemudian setelah diberikan
materi penyuluhan, akan dilakukan post-test untuk menilai peningkatan
pengetahuan peserta sebagai indikator dari keberhasilan program
penyuluhan penyakit Radang Otak. Indikator keberhasilan program yang
digunakan sebagai bahan evaluasi adalah:
a. Terdapat minimal 70% ibu rumah tangga yang hadir dalam kegiatan
penyuluhan
b. 60% dari peserta yang hadir meningkat pengetahuannya mengenai
penyakit radang otak dan cara pencegahannya
c. Meningkatnya kualitas kebersihan lingkungan tempat tinggal.
D. Implementation
1. Gain Acceptane for the Program
Diagnosis tingkat penerimaan program kegiatan penyuluhan
Pencegahan Japanese Encephalitis oleh warga Desa Sipayo, dengan cara
menyebarkan beberapa poster kegiatan dan sosialisasi langsung ke setiap
rumah. Selain itu, mengajak perangkat desa, tenaga kesehatan dari
puskesmas, dan kader posyandu untuk turut serta dalam
mensosialisasikan program penyuluhan.
2. Specity Tasks and Estimate Resource Needs
a. Susunan Panitia
Penanggung Jawab : Kepala Desa Sipayo
Ketua : Putri Dini Islamika
Sekretaris : Nur Adha
Bendahara : Putra Renaldi
Sie Acara : Nur Ainun
Sie Konsumsi : Juliana
Sie Pubdekdok : Hadad Fatha Alfajri
Sie Humas : Gafirli Fatra Wiryawan
b. Anggaran Dana
No. Jenis Jumlah Harga Total
1. Pembuatan Poster 20 Rp.5000 Rp.100.000
2. Pembuatan Leaflet 50 Rp.2000 Rp.100.000
3. Konsumsi 85 Rp.5000 Rp.425.000
-panitia 8 orang
-peserta 70 orang
-tokoh masyarakat
5 orang
-tenaga kesehatan
2 orang
4. Sound System 1 - -
5. Cenderamata 1 Rp.150.000 Rp.150.000
TOTAL Rp. 775.000

c. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Program


Waktu : 09.30-11.30 WITA
Hari/Tanggal : Minggu, 12 November 2019
Tempat : Poskesdes Sipayo
3. Develop Spesific Plans for Program Activities
Media yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan
adalah LCD/Powerpoint untuk menampilkan materi penyuluhan serta
poster yang akan ditempelkan di tempat umum dan leaflet untuk
dibagikan kepada peserta penyuluhan.
Penanggung jawab dari program penyuluhan Japanese Encephalitis
adalah Kepala Desa Sipayo, untuk kegiatan penyuluhan akan dikoordinir
oleh ketua pelaksana yang dibantu oleh panitia kegiatan. Sambutan
pembukaan dan penutupan acara akan disampaikan oleh Kepala Desa
Sipayo, penyerahan cenderamata akan diberikan oleh ketua pelaksana
kepada Kepala Desa Sipayo.
4. Estabilish Mechanism for Program Management
a. Agenda Acara
No. Waktu Kegiatan PJ
1. 09.00-09.15 Registrasi
2. 09.15-09.30 -Pembukaan oleh MC
-Pembacaan doa
-Sambutan Lurah
3. 09.30-09.45 Pemberian pre-test
4. 09.45-10.45 Penyampaian materi dan tanya
jawab
5. 10.45-11.00 Pemberian post-test
6. 11.00-11.15 Penutup
b. Indikator keberhasilan program ini untuk digunakan sebagai bahan
evaluasi adalah:
1) Terdapat minimal 70%ibu rumah tangga yang hadir dalam
kegiatan penyuluhan
2) 60% dari peserta yang hadir meningkat pengetahuannya mengenai
penyakit radang otak dan cara pencegahannya
3) Meningkatnya kualitas kebersihan lingkungan tempat tinggal.
5. Put Plans Into Action
Pengecekan ulang terkait:
a. Pengkajian setelah kegiatan terlaksana untuk melihat perubahan yang
terjadi pada masyarakat
b. Kesiapan sumber daya, meliputi alat dan bahan, tempat, dll
c. Menganalisa ulang untuk melihat kekurangan ataupun hal yang ingin
ditambahkan ke dalam program
d. Menganalisa organisasi, dalam hal ini Desa Sipayo, apakah bersedia
menerima dan menjalankan program ini untuk seterusnya.
E. Evaluasi (Evaluation)
1. Evaluasi Struktur
a. Sasaran hadir di tempat penyuluhan sesuai waktu yang dijadwalkan
b. Pengorganisasian penyelenggaraan dilaksanakan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Sasaran antusias terhadap materi penyuluhan
b. Tidak ada sasaran yang meninggalkan tempat penyuluhan sampai
berakhir
c. Sasaran mengajukan pertayaan dan dapat menyimpulkan hasil
penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
No. Evaluasi Materi Respon Audiens Nilai
(Benar/Salah)
1. Definisi Japanese
Encephalitis atau RAdang
Otak
2. Gejala dan Tanda JE
3. Penyebab JE
4. Cara Mencegah
5. Cara
Menanggulagi/Mengobati
Lampiran 1
Materi Poster

1. Japanese Encephalitis (JE) adalah penyakit radang otak yang di sebabkan oleh
virus Japanese Encefalitis termasuk Family Flavivirus dan merupakan masalah
kesehatan masyarakat di Asia termasuk di Indonesia.
2. Gejala klinis:
a. Demam 5-15 hari setelah gigitan nyamu yang terinfeksi virus Japanese
Encefalitis (JE)
b. Menggigil yang disertai sakit kepala
c. Radang saluran kelenjar yang terasa panas
d. Badan terasa lemah atau lemas
e. Mual serta muntah.
3. Gejala klinis kronis berupa: demam tinggi mendadak, sakit kepala, kaku pada
tengkuk, disorientasi, koma (penurunan kesadaran), kejang, dan kelumpuhan.
4. Pencegahan:
a. Menghidarkan diri dari gigitan nyamuk penular
b. Menjaga kebersihan lingkungan permukiman dan peternakan bebas dari
habitat perkembangbiakan nyamuk penular JE
c. Melakukan imunisasi JE
d. Vaksinasi hewan (babi, kuda dan unggas)
5. Adapun peningkatan penularan penyakit JE ini menurut Kemenkes disebabkan
oleh beberapa fakor resiko antara lain :
a. Peningkatan populasi pada musim hujan;
b. Tidak adanya antibodi spesifik JE baik yang didapat secara alamiah
maupun melalui imunisasi;
c. Tinggal di daerah endemik JE;
d. Perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan digigit oleh nyamuk
misalnya tidur tanpa menggunakan kelambu.
6. Segera laporkan pada Puskesmas terdekat atau Rumah Sakit apabila anda,
saudara, anak, maupun orang di sekitar anda mengalami gejala menderita
penyakit Japanese Encephalitis ata Radang Otak.
Lampiran 2
Materi Penyuluhan
1. Pengertian penyakit dan cara penularan penyakit Japanese Encephalitis
Japanese Encephalitis (JE) adalah penyakit radang otak yang di
sebabkan oleh virus Japanese Encefalitis termasuk Family Flavivirus dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat di Asia termasuk di Indonesia.
Penyakit ini selain menyebabkan radang otak juga dapat menyebabkan cacat
atau lumpuh total terhadap penderitanya.
Penularan virus tersebut sebenarnya hanya terjadi antara nyamuk,
babi, dan atau burung rawa. Manusia bisa tertular virus JE bila tergigit oleh
nyamuk Culex Tritaeniorhynchus yang terinfeksi. Biasanya nyamuk ini
lebih aktif pada malam hari. Nyamuk golongan Culex ini banyak terdapat di
daerah persawahan dan area irigasi. Kejadian penyakit JE pada manusia
biasanya meningkat pada musim hujan.
2. Gejala serta factor resiko penyakit Japanese Encephalitis
Sebagian besar penderita JE hanya menunjukkan gejala yang ringan
atau bahkan tidak bergejala sama sekali. Gejala dapat muncul 5-15 hari
setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi virus berupa demam, menggigil,
sakit kepala, lemah, mual, dan muntah. Kurang lebih 1 dari 200 penderita
infeksi JE menunjukkan gejala yang berat yang berkaitan dengan
peradangan pada otak (encephalitis), berupa demam tinggi mendadak, sakit
kepala, kaku pada tengkuk, disorientasi, koma (penurunan kesadaran),
kejang, dan kelumpuhan. Gejala kejang sering terjadi terutama pada pasien
anak-anak. Gejala sakit kepala dan kaku pada tengkuk terutama terjadi pada
pasien dewasa. Keluhan-keluhan tersebut biasanya membaik setelah fase
penyakit akut terlampaui, tetapi pada 20-30% pasien, gangguan saraf
kognitif dan psikiatri dilaporkan menetap. Komplikasi terberat pada
kasus Japanese Encephalitis adalah meninggal dunia (terjadi pada 20-30%
kasus Encephalitis).
Adapun peningkatan penularan penyakit JE ini menurut Kemenkes
disebabkan oleh beberapa fakor resiko antara lain :
a. Peningkatan populasi pada musim hujan;
b. Tidak adanya antibodi spesifik JE baik yang didapat secara alamiah
maupun melalui imunisasi;
c. Tinggal di daerah endemik JE;
d. Perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan digigit oleh nyamuk
misalnya tidur tanpa menggunakan kelambu.
3. Pencegahan dan penanggulangan penyakit Japanese Encephalitis
Adapun intervensi yang paling utama dalam pencegahan dan
pengendalian JE adalah pengendalian vektor baik secara kimiawi maupun
non kimiawi, menjaga kebersihan lingkungan permukiman dan peternakan
bebas dari habitat perkembangbiakan nyamuk penular JE, penguatan
surveilans, dan imunisasi JE pada manusia di samping vaksinasi hewan
(babi, kuda dan unggas). Imunisasi merupakan cara yang paling efektif
untuk mencegah JE pada manusia.
Hingga saat ini, belum ada obat untuk mengatasi infeksi JE dan yang
paling efektif untuk mencegah adalah melakukan imunisasi. Adapun
pengobatan bersifat suportif untuk mengurangi tingkat kematian akibat JE.
Pengobatan yang diberikan adalah berdasarkan gejala yang diderita pasien
(simtomatik), istirahat, pemenuhan kebutuhan cairan harian, pemberian obat
pengurang demam, dan pemberian obat pengurang nyeri. Pasien perlu
dirawat inap supaya dapat diobservasi dengan ketat, sehingga penanganan
yang tepat bisa segera diberikan bila timbul gejala gangguan saraf atau
komplikasi lainnya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Japanese Encephalitis (JE) adalah penyakit radang otak yang di
sebabkan oleh virus Japanese Encefalitis termasuk Family Flavivirus dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat di Asia termasuk di Indonesia.
Penyakit ini selain menyebabkan radang otak juga dapat menyebabkan cacat
atau lumpuh total terhadap penderitanya.
Sebagian besar penderita JE hanya menunjukkan gejala yang ringan
atau bahkan tidak bergejala sama sekali. Gejala dapat muncul 5-15 hari
setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi virus berupa demam, menggigil,
sakit kepala, lemah, mual, dan muntah. Kurang lebih 1 dari 200 penderita
infeksi JE menunjukkan gejala yang berat yang berkaitan dengan
peradangan pada otak (encephalitis), berupa demam tinggi mendadak, sakit
kepala, kaku pada tengkuk, disorientasi, koma (penurunan kesadaran),
kejang, dan kelumpuhan.
Hingga saat ini, belum ada obat untuk mengatasi infeksi JE dan yang
paling efektif untuk mencegah adalah melakukan imunisasi. Adapun
pengobatan bersifat suportif untuk mengurangi tingkat kematian akibat JE.
Pengobatan yang diberikan adalah berdasarkan gejala yang diderita pasien
(simtomatik), istirahat, pemenuhan kebutuhan cairan harian, pemberian obat
pengurang demam, dan pemberian obat pengurang nyeri.
B. Saran
Dengan pembuatan proposal ini diharapkan akan membantu dan
meanmabah pengetahuan masyarakan mengenai penyakit JE.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Kota Palu.


Profil Perencanaan Palu Selatan Tahun 2016.
Infodatin Kementerian Kesehatan RI Tahun 2018. Mengenal Penyakiit Radang
Otak Japanese Enchepaliitiis. ISSN: 2442-7659.
Infodatin Kementerian Kesehatan RI Tahun 2018. Canangkan Imunisasi Cegah
Radang Otak Japanese Enchepalitis (JE). ISSN: 2442-7659.
Infodatin Kementerian Kesehatan RI Tahun 2018. Japanese Enchepalitis
Berkorelasi dengan Banyaknya Area Persawahan, Peternakan Babi dan
Burung Rawa. ISSN: 2442-7659.

Anda mungkin juga menyukai