Anda di halaman 1dari 54

WRAP UP

Skenario 1
“BLOK CAIRAN”
“KEKURANGAN CAIRAN “

Kelompok A1

Ketua Kelompok : 1102014045 Aswan Bagastoro

Sekertaris : 1102014058 Bianca Caterinalisendra


Anggota :
1. 1102013021 Alsabaravi Ghiffari
2. 1102014022 Ananda Umica Ressapati
3. 1102014036 Antania Saraswati
4. 1102014059 Bunga Fiskalina
5. 1102014061 Choirunnisa Yaumal Akhir
6. 1102014069 Desy Indriani
7. 1102014074 Dimas Aji Kusuma
8. 11020140133 Irene Novita
9. 1102014143 Khansadhia H. Moooiindie

Jl. Letjend. Suprapto, CempakaPutih, Jakarta 10510


Telp. 62.21.4244574 Fax. 62.21.42445
Daftar Isi

Daftar Isi.....................................................................................................................................1

Skenario......................................................................................................................................2

Kata Sulit....................................................................................................................................3

Pertanyaan..................................................................................................................................3

Brain Storming...........................................................................................................................3

Hipotesa......................................................................................................................................6

Learning Objective.....................................................................................................................9

Pembahasan
1. Memahami dan Menjelaskan cairan dan Larutan………………………………………………………………………..10
1.1. Definisi cairan dan larutan
1.2. Komposisi cairan dan larutan
1.3. Fungsi cairan dan Larutan
1.4. Perbedaan cairan dan Larutan
1.5. Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan
2. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan cairan dalam tubuh……………………………………………..…21
2.1. Mekanisme keseimbangan
2.2. Kompartmen keseimbangan cairan tubuh(kadar)
2.3. Input output
3. Memahami dan Menjelaskan Dehidrasi dan Hipovalemi…………..…………………………………………….……27
3.1. Definisi Dehidrasi dan Hipovolemi
3.2. Gejala dehidrasi dan hipovolemi
3.3. Klasifikasi dehidrasi dan hipovolemi
3.4. Mekanisme dehidrasi dan hipovolemi
4. Gangguan keseimbangan elektrolit dalam tubuh……………………………………………………………………..….38
4.1. Hiponatremi
4.2. Hipokalemi
5. Etika minum dalam Islam……………………………………………………………………………………………………………..48

Daftar Pustaka........................................................................................................................................54
Skenario

Kekurangan cairan

Seorang remaja 19 tahun dibawa ke IGD RS YARSI kaarena pingsan setelah berolahraga. Pada
pemeriksaan fisik tampak lemas, bibir dan lidah kering. Sebelum dibawa kerumah sakit,
temannya telah memberikan larutan pengganti cairan tubuh. Di RS,penderita segera diberikan
infus cairan kristaloid (elektrolit). Hasil pemeriksaanlaboratorium menununjukan kadar natrium:
130 mEq/L, kalium: 2,5 mEq/L dan klorida:95 mEq/L. Setelah kondisi membaik pasien
diperbolehkan pulang dan dianjurkan untuk minum sesuai dengan etika islam
Kata Sulit

1. Cairan Elektrolit :Cairan yang dapat mengalirkan arus listrik (ion)


2. Cairan Tubuh :Cairan sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis tertentu
3. Larutan :Campuran yang bersifat homogen dalam molekul,ion atau atom. Dari
dua zat atau lebih
4. Infus :Memasukan Cairan tertentu ke dalam tubuh
5. Nilai meq :Jumlah satuan ion yang di butuhkan untuk menetralkan muatan
elektron ion
6. Natrium :Kation utama di cairan ekstraseluler
7. Klorida :Anion utama di cairan Ekstraseluler
8. Kalium :Kation utama di cairan Intraseluler

Pertanyaan

1. Sebutkan apa saja Gejala dari kekurangan cairan selain merasa lemas, bibir dan lidah
kering?
2. Penyakit apa yang ditimbulkan dari kekurangan cairan elektrolit?
3. Jelaskan bagaimana mekanisme tubuh saat kekurangan Cairan?
4. Bagaimana penangganan Dehidrasi
5. Apa fungsi cairan elektrolit sendiri bagi tubuh kita?
6. Zat-zat apa yang terkandung dalam Infus cairan elektrolit?
7. Bagaimana Cara pencegahan dehidrasi?
8. Faktor dan penyebab apa saja yang dapat mempengaruhi kekurangan cairan?
9. Sebutkan etika minum dalam islam?
10. Mineral apa saja yang ada dalam tubuh manusia?
11. Sebutkan komposisi cairan dalam tubuh manusia?

Brain Storming

1 Gejala dehidrasi
1) Dehirasi ringan :yang ditandai oleh mulut dan bibir kering turgor kulit normal,
tenggorokan kering dan sakit kepala.
2) Dehidrasi sedang :yang ditandai oleh mengantuk, pusing, otot lemah, mata kering, haus
urin sedikit dan berwarna gelap/kuning tua, demam

3) Dehidrasi berat: urin gelap, hipotensi, ekstremitas dingin, kram otot, lemah, lidah
bengkak, nadi cepat, mata cekung, menggigil, penurunan fungsi ginjal
pingsan
2 Penyakit yang ditimbulkan dari kekurangan cairan elektrolit adalah
Hipovolemi: adalah situasi darurat dimana terdapat kekurangan cairan dan darah
yang parah yang membuat jantung tidak bisa memompa cukup darah ke
organ-organ tubuh.
Hiponatremia: adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah
adalah rendah abnormal.
Hipokalemia: adalah rendahnya kadar kalium didalam darah kita bisa menyebabkan
kelemahan otot, kejang otot dan bahkan kelumpuhan.

3)mekanisme tubuh saat kekurangan Cairan


saat tubuh mendeteksi kekurangan dengan 3 cara:
1) baroreseptor terdapat di aorta dan sinus
2) Osmoresepto terdapat di hipotalamus
3) Volume reseptor terdapar di atrium jantung
Apabila kekurangan cairan: memberi sinyal kepada hipofisis, mengaktifkan ADH
sehingga untuk mengeluarkan sedikit urin
Apabila Kelebihan Cairan: Hormon ADH non aktif sehingga urin keluar banyak
Aktifin hormon antipretin sehingga ekskrsi cairan banyak
4 Penangganan dehidrasi:

Dehidrasi ringan: Mengkonsumsi air putih minimal 8 gelas atau 2 L perhari

Pemeriksaan fisik dan turgol kulit

Dehidrasi berat: Infus (penanggan penyakit sebelumnya)


5 Fungsi cairan elektrolit dalam tubuh:

Menjaga keseimbangan homeostatis tubuh yaitu keseimbangan cairan tubuh dan membantu
dalam metabolism sel dan dalam pencernaan sel

6 Zat-zat yang terkandung dalam Infus cairan elektrolit


Nacl, dextrose, kalium, magnesium,zinc

7 Cara pencegahan dehidrasi


Mengkonsumsi air mineral minimal 8 gelas atau 2 liter perhari
Menjaga aktivitas agar teratur
Hindari minuman yang berkafein dan alkhol
Hindari merokok

8 Faktor dan penyebab yang dapat mempengaruhi kekurangan cairan

Kekurangan asupan air

Kekurangan zat natrium dalam tubuh

Latihan yang berlebihan yang tidak dibarengi asupan makanan

Sinar panas matahari

Diet keras

Obat-obatan yang di gunakan terlalu lama contoh: pemberian obat deuretika yang panjang

Luka bakar yang dapat mengakibatkan seseorang kehilangan banyak cairan tubuh

9 etika minum dalam islam:

1. Memakan makanan yang halal dan baik


2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
3. Makan dan minum sambil duduk
4. Membaca bismillah sebelum makan dan minum
5. Makan dan minum menggunakan tangan kanan
6. Makan dengan tiga jari
7. Memungut makanan yang jatuh
8. Tidak mencela makanan
9. Tidak boleh bernafas dan meniup wadah
10. Tidak makan dan minum secara berlebihan

10 mineral yang dibutuhkan bagi manusia:


Mineral dalam tubuh:
Makro: Mikro:
Natrium zinc
Kalium kobal
Magnesium ferum
Kalsium Selenium

11 komposisi cairan dalam tubuh manusia:


 Kompartemen Intrasel:
Cairan Intrasel (intracellular fluid) adalah cairan yang terdapat dala sel tubuh. Volume Cairan
Intrasel sekitar 30% berat badan atau 60% dari jumlah air tubuh total. Kandungan air di
intrasel lebih banyak dari ekstrasel dan persentae voluma CIS pada anak lebih kecil daripada
dewasa. CIS berperan dalam preses replikasi dan sebagai cadangan air untuk
mempertahankan volume dan osmolalitas ekstrasel

 Kompartemen Ekstrasel :
CES adalah cairan diluar sel.CES dibagi menjadi 3 bagian:

 Interstisial : cairan disekitar sel. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial.
 Intravaskular : cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah.
 Transelular : cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh.
Hipotesa
Aktifitas sehari-hari atau penyakit dapat menyebabkan tidak seimbangnya cairan tubuh yaitu
dehidrasi dan hipovolemi serta ketidakseimbangan elektrolit yang menyebabkan hypokalemia
dan hiponatermia. Olahraga yang teratur dan asupan cairan tubuh sehari-hari sesuai etika islam
harus di jaga agar kondisi tubuh tetap optimal sehingga tubuh tidak kekurangan cairan
Learning Objective

1. Memahami dan Menjelaskan cairan dan Larutan.


1.1 Definisi cairan dan larutan
1.2 Komposisi cairan dan larutan
1.3 Fungsi cairan dan Larutan
1.4 Perbedaan cairan dan Larutan
1.5 Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan
2. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan cairan dalam tubuh
2.1 Mekanisme keseimbangan
2.2 Kompartmen keseimbangan cairan tubuh(kadar)
2.3 Input output
3. Memahami dan Menjelaskan Dehidrasi dan Hipovalemi
3.1 Definisi Dehidrasi dan Hipovolemi
3.2 Gejala dehidrasi dan hipovolemi
3.3 Klasifikasi dehidrasi dan hipovolemi
3.4 Mekanisme dehidrasi dan hipovolemi
4. Gangguan keseimbangan elektrolit dalam tubuh
4.1 Hiponatremi
4.2 Hipokalemi
5. Etika minum dalam Islam
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Cairan dan Larutan

1.1 Definisi Cairan dan Larutan


 Definisi cairan
 Cairan adalah bahan yang langsung mengalir secara alamiah, bukan
padat atau gas.
(Sukmariah, M, & Kamiyanti, A. 1990. Kimia kedokteran. Jakarta :
Binarupa Aksara)

 cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zatterlarut). Cairan sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisi tubuh tetap sehat.Cairan di dalam tubuh sebanyak 60% dari
berat tubuh atau 2/3 dari berat tubuh.(Mima & Swearingen, 1995)

 Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price,
2006).

 Cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut /zat terlarut
(Horne, 2001).
Kesimpulan: Cairan adalah larutan/air(pelarut/solvent) dan solute (elektrolit dan non
elektrolit)
Definisi larutan
a. Menurut R. Voight hal. 391
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung obat terlarut, menurut aturannya
didalam air atau cairan yang didominasi air.

b. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV hal. 15


Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang saling
bercampur.
c. Menurut Ansel hal. 304
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut, biasanya dilarutkan didalam air, yang karena bahannya, cara peraciknya
atau penggunaannya tidak dimasukkan dalam produk lain.

d. Menurut Formulariun Nasional hal. 332


Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut, biasanya dilarutkan didalam air atau lebih didalam pelarut, dimasukkan
kedalam rongga tubuh.

e. Menurut Parrot hal. 174


Larutan adalah suatu sistem farmasi yang berisi atau lebih, preparat cair yang
mengandung satu atau lebih zat terlarut dan dimana metode pembuatannya tidak
menggunakan metode persiapan atau bahan terklasifikasi dalam katekori lain.

f. Menurut RPS
Larutan adalah campuran homogen yang dibuat dengan cara melarutkan zat cair,
padat atau garam dalam pelarut- pelarut (beberapa pelarut) lain dan mewakili
beberapa kelompok sediaan yang mana molekul pada pelarut atau bahan pelarut
yang terdispersi dalam larutan.

g. Menurut Scoville’s hal.125


Larutan adalah campuran homogen atau campuran dari dua atau lebih untuk bentuk
larutan yang jernih, larutan dikatakan homogeny, karena mewakili pelarut dalam
suatu molekuler atau submolekuler ionik yang tetap dalam keadaan subdivision.

f. .Menurut kimia kedokteran edisi 2


Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih macam zat yang terdiri dari
solute (zat terlarut) dan solvent (pelarut)
Kesimpulan :
Larutan (solute) merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua komponen atau lebih.
Komponen yang lebih sedikit disebut sebagai solute (zat terlarut), sedangkan yang jumlahnya
lebih banyak dinyatakan sebagai solven (pelarut).

Jenis cairan dan larutan


Jenis-Jenis larutan
Berdasarkan Fasanya
Solvent Contoh Solute Contoh Contoh campuran
(Pelarut) (Terlarut)
Zat cair Air Zat cair Alkohol Spiritus
Zat cair Aseton Gas Asetilen Zat untuk las
Zat cair Air Zat padat Garam Larutan garam
Gas Udara Zat cair Minyak Wangi Spray
Gas O2 Gas He Gas untuk mengelas
Gas O2 Zat padat Naftalen Kamfer
Zat padat Cd Zat cair Hg Amalgam gigi
Zat padat Pd Gas H2 Gas oven
Zat padat Au Zat padat Ag

Berdasarkan Kejenuhan
a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari
yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel-
partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan
tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh (
masih dapat larut).
b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut
dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang
partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi
maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan
tepat jenuh.
c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih
banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan
yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh
terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).

Berdasarkan Daya Hantar Listriknya


Kekuatannya tergantung pada nilai koefisien ionisasinya (α)
a)Elektrolit
Dapat menghantarkan arus listrik - Kuat → α=1
- lemah → 0 < α < 1
b)Non Elektrolit
Tidak dapat menghantarkan arus listrik α = 0

Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut


a)Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding
solvent.
b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.

Macam-macam Cairan
a. Cairan Intrasel : Cairan yang terdapat didalam sel tubuh manusia. Volumenya
Lebih kurang dari 33 % berat badan (60% air tubuh total).
Kandungan air intrasel lebih banyak dibandingkan ektrasel.
Contoh : Kalium sebagai kation utama, fosfat sebagai anion
b. Cairan Ektrasel : Cairan yang terdapat diluar tubuh. Cairan ektrasel terdiri:
 Cairan Intersisium atau cairan antar sel yang berada diantara sel
 Cairan Intravaskular, yang berada dalam pembuluh darah yang merupakan
bagian air dari plasma darah
 Cairan Transeluler, yang berada dalam rongga-rongga khusus, misalnya cairan
otak ( likuor serebropinal), bola mata, sendi.
Cairan ektrasel berperan sebagai :
-Penghantar semua keperluan sel (nutrient, oksigen, baebagai ion, dan regulator
hormon)
-Pengangkut CO2, sisa metabolisme, bahan toksik atau bahan yang telah
mengalami detoksifikasi dari sekitar lingkungan sel.
Contoh Na sebagai Kation, klorida sebagai anion.

 1.2 Komposisi cairan dan larutan


Komposisi Cairan Tubuh menurut departemen kesehatan RI 2010

1. Air

Merupakan senyawa utama dalam tubuh manusia (Horne, 2001), sedangkan menurut Price
(2006), air adalah pelarut bagi semua zat terlarut dalam tubuh baik dalam tubuh suspensi maupun
larutan.

2. Solut (terlarut )

Selain air cairan tubuh mengandung 2 jenis substansi terlarut (zat terlarut), yaitu :

a. Elektrolit

Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk
saling berkaitan satu sama lain (miliekuivalen / liter [mEq/v]) atau dengan berat molekul dalam
gram (milimol/liter [mol/L]).

1) Kation

Merupakan ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraseluler utama
adalah Natrium (Na+)-, sedangkan kation intraseluler utama adalah Kalium (K+). Sistem pompa
terdapat di dinding sel tubuh yang memompa Natrium ke luar dan Kalium ke dalam.

2) Anion

Merupakan ion-ion yang membentuk muatan negative dalam larutan. Anion ekstraseluler utama
adalah Klorida (Cl-), sedangkan anion intraseluler utama adalah Fosfat (Po43-).

b. Non-elektrolit
Adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan bermuatan listrik ( Prrice, Sylvia ).
Nonelektrolit terdiri dari protein, urea, glukosa, oksigen, karbondioksida, dan asam-asam
organik.

Tabel 1. Komposisi Elektrolit dalam Cairan Tubuh Manusi

Tabel 2. Gambaran Perbedaan Kation/Anion dalam Cairan Intraselular dan Interstitial

1.3 Fungsi Cairan dan Larutan

Fungsi Larutan :
Secara umum berfungsi untuk membentuk suatu zat baru antara solute (zat terlarut) dan solvent
(pelarut)

Fungsi Cairan antara lain :

a. sebagain pelarut dan alat angkut

Sebagai pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida, asam amino, lemak, vitamin dan
mineral serta bahan-bahan lain yang diperlukan seperti oksigen dan hormon. Zat-zat gizi
dan hormon ini di bawa ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkan. Di samping itu,
cairan tubuhjuga berperan sebagai alat angkut berbagai komponen sisa metabolisme
termasuk kabondioksida dan urea untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, ginjal,
dan kulit.

b. sebagai katalisator

Sebagai komponen yang mempermudah dan mempercepat berbagai reaksi biologik di


dalam tubuh, termasuk di dalam saluran pencernaan.cairan tubuh juga diperlukan untuk
memecah dan menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana.

c. sebagai pelumas

Dalam air sendi-sendi tubuh sehingga tidak saling bergesekan dan dapat bergerak dengan
bebas tanpa menimbulkan rasa sakit.

d. sebagai pengatur suhu tubuh

Karena cairan seperti air mempunyai kemampuan untukmenyalurkan panas, sehingga


memegang peranan penting dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh. Sebagian panas
yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh
sekitar 37 derajat Celcius. Suhu ini merupakan suhu paling cocok untuk bekerjanya enzim-
enzim dalam tubuh. Kelebihan panas yang diperoleh dari metabolisme tubuh perlu segera
dikeluarkan dari dalam tubuh. Sebagian besar pengeluaran suhu ini melalui penguapan
(keringat) sehingga suhu tubuh tetap stabil.

e. sebagai peredam benturan


Terdapat pada permukaan organ-organ tubuh tertentu yang bersifat lunak untuk
menghindari dan meredam benturan yang dapat menyebabkan kerusakan. Diantaranya
adalah cairan dalm bola mata, jaringan syaraf tulang belakang, dan air ketuban untuk
menghindari benturan pada janin.

f. Menjaga Dengan terapi air yang penggunaanya secara internal dengan minum air atau
ekternal sebagai pengobatan penyakit.

Hal ini terjadi karena cairan yang berupa air diminum dengan jumlah cukup dan metode
yang benar dapat memurnikan racun-racun yang terdapat di dalam tubuh. Terapi air juga
dapat menjaga ketersediaan air dalam tubuh sehingga darah tidak mengalami kekentalan
yang berlebihan yang dapat menyebabkan darah tinggi. Terapi air dapt juga untuk menjaga
kecantikan. Kulit merupakan bagian terluar yang langsung bersentuhan dengan udara luar,
panas, cahaya matahari juga polusi. Untuk menjaga elastisitas kulit, air yang diperlukan
dalam jumlah yang cukup mutlak diperlukan. Air dapat melembabkan kulit sehingga tidak
mudah kering dan menimbulkan kerutan. Untuk menjaga keseimbangan berat badan, air
sangat mutlak diperlukan. Ternyata air dapat meningkatkan metabolisme dan menekan
nafsu makan. Minum banyak air putih dapat menyaring kelebihan kalori.

h. kecantikan dan kesehatan tubuh

Transport cairan dalam tubuh ada 4, yaitu:

1. Difusi

Pergerakan molekul melintasi membran semipermeabel dari kompartemen dengan 
 konsentrasi

tinggi ke konsentrasi rendah

2. Osmosis 


Pergerakan dari solvent (pelarut) melintasi membran sel dari larutan berkonsentrasi 
 rendah
menuju konsentrasi tinggi. 


3. Transport aktif

Pergerakan dari konsentrasi tinggi ataupun rendah. Proses transpor aktif penting untuk
mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium antara cairan intraselular dan

ekstraselular. 


4. Filtrasi


Proses perpindahan cairan dan solut melintasi membran bersama-sama dari kompartemen

bertekanan tinggi menuju kompartemen bertekanan rendah. 


(Faqih, 2009) 


1.4 Perbedaan Cairan dan Larutan

 Larutan itu campuran homogen dari dua zat atau lebih serta sama ukuran partikelnya, tidak
dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut partikel-partikel
penyusunnya berukuran sama. Dalam larutan fase cair pelarutnya (solvent) adalah cairan dan
zat terlarut di dalamnya disebut zat terlarut(solute) bisa berwujud cair, padat, atau gas.
 Sedangkan cairan, adalah campuran yang heterogen yaitu antara pelarut dan zat terlarutnya
masih dapat dibedakan. Partikel-partikel pembentuknya solute maupun solventnya masih
menunjukkan sifat dari masing-masing partikel tersebut.. (juliantara, 2009)
 Kesimpulanya:
Cairan terdiri dari 1 zat, sedangkan larutan terdiri dari 2 zat atau lebih yang terdiri dari solute
dan solvent

1.5 Faktor yang mempengaruhi larutan


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :
1. PH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel zat
5. Konstanta dielektrik pelarut
6. adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks, ion sejenis dll.

1. Pengaruh pH
 Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan umumnya adalah Zat
organik yang bersifat asam lemah, dimana kelarutannya sangat dipengaruhi oleh
pH pelarutnya.
 Kelarutan asam-asam organik lemah seperti barbiturat dan sulfonamide dalam
air akan bertambah dengan naiknya pH karena terbentuk garam yang mudah
larut dalam air.
 Sedangkan basa-basa organik lemah seperti alkoholida dan anastetika lokal pada
umumnya sukar larut dalam air.
2. Pengaruh temperatur (suhu)
o Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung kepada temperatur, titik leleh
zat padat dan panas peleburan molar zat tersebut.
 Kelarutan suatu zat padat dalam air akan semakin tinggi bila suhunya dinaikan.
 Adanya panas (kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul
zat padat tersebut. Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan gaya
antar molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik
molekul-molekul air.
 Berbeda dengan zat padat, adannya pengaruh kenaikan suhu akan menyebabkan
kelarutan gas dalam air berkurang. Hal ini disebabkan karena gas yang terlarut di
dalam air akan terlepas meninggalkan air bila suhu meningkat.

 Suhu
Untuk Campuran padat-cair pada umumnya :
Jika suhu tinggi maka kelarutanyaakan tinggi
(T > → Kelarutan >)
3. Pengaruh jenis pelarut
 Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut.
 Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula
sebaliknya. Kelarutan juga bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan
gugus polar dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non
polar suatu zat, makin sukar zat tersebut larut dalam air.

 Sifat solute dan solventnya


Berlaku aturan “like dissolve like”
Yakni suatu solute akan mudah larut dalam solvent yang punya sifat yang
sama dengan solute,di mana solute polar mudah larut dalam solvent polar dan
solute non polar mudah larut dalam solvent non polar.
Contoh : garam dapur (polar) larut dalam air (polar)
4. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel suatu zat,
Pengaruh konstanta dielektrik
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar
mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat melarutkan zat-zat non polar sukar
larut di dalamnya, begitu pula sebaliknya.
5. Pengaruh penambahan zat-zat lain
 Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikan kelarutan
suatu zat.
 Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu bagian polar dan non polar
 apabila didispersikan dalam air pada konsentrasi yang rendah, akan berkumpul
pada permukaan dengan mengorientasikan bagian polar ke arah air dan bagian
non polar kearah udara,
 surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk agregat yang
dikenal sebagai misel.

LO. 2 Memahami & Menjelaskan Keseimbangan Cairan Dalam Tubuh


2.1) Mekanisme Keseimbangan

Dari beberapa sumber pengeluaran dan pemasukan H2O, hanya dua sumber yang dapat diatur
oleh tubuh untuk menjaga keseimbangan H2O. Untuk input H2O, rasa haus dapat diatur untuk
memenuhi intake H2O dan untuk output H2O, ginjal dapat mengatur banyaknya urin yang akan
dibentuk. Pengaturan pengeluaran H2O pada urin adalah faktor terpenting dalam menjaga
keseimbangan H2O.

Beberapa faktor lain dapat diatur, namun tidak menjadi pengaturan utama dalam menjaga
keseimbangan H2O. Asupan air dari makanan dapat diatur untuk menjaga keseimbangan energi,
dan kontrol terhadap pengeluaran keringat penting untuk menjaga suhu tubuh. H2O yang
dihasilkan secara metabolik dan pengeluaran H2O dengan cara insensible loss tidak dapat diatur
oleh tubuh

Pengaturan output air oleh vasopressin pada urin


Perubahan osmolaritas cairan ekstraselular yang disebabkan oleh ketidak seimbangan


input/output H2O dapat dikompensasi secara cepat dengan mengatur pengeluaran H2O oleh urin,
tanpa harus mengeksresi zat-zat garamnya. Oleh karena itu, reabsorbsi dan eksresi H2O
dibedakan dari reabsorbsi dan eksresi solute, sehingga jumlah H2O bebas yang dijaga/dibuang
dapat berubah secara cepat untuk menjaga osmolaritas cairan ekstraselular. Reabsorbsi dan
eksresi H2O bebas diatur oleh sekresi hormon vasopressin. Di seluruh nefron ginjal, reabsorbsi
H2O sangat penting untuk mengatur volume cairan ekstraselular karena reabsorbsi garam
disertai dengan reabsorbsi H2O dalam jumlah yang sama. Namun pada distal dan tubulus
kolektivus, reabsorbsi H2O bebas dapat terjadi tanpa harus menyerap garam dalam jumlah yang
sama. Hal ini dikarenakan adanya gradien osmotik vertikal dalam medulla ginjal, di mana
terdapat sebagian dari tubulus itu.Vasopressin meningkatkan permeabilitas terhadap H2O di
bagian akhir tubulus tersebut. Jumlah H2O bebas yang direabsorbsi sangat bervariasi, tergantung
dari jumlah vasopressin yang disekresi, dan dari osmolaritas cairan ekstraselular.
Vasopressin diproduksi di hypothalamus, dan disimpan di kelenjar pituitary. Vasopressin
disekresi dari bagian posterior kelenjar pituitary atas perintah dari hypothalamus.

Pengatur input air oleh mekanisme haus


Haus adalah sensasi yang dirasakan secara subjektif, yang mendorong manusia untuk minum.
Pusat haus terletak di hypothalamus, dekat dengan sel-sel yang mensekresi vasopressin.

Pusat kontrol hypothalamus yang mengatur sekresi vasopressin dan rasa haus bekerja secara
bersamaan. Adanya vasopressin dan rasa haus distimulasi oleh defisit H2O, dan kebalikannya,
ditekan oleh adanya H2O bebas. Oleh karena itu, perintah untuk mengurangi output H2O oleh
urin biasanya diiringi dengan rasa haus, supaya segera mendapat asupan H2O.

Gambar 4. Regulasi Sekresi Vasopressin & Rasa Haus (Sherwood, et. al., 2010)

Peranan osmoreseptor hypothalamus


Pusat penerimaan input rasa haus dan sekresi vasopressin terletak pada bagian osmoreseptor
hypothalamus. Osmoreseptor ini terus-menerus memonitor osmolaritas dari cairan yang
mengelililinginya. Ketika osmolaritas cairan meningkat (karena kekurangan H2O), kebutuhan
untuk menahan pengeluaran H2O meningkat. Hal ini menyebabkan sekresi vasopressin dan
adanya rasa haus. Akibatnya, terjadi peningkatan reabsorbsi H2O di distal dan tubulus
kolektivus, sehingga H2O dapat dikonservasi; namun di saat yang bersamaan, tubuh tetap
memaksa agar intake H2O dilakukan segera. Seluruh mekanisme tersebut dapat mengganti H2O
yang berkurang dari cairan ekstraselular, sehingga kondisi

hipertonis cairan dapat diatasi. Kebalikannya, apabila terjadi kelebihan H2O, dengan manifestasi
rendahnya osmolaritas cairan ekstraselular, menyebabkan meningkatnya produksi urin, dan
menghilangkan rasa haus.

Peranan reseptor volume pada arteri kiri jantung

Meskipun stimulus sekresi vasopresin dan rasa haus terjadi karena peningkatan osmolaritas
cairan ekstraselular, namun sel pensekresi vasopressin dan pusat rasa haus juga dipengaruhi oleh
perubahan volume cairan ekstraselular yang dideteksi oleh reseptor volume pada arteri kiri
jantung. Reseptor-reseptor ini merespon tekanan peregangan pembuluh darah yang dipengaruhi
oleh aliran darah, yang dapat dianggap sebagai volume cairan ekstraselular. Reseptor tersebut
memonitor ‘seberapa penuhnya’ pembuluh darah. Ketika terjadi penurunan volume ekstraselular
yang tinggi (penurunan volume lebih dari 7%)

2.2 Kompartemen dan Kadar Keseimbangan Cairan Dalam Tubuh


 Cairan intraselular dan ekstraselular
Cairan dalam sel (cairan intraselular), dan cairan yang terdapat di sekitaran sel (cairan
ekstrasel). 2/3 cairan terdapat di dalam sel (cairan intraselular). 1/3 nya terdapat di cairan
ekstraselular.

Di ekstraselular terbagi menjadi 2, yaitu cairan plasma dan cairan interstitial. Cairan
plasma adalah cairan yang ada di dalam darah dan merupakan 1/5 dari cairan
ekstraselular. Cairan interstitial adalah cairan yang terdapat pada rongga antar sel, dan
merupakan 4/5 dari cairan ekstraselular.

Dua kategori cairan ekstraselular yang tergolong sedikit yaitu cairan limfe dan cairan
transelular. Limfe adalah cairan yang dikembalikan dari cairan interstitial ke plasma
darah melalui system limfe, yang berfungsi sebagai imunitas tubuh. Cairan traselular
terdiri dari cairan kumpulan cairan-cairan yang terspesialisai, yaitu cairan yang
disekresikan oleh sel tertentu, yang ditujukan kepada bagian tubuh tertentu dengan fungsi
spesifik. Cairan transelular meliputi cairan serebrospinal (mengeilingi,melindungi, dan
menutrisi otak dan saraf tulang belakang), cairan intraocular( mempertahankan bentuk
dan menutrisi mata), cairan synovial (melumasi dan berfungsi sebagai bantalan
persendian), cairan pericardial, intrapleural, dan peritoneal (secara berurutan, melumasi
gerakan jantung,paru-paru,usus), dan cairan digestistivus. (Sherwood, et al, 2010)

2.3 Input output cairan tubuh


1. Intake Cairan
Sebanyak 1250 ml H2O didapatkan dari minuman, namun dengan jumlah yang hampir
sama yaitu 1000 ml H2O didapatkan dari makanan (dalam bentuk padat). Perlu diingat
otot memiliki kandungan air sebanyak 75%, buah dan sayuran memiliki kandungan air
sebanyak 60-90%. Sehingga, sebagian besar air yang didapatkan manusia sehari-harinya,
berasal dari makanan padat dan minuman. Sisanya, sumber H2O yang paling kecil
didapatkan adalah proses metabolism tubuh. Beberapa reaksi kimia di dalam sel
mengkonversi bahan makanan dan o2 menjadi energy, dengan menghasilkan CO2 dan
H2O, proses metabolisme ini mengeluarkan h2o dari sel menuju cairan ekstraselular
sebanyak 350 ml setiap harinya. Sehingga, rata-rata input H2O manusia setiap harinya
adalah 2600 ml. sumber H2O lain juga didapatkan dalam kondisi terapi/pengobatan,
misalnya melalui infus.

2. Output Cairan
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus urinarius merupakan
proses output cairantubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-
1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada orang yang
sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar
keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan mekanisme diffusi. Pada
orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400
ml per hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat
meningkat.
d. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari
anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur melalui mekanisme
reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
Kesimpulan:
Input:
Asupan cairan : 1250 ml/hari
H2O dalam makanan : 1000 ml/hari
H2O yang diproduksi : 350 ml/hari
oleh metabolisme
Jumlah : 2600 ml/hari

Output:
Urine : 1500 ml/hari
Faeces : 100 ml/hari
Keringat : 100 ml/hari
Insensible water loss : 900 ml/hari
Jumlah : 2600 ml/hari
LO 3. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh

3.1) Definisi Dehidrasi & Hipovolemi

1. Dehidrasi adalah suatu keadaan terlalu banyaknya cairan tubuh yang hilang dan
tidak dapat digantikan dengan baik. Menurut Mann dan Stewart (2007) dan Gavin
(2006), dehidrasi disebabkan karena meningkatnya kehilangan cairan tubuh,
kurangnya asupan air, atau oleh kedua hal tersebut. Dehidrasi ditandai oleh
munculnya rasa haus. Apabila rasa haus tersebut tidak direspon dengan meminum
air dalam jumlah yang cukup maka keadaannya akan semakin memburuk. Rasa
haus ini akan semakin sulit diterima dan direspon seiring dengan bertambahnya
usia. Akibatnya, rasa haus tersebut akan berkembang menjadi rasa lemah dan
lemas, letih, kehilangan kesadaran, bahkan kematian (Whitney & Rolfes 2008;
Adyas, 2011).
Dehidrasi dideskripsikan sebagai suatu keadaan keseimbangan cairan yang negatif
atau terganggu yang bisa disebabkan oleh berbagai jenis penyakit (Huang et al,
2009). Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada
pemasukan air(input) (Suraatmaja, 2010).
Cairan yang keluar biasanya disertai dengan elektrolit (Latief, dkk., 2005).
2. Hipovolemi adalah Kekurangan volume cairan ( FVD ) kehilangan air dan
elektrolit dengan proporsi yang sama. Jadi resiko elektrolit dan air sama besar.
Hipovolemia berbeda dengan istilah dehidrasi, dehidrasi itu sendiri adalah
hilangnya air saja namun kadar Na meningkat, jadi rasio elektrolit dan air tidak
sama besar. Kekurangan volume cairan terjadi akibat hilangnya cairan tubuh
yang lebih cepat atau lebih banyak dari asupanya tetapi bias uga semata – mata
akibat masukan yang tidak adekuat yang terjadi cukup lama.
 Hipovolemi adalah kekurangan cairan terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi
yang sama ketika mereka pada cairan tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum
terhadap air tetap sama. (Brunner & Suddarth, 2002).
 Hipovolemi adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraselular
(CES)
 Hipovolemi adalah penipisan volume CES (kalau yang berak dapat menimbulkan
syok hipovolemik)
 Hipovolemi adalah kekurangan cairan-cairan di bagian CES
 Hipovolemi adalah suatu keadaan berkurangnya volume air ekstrasel. Hipovolemi
disebut juga disebut juga deplesi volume,Pada hipovolemia berkurangnya air dan
natrium terjadi dalamjumlahyang sebanding. Sedangkan Dehidrasi adalah
berkurangnya volume akibat perpindahan air ekstrasel ke intrasel . Peningkatan
ini terjadi akibat peningkatan osmolalitas efektif ekstrasel.

3.2 Gejala Dehidrasi dan Hipovolemi

 Gejala Hipovolemia
Untuk yang ringan, akan merasa lemah, cepat lelah dan haus. Gangguan itu bisa berlanjut
menjadi kram otot dan hipotensi ortostatik, yaitu pandangan menjadi gelap ketika berdiri
dalam waktu lama. Sedangkan pada tingkat yang lebih berat, hipovolemia dengan tingkat
kekurangan cairan hampir 6% ke atas dapat menyebabkan otot melemah, bicara tidak lancar,
bibir menjadi biru, bahkan syok. Gejala-gejala dehidrasi, seperti kurang konsentrasi, sulit
menyelesaikan segala macam tugas dan sakit kepala, juga dapat timbul.

 Gejala Dehidrasi
Tanda atau gejala dehidrasi meliputi : dehidrasi ringan, gejala yang biasanya muncul seperti
terasa haus, bibir kering, tenggorokan kering, kulit kering dan sakit kepala; dehidrasi sedang,
gejalanya seperti pusing, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun, lemah, urine kental
(warna kuning), volume urine sedikit; dan dehidrasi berat, dengan gejala seperti kram otot,
lidah bengkak, sirkulasi darah memburuk, fisik sangat lemah, penurunan fungsi ginjal dan
pingsan

 Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik, dehidrasi dapat dibagi menjadi
dehidrasi ringan, sedang dan berat seperti pada tabel di bawah ini:
3.3 Klasifikasi Dehidrasi dan Hipovolemi

Dehidrasi dapat dibedakan menjadi: 1, 2


1. Dehidrasi isotonik, terjadi jika terjadi kehilangan air dan garam dalam proporsi yang
sama sebagaimana air dan garam pada cairan di sekitar sel. Konsentrasi sodium serum
dan osmolalitas serum tidak terpengaruh jika yang hilang adalah cairan dari intravaskular.
Konsekuensinya, fluid shift tidak terjadi. Sodium serum tetap dalam batas normal, yaitu
135 dan 145 mEq/L.
2. Dehidrasi hipertonik, biasanya terjadi pada bayi atau anak-anak. Hipertonik berarti
ada kadar garam yang tinggi dalam darah sehingga dehidrasi jenis ini dapat terjadi
saat terjadi kehilangan lebih banyak air daripada garam. Diare berair dan muntah
yang berlebihan bisa menjadi penyebabnya.
3. Dehidrasi hipotonik, terjadi jika sodium yang hilang lebih dari cairan atau saat tubuh
mempertahankan air dan konsentrasi sodium serum di bawah 135 mEq/L.
Kekurangan sodium menyebabkan air berpindah dari ekstraseluler ke intraseluler.
Penyebabnya bisa pemberian air putih untuk menggantikan keringat yang hilang,
administrasi cairan IV yang tidak tepat (larutan terlalu hipotonik) atau penggunaan air
keran bukannya suntikan saline. Eksresi sodium yang tidak normal juga bisa
menyebabkan dehidrasi jenis ini seperti pada pasien dengan fibrosis kistik.
Dehidrasi yaitu suatu keadaan tubuh dimana cairan yang keluar lebih banyak daripada
cairan yang masuk. Menurut keadaan klinisnya, dehidrasi dibagi menjadi:1,5
1.Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): turgor berkurang, suara serak (vox
cholerica), pasien tidak syok. Menurut klasifikasi WHO, dehidrasi ringan ditandai
dengan penurunan cairan 5% dari total berat badan tanpa ada keluhan mencolok
selain anak terlihat lesu, haus, dan agak rewel.
2.Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien dalam
keadaan presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam. Menurut klasifikasi
WHO, dehidrasi berat ditandai dengan penurunan cairan 5%-10% dari total BB
dengan tanda berupa gelisah, cengeng , kehausan, mata cekung, dan kulit keriput.

3.Dehidrasi berat (hilang cairan >8% BB): tanda sama dengan dehidrasi sedang
disertai dengan kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, dan
sianosis. Menurut klasifikasi WHO, dehidrasi berat ditandai dengan penurunan
cairan tubuh >10% dari total berat badan dengan tanda berupa berak cair terus-
menerus, muntah terus-menerus, kesadaran menurun, sangat lemas, terus mengantuk,
tidak bisa minum, tidak mau makan, mata cekung, bibir kering dan biru. Selain itu,
terdapat pula tanda berupa cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik, tidak
kencing selama 6 jam atau lebih (frekuensi berkurang), dan terkadang disertai panas
tinggi dan kejang.
Pada umumnya, kehilangan 10-20% cairan tubuh tidak menimbulkan gejala klinik apapun.
Istilah hipovolemi ringan digunakan bila terdapat kehilangan kurang dari atau sama dengan 20%
volume plasma. Hipovolemi sedang apabila tedapat kehilangan 20-40% volume plasma.
Hipovolemi berat terjadi apabila kehilangan lebih dari atau sama dengan 40% volume plasma.

Gejala klinis syok hipovolemik

Sedang
Ringan (20-40% Berat
(<20% volume volume (>40% volume
darah) darah) darah)

Sama
Ekstremitas dengan yang Sama, ditambah
dingin, waktu ringan, ketidakstabilan
pengisian ditambah hemodinamik,
kapiler takikardia, takikardia
meningkat, takipnea, bergejala
diaphoresis, oliguria, dan hipotensi, dan
vena hipotensi perubahan
kolaps,cemas ortostatik kesadaran

3.4 Mekanisme dehidrasi & hipovolemi

Mekanisme Dehidrasi

Saat air yang hilang lebih banyak daripada air yang masuk, dehidrasi akan menstimulasi
rasa haus. Pengurangan volume darah akan menyebabkan tekanan darah turun. Perubahan
tersebut akan menstimulasi ginjal melepaskan renin yang akan mempromosikan
pembentukan angiotensin II. Peningkatan impuls saraf dari osmore-septor di hipotalamus
, memicu peningkatan osmolaritas darah, dan meningkatkan angiotensin II di darah yang
keduanya akan menstimulasi pusat rasa haus di hipotalamus. Sinyal lain yang
menstimulasi rasa haus berasal dari neuron mulut yang mendeteksi kekeringan karena
pengurangan aliran saliva serta baroreseptor yang mendeteksi penurunan tekanan darah
pada jantung dan pembuluh darah. Peningkatan sensasi rasa haus akan memacu seseorang
untuk meningkatkan asupan airnya. Namun, terkadang sensasi haus tersebut tidak terjadi
dengan baik atau akses air terbatasi sehingga dehidrasi yang signifikan mungkin muncul.
Hal tersebut sering terjadi pada orang tua, bayi, dan pada orang yang mengalami
gangguan mental. 4
Pengaturan Kehilangan Air dan Solute 4
Tingkat kehilangan garam urin (NaCl) merupakan faktor utama yang menentukan volume
cairan tubuh. Hal tersebut dikarenakan air mengikuti solute melalui proses osmosis
sementara solute yang paling utama dalam cairan ekstraseluler dan urin adalah sodium
(Na+) dan Cl-. Melalui mekanisme yang sama, osmolaritas cairan tubuh juga ditentukan
oleh banyaknya air yang hilang melalui urin.
Ada tiga hormon penting yang meregulasi kadar reabsorpsi Na dan Cl pada ginjal, yaitu
angiotensin II, aldosteron, dan atrial natriuretic peptide (ANP). Saat dehidrasi,
Angiotensin II dan aldosteron akan mempromosikan reabsorpsi Na dan Cl yang akan
mengkonservasi volume cairan tubuh dengan mengurangi kehilangan melalui urin. Di sisi
lain, jika terjadi peningkatan volume darah seperti saat minum air terlalu banyak, atrium
jantung akan teregang dan terjadi promosi pelepasan ANP. ANP ini akan memberikan
efek natriuresis, yang akan meningkatkan eksresi Na maupun Cl diikuti ekskresi air.
Selain itu juga terjadi perlambatan pelepasan renin dari sel juxtaglomerular ginjal.
Akibatnya, hanya sedikit angiotensin II yang terbentuk sehingga glomerular filtration rate
meningkat disertai pengurangan reabsorpsi Na, Cl dan air pada tubulus ginjal. Sebagai
tambahan, pengurangan angiotensin II akan berdampak pada rendahnya kadar aldosteron
yang juga akan menyebabkan penurunan reabsorpsi Na dan Cl pada duktus colectivus.

Hormon utama yang meregulasi kehilangan air adalah antidiuretik (ADH)yang lebih
dikenal dengan vasopressin. Hormon ini diproduksi oleh sel neurosekretori yang ber-ada
pada hipotalamus dan meluas ke hipofisis posterior. Selain menstimulasi mekanisme rasa
haus, peningkatan osmolaritas cairan tubuh akan menstimulasi pelepasan ADH. ADH
akan mempromosikan insersi protein water-channel (aquaporin-2) ke membran apikal sel
prinsipal pada duktus kolektivus ginjal. Molekul air berpindah melalui osmosis dari
cairan tubulus renal ke dalam sel dan kemudian dari sel ke dalam aliran darah. Hasilnya
adalah produksi urin yang sedikit dan sangat terkonsentrasi. Intake air yang dilakukan
saat merasa haus akan mengurangi osmolaritas cairan interstitial dan darah. Dalamm
beberapa menit, sekresi ADH akan dihentikan dan kadar dalam darah dengan segera
menjadi nol. Saat sel prinsipal tidak terstimulasi ADH, molekul aquaporin-2 disingkirkan
dari membran apikal melalui endositosis.
Pada beberapa kondisi, faktor selain osmolaritas darah juga dapat berpengaruh pada
sekresi ADH. Pengurangan volume darah yang besar yang terdeteksi baroreseptor pada
atrium kiri dan dinding pembuluh darah juga menstimulasi pelepasan ADH. Pada
dehidrasi yang berat glomerular filtration rate berkurang karena tekanan darah turun
sehingga air yang hilang melalui urin juga sedikit. Jika intake air banyak, tekana darah
akan naik sehingga GFR juga naik dan urin banyak keluar.

Mekanisme Hipovolemik

Patofisiologi sangat berhubungan dengan penyakit primer penyebab renjatan. Namun


secara umum bila terjadi penurunan tekanan darah maka tubuh akan mengadakan respon
untuk mempertahankan sirkulasi dan perfusi yang adekuat pada organ-organ vital melalui
refleks neurohumoral. 1,2,5-8 Integritas sirkulasi tergantung pada volume darah yang
beredar, tonus pembuluh darah dan sistim pompa jantung. Gangguan dari salah satu
fungsi tersebut dapat menyebabkan terjadinya renjatan. Bila terjadi hipovolemi maka
mekanisme kompensasi yang terjadi adalah melalui: 1,2,6,7

1. Baroreseptor Reseptor ini mendapat rangsangan dari perubahan tegangan dalam


pembuluh darah. Bila terjadi penurunan tekanan darah maka rangsangan terhadap
baroreseptor akan menurun, sehingga rangsangan yang dikirim baroreseptor ken pusat
juga berkurang, sehingga akan terjadi : - Penurunan rangsangan terhadap cardioinhibitory
centre. - Penurunan hambatan terhadap pusat vasomotor Akibat dari kedua hal tersebut
maka akan terjadi vasokonstriksi dan takikardia. Baroreseptor ini terdapat di sinus
karotikus, arkus aorta, atrium kiri dan kanan ventrikel kiri dan dalam sirkulasi paru.
Baroreseptor sinus karotikus merupakan baroreseptor perifer yang paling berperan dalam
pengaturan tekanan darah.
2. Kemoreseptor Respon baroreseptor mencapai respon maksimal bila tekanan darah
menurun sampai 60 mmHg. Bila tekanan darah menurun di bawah 60 mmHg maka yang
bekerja adalah kemoreseptor, yang terangsang bila terjadi hipoksia dan asidosis jaringan.
Akibat rangsangan kemoreseptor ini adalah vasokonstriksi yang luas dan rangsangan
pernafasan.

3. Cerebral Ischiemic Receptor


Bila aliran darah ke otak menurun sampai <40 mmHg maka akan terjadi
symphathetic discharge massif. Respon dari reseptor di otak ini lebih kuat dari
respon reseptor perifer.

4. Respon Humoral
Bila terjadi hipovolemia/hipotensi maka tubuh akan mengeluarkan hormon-hormon
stres seperti epinefrin, glukagon, dan kortisol yang merupakan hormon yang
mempunyai efek kontra dengan insulin. Akibat dari pengeluaran hormon ini adalah
terjadi takikardia, vasokonstriksi dan hiperglikemia. Vasokonstriksi diharapkan
akan meningkatkan tekanan darah perifer dan preload, isi sekuncup dan curah
jantung. Sekresi ADH oleh hipofise posterior juga meningkat sehingga
pengeluaran air dari ginjal dapat dikurangi.

5. Retensi air dan garam oleh ginjal


Bila terjadi hipoperfusi ginjal maka akan terjadi pengeluaran renin oleh aparatus
yukstaglomerulus yang merubah angiotensinogen menjadi angiotensin I.
Angiotensin I ini oleh Angiotensin convertizing enzyme dirubah menjadi
angiotensin II yang mempunyai sifat :
- Vasokonstriktor kuat.
- Merangsang pengeluaran aldosteron sehingga meningkatkan reabsorbsi
natrium di tubulus ginjal.
- Meningkatkan sekresi vasopresin

6. Autotransfusi
Autotransfusi adalah suatu mekanisme didalam tubuh untuk mempertahankan
agar volume dan tekanan darah tetap stabil. Dalam keadaan normal terdapat
keseimbangan antara jumlah cairan intravaskular yang keluar ke ekstravaskular
atau sebaliknya. Hal ini tergantung pada keseimbangan antara tekanan
hidrostatik dan tekanan onkotik intravaskular dan ekstravaskular serta pada
keadaan dinding pembuluh darah. Pada keadaan hipovolemi maka tekanan
hidrostatik intravaskular akan menurun maka akan terjadi aliran cairan dari ekstra
ke intravaskular sehingga tekanan darah dapat dipertahankan. Hal ini tergantung
dari kecepatan hilangnya cairan, bila proses hilangnya cairan tubuh cepat maka
proses ini tidak akan mampu menaikkan tekanan darah.

Akibat dari semua ini maka akan terjadi :


- Vasokonstriksi yang luas
Vasokonstriksi yang paling kuat terjadi pada pembuluh darah skeletal,
sphlanchnic dan kulit, sedang pada pembuluh darah otak dan koronaria tidak
terjadi vasokonstriksi, bahkan aliran darah pada kelenjar adrenal meningkat
sampai 300% sebagai usaha kompensasi tubuh untuk meningkatkan respon
katekolamin pada renjatan. 2
Vasokonstriksi ini menyebabkan suhu tubuh perifer menjadi dingin dan kulit
menjadi pucat.
- Sebagai akibat vasokonstriksi maka tekanan diastolik akan meningkat pada
fase awal, sehingga tekanan nadi menyempit, tapi bila proses berlanjut
keadaan ini tidak dapat dipertahankan dan tekanan darah akan semakin
menurun sampai tidak terukur.
- Takikardia
- Iskemia jaringan akan menyebabkan metabolisme anaerobik dan terjadi
asidosis metabolik.
- Hipovolemia menyebabkan aliran darah menjadi lambat sehingga kesempatan
pertukaran O2 dan CO2 ke dalam pembuluh darah lebih lama dan akibatnya terjadi
perbedaan yang lebih besar antara tekanan O2 dan CO2 arteri dan vena.

Akibat dari hipoksia dan berkurangnya nutrisi ke jaringan maka metabolisme


menjadi metabolisme anaerobik yang tidak efektif dan hanya menghasilkan 2 ATP
dari setiap 1 molekul glukosa. Pada metabolisme aerobik dengan oksigen dan
nutrisi yang cukup tiap pemecahan 1 molekul glukosa akan menghasilkan 36 ATP.
Akibat dari metabolisme anerobik ini adalah terjadi penumpukan asam laktat dan
pada akhirnya metabolisme tidak mampu lagi menyediakan energi yang cukup
untuk mempertahankan homoeostasis seluler, terjadi kerusakan pompa ionik
dinding sel, natrium masuk kedalam sel dan kalium keluar sel dan terjadi
akumulasi kalsium dalam sitosol, terjadi edema dan kematian sel. Pada akhirnya
terjadi banyak kerusakan sel organ organ tubuh atau terjadi kegagalan organ
multipel (multiple organ failure) dan renjatan yang ireversibel.

Sumber: Kuliah Renjatan Hipovolemik pada anak A. Latief Azis, dr. SpA(K)
Divisi Pediatri Gawat Darurat/ Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unair – RSU Dr.
Soetomo 2005)
LI.4 Memahami dan Menjelaskan Gangguan Keseimbangan Elektrolit Dalam Tubuh

4.1 Definisi Hiponatremi dan Hipokalemi


Hiponatremia adalah suatu kondisi terdapat kelebihan cairan relatif. Hal ini terjadi bila jumlah
asupan air melebih kemampuan ekskresi dan ketidak mampuan untuk menekan sekresi hormon
ADH .Hiponatremia akan terjadi apabila konsentrasi natrium pada plasma kurang dari 135
mEq/L. berkurangnya konsentrasi natrium tersebut bisa disebabkan kehilangan natrium atau
penambahan air pada CES.

Seseorang akan mengalami hipokalemia apabila kadar kalium dalam plasma kurang dari 3.5
mEq/L. penyebab hypokalemia dapat dibagi sebagai berikut:

 Asupan kalium yang kurang.


 Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui saluran cerna atau ginjal atau keringat.
 kalium masuk ke dalam sel.

4.2 Etiologi Hiponatremi dan Hipokalemi

Penyebab Hiponatremia

Kehilangan natrium klorida pada cairan ekstrasel atau penambahan air yang berlebihan pada cairan
ekstrasel akan menyebabkan penurunan konsentrasi natrium plasma. Kehilangan natrium klorida
primer biasanya terjadi pada dehidrasi hipoosmotik seperti pada keadaan berkeringat selama

aktivitas berat yang berkepanjangan, berhubungan dengan penurunan volume cairan ekstrasel
seperti diare, muntah-muntah, dan penggunaan diuretik secara berlebihan. Hiponatremia juga
dapat disebabkan oleh beberapa penyakit ginjal yang menyebabkan gangguan fungsi glomerulus
dan tubulus pada ginjal,penyakit addison, serta retensi air yang berlebihan (overhidrasi hipo-
osmotik) akibat hormon antidiuretik Kepustakaan lain menyebutkan bahwa respons fisiologis dari
hiponatremia adalah tertekannya pengeluaran ADH dari hipotalamus (osmolaritas urine rendah).

Natrium merupakan kation utama di dalam cairan ekstraselular. Kadarnya di dalam tubuh
diatur oleh ginjal dan dipengaruhi oleh hormon aldosteron.

A. Fungsi Natrium di dalam tubuh :


a. Aktivitas neuromuskular

Transmisi dan konduksi impuls syaraf

b. Cairan tubuh

 Mengatur osmolalitas vaskular


 Mengatur keseimbangan air, bila kadar natrium meningkat akan
terjadi retensi air
c. Selular

 Pompa natrium (Na) - kalium (K) : Na masuk ke dalam sel sedangkan


K keluar dari sel secara terus menerus untuk mempertahankan
keseimbangan air dan aktivitas neuro muskular. Bila Na masuk ke
dalam sel maka akan terjadi depolarisasi (aktivitas sel), tapi bila Na
keluar dari sel maka K akan masuk ke dalam sel dan terjadi
repolarisasi
 ktivitas enzim

d. Asam basa

 Mengatur keseimbangan asam basa


 Nilai normalnya di darah : 135-146 mEq/liter atau mmol/liter
 Nilai normalnya di urin : 40-220 mEq/liter/hari

Penyebab Hipokalemia

Penyebab hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut :

a. Asupan Kalium Kurang

Orang tua yang hanya makan roti panggang dan teh, peminum alkohol yang berat sehingga
jarang makan dan tidak makan dengan baik, atau pada pasien sakit berat yang tidak dapat makan
dan minum dengan baik melalui mulut atau disertai oleh masalah lain misalnya pada pemberian
diuretik atau pemberian diet rendah kalori pada program menurunkan berat badan dapat
menyebabkan hipokalemia.

b. Pengeluaran Kalium Berlebihan

Pengeluaran kalium yang berlebihan terjadi

melalui saluran cerna seperti muntah-muntah, melalui ginjal seperti pemakaian diuretik,
kelebihan hormon mineralokortikoid primer/hiperaldosteronisme primer (sindrom bartter atau
sindrom gitelman) atau melalui keringat yang berlebihan. Diare, tumor kolon (adenoma vilosa)
dan pemakaian pencahar menyebabkan kalium keluar bersama bikarbonat pada saluran cerna
bagian bawah (asidosis metabolik). Licorice (semacam permen) yang mengandung senyawa
yang bekerja mirip aldosteron, dapat menyebabkan hipokalemia jika dimakan berlebihan.

c. Kalium Masuk ke Dalam Sel

Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel, pemberian insulin,
peningkatan aktivitas beta-adrenergik (pemakaian β2- agonis), paralisis periodik hipokalemik,
dan hipotermia

B. Etiologi Hiponatremia

a. Asupan makanan

o rendahnya kadar Na di makanan kurang dari 135 mEq/L


o asupan air yang berlebihan : mengakibatkan pengenceran cairan
ekstrasel
o anoreksia nervosa
o pemberian infus Dekstrosa 5 % yang berkepanjangan

b. Keluarnya natrium dari saluran pencernaan

o muntah, diare, aspirasi dari saluran cerna


o operasi saluran cerna
o bulimia
o kehilangan potassium
c. Keluarnya natrium dari ginjal

o gangguan tubulus ginjal : tidak respon terhadap ADH → pengeluaran


Na, Cl dan air
o diuretik

d. Pengaruh hormone

 ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dari tubulus distal →


cairan ekstraselular menjadi lebih banyak mengandung air → kadar Na
berkurang

e. Penurunan hormon adreno-kortikal : penyakit kelenjar adrenal

(Addison) → produksi hormon adreno-kortikal berkurang → pengeluaran

Na dan retensi K

Manifestasi Klinis Hiponatremia

Manifestasi klinis hiponatremia bervariasi tergantung pada jumlah

natrium yang hilang. Hiponatremia ringan biasanya asimptomatik (tidak

bergejala), dan gejala awal biasanya berupa mual dan muntah, Denyut nadi

cepatnamun lemah, hipotensi, pusing, ketakutan,dan kecemasan, kram

abdomen, mual, danmuntah, diare, koma dan konvulsi, sidik

jarimeninggalkan bekas pada sternum setelahpalpasi, koma, kulit lembab dan

dingin.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium: natriumserum < 135 mEq/ L,

osmolalitas serum <280 mOsm/ kg


LO. 4.2 Definisi, Etiologi, Mekanisme, Gejala, Pemeriksaan Lab (Normal) Hipokalemi

Gangguan Keseimbangan Kalium

Hipokalemia

Seseorang akan mengalami hypokalemia apabila kadar kalium dalam plasma kurang dari 3.5

mEq/L. Penyebab hypokalemia dapat dibagi sebagai berikut:

- Asupan kalium yang kurang.


- Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui saluran cerna atau ginjal atau
keringat.
- Kalium masuk ke dalam sel.

Pengeluaran kalium yang berlebihan pada keadaan muntah atau pemakaian selang

nasogastric, pengeluaran bukan melalui saluran cerna bagiannya atasnya melainkan banyak

keluar melalui ginjal. Hal itu karena muntah/selang nasogastric menyebabkan alkalosis sehingga

banyak bikarbonat yang difiltrasi glomerulus yang akan mengikat kalium di tubulus distal.

Kalium dapat masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel., pemberian insulin,

peningkatan aktivitas beta adregenik (pemakaian β2-agonis), paralisis periodic hipokalemik, dan

hipotermia.

Kalium (K) merupakan kation terbanyak di dalam sel tubuh, sebanyak 90 %

terdapat di cairan intrasel dan 2-3 % terdapat di cairan ekstrasel. Kadar K di

dalam sel 150 mEq dan di cairan ekstrasel 3,5 – 5,3 mEq.

Fungsi kalium di dalam tubuh :

a.Aktivitas neuromuskular
o Transmisi dan konduksi impuls syaraf
o Kontraksi otot rangka, otot polos dan jantung

b. Cairan tubuh

o Mengatur osmolalitas intraselular

c.Selular

 Pompa natrium (Na) - kalium (K) : Na masuk ke dalam sel


sedangkan K keluar dari sel secara terus menerus untuk
mempertahankan keseimbangan air dan aktivitas neuro muskular.
Bila Na masuk ke dalam sel maka akan terjadi depolarisasi (aktivitas
sel), tapi bila Na keluar dari sel maka K akan masuk ke dalam sel
dan terjadi repolarisasi
 ii. Sktivitas enzim untuk metabolisme selular

d. Asam basa

o Mengatur keseimbangan asam basa

B. Etiologi Hipokalemia

a.Asupan makanan

o rendahnya kadar K di makanan kurang dari 3.5 mEq/L


o malnutrisi, kelaparan, diet yang tidak seimbang
o anoreksia nervosa
o alkoholisme

b. Keluarnya kalium dari saluran pencernaan

o muntah, diare, aspirasi dari saluran cerna


o operasi saluran cerna, fistula saluran cerna
o bulimia
c. Keluarnya kalium dari ginjal

o fase diuresis (poliuria) gagal ginjal akut


o diuretik, terutama diuretik yang tidak hemat kalium
o hemodialisis, peritoneal dialisis

d. Pengaruh hormon

 penggunaan steroid, terutama kortison dan aldosteron dapat


meningkatkan ekskresi kalium dan retensi natrium
 stress, menyebabkan peningkatan produksi steroid di dalam
tubuh
 penggunaan licorice (mengandung asam gliserat) yang
berlebihan, memiliki efek seperti aldosteron

e. Gangguan fungsi selular

o trauma, kerusakan jaringan, luka bakar, operasi


o menyebabkan banyak kalium yang dilepaskan ke dalam cairan
intra vaskular

f. Redistribusi kalium

o alkalosis metabolik, menarik kalium masuk ke dalam sel


o insulin, menarik glukosa dan kalium ke dalam sel

Manifestasi Klinis Hipokalemia

Defisit kalium dapat memperlambat kontraksi otot, baik otot rangka

maupun otot saluran pencernaan.

a. Gangguan saluran cerna : anoreksia, mual, muntah, diare,

distensi abdomen, gangguan peristaltik dan ileus

b. Gangguan neuromuskular : kelemahan otot, penurunan refleks


tendon, paralisis otot pernafasan

c. Gangguan ginjal : poliuria dan polidipsia

Pemeriksaan Fisik: denyut nadi lemah dantidak teratur, pernafasan

dangkal, hipotensi,kelemahan, bising usus menurun, blok jantung (pada

hipokalemia berat), parestesia,keletihan, tonus otot menuru, distensi usus

Hasil Pemeriksaan Laboratorium. kaliumserum < 3 mEq/L menyebabkan

depresigelombang ST, gelombang T datar,gelombang U lebih tinggi, pada

pemeriklsaan EKG, kadar kalium serum 2 mEq/L menyebabkan kompleks

QRS melebar,depresi ST, inversi gelombang T.

Pemeriksaan Laboratorium Hiponatremi dan Hipokalemi (dalam keadaan normal)

Bahan Pemeriksaan

Pemeriksaan dapat dilakukan pada sampel whole blood, plasma, serum, urine, keringat, feses, dan
cairan tubuh. Pemeriksaan pada whole blood biasanya dilakukan bersama dengan pemeriksaan pH
dan gas darah dan harus segera diperiksa (kurang dari 1 jam). Sampel serum, plasma atau urine
dapat disimpan pada refrigerator dalam tabung tertutup pada suhu 20C - 80C dan dihangatkan
kembali pada suhu ruangan (150C -300C) sebelum diperiksa.14 Sampel feses harus cair, disaring
dan diputar (sentrifugasi) sebelum dilakukan pemeriksaan

1. Pemeriksaan dengan Metode Elektroda

Ion Selektif (Ion Selective Electrode/ISE) Pemeriksaan kadar natrium, kalium, dan klorida
dengan metode elektroda ion selektif (Ion Selective

Electrode/ISE) adalah yang paling sering digunakan. Data dari College of American Pathologists
(CAP) pada 5400 laboratorium yang memeriksa natrium dan kalium, lebih dari 99%
menggunakan metode ISE. Metode ISE mempunyai akurasi yang baik, koefisien variasi kurang
dari 1,5%, kalibrator dapat dipercaya dan mempunyai program pemantapan mutu yang
baik.14 ISE ada dua macam yaitu ISE direk dan ISE indirek. ISE direk memeriksa secara
langsung pada sampel plasma, serum dan darah utuh. Metode inilah yang umumnya digunakan
pada laboratorium gawat

darurat. Metode ISE indirek yang diberkembang lebih dulu dalam sejarah teknologi ISE, yaitu
memeriksa sampel yang sudah diencerkan

2. Pemeriksaan dengan Spektrofotometer Emisi

Nyala (Flame Emission Spectrofotometry/FES)

Spektrofotometer emisi nyala digunakan untuk pengukuran kadar natrium dan kalium.
Penggunaan spektrofotometer emisi nyala di laboratorium berlangsung tidak lama, selanjutnya
penggunaannya dikombinasi dengan elektrokimia untuk mempertahankan penggunaan dan
keamanan prosedurnya.

3. Pemeriksaan dengan Spektrofotometer

berdasarkan Aktivasi Enzim

Prinsip pemeriksaan kadar natrium dengan

metode spektrofotometer yang berdasarkan aktivasi

enzim yaitu aktivasi enzim beta-galaktosidase oleh ion

natrium untuk menghidrolisis substrat o-nitrophenyl-β-

D-galaktipyranoside (ONPG). Jumlah galaktosa dan onitrofenol

yang terbentuk diukur pada panjang

gelombang 420 nm

4. Pemeriksaan dengan spektrofotometer atom

serapan (Atomic Absorption Spectrophotometry / AAS)


Prinsip pemeriksaan dengan spektrofotometer atom serapan adalah teknik emisi dengan elemen
pada sampel mendapat sinar dari hollow cathode dan cahaya yang ditimbulkan diukur sebagai
level energi yang paling rendah

5. Pemeriksaan Kadar Klorida dengan Metode Titrasi Merkurimeter

Prinsip: Spesimen filtrat yang bebas protein dititrasi dengan larutan merkuri nitrat, dengan
penambahan diphenylcarbazone sebagai indikator. Hg2+ yang

bebas, bersama klorida membentuk larutan merkuri klorida yang tidak terionisasi14. Kelebihan
ion Hg2+ bereaksi dengan diphenylcarbazone membentuk senyawa kompleks berwarna biru-
ungu. Titik akhir dari titrasi adalah saat mulai timbul perubahan warna

6. Pemeriksaan Kadar Klorida dengan Metode Titrasi Kolorimetrik-Amperometrik

Prinsip pemeriksaan kadar klorida dengan metode titrasi kolorimetrik-amperometrik bergantung


pada generasi Ag+ dari elektroda perak yang konstan dan pada reaksi dengan klorida membentuk
klorida perak yang tidak larut. Interval waktu yang digunakan sebanding dengan kadar klorida
pada sampel

L.5.5 etika minum dalam islam


1. Memakan makanan dan minuman yang halal.Saudariku, hendaknya kita memilih
makanan yang halal. Allah Ta’ala telah memerintahkan kepada kita agar memakan
makanan yang halal lagi baik. Allah Ta’ala telah berfirman,

“Hai para rasul, makanlah yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya
Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mu`minun: 51)

2. Mendahulukan makan daripada shalat jika makanan telah dihidangkan.Yang dimaksud


dengan telah dihidangkan yaitu sudah siap disantap. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Apabila makan malam telah dihidangkan dan shalat telah ditegakkan,
maka mulailah dengan makan malam dan janganlah tergesa-gesa (pergi shalat) sampai
makanmu selesai.” (Muttafaqun ‘alaih) Faidahnya supaya hati kita tenang dan tidak
memikirkan makanan ketika shalat. Oleh karena itu, yang menjadi titik ukur adalah
tingkat lapar seseorang. Apabila seseorang sangat lapar dan makanan telah dihidangkan
hendaknya dia makan terlebih dahulu. Namun, hendaknya hal ini jangan sering
dilakukan.
3. Tidak makan dan minum dengan menggunakan wadah yang terbuat dari emas dan
perak.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang minum pada
bejana perak sesungguhnya ia mengobarkan api neraka jahanam dalam perutnya.” (HR.
Bukhari dan Muslim) Dalam salah satu riwayat Muslim disebutkan, “Sesungguhnya
orang yang makan atau minum dalam bejana perak dan emas …”
4. Jangan berlebih-lebihan dan boros.Sesungguhnya berlebih-lebihan adalah di antara sifat
setan dan sangat dibenci Allah Ta’ala sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Isra` ayat
26-27 dan Al-A’raf ayat 31. Berlebih-lebihan juga merupakan ciri orang-orang kafir
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Seorang mukmin makan
dengan satu lambung, sedangkan orang kafir makan dengan tujuh lambung.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
5. Mencuci tangan sebelum makan.Walaupun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak mencontohkan hal ini, namun para salaf (generasi terdahulu yang shalih)
melakukan hal ini. Mencuci tangan berguna untuk menjaga kesehatan dan menjauhkan
diri dari berbagai penyakit.
6. Jangan menyantap makanan dan minuman dalam keadaan masih sangat panas ataupun
sangat dingin karena hal ini membahayakan tubuh.Mendinginkan makanan hingga layak
disantap akan mendatangkan berkah berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam,“Sesungguhnya yang demikian itu dapat mendatangkan berkah yang lebih
besar.” (HR. Ahmad)
7. Tuntunan bagi orang yang makan tetapi tidak merasa kenyang.Para sahabat radhiyallahu
‘anhum berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan tetapi tidak merasa
kenyang.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ”Barangkali kalian
makan berpencar (sendiri-sendiri).” Mereka menjawab, ”Benar.” Beliau kemudian
bersabda, “Berkumpullah kalian atas makanan kalian dan sebutlah nama Allah, niscaya
makanan itu diberkahi untuk kalian.” (HR. Abu Dawud)
8. Dianjurkan memuji makanan dan dilarang mencelanya.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak pernah mencela makanan sama sekali. Apabila beliau menyukainya,
maka beliau memakannya. Dan apabila beliau tidak suka terhadapnya, maka beliau
meninggalkannya. (HR. Muslim)
9. Membaca tasmiyah (basmallah) sebelum makan.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia membaca
‘Bismillah’ (dengan menyebut nama Allah). Jika ia lupa membacanya sebelum makan
maka ucapkanlah ‘Bismillaahi fii awwalihi wa aakhirihi’ (dengan menyebut nama Allah
pada awal dan akhir -aku makan-)” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)Di antara faedah
membaca basmallah di setiap makan adalah agar setan tidak ikut makan apa yang kita
makan. Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk bersama
seseorang yang sedang makan. Orang itu belum menyebut nama Allah hingga makanan
yang dia makan itu tinggal sesuap. Ketika dia mengangkat ke mulutnya, dia
mengucapkan, ‘Bismillaahi fii awwalihii wa aakhirihi’. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam tertawa dibuatnya seraya bersabda, “Masih saja setan makan bersamanya, tetapi
ketika dia menyebut nama Allah maka setan memuntahkan semua yang ada dalam
perutnya.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa`i)
10. Makan dan minum dengan tangan kanan dan dilarang dengan tangan kiri.Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian makan,
makanlah dengan tangan kanan dan minumlah dengan tangan kanan, karena
sesungguhnya setan makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim)Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa salam mendoakan keburukan bagi orang yang tidak mau makan
dengan tangan kanannya. Seseorang makan di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
salam dengan tangan kirinya, maka beliau bersabda, “Makanlah dengan tangan
kananmu.” Orang itu menjawab, “Saya tidak bisa.” Beliau bersabda, “Semoga kamu
tidak bisa!” Orang tersebut tidak mau makan dengan tangan kanan hanya karena
sombong. Akhirnya dia benar-benar tidak bisa mengangkat tangan kanannya ke
mulutnya. (HR. Muslim)
11. Makan mulai dari makanan yang terdekat.Umar Ibnu Abi Salamah radhiyallahu’anhuma
berkata, “Saya dulu adalah seorang bocah kecil yang ada dalam bimbingan (asuhan)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tangan saya (kalau makan) menjelajah semua
bagian nampan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam menegur saya, ‘Wahai
bocah bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari yang
terdekat denganmu.’ Maka demikian seterusnya cara makan saya setelah itu.” (HR.
Bukhari dan Muslim)Hadits ini sekaligus sebagai penguat dari kedua adab makan
sebelumnya dan menjelaskan bagaimana cara menasihati anak tentang adab-adab makan.
Lihatlah bahwa nasihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam sangat dipatuhi oleh
Umar Ibnu Abi Salamah pada perkataan beliau, “ … demikian seterusnya cara makan
saya setelah itu.“
12. Memungut makanan yang jatuh, membersihkannya, kemudian memakannya.Hal ini
berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika salah satu dari kalian
makan lalu makanan tersebut jatuh, maka hendaklah ia memungutnya dan membuang
kotorannya kemudian memakannya. Jangan ia biarkan makanan itu untuk setan.” (HR.
At-Tirmidzi)Sungguh betapa mulianya agama ini, sampai-sampai sesuap nasi yang jatuh
pun sangat dianjurkan untuk dimakan. Hal ini merupakan salah satu bentuk syukur atas
makanan yang telah Allah Ta’ala berikan dan bentuk kepedulian kita terhadap fakir
miskin.
13. Makan dengan tiga jari (yaitu dengan ibu jari, telunjuk, dan jari tengah) kemudian
menjilati jari dan wadah makan selesai makan.Ka’ab bin Malik radhiyallahu ’anhu
berkata, “Saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam makan dengan tiga
jarinya. Apabila beliau telah selesai makan, beliau menjilatinya.” (HR.
Muslim)Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang dari
kalian selesai makan, maka janganlah ia mengusap jari-jarinya hingga ia
membersihkannya dengan mulutnya (menjilatinya) atau menjilatkannya pada orang
lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maksudnya yaitu menjilatkan pada orang lain yang tidak merasa jijik dengannya,
misalnya anaknya saat menyuapinya, atau suaminya.

14. Cara duduk untuk makanRasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Aku tidak
makan dengan bersandar.” (HR. Bukhari) Maksudnya adalah duduk yang serius untuk
makan. Adapun hadits yang menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
saat makan duduk dengan menduduki salah satu kaki dan menegakkan kaki yang lain
adalah dhaif (lemah). Yang benar adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk
bersimpuh (seperti duduk sopannya seorang perempuan dalam tradisi Jawa) saat makan.
15. Apabila lalat terjatuh dalam minumanNabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila lalat jatuh pada minuman salah seorang dari kalian maka hendaklah ia
mencelupkan lalat tersebut kemudian barulah ia buang, sebab di salah satu sayapnya
ada penyakit dan di sayap yang lain terdapat penawarnya.” (HR. Bukhari)
16. Bersyukur kepada Allah Ta’ala setelah makanTerdapat banyak cara bersyukur atas
kenikmatan yang Allah Ta’ala berikan kepada kita, salah satunya dengan lisan kita selalu
memuji Allah Ta’ala setelah makan (berdoa setelah makan). Salah satu doa setelah
makan yaitu, “alhamdulillaahi hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi ghaira
makfiyyin walaa muwadda’in walaa mustaghnan ‘anhu rabbanaa.”(Segala puji bagi
Allah dengan puja-puji yang banyak dan penuh berkah, meski bukanlah puja-puji yang
memadai dan mencukupi dan meski tidak dibutuhkan oleh Rabb kita.”) (HR. Bukhari)
17. Buruknya makan sambil berdiri dan boleh minum sambil berdiri, tetapi yang lebih utama
sambil duduk.Dari Amir Ibn Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya radhiyallahu ’anhum,
dia berkata, “Saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam minum sambil
berdiri dan sambil duduk.” (HR. Tirmidzi, hadits hasan shahih)Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam melarang seorang laki-laki minum sambil berdiri. Qatadah radhiyallahu ‘anhu
berkata, “Kami bertanya kepada Anas, ‘Kalau makan?’ Dia menjawab, ‘Itu lebih buruk
-atau lebih jelek lagi-.’” (HR. Muslim)

18. Minum tiga kali tegukan seraya mengambil nafas di luar gelas.Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam minum sebanyak tiga kali, menyebut nama Allah di awalnya dan
memuji Allah di akhirnya. (HR.Ibnu As-Sunni dalam ‘Amalul Yaumi wallailah
(472))Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam minum, beliau bernafas tiga kali.
Beliau bersabda, “Cara seperti itu lebih segar, lebih nikmat dan lebih mengenyangkan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Bernafas dalam gelas dilarang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,
“Apabila salah seorang dari kalian minum, janganlah ia bernafas di dalam gelas.”(HR.
Bukhari)

19. Berdoa sebelum minum susu dan berkumur-kumur sesudahnya.Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika minum susu maka ucapkanlah, ‘Allahumma barik
lana fihi wa zidna minhu’ (Ya Allah berkahilah kami pada susu ini dan tambahkanlah
untuk kami lebih dari itu) karena tidak ada makanan dan minuman yang setara dengan
susu.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (5957), dinilai hasan oleh Al-Albani dalam
Shahih al-Jami’(381))Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian
minum susu maka berkumur-kumurlah, karena sesungguhnya susu meninggalkan rasa
masam pada mulut.” (HR. Ibnu Majah (499))
20. Dianjurkan bicara saat makan, tidak diam dan tenang menikmati makanan seperti halnya
orang-orang Yahudi.Ishaq bin Ibrahim berkata, “Pernah suatu saat aku makan dengan
Abu ‘Abdillah (Imam Ahmad) dan sahabatnya. Kami semua diam dan beliau (Imam
Ahmad) saat makan berkata, ‘Alhamdulillah wa bismillah’,kemudian beliau berkata,
‘Makan sambil memuji Allah Ta’ala adalah lebih baik dari pada makan sambil diam.’”
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia : Jakarta

Horne, Mima M . 2001 . Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa . Jakarta : EGC
Guyton, Arthur C . 1987 . Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit . Jakarta : EGC

Price, Sylvia A . 2006 . Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit . Jakarta : EGC

Rahmah, Azizatur . 2008 . Pentingnya air bagi kehidupan . diambil dalam


http://siar.endonesa.net/blog/pentingnya-air-bagi-kehidupan.htm, diakses pada tanggal 17
November 2008

Yuniastuti, ari, 2008. Gizi dan Kesehatan. Graha Ilmu : Yogyakarta

Craig, Sandy. Hyponatremia. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/767624-


overview

Anda mungkin juga menyukai