Anda di halaman 1dari 17

JOURNAL READING

INDIKASI UNTUK
BLOKADE SARAF PERIFER

Disusun oleh:

Lailatul Evinanta Pertiwi 160070201011100

Pembimbing:

dr. Djudjuk R Basuki, Sp.An, KAKV

LABORATORIUM / SMF ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SAIFUL ANWAR

MALANG

2018
Indikasi untuk Blokade Saraf Perifer
FOUNDATIONS OF REGIONAL ANESTHESIA
PENDAHULUAN

Selama 20 tahun terakhir, peningkatan pengetahuan mengenai anatomi anestesi


regional fungsional ditambah dengan teknologi baru untuk mencari saraf perifer telah
menghasilkan perkembangan teknik regional anestesi. Hal ini memberikan dokter lebih
banyak pilihan teknik untuk dipilih. Namun demikian, banyak teknik blok saraf yang cukup
mirip dan menghasilkan distribusi anestesi yang sama, jika dilakukan secara tidak tepat.
Bagaimanapun, pilihan blok saraf yang tepat untuk prosedur bedah dan/atau pasien tertentu
jauh lebih penting dibandingkan dengan pertimbangan mengenai hal-hal kecil dari berbagai
teknis teknik. Pada bab ini pemilihan rasional teknik blok saraf dibicarakan dalam 3 bagian.
Pada bagian pertama membahas mengenai indikasi untuk blok saraf umum disertai dengan
ringkasan singkat tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing teknik yang dipilih.
Pada bagian kedua membahas mengenai protokol khusus untuk anestesi intraoperatif dan
analgesia pasca operasi pada prosedur bedah umum, disarankan seperti yang dilakukan
oleh ahli anestesi yang berafiliasi dengan Rumah Sakit St. Luke and Roosevelt di New York.
Pendekatan buku ini dipilih untuk memungkinkan dokter menggandakan hasil yang kami
temukan, melalui percobaan dan kesalahan, agar dapat memaksimalkan dengan baik dalam
praktik kita sendiri. Bagian terakhir membahas mengenai ringkasan yang lebih koprehensif
dari literatur medis yang diterbitkan tentang indikasi blok saraf perifer.

BAGIAN I : KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI BLOK SARAF SPESIFIK


Blok Tubuh Bagian Atas
Dengan munculnya panduan ultrasound canggih untuk blok saraf, pilihan blok
pleksus brakialis untuk dilakukan menjadi kurang relevan karena blok dapat diperluas
dengan reposisi jarum ke area yang diinginkan. Sebagai contoh, interscalene tidak
direkomendasikan di masa lalu untuk prosedur di tangan atau siku karena diyakini bahwa
anestesi lokal tidak akan cukup hingga ke cabang inferior pleksus brakialis. Namun, hal ini
dapat diatasi dengan penggunaan low-interscalene atau dengan menggunakan panduan
sonografi untuk menargetkan ketiga cabang pleksus brakialis. Suntikan multipel pada level
pleksus brakialis yang berbeda melalui satu tempat insersi jarum membuat interscalene
pleksus brakialis dapat diaplikasikan pada kebanyakan prosedur tubuh bagian atas.
Bagaimanapun, pendekatan yang umum untuk blok pleksus brakialis cukup berbeda dalam
cakupan anestesi layak dipertimbangkan saat membuat keputusan tentang blok yang akan
digunakan. Selain cakupan anestesi, pemilihan blok juga harus mempertimbangkan faktor
lainnya, seperti kenyamanan pasien, gangguan fungsi pernafasan yang dimiliki, dan
pengalaman praktisi. Tabel 1 berisi daftar prosedur blok saraf yang umum beserta
indikasinya.
Blok Tubuh Bagian Bawah
Mencapai efek anestesi atau analgesia pada tubuh bagian bawah lebih menantang
dibandingkan dengan tubuh bagian atas. Hal ini dikarenakan persarafannya berasal dari dua
pleksus utama., yaitu lumbar dan sakral. Pleksus lumbal terbentuk oleh L1-L4 dan
mempersarafi antara lain femoralis, obturator, saraf kutaneus femoralis lateral. Pleksus
sakralis berasal dari L4-S3 dan cabang utamanya adalah saraf sciatic. Sebagian besar
indikasi untuk blokade ekstremitas bawah melibatkan operasi sendi di pinggul atau lutut.
Dikarenakan kedua sendi tersebut dipersarafi oleh setiap pleksus, anestesi lengkap sering
membutuhkan setidaknya dua blok saraf. Akibatnya, banyak dokter memilih untuk
melakukan hanya satu blok untuk tujuan analgesia. Tabel 2 berisi beberapa blok ekstremitas
bawah yang umum serta kelebihan dan kekurangannya.

Tabel 1: Blok Ekstremitas Atas yang Umum


Blok Saraf Perifer Indikasi Kelebihan Kekurangan
Interscalene blok Operasi bahu juga memberikan efek Paralisis
pleksus brakialis Operasi lengan dan anestesi pada saraf hemidiafragma
humerus supraclavicular Kecuali blokade
Manipulasi pada frozen superfisial, mudah cabang inferior tertentu
shoulder untuk dilakukan, dan (dengan menggunakan
nyaman untuk pasien. US atau low-
interscalene), tidak
direkomendasikan
untuk operasi siku,
lengan bawah, dan
tangan.
Supraclavicular blok operasi lengan distal anestesi untuk semua potensial untuk terjadi
pleksus brakialis hingga ke bahu bagian distal lengan pneumothoraks (risiko
hingga bahu mungkin berkurang
onset yang cepat. dengan menggunakan
Sederhana untuk panuan ultrasound).
dilakukan dengan
panduan US
superfisial/nyaman
untuk pasien
relatif membutuhkan
dosis LA lebih kecil
(20-25 mL)
infraclavicular blok operasi lengan distal anestesi untuk seluruh Blok yang lebih dalam
pleksus brakialis hingga ke aksila distal lengan hingga Sangat tidak nyaman
axilla saat dilakukan
pilihan yang bagus Membutuhkan lebih
untuk penempatan banyak keahlian.
kateter karena otot
pectoralis menahan
kateter pada
tempatnya.
axillary blok pleksus Operasi pada siku Tidak ada risiko untuk Hematoma atau
brakialis terjadinya discoloration setelah
pneumothorax, blok lokal blok (dengan
neuraxial, atau bok teknik trans-arterial)
saraf phrenic. Tempat injeksi terasa
nyeri setelah operasi
Blok saraf distal operasi tangan Menghindari blok prosedur pada lengan
median, ulnar, dan motorik pada bisep dan bawah/pergelangan
radial (pada siku dan trisep, memungkinkan tangan memerlukan
lengan bawah) pasien berfungsi pasca blokade yang berbeda,
operasi yang lebih pada saraf kutaneus
besar sambil lateral dan juga saraf
mempertahankan muskulokutaneus
analgesia tangan. tourniquet pada lengan
atau lengan bawah
mungkin tidak dapat
mentoleransi untuk
jangka panjang,
membutuhkan
pembiusan/analgsia
yang terpisah
Tabel 2 : Blok Ekstremitas Bawah yang Umum
Blok Saraf Perifer Indikasi Kelebihan Kekurangan
Blok pleksus lumbal Anestesi untuk Blok saraf obturator Risiko untuk menyebar
arthroskopi lutut (mempersarafi sendi ke kedua sisi dan
Prosedur superfisial pinggul dan lutut) epidural
untuk paha anterior Mencapai saraf Risiko lebih tinggi
Repair tendon patella cutaneous femoralis untuk toxicity
Repair tendon lateral, tempat insisi disebabkan
quadriceps pada hip replacement penyerapan injeksi LA
Analgesia pasca Dapat dikombinasikan di otot
operasi pada dengan spinal anestesi Blok yang dalam pada
arthroplasty pinggul dengan pasien posisi pasien dalam
dan lutut lateral pengobatan
antikoagulan
Kompikasi lain yang
telah dilaporkan seperti
tusukan pada
peritoneal, hematoma
subcapsular renal
Risiko hipotensi
Henti jantung
Blok saraf femoral Knee arthroscopy Superfisial, sederhana Analgesia yang tidak
Prosedur superfisial untuk dilakukan komplit untuk operasi
pada paha anterior Dapat digunakan pada pinggung atau lutut
Repair tendon pasien yang dalam Pleksus lumbal lebih
quadriceps pengobatan dominan mempersarafi
ORIF fraktur patella antikoagulan lutut dan pinggul
Analgesia pasca
operasi pada
arthroplasty pinggul
dan lutut
Blok sciatic posterior Anestesi untuk Lokasi mudah untuk Blok yang dalam
(transgluteal atau prosedur pada lutut ditentukan Dapat membuat pasien
subgluteal) (kombinasi dengan Blok motorik hamstring tidak nyaman,
femoral) Resiko yang kecil dibutuhkan
Operasi tungkai bawah untuk terjadi tusukan premedikasi yang
dibawah lutut (mis: kaki pada vaskular signifikan
dan ankle) Memputuhkan posisi
Analgesia untuk semiprone/prone
prosedur pada lutut Membutuhkan skill
yang handal untuk
visualize dengan US
Saraf cutaneous
posterior pada paha
tidak terkena efek blok
Blok sciatic anterior Operasi tungkai bawah Tidak perlu posisi Resiko tusukan pada
dibawah lutut (mis: kaki lateral/prone pembuluh darah
dan ankle) Bisa dikombinasikan femoral
Analgesia untuk dengan blok femoral Blok yang dalam, tidak
prosedur pada lutut nyaman untuk pasien
Mungkin memerlukan
percobaan beberapa
kali untuk menentukan
saraf
Blok saraf sciatic Anestesi untuk Dapat dilakukan Calf tourniquet harus
popliteal prosedur operasi pada dengan posisi supine, terpakai, kecuali pada
kaki dan ankle oblique, dan prone prosedur yang singkat
Analgesia untuk Sederhana untuk
prosedur pada lutut dilakukan
Tidak membuat pasien
merasa tidak nyaman,
intertendinous tidak
membutuhkan insertion
jarum melalui otot

BAGIAN II : PROTOKOL
Berbagai pilihan metode yang berbeda tersedia untuk memberikan efek analgesia
intraoperatif dan pasca operasi pada ekstremitas. Setiap rencana anestesi atau analgesia
didasari oleh faktor pasien dan pembedahan serta pertimbangan praktis seperti tingkat
keterampilan praktisi, ketersediaan ruang blok, ketersediaan asisten yang terampil, dan
kebijakan departemen serta rumah sakit. Protokol untuk sebagian besar prosedur ortopedi
yang diuraikan pada bagian ini disempurnakan melalui trial dan error yang merupakan
metode aktual yang digunakan dalam praktik kita sehari-hari.
Pilihan kombinasi blok untuk nyeri pasca operasi didasari oleh beberapa faktor. Ahli
bedah orthopedi di Rumah Sakit St. Luke’s-Roosvelt lebih memilih regimen low molecular
weight heparin (LMWH) dengan dosis dua kali sehari untuk tromboprophylaxis, yang
membuat penggunaan kateter epidural yang menetap untuk nyeri pasca operasi menjadi
tidak praktis atau tidak cocok. Demikian pula, meskipun kami mengakui ada beberapa
kontroversi mengenai penggunaan kateter pleksus lumbal, pada umumnya kami
menganggapnya sebagai kateter neuroaksial dan melepasnya sebelum dosis pertama
LMWH. Kateter perineural secara rutin digunakan bahkan pada pasien yang diobati dengan
antikoagulan.
Dalam beberapa tahun terakhir, kami telah berusaha meminimalkan penggunaan
opioid parenteral untuk nyeri pasca operasi jika memungkinkan. Secara khusus, pasien
yang dirawat di bangsal dengan kateter perineural dan intravena analgesia opioid dapat
membuat pasien merasa bingung, oleh karena itu mereka tidak menggunakan kateter
secara efektif, menyebabkan efek analgesia yang tidak adekuat. Karena itu kami berusaha
untuk menggunakan regimen multimodal, yang terdiri dari acetaminophen, NSAID, dan
opioid oral.
Untuk operasi ektremitas bawah, seperti total knee replacement, dokter sering
memperdepatkan apakah blok saraf sciatic dan/atau obturator harus digunakan sebagai
tambahan blok femoralis (atau pleksus lumbal). Kami tidak secara rutin melakukan hal ini,
tetapi menilai pasien setelah blokade pleksus femoralis/lumbal dilakukan. Dalam praktek
kami, pada sebagian besar pasien, nyeri pasca operasi dapat ditagani secara adekuat (VAS
≤ 3) dengan melanjutkan blok saraf femoral. Sebagian kecil pasien (sekitar 20%) mungkin
memerlukan blok saraf sciatic untuk kontrol nyeri yang adekuat. Meskipun sering
diperdebatkan dan diajarkan di berbagai kursus regional, kegunaan blok obturator dalam
praktik kami masih dipertanyakan. Sehingga, kami tidak menggunakan blok obturator pada
pasien artroplasti lutut.
Waktu blok tergantung pada institusi dan bergantung pada beberapa faktor, seperti
ketersediaan personel blok yang ditunjuk, aliran ruang operasi, staf pendukung, dan area
blok yang terpisah. Blok saraf untuk operasi dengan injeksi tunggal dilakukan pada ruang
premedikasi ataupun ruang operasi segera sebelum prosedur operasi dilakukan. Kateter
untuk operasi ekstremitas atas biasanya digunakan dengan cara yang sama jika teknik ini
digunakan untuk anestesi bedah. Sebaliknya, sebagian besar blok saraf ekstremitas bawah
atau kateter digunakan di unit perawatan post-anestesi sebelum blok neuraxial. Meskipun
praktek melakukan blok pada pasien yang dianestesi (dalam kasus ini dengan anestesi
spinal), kami percaya ketika kombinasi USG, stimulasi saraf, dan pemantauan tekanan
injeksi digunakan, tidak relevan apakah blok digunakan pada pasien yang dibius ataupun
tidak dibius.
Kami tidak secara rutin menggabungkan general anestesi dengan regional anestesi,
meskipun ini adalah praktik yang banyak digunakan di tempat lain. Kami sering menggunak
regional anestesi sebagai modalitas anestesi primer, bukan semata-mata untuk tujuan
analgesia pasca operasi. Daripada general anestesi , kami biasanya menggunakan sedasi
dengan propofol dan/atau midazolam intravena yang dititrasi dan pernafasan spontan
menggunakan facemask. Table 3 berisi beberapa prosedur operasi yang umm, blok saraf
perifer yang cocok untuk anestesi dan analgesia, serta pilihan analgesia yang umum.

Tabel 3 : Prosedur Operasi dan Pilihan Analgesik yang Umum


Prosedur Operasi Anestesi Pre/Intraoperative Analgesia Postoperative
Repair rotator cuff 1. midazolam 2 mg IV, alfentanil 1. ketorolac 30 mg IV
250-500 µg IV sebagai 2. acetaminophen intravena 1
premedikasi gm loading dose, lalu 1 gm
2. blok interscalene setiap 6 jam
20-25 mL ropivacaine 0,5% 3. ibuprofen 400 mg setiap 6
atau 15-20 mL bupivacaine jam di rumah
0,5% dengan epinephrine
1:300.000*
3. sedasi propofol 25-50
µg/kg/min
Replacement bahu total 1. midazolam 2 mg IV, alfentanil 1. ketorolac 15 mg IV setiap 6
250-500 µg IV sebagai jam selama 24 jam
premedikasi 2. acetaminophen intravena 1
2. blok interscalene gm loading dose, lalu 1 gm
20-25 mL ropivacaine 0,5% setiap 6 jam
atau 15-20 mL bupivacaine 3. ibuprofen 400 mg setiap 6
0,5% dengan epinephrine jam di rumah
1:300.000* 4. seting kateter
3. sedasi propofol 25-50 Ropivacaine 0,2%
µg/kg/min 5 ml/jam ditambah 5 mL bolus
Jika dipulangkan dengan
menggunakan kateter, beritahu
pasien untuk melepas setelah
48-72 jam.

Replacement Siku 1. Midazolam 4 mg IV, alfentanil 1. ketorolac 15 mg IV setiap 6


240-500 µg IV sebagai jam saat di RS
premedikasi 2. acetaminophen intravena 1
2. kateter infraclavicular atau gm loading dose lalu 1 gm
supraclavicular setiap 6 jam
20-25 mL ropivacaine 0,5% 3. ibuprofen 400 mg setiap 6
Jika tidak menggunakan jam selama 48 jam di rumah
kateter, blok supraclavicular 4. seting kateter
dengan 15-20 mL bupivacaine Ropivacaine 0,2%
0,5% dengan ditambah 5 mL/jam ditambah 5 mL bolus
epinephrine 1:300.000*
3. sedasi propofol 25-50
µg/kg/menit.
Membuat AV fistula 1. Midazolam 2 mg IV, alfentanil Tylenol 3 (acetaminophen 300
250-500 µg IV (premedikasi) mg/codeine 30 mg) atau
2. Blok supraclavicular oxycodone 5-10 mg
20-25 mL mepivacaine 1,5%
3. sedasi propofol 25-50
µg/kg/menit
Total replacement pinggul 1. di ruang premedikasi : 1. ketorolac 15 mg IV setiap 6
Acetaminophen IV 1 gm loading jam selama 24 jam
dose, lalu 1 gm q 6 Hrs 2. acetaminophen intravena 1
Celecoxib 400 mg po gm loading dose, lalu 1 gm q 6
Gabapentin 600 mg po Hrs
2. pindah ke ruang operasi 3. Oxycodone 5 mg setiap 4
3. posisi lateral bula jika terasa nyeri
4. tandai kulit untuk blok
pleksus lumbal sebelum
persiapan steril
5. midazolam 2-4 mg, alfentanil
500 µg
6. melakukan injeksi tunggal
spinal anestesi (atau kombinasi
spinal-epidural)
12,5-15 mg bupivacaine 0,5%
(isobaric)
7. sedasi propofol 25-50
µg/kg/menit
Replacement lutut total 1. di ruang premedikasi : 1. di unit perawatan pasca
Acetaminophen IV 1 gm loading anestesi pasang kateter saraf
dose, lalu 1 gm q 6 Hrs femoral : masukan 15-20 mL
Celecoxib 400 mg po 0,2% ropivacaine melalui jarum
Gabapentin 600 mg po atau kateter secara bolus
2. pindah ke ruang operasi 2. seting kateter
3. midazolam 2-4 mg, alfentanil Ropivacaine 0,2%
500 µg 5 mL/jam ditambah 5 mL bolus
4. melakukan injeksi tunggal setiap 1 jam
spinal anestesi (atau kombinasi 3. evaluasi rasa nyeri pasien
spinal-epidural) (terutama nyeri pada lutut
12,5-15 mg bupivacaine 0,5% posterior). Jika ada dan VAS >
(isobaric) 3 lakukan blok saraf sciatic
5. sedasi propofol 25-50 pada popliteal ataupun
µg/kg/menit subgluteal dengan
menggunakan ropivacaine 0,2%
4. ketorolac 15 mg IV setiap 6
jam selama 24 jam
5. acetaminophen IV 1 gm
loading dose dilanjutkan 1 gm
setiap 6 jam
6. oxycontin 10 mg po setiap 12
jam atau oxycodone 5 mg
setiap 4 jam jika nyeri
Repair ACL 1. Midazolam 2-4 mg, alfentanil 1. ketorolac 30 mg IV
500 µg 2. acetaminophen IV 2 gm
2. melakukan injeksi tunggal loading dosen dilanjutkan 1 gm
spinal (atau kombinasi dengan setiap 6 jam
spinal epidural) 3. ibuprofen 400 mg setiap 6
12,5 – 15 mg bupivacaine 0,5% jam di rumah
(isobaric) 4. seting kateter saraf femoral di
3. blok saraf femoral (0,5% rumah:
bupivacaine dengan 1:300.000 Ropivacaine 0,2%
epinephrine 15 mg)* 5 mL/jam ditambah 5 mL bolus
4. atau cateter saraf femoral setiap 1 jam
Injeksi 15 mL 0,2% ropivacaine Memberitahu pasien untuk
melalu jarum atau cateter melepas kateter 36-48 jam
secara bolus setelah operasi
5. sedasi propofol 25-50
µg/kg/menit
Amputasi dibawah lutut 1. Midazolam 2-4 mg, alfentanil 1. Seting kateter : ropivacaine
500 µg 0,2%, 5 mL/jam ditambah 5 mL
2. Lakukan injeksi tunggal blok bolus setiap 1 jam
saraf femoral dengan 15-20 mL 2. Acetaminophen IV 1 gm
ropivacaine loading dose dilanjutkan 1 gm
3. 0,5% bupivacaine dengan setiap 6 jam
1:300.000 epinephrin 15 mL* 3. Oxycontin 10 mg po setiap
4. Lakukan kateter saraf sciatic 12 jam
(mungkin bisa dilakukan di 4. Oxycodone 5 mg setiap 4
anterior ataupun di posterior jam jika nyeri
tergantung kebiasaan dan
kerjasama pasien). Injeksi 15-
20 mL 0,5% ropivacaine melalui
jarum atau kateter secara bolus
5. sedasi propofol 25-50
µg/kg/menit
ORIF fraktur ankle 1. Midazolam 2-4 mg iv, 1. Ketorolac 15 mg IV setiap 6
alfentanil 500-1000 µg sebagai jam selama 24 jam
premedikasi 2. Acetaminophen IV 1 gm
2. Posisi pasien supine atau loading dose dilanjutkan 1 gm
oblique setiap 6 jam
3. Blok popliteal lateral : 20-30 3. Oxycontin 10 mg po setiap
mL ropivacaine 0,5% 12 jam
4. Blok saphenous dengan 10 4. Oxycodone 5 mg setiap 4
mL lidocaine 2%, sedasi jam jika nyeri
propofol 25-50 µg/kg/menit
* penggunaan bupivacaine meningkat di praktek kita saat durasi analgesia yang diinginkan panjang.
Dengan panduan ultrasound, dosis dan volume yang diperlukan untuk blok adekuat dapat sangat
berkurang, ini mengurangi risiko toksisitas sistemik yang berat. AV, arteriovenous; ORIF, open
reduction and internal fixation; VAS, visual analog scale.

BAGIAN III : RINGKASAN LITERATUR


Dua bagian sebelumnya menjelaskan beberapa indikasi paling umum untuk blok
saraf perifer dalam praktik kita. Namun, kegunaan blok saraf perifer sebenarnya lebih
banyak dibandingkan dengan apa yang dibahas disini. Ringkasan indikasi untuk blok saraf
perifer yang disebutkan dalam literatur medis tercantum dalam bagan terlampir berikut.
Pembaca harus menggunakan kebijaksanaan mereka masing-masing ketika akan
menentukan apakah indikasi sesuai dengan keadaan.
I. INDIKASI UNTUK BLOK PLEKSUS CERVICAL
Operasi pita suara – medialization thyroplasty
Sakit kepala cervicogenic
Endarterectomy karotis
Eksisi divertikulum zenker pada pasien dengan ankylosing spondylitis
Drainage abses dental pada dewasa dengan kesulitan pada airway
Drainage abses submandibula dan submental
Paratiroidectomy minimal invasif
Eksisi tumor body carotid pada pasien dengan sindrom eisenmenger
Analgesia pasca operasi setelah operasi clavicula
Operasi tiroid dengan general anestesi
Manajemen neuropatic cancer pain
II. INDIKASI INTERSCALENE BLOK PLEKSUS BRAKIALIS
Reduksi pada dislokasi bahu
Tatalaksana adhesive capsulitis bahu
Nyeri bahu post thoracotomy
Operasi open shoulder
Operasi ambulatory shoulder
Venodilasi pembuatan fistula AV ekstremitas atau
Pasien rawat jalan setelah operasi rotator cuff

III. INDIKASI SUPRACLAVICULAR BLOK PLEKSUS BRAKIALIS


Pasien emergency dengan fraktur, dislokasi, atau abses pada ekstremitas atas
Teknik anestesi tunggal untuk closed reduction fraktur lengan pada anak-anak
Operasi pada ekstremitas atas
Operasi tubuh bagian atas

IV. INDIKASI INFRACLAVICULAR BLOK PLEKSUS BRAKIALIS


Operasi tangan elektif
Operasi lengan bawah
Operasi pergelangan tangan
Operasi lengan bawah dan tangan pada anak-anak
Fistula AV pada distal lengan bawah lateral
Sindrom nyeri kompleks regional tipe 1
Blok dermatom C5-T1
Analgesia atau anestesi semua distal saraf pada siku
Operasi emergency bagian tubuh atas

V. INDIKASI BLOK AXILLA


Operasi ambulatory pada siku
Operasi tangan elektif
Operasi emergency lengan atas
Operasi lengan bawah
Pembuatan fistula AV pada distal lengan bawah bagian lateral
Kontrol nyeri postoperatif dan fisioterapi yang ketat(anak-anak/cintinous)
Operasi rutin dan reimplantation jari, tangan, atau lengan bawah
Operasi ekstremitas atas distal
Fraktur pada radius distal
Osteotomy pada humerus
Pereda nyeri dan gejala pada pasien dengan CRPS
Operasi transposisi saraf ulnar
Tatalaksana severe limb ischemia setelah kateterisasi arterial pada neonatus dan bayi
prematur
Neuropathy ulnar pada pasien transposisi saraf ulnar53
Memperbaiki sirkulasi pada intervensi mikrovaskular perifer54
Imobilisasi ekstremitas atas pada flap coverage paha55
Manipulasi fraktur lengan bawah pada anak-anak56
VI. INDIKASI BLOK PERGELANGAN TANGAN
Tenolisis flexor dan extensor tergantung rehabilitasi postoperative tangan
Management nyeri pada mobilisasi awal setelah operasi tangan
Ambulatory endoscopic release carpal tunnel
Tatalaksana hyperhidrosis palmar dengan injeksi toksin botulinum tipe A (BTX A)
Eksplor luka kompleks pada tangan
Repair injuries pada tangan
Masalah umum pada tangan dan jari (faraktur, laserasi, dan infeksi yang membutuhkan
drainage)
Tatalaksana fungsional setelah operasi tendon atau struktur periarticular
Tatalaksana ulser jari pada scleroderma
Mengontrol vasospasme setelah operasi trauma dan mikrovaskular
Blokade simpatik setelah replantation dan revascularisasi digiti

VII. INDIKASI BLOK DIGITAL


Digital injuries
Eksisi kista mucuos pada jari telunjuk
Injuries jari dan bagian palmar ibu jari
Reynaud disease
Perda nyeri secara cepat untuk mobilisasi setelah tenolisis atau tenosynovectomy di zona II

VIII. INDIKASI BLOK PARAVERTEBRAL THORACAL


Penghilang nyeri saat thoracotomy
Operasi payudara mayor
Implantable cardioversi defibrilator dan ekstraksi dengan laser
Hepatektomi lobus kanan
Analgesia postoperatif setelah bypass arteri koroner
Open cholecystectomy
Abdominoplasty
Augmentasi submuskular payudara
Abrasi radiofrequency pada metastase karsinoma hati
Teknik single-injection/continous pada operasi ginjal mayor anak-anak
Thymectomy dengan thoracoskopi bilateral
Prosedur operasi thoraks dengan video-assisted
Drainage percutaneous transhepatic billiary
Operasi esofargus thoracoabdominal
Operasi on-pump cardiac konvensional
Fraktur iga multipel
Operasi bypass arteri koroner minimal invasif
Nyeri pleuritic
Esophagogastrectomy

IX. INDIKASI BLOK PARAVERTEBRAL THORACOLUMBAR


Pasien rawat jalan setelah lithotripsy
Repair hernia inguinal
Repair hernia ventral
Hip arthroscopy
Bypass femoral-poplitea pada pasien dengan resiko tinggi
Analgesia persalinan

X. INDIKASI BLOK PLEKSUS LUMBALIS


Operasi urologi (dengan insisi flank)
ORIF fraktur pinggul
Manajemen nyeri setelah total artroplasti pinggul atau lutut
Hip arthroplasty
Blok continous untuk analgesia setelah hip arthroplasty
Anestesi dan analgesia proksimal bagian tubuh bawah
Prosedur ginjal percutaneous
Analgesia untuk persalinan
Tatalaksana untuk spasticity flexor pinggul
Operasi bypass arteri infrainguinal
Bypass femoral-poplitea pada pasien dengan risiko tinggi
Artroplasti lutut
Operasi anggota tubuh bawah pada anak-anak
Operasi regio pinggul (anak-anak)

XI. INDIKASI BLOK SARAF SCIATIC


Operasi lutut minor
Pasien rawat jalan setelah artroskopi dan artroplasti lutut
Operasi kaki
Leg amputation
Bypass femoral-poplitea pada pasien dengan risiko tinggi
Amputasi kedua ekstremitas bawah
Repair hallux valgus
Stripping vena saphenous

XII. INDIKASI BLOK SARAF FEMORALIS


Pasien rawat jalan seteah artroskopi lutut
Artroplasti lutut
Replacement total lutut
Rekontruksi ACL
Analgesia pada kegawatan fraktur diafisis tau femoral distal
Operasi lutut mayor
Leg amputation
Operasi realignment patela
Bangun dari pompa coronary artery bypass grafting (CABG)
Fraktur femur pada anak-anak
Stripping bena saphaneous
Trauma lutut severe

XIII. INDIKASI BLOK ANGGOTA TUBUH BAWAH LAINNYA


Blok saraf antebrachii cutaneous medial atau lateral
Memasang atau membenarkan fistula AV lengan bawah gortex

Saraf cutaneous femoralis lateral


Skin split grafting
Biopsi otot untuk menentukan kerentanan hipertermia malignant
Osteosintesis pada femur
Meralgia paresthetica
Kombinasi blok saraf femoralis, sciatic, obturator, dan saraf cutaneous lateral untuk
amputasi above-knee

Saraf cutaneous posterior paha


Stripping saraf pendek saphenous

Blok saraf saphenous


Penghilang nyeri postmeniscectomy: metode analgesia untuk intervensi artroskopi
Operasi kaki dan ankle (berhubungan dengan blok saraf poplitea)
Tungkai bawah dan ankle

Blok ankle
Operasi kaki
Operasi mid- dan forefoot

XIV. INDIKASI ANESTESI REGIONAL INTRAVENA


Pasien rawat jalan setelah operasi tangan
Kasus yang melibatkan tangan, forearm, kaki, dan tungkai bawah yang sudah berlangsung
lebih dari 60 menit
Operasi tungkai pada pasien rawat jalan
Sindrom nyeri regional kompleks tipe 1
Fraktur dan dislokasi ekstremitas atas
Tatalaksana pada fraktur ekstremitas atas anak-anak
Manajemen rawat jalan fraktur pada anak-anak
Pereda nyeri pada pasien dengan hiperhidrosi palmar dengan brevetoxin(BTX)-A
Fraktur distal radius pada dewasa
tatalaksan complex regional pain syndrome (CRPS) pada lutut
tatalaksana injuries pada forearm

Anda mungkin juga menyukai