Uraian Modul
Blok ini merupakan blok yang memuat bahan kajuan prinsip – prinsip pertumbuhan dan perkembangan
kraniomaksilofasial yang membahas konsep – konsep pertumbuhan dan perkembangan jaringan lunak,
kompleks kraniomaksilofasial baik fasial /wajah, palatum, bibir, lidah dan sistem neurovaskuler.
Kompetensi Modul
Dalam blok ini mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan
kraniomaksilofasial yang membahas konsep – konsep pertumbuhan dan perkembangan jaringan lunak,
kompleks kraniomaksilofasial baik wajah, palatum, bibir, lidah dan sistem neurovaskuler.
Arkus Faring I
Perkembangan mulai dari bagian dorsal, prosesus maksilaris meluas kedepan daerah
mata dan bagian ventral, prosesus mandibularis mengandung kartilago Meckel yang kemudian
menghilang dan menetap hanya bagian kecil di ujung dorsal membentuk inkus dan maleus.
Mesenkim prosesus maksilaris membentuk premaksila, maksila, os zigomatikum dan sebagian os
temporalis
Pembentukan otot pengunyahan (m. temporalis, m. masseter, m. pterigoideus) venter
anterior m. digastricus, m mylohioideus, m. tensor timpani dan m. tensor veli palatini.
Persarafan yang terbentuk adalah n. mandibularis (cabang n. trigeminus).
Pesarafan sensorik kearah wajah yaitu n. oftalmikus, n. maksilaris dan n. mandibularis (cabang
trigeminus).
Arkus Faring II
Tulang rawan arkus kedua /arkus hyoid (kartilago Reichert) membentuk stapes, prosesus
stiloideus os temporalis, ligament stilohioideus dan di sebelah ventral terbentuk kornu minus dan
bagian atas terbentuk korpus os. Hioideum.
Otot arkus hyoid yang terbentuk diantaranya m. stapedius, m. stilohioideus, venter
posterior m digastricus, m aurikularis dan otot-otot ekspresi wajah. N. Fasialis merupakan saraf
arkus II yang mensarafi otot tersebut.
Arkus Faring IV – VI
Terbentuk komponen tulang rawan yaitu kartilago –kartilago laring diantaranya kartilago
tiroidea, krikoidea, aritenoidea, kornikulata dan kuneiformis. Otot arkus IV yaitu m.
krikotiroideus, m levator veli palatine dan m konstriktorfaringis. Semua dipersarafi n. laringeus
superior yang merupakan cabang n. vagus. Otot instrinsik laring yang disarafi n. laringeus
rekurens (cabang n. vagus) yang merupakan saraf arkus ke VI.
Kantung Faring I
Merupakan bakal terbentuknya meatus akustikus eksternus, bagian distal di vertikulum
melebar seperti kantung yaitu rongga telinga tengah (kavitas timpani primitif) dan bagian
proksimal tetap sempit membentuk tuba auditiva (eustachi). Lapisan dalam rongga timpani
kemudian membantu pembentukan membrane timpani (gendang telinga).
Kantung Faring II
Lapisan epitel kantung berproliferasi membentuk tunas dan dibantu jaringanmesoderm
membentuk primordium tonsila palatina. Selama bulan ke 3 dan 5, tonsil diinfiltrasi oleh jaringan
limpatik dan sampai dewasa sebagian kantung menetap sebagai fosa tonsilaris.
Kantung Faring IV
Epitel sayap dorsal kantung faring ke – 4 membentuk kelenjar paratiroid superior.
Kantung Faring V
Ini merupakan kantung faring terakhir yang berkembang, membentuk korpus
ultimobrankiale yang bergabung dengan kelenjar tiroid. Sel-selnya membentuk sel parafolikel
atau sel C dan mengeluarkan hormon kalsitonin yang berperan dalam pengendalian kadar
kalsium dalam darah.
Contoh Soal
Topik : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KRANIOFASIAL
Blok : Pertumbuhan dan Perkembangan Dentomaksilofasial 2
HIDUNG
Dibentuk oleh prominensia fasialis, diantaranya yaitu:
1. Prominensia frontalis membentuk jembatan hidung
2. Prominensia nasalis menyatu membentuk lengkung dan ujung hidung
3. Prominensia nasalis lateralis menghasilkan cuping hidung (alae)
SEGMEN INTERMAKSILA
Penyatuan prominensia nasalis mediana akibat pertumbuhan prominensia maksilaris ke
medial, membentuk segmen intermaksila (filtrum bibir atas, rahang atas yang akan tumbuh 4
gigi seri, palatum primer.
PALATUM SEKUNDER
Pada minggu ke – 6 terbentuk bilah-bilah palatum ( palatine shelves), perkembangan
kearah oblik bawah di kedua sisi lidah.
Pada minggu ke – 7 perkembangan bilah-bilah palatum keatas membentuk posisi horizontal
diatas lidah dan menyatu membentuk palatum sekunder. Pada bagian anterior menyatu ke
palatum primer berbentuk segitiga dan terdapat foramen insisivum yang menjadi patokan garis
tengah antara palatum primer dan sekunder. Septum nasale tumbuh kebawah dan menyatu
dengan bagian sefalik palatum.
RONGGA HIDUNG
Minggu ke – 6 prominensia nasalis mengalami pertumbuhan yang menyebabkan fovea
nasalis semakin dalam. Berawal dari terbentuknya membrane oronasalis yang memisahkan
kedua lekukan dari rongga mulut primitife (Koana Primitif). Koana terletak dikedua sisi garis
tengah, tepat dibelakang palatum primer. Selanjutnya terbentuk rongga hidung primitive
kemudian terbentuk koana definitive yang menghubungkan hidung dan faring.
Sinus udara paranasal berkembang mulai dari dinding hidung lateral, meluas ke maksila,
os. etmoidale, os. Frontal dan os. Sfenoidale. Perkembangan sinus akan maksimal sampai masa
pubertas dan ikut membentuk wajah definitif.
TELINGA
Fungsi telinga adalah sebagai alat pendengaran dan keseimbangan. Telinga terbentuk
pada mudigah berusia 22 hari. Pada masa mudigah ada 3 bagian telinga yang terbentuk, yaitu
1. Telinga luar (organ pengumpul suara)
2. Telinga tengah (penghantar suara dari telinga luar ke dalam)
3. Telinga dalam ( mengubah gelombang suara menjadi impuls saraf dan menjaga
keseimbangan)
TELINGA DALAM
Perkembangan telinga di mulai dari plakota otika (lempeng telinga), kemudian
terbentuk vesikula otika (vesikel telinga) atau audiotorik. Perkembangan vesikel terbagi
menjadi Sakulus, Koklea dan Organ Corti.
Pada minggu ke – 10 terbentuk ductus koklearis. Sekitar usia 5 bulan terbentuk membrane
tektoria sampai bayi lahir sudah terbentuk saluran-saluran spiral di organ corti. Impuls yang
diterima oleh organ ini disalurkan ke ganglion spiral dan ke sistem saraf melalui serabut saraf
auditorik saraf kranial VIII
TELINGA TENGAH
Perkembangan telinga tengah dimulai dari faring pertama, membentuk kavitas timpani
primitif dan membentuk tuba auditiva (tuba Eustachii) yang merupakan saluran
menghubungkan kavitas timpani dan nasofaring.
Tulang pendengaran maleus dan inkus berasal dari tulang rawan arkus faring pertama, dan
stapes berasal dari tulang rawan arkus kedua. Otot-ototnya m. tensor timpani dipersyarafi n.
mandibularis cabang n. trigemius. Otot Stapedius melekat ke stapes disarafi oleh n. Fasialis.
TELINGA LUAR
Meatus akustikus eksternus terbentuk dari bagian dorsal celah faring pertama pada
awal bulan ke – 3 membentuk sumbatan meastus. Pada bulan ke – 7, sumbatan mulai
menghilang dan epitel didasar meatus membentuk gendang telinga definitif. Apabila sumbatan
meatus menetap sampai bayi lahir, maka akan terjadi tuli kongenital.
MATA
Mata mulai tampak pada mudigah ke – 22 hari membentuk sepasang lekukan dangkal
disamping otak depan. Dengan menutupnya tabung saraf (neural tube), maka lekukan ini
membentuk kantong luar yang disebut vesikula optika (vesikel mata) selanjutnya berkembang
membentuk lensa, setelah itu terbentuk cawan optic (optic cup) berdinding ganda.
Tepi fisura koronoidea yang berada dipermukaan inferior cawan optik mengalami
penyatuan pada minggu ke – 7 dan membentuk lubang bundar yang akan menjadi bakal pupil.
Selanjutnya akan terbentuk lempeng lensa dan vesikel lensa. Pada minggu ke -5 , vesikel lensa
berada di mulut atau tepi cawan lensa.
RETINA, IRIS DAN KORPUS SILIARE
Lapisan luar cawan lensa terdapat granula pigmen kecil yang dikenal sebagai lapisan
pigmen retina. Perkembangan lapisa saraf sangat rumit. Pars optika retinae akan berperan
sebagai penyerap cahaya yaitu sel batang (rod) dan kerucut (cone).
Didekat lapisan foto reseptif terdapat lapisan mantel yang menghasilkan neuron dan sel-
sel penunjang seperti lapisan inti luar, dalam dan lapisan sel ganglion. Pars siliaris retina
bentuknya berlipat-lipat, bagian luar membentuk m. siliaris dan bagian dalam berhubungan
dengan lensa oleh ligament suspesorium (zonula). Kontraksi m. siliaris mengubah tegangan
ligamentum dan mengatur keseimbangan dan mengatur kelengkungan lensa.
LENSA
Pada minggu ke – 7 , serabut lensa primer berada di dinding snterior vesikula lentis,
namun pembentukan lensa belum selesai dan masih terbentuk serabut-serabut lensa baru.
KORPUS VITREUM
NERVUS OPTIKUS
Cawan optik dihubungkan ke otak oleh tangkai optik, memiliki alur (fisura koroidea)
dipermukaan ventral. Selama minggu ke -7, fisura koroidea menutup dan terbentuk
terowongan sempit dalam tangkai optik. Akibat peningkatan jumlah serabut saraf yang terus
menerus, dinding dalam tangkai terus tumbuh dan dinding dalam dan luar tangkai menyatu.
Sel-sel lapisan dalam membentuk jalinan neuroglia yang menunjang serabut nervus optikus.
Tangkai optik berubah menjadi nervus optikus.
PAX6 adalah gen utama pembentuk mata, ditunjukkan dalam satu bidang mata yang
mengalami pemisahan menjadi 2 primordium optik. Signal pemisahan bidang ini disebut sonic
hedgehog (SHH) yang berperan meningkatkan ekspresi PAX 2 ditangkai optik sementara dan
menekan PAX 6. Penekanan menyebabkan terbatasnya ekspresi gen di cawan optik dan lensa.
Jaringan ektoderm dipermukaannya membentuk bakal lensa, vesikula optika dan mesenkim
disekitarnya mengatur deferensiasi lensa dan cawan optik.
Topik 3 : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JARINGAN
LUNAK LIDAH
Blok : Pertumbuhan dan Perkembangan Dentomaksilofasial 2
I II
Gambar 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Lidah. I. Pembentukan 1/3 posterior lidah. A : Tonjolan lateral
lidah. B : Tuberkulum Impar. C : Copula. II. Pembentukan 2/3 anterior lidah.
Perkembangan craniofacial dimulai selama fase gastrulasi, yakni sebuah proses pembentukan
organisme triploblastik. Selama fase gastrulasi, sel – sel dari epiblast (ektoderm embrio) mulai
berkembang membentuk tiga lapisan berbeda yaitu endoderm, mesoderm dan ektoderm.
Sistem saraf berkembang dari lapisan ektoderm. Tahap pertama pembentukan sistem
saraf disebut dengan induksi neural. Pada 17 hari i.u., sel – sel ektoderm akan membentuk
neural plate. Perkembangan berlanjut dengan terbentuknya celah di neural plate yang berjalan
arah rostral – caudal membentuk neural groove. Sedangkan dinding disekitar neural groove
disebut neural folds akan berfusi kearah dorsal membentuk neural tube. Proses neural plate
menjadi neural tube ini disebut dengan neurulation yang berkembang pada embrio usia 22 hari.
Seluruh sistem saraf pusat berkembang dari neural tube ini. Bersamaan dengan pembentukan
neural tube, sebagian dari ektoderm akan membentuk neural crest disebelah lateral dari neural
tube. Seluruh sistem saraf tepi berkembang dari neural crest ini.
Perkembangan neural crest ini berkaitan erat dengan perkembangan lapisan mesoderm.
Lapisan mesoderm membentuk tonjolan pada kedua sisi neural tube dan dinamakan somites.
Dari somites inilah 33 vertebrae manusia pada kolumna vertebralis dan otot skeletal terkait akan
berkembang. Nervus – nervus yang menginervasi otot skeletal ini disebut dengan somatic motor
nerves (sistem saraf somatomotorik).
Tahap kedua dari perkembangan struktur yang lebih kompleks disebut dengan
diferensiasi. Tahap pertama diferensiasi yaitu berkembangnya tiga tonjolan dimulai dari bagian
rostral neural tube. Bagian paling rostral yaitu proencephalon (forebrain). Bagian tengah disebut
dengan mesencephalon (midbrain). Bagian paling caudal yaitu rhomboencephalon (hindbrain).
Rhomboencephalon berhubungan dengan bagian caudal neural tube yang nantinya akan
berkembang menjadi corda spinalis.
Induksi Kepala
Pembentukan kepala bergantung pada sinyal pertumbuhan dan jaringan progenitor kepala.
Lapisan endoderm visceral anterior (AVE) terbentuk pada fase gastrulasi embrio usia 5.5 hari.
Kemudian bermigrasi kearah anterior embrio pada usia 6 hari dilanjutkan dengan diferensiasi
dan morfogenesis jaringan yang berasal dari epiblast menjadi struktur kepala.
Pembentukan sel krista neural merupakan proses bertahap yang melibatkan jaringan nonneural
(permukaan ektoderm) dan jaringan neural (neural plate).
Pada awalnya sel krista neural terintegrasi didalam neural plate, yang secara morfologi tidak
dapat dibedakan dari sel neuroepitel lainnya. Karena merespon sinyal induksi, sel neuroepitel
mengalami transformasi dari epitel ke mesenkim untuk membentuk sel krista neural, kemudian
mengalami delaminasi dari neural plate dan bermigrasi sepanjang masa embrio, sehingga
menghasilkan berbagai jenis sel dan jaringan, mulai dari neuron dan glia hingga ke tulang dan
kartilago.
Sel krista neural terbentuk dalam arah rostrocaudal disepanjang neuraxis dan berdasarkan pada
asal arah aksialnya dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok aksial yang berbeda yaitu:
cranial, cardiac, vagal dan batang tubuh. Masing – masing memiliki jalur migrasi dan kapasitas
diferensiasi yang berbeda – beda. Neural crest cranial menunjukkan banyak potensi
diferensiasinya seperti tulang dan kartilago kepala dan wajah, serta nervus ganglia, otot polos,
jaringan ikat dan sel – sel pigmen. Kapasitas utama sel – sel krista neural yang berasal dari
neuroectoderm yakni dapat berdiferensiasi menjadi derivat neuronal dan mesenkimal menjadi
neural crest. Gambaran penting dari neural crest cranial yang berbeda dari neural crest batang
tubuh atau yang lainnya adalah neural crest cranial dapat berdiferensiasi menjadi jaringan
mesenkim. Salah satu mekanisme kemampuan sel krista neural dapat berdiferensiasi menjadi
berbagai jenis jaringan yaitu karena sel ini memiliki sel progenitor campuran yang heterogen,
dimanan satu sel progenitor akan berkembang menjadi jenis sel yang berbeda didalam tubuh.
Kepala manusia terdiri dari berbagai organ pengindera seperti hidung, mata, telinga dan lidah
serta sistem saraf sensoris tepi lainnya yang berfungsi untuk menyampaikan informasi sensoris
berupa sensasi sentuhan, bau, rasa, suara dan cahaya ke sistem saraf pusat untuk dapat
memberikan kontrol otonom terhadap otot tubuh. Struktur sensoris cranial berkembang dari
bagian ektodermal yang disebut dengan placode. Placode merupakan daerah nonneural yang
menebal atau permukaan ektoderm yang memiliki posisi khas di kepala embrio dan terdiri dari
sel – sel epitel khusus.
Sistem saraf tepi terdiri dari seluruh neuron dan glia tubuh, kecuali yang ada didalam otak dan
medulla spinalis. Dapat dibagi menjadi jaringan somatik, otonom dan enterik, tergantung dari
fungsi spesifiknya. Sistem saraf tepi menerima stimulus eksternal, mengkoordinasikan gerakan
tubuh dan bertanggung jawab terhadap fungsi yang tidak berada dibawah pengaruh sadar.
Pada kepala manusia, sistem saraf tepi berasal dari placode ektodermal dan sel – sel krista
neural. Migrasi sel – sel krista neural yang tepat merupakan hal yang penting untuk membentuk
sistem saraf tepi fungsional. Lingkungan mikro jaringan juga menjadi hal yang penting dalam
migrasi sel krista neural. Bukti penelitian menunjukkan bahwa sel krista neural cranial dapat
mengatur neuron yang berasal dari placode. Setelah migrasi sel krista neural selesai dan
berintegrasi dengan progenitor placode, maka ganglia cranial secara normal memperluas akson
kearah jaringan olfaktori, ophtalmik, lengkung branchial distal dan jaringan jantung.
Mesoderm
Letak mesoderm cranial berdekatan dengan tempat perkembangan otak dan meregang dari
forebrain ke telinga primitif. Cranial paraxial mesoderm bersama dengan prechordal mesoderm
berkembang menjadi hampir 60 otot skeletal di kepala, yang digunakan untuk asupan makanan,
pergerakan bola mata, ekspresi wajah dan proses bicara. Mamalia juga memiliki serangkaian otot
tambahan yaitu otot fasial superfisial yang membantu pergerakan bibir, kelopak mata dan pipi
serta otot konstriktor pharyngeal khusus. Otot laryngoglossal berfungsi untuk menggerakkan
laring ke arah caudal dan pangkal lidah, serta diinervasi oleh nervus hipoglosal (n.XII) dan
nervus cervical.
Sistem vascular merupakan hal yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan embrio dan
pada homeostasis jaringan dewasa. Sistem vascular terutama sangat penting bagi morfogenesis
craniofasial yang baik. Sistem pembuluh darah merupakan bagian yang penting untuk memenuhi
kebutuhan metabolik jaringan dengan mendukung pertukaran gas dan suplai nutrisi. Defisiensi
waktu dan pembentukan sistem vaskular menjadi dasar mekanisme etiologi dalam patogenesis
anomali lengkung pertama dan celah palatum.
Seiring dengan bertumbuhnya embrio, pleksus kapiler primer meluas dengan membentuk
cabang tambahan sedangkan remodeling jaringan yang ada tetap berjalan. Proses ini disebut
dengan angiogenesis. Angiogenesis memiliki 2 mekanisme berbeda yakni tergantung
pembentukan cabang pembuluh tambahan yaitu sprouting dan nonsprouting. Proses sprouting
memerlukan sel endotel yang telah ada pada pembuluh sebelumnya dan kemudian
bertransformasi bentuknya serta menginvasi jaringan disekitarnya, sehingga menciptakan kanal
pembuluh tambahan dari kanal yang telah ada sebelumnya. Sebaliknya pada proses
nonsprouting, sel atau jaringan disekitar pembuluh yang sudah ada sebelumnya akan menginvasi
pembuluh tersebut, memisahkan satu pembuluh menjadi dua pembuluh. Cabang pembuluh yang
terbentuk selama angiogenesis baik secara sprouting maupun nonsprouting ditambahkan oleh
gabungan dari sel – sel nonendotel, sehingga menambah kompleksitas struktural dan fungsional
menjadi sistem vaskular sederhana. Proses ini diregulasi oleh faktor pertumbuhan yang disebut
dengan vascular endothelial growth factor (VEGF).
Sistem vaskular dan sistem saraf merupakan dua jaringan yang terpola dengan tepat berkembang
saling berdekatan dan seringkali kedua jenis selnya memiliki jalur migrasi yang sama. Sel
endotel memiliki faktor neurotropik yang dapat meningkatkan rekrutmen, pertumbuhan dan
kelangsungan hidup prekursor saraf. Sel endotel juga memelihara lingkungan mikro yang
memudahkan neurogenesis aktif terutama selama kehidupan dewasa. Hal ini berarti bahwa sel
endotel berperan dalam perkembangan saraf selama perkembangan awal dan akhir. Sinyal
vaskulogenesis seperti VEGF juga berimplikasi dalam pola perkembangan sistem saraf.
Sedangkan, molekul pemandu akson yang banyak terekspresi pada berbagai sel berperan penting
dalam angiogenesis.
Berbeda dari mesoderm, sebuah lapisan sel endoderm disebut dengan visceral endoderm telah
terbentuk sejak sebelum gastrulasi. Keturunan dari endoderm viseral berkontribusi pada segmen
anterior dan posterior usus embrionik. Meskipun demikian, sel ini akan berkembang di dalam
saluran pencernaan sebagai sel tertentu belum diketahui, sementara sel endoderm usus definitif
dibentuk dari ektoderm embrionik melalui ujung anterior garis primitif selama gastrulasi. Sel –
sel yang akan menjadi saluran pencernaan atas berkumpul pada daerah anterior lapisan endoderm
(bagian anterior endoderm definitif, mendasari mesoderm cranial dan jantung dan domain otak
depan pada ektoderm). Sel – sel endoderm bergerak bersama membentuk lining saluran
pencernaan atas embrionik dan organ – organ terkait selama morfogenesis kepala.
KESIMPULAN
Perkembangan craniofasial yang baik dimulai selama gastrulasi dan memerlukan koordinasi dan
integrasi setiap lapisan benih jaringan (ektoderm, mesoderm dan endoderm) dan derivatnya
bersamaan dengan regulasi yang tepat pada proses proliferasi, migrasi dan diferensiasi untuk
menciptakan kepala yang berfungsi sempurna. Kepala harus merumahkan dan melindungi otak
dan juga organ sensorik didalamnya, sedangkan wajah penting untuk identitas seseorang dan
komunikasi, karena dapat merepresentasikan perasaan, emosi, pengenalan dan sensasi diri.
Inti mesodermal diselimuti oleh sel-sel krista neural, yang menciptakan sebagian besar
tulang, kartilago dan jaringan ikat pada kepala dan leher. Lengkung faringeal dibatasi secara
internal oleh endoderm dan secara eksternal oleh ektoderm, disegregasi oleh serangkaian
kantung berulang dimana ektoderm dan endoderm saling berkontak satu sama lain. Selama
proses migrasi dan diferensasi, terjadi pergerakan aksial antara sel krista neural dan mesoderm
dan ektoderm. Hubungan ini dan jaringan yang melingkarinya terus menerus dipertahankan
selama proses perkembangan.
Kecacatan pada pembentukan, proliferasi, migrasi dan diferensiasi pada sel krista neural
dapat menyebabkan malformasi craniofasial yang terjadi pada sekitar sepertiga dari seluruh cacat
lahir kongenital. Kecacatan tersebut bergantung pada fase perkembangan sel krista neural yang
terkena, dan dapat menyebabkan anomali craniofasial yang berbeda – beda. Misalnya, sindrom
Treacher – Collins yang dikarakteristikkan dengan hipoplasia viseroskeletal yang berat,
disebabkan oleh cacat pada pembentukan dan proliferasi sel krista neural. Untuk dapat
mengembangkan tindakan terapetik dengan tujuan meminimalisir atau mencegah anomali
craniofasial, maka penting untuk mengerti etiologi dan patogenesis yang tepat dari sindrom
malformasi seseorang. Hal ini memerlukan pemahaman menyeluruh mengenai kejadian
perkembangan normal yang menginduksi sel krista neural untuk membentuk, mempertahankan
kelangsungan hidup, memandu migrasi sel dan mempengaruhi diferensiasi sel – sel selama
embriogenesis.
Referensi
Bear, M. F., Connors, B. W. & Paradiso, M. A. 2016. Neuroscience: Exploring the Brain. , Philadelphia,
Wolters Kluwer. Hal. 193 - 207.
Huang, G. T.-J. & Thesleff, I. 2013. Stem cells in craniofacial development and regeneration, New Jersey,
Wiley Online Library. Hal. 3 - 22.