Anda di halaman 1dari 21

MODUL

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


KRANIOMAKSILOFASIAL 2

Uraian Modul

Blok ini merupakan blok yang memuat bahan kajuan prinsip – prinsip pertumbuhan dan perkembangan
kraniomaksilofasial yang membahas konsep – konsep pertumbuhan dan perkembangan jaringan lunak,
kompleks kraniomaksilofasial baik fasial /wajah, palatum, bibir, lidah dan sistem neurovaskuler.

Kompetensi Modul

Dalam blok ini mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan
kraniomaksilofasial yang membahas konsep – konsep pertumbuhan dan perkembangan jaringan lunak,
kompleks kraniomaksilofasial baik wajah, palatum, bibir, lidah dan sistem neurovaskuler.

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)

1. Mampu menjelaskan konsep proses tumbuh kembang jaringan lunak


2. Mampu menjelaskan konsep proses tumbuh kembang fasial / wajah, faring, mata, telinga,
hidung
3. Mampu menjelaskan konsep proses tumbuh kembang bibir, rongga mulut, palatum, bibir dan
lidah
4. Mampu menjelaskan konsep proses tumbuh kembang sistem neurovaskuler
TOPIK 1 : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JARINGAN WAJAH

Tujuan Pembelajaran dan Metode Pembelajaran

pada akhir pembelajaran pada METODE PEMBELAJARAN


topik ini, mahasiswa diharapkan Kuliah dan Tutorial Prakt Mata Kuliah (referensi)
dapat (sub CPMK) Pleno SCL
Menjelaskan Pertumbuhan dan Drg Poetry O, V - Sadler TW. Langman’s
perkembangan jaringan lunak M.Si Medical Embryology.13th
fasial ed.Philadelphia:Wolter
- Arkus Faring atau Brankial Kluwer Health, 2015.
o Arkus faring pertama
o Arkus faring kedua Sadler TW. Langman’s
o Arkus faring ketiga Embriologi Kedokteran.
o Arkus faring keempat dan Edisi 10. Alih bahasa :
keenam Pendit BU.
- Kantong faring Jakarta;Penerbit Buku
o Kantung faring pertama Kedokteran EGC, 2006.
o Kantung faring kedua
o Kantung faring ketiga TJ Huang G, Thesleff I,
o Kantung faring keempat 2013. Stel cell in
o Kantung faring kelima craniofacial development
- Celah Faring and regeneration. Willey-
- Regulasi Molekuler Blackwell.
Pembentukan Wajah
o akhir minggu keempat,
o akhir minggu kelima
o akhir minggu keenam dan
ketujuh
o dua minggu berikutnya (pipi,
maksila, hidung)
----------------------------------------------
- Segmen Intermaksila
- Palatum Sekunder
- Pertumbuhan dan
Perkembangan Jaringan Lunak
Lidah ( Papila, taste bud,
kelenjar saliva, Glandula
Thyroid).

Menjelaskan Pertumbuhan dan Drg Adibah,


perkembangan jaringan lunak M.Biomed/ drg
mata, telinga, hidung Komang, M.Pd
- Rongga Hidung
- Telinga Dalam
o Sakulus, Koklea, Organ Corti
o Utrikulus dan Kanalis
Semisirkularis
- Telinga Tengah
o Kavitas Timpani dan Tuba
Auditiva
o Tulang-tulang pendengaran
- Telinga Luar
o Meatus Akustikus Eksternus
o Gendang telinga /
Membrana Timpanika
o Aurikula
- Mata
o Cawan Optik dan Vesikula
Lentis
o Retina, Iris dan Korpus
Siliare
o Lensa
o Koroid, Sklera, Kornea
o Korpus Vitreum, N. Optikus
- Regulasi Molekuler
Pembentukan Mata
TOPIK 2 : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JARINGAN LUNAK KRANIOFASIAL PADA MASA
EMBRIO

Tujuan Pembelajaran dan Metode Pembelajaran

pada akhir pembelajaran pada METODE PEMBELAJARAN


topik ini, mahasiswa Kuliah dan Pleno Tutorial Prakt Mata Kuliah (referensi)
diharapkan dapat (sub CPMK) SCL
Pertumbuhan dan Drg Sinta D, V - Huang GTJ, Thesleff I,
Perkembangan Jaringan Lunak M.Biomed 2013. Stem cell in
Kraniofasial / wajah pada craniofacial development
masa Embrio : and regeneration. Willey-
- Asal lapisan embrionik Blackwell.
pembentuk jaringan lunak
otot-otot wajah Sadler TW. Langman’s
(kraniofasial) Embriologi Kedokteran.
- Fungsi umum otot – otot Edisi 10. Alih bahasa :
wajah (kraniofasial) Pendit BU.
- Regulasi molekuler Jakarta;Penerbit Buku
pembentukan otot-otot Kedokteran EGC, 2006.
wajah (kraniofasial)
- Pola pembentukan otot- Sadler TW. Langman’s
otot wajah (kraniofasial) Medical Embryology.13th
- Pembentukan otot rangka ed.Philadelphia:Wolter
/ lurik sebagai otot wajah Kluwer Health, 2015.
(kraniofasial) dan sel
prekursor dari otot-otot Som PM dan Naidich TP.
wajah Illustrated review of the
- Proses pertumbuhan dan embryology and
perkembangan lapisan development of the facial
embrionik pembentuk region part 2 ; late
otot-otot wajah development of the fetal
(kraniofasial) face and changes in the
- Proses pertumbuhan dan face from the newborn to
perkembangan lapisan adulthood. Am J
embrionik pembentuk Neuroradiol. 2014.35:10-8
otot-otot leher
TOPIK 3 : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM NEUROVASKULAR

Tujuan Pembelajaran dan Metode Pembelajaran

pada akhir pembelajaran pada METODE PEMBELAJARAN


topik ini, mahasiswa Kuliah dan Pleno Tutorial Prakt Mata Kuliah (referensi)
diharapkan dapat (sub CPMK) SCL
 Ectoderm : neural Drg Adibah, V - Sadler TW. Langman’s
induction M.Biomed Medical Embryology.13th
 Ectoderm : neurulation ed.Philadelphia:Wolter
 Head induction Kluwer Health, 2015.
 Ectoderm : neural crest
o Induction of neural Sadler TW. Langman’s
crest cell formation Embriologi Kedokteran.
o Delamination of neural Edisi 10. Alih bahasa :
crest cells Pendit BU.
o Migration and Jakarta;Penerbit Buku
differentiation of Kedokteran EGC, 2006.
neural crest cells
 Ectoderm : placodes TJ Huang G, Thesleff I,
o Induction of placode 2013. Stel cell in
formation craniofacial development
o Regulation of cranial and regeneration. Willey-
placode patterning Blackwell.
o Neural crest and
placode interactions
 Mesoderm : muscle
(tongue)
 Mesoderm : endothelial
cells
o Vasculogenesis and
angiogenesis
o Vasculature and muscle
interactions and
integration
o Vasculature and neural
interactions and
integration
Uraian Materi
Topik : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KRANIOFASIAL
Blok : Pertumbuhan dan Perkembangan Dentomaksilofasial 2

1. Pertumbuhan dan Perkembangan Oromaksilofasial pada Masa Embrio


Pertumbuhan dan perkembangan oromaksilofasial dimulai pada minggu ke-4 i.u.
Awalnya terbentuk suatu tube yang terdiri dari bagian ektoderm, mesoderm dan
endoderm. Pertumbuhan dan perkembangan oromaksilofasial ditandai saat terjadinya
proses invaginasi pada lapisan ektoderm dibagian kaudal Processus Frontonasalis. Proses
invaginasi ini menyebabkan terjadinya suatu celah yang disebut Stomodeum (Primitive
Oral Cavity/POC). Proses invaginasi juga terjadi pada lapisan endoderm sehingga
terbentuk Primitive Digestive Tract/PDT. Pada saat POC dan PDT bertemu, terbentuk
suatu membran tipis yaitu membrane bucco pharyngeal yang akhirnya pecah sehingga
terjadi hubungan yang sempurna antara POC dan PDT.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Arkus Faring / Branchial Arches / Pharyngeal


Arches
Gambaran paling khas pada pembentukan kepala dan leher dihasilkan oleh arkus
faring. Arkus ini muncul pada minggu ke 4 dan ke 5 perkembangan, dan ikut berperan
menghasilkan penampilan luar khas mudigah. Setiap arkus faring terdiri dari inti jaringan
mesenkim yang dilapisi oleh ectoderm di permukaan luar dan epitel yang berasal dari
endoderm di sebelah dalam.

Arkus Faring I
Perkembangan mulai dari bagian dorsal, prosesus maksilaris meluas kedepan daerah
mata dan bagian ventral, prosesus mandibularis mengandung kartilago Meckel yang kemudian
menghilang dan menetap hanya bagian kecil di ujung dorsal membentuk inkus dan maleus.
Mesenkim prosesus maksilaris membentuk premaksila, maksila, os zigomatikum dan sebagian os
temporalis
Pembentukan otot pengunyahan (m. temporalis, m. masseter, m. pterigoideus) venter
anterior m. digastricus, m mylohioideus, m. tensor timpani dan m. tensor veli palatini.
Persarafan yang terbentuk adalah n. mandibularis (cabang n. trigeminus).
Pesarafan sensorik kearah wajah yaitu n. oftalmikus, n. maksilaris dan n. mandibularis (cabang
trigeminus).

Arkus Faring II
Tulang rawan arkus kedua /arkus hyoid (kartilago Reichert) membentuk stapes, prosesus
stiloideus os temporalis, ligament stilohioideus dan di sebelah ventral terbentuk kornu minus dan
bagian atas terbentuk korpus os. Hioideum.
Otot arkus hyoid yang terbentuk diantaranya m. stapedius, m. stilohioideus, venter
posterior m digastricus, m aurikularis dan otot-otot ekspresi wajah. N. Fasialis merupakan saraf
arkus II yang mensarafi otot tersebut.

Arkus Faring III


Tulang rawan arkus fraing III membentuk bagian bawah korpus dan kornu mayus os
hioideus. Otot yang terbentu adalah m. stilofaringeus. Otot dipersyarafi oleh n. glosofaringeus.

Arkus Faring IV – VI
Terbentuk komponen tulang rawan yaitu kartilago –kartilago laring diantaranya kartilago
tiroidea, krikoidea, aritenoidea, kornikulata dan kuneiformis. Otot arkus IV yaitu m.
krikotiroideus, m levator veli palatine dan m konstriktorfaringis. Semua dipersarafi n. laringeus
superior yang merupakan cabang n. vagus. Otot instrinsik laring yang disarafi n. laringeus
rekurens (cabang n. vagus) yang merupakan saraf arkus ke VI.

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Kantung Faring / Branchial Pouches / Pharyngeal


Pouches
Mudigah manusia mempunyai 5 pasang kantung faring. Kantung terakhir bersifat
atipikal sehingga dianggap sebagai bagian dari kantung ke 4.

Kantung Faring I
Merupakan bakal terbentuknya meatus akustikus eksternus, bagian distal di vertikulum
melebar seperti kantung yaitu rongga telinga tengah (kavitas timpani primitif) dan bagian
proksimal tetap sempit membentuk tuba auditiva (eustachi). Lapisan dalam rongga timpani
kemudian membantu pembentukan membrane timpani (gendang telinga).

Kantung Faring II
Lapisan epitel kantung berproliferasi membentuk tunas dan dibantu jaringanmesoderm
membentuk primordium tonsila palatina. Selama bulan ke 3 dan 5, tonsil diinfiltrasi oleh jaringan
limpatik dan sampai dewasa sebagian kantung menetap sebagai fosa tonsilaris.

Kantung Faring III


Kantung ke 3 dan 4 membentuk sayap dorsal dan ventral, pada minggu ke – 5 sayap
dorsal berdeferensiasi menjadi kelenjar paratiroid inferior, dan sayap ventral membentuk timus.
Kedua kelenjar kehilangan hubungan dengan dinding faring dan timus bermigrasi kearah kaudal
dan medial serta menarik kelenjar paratiroid inferior bersama.
Pada masa kecil, timus menempati ruang yang cukupp besar di toraks yang terletak
dibelakang sternum, anterior dari perikardium dan pembuluh-pembuluh darah besar.
Perkembangan dan pertumbuhan timus berlanjut sampai masa pubertas. Bila sudah tua,timus
akan mengalami atrofi dan digantikan jaringan lemak. Jaringan paratiroid kantung ke 3 terletak
di permukaan dorsal kelenjar tiroid dan membentuk kelenjar paratiroid inferior.

Kantung Faring IV
Epitel sayap dorsal kantung faring ke – 4 membentuk kelenjar paratiroid superior.

Kantung Faring V
Ini merupakan kantung faring terakhir yang berkembang, membentuk korpus
ultimobrankiale yang bergabung dengan kelenjar tiroid. Sel-selnya membentuk sel parafolikel
atau sel C dan mengeluarkan hormon kalsitonin yang berperan dalam pengendalian kadar
kalsium dalam darah.

4. Pertumbuhan dan Perkembangan Celah Faring / Branchial Grooves / Pharyngeal


Grooves
Mudigah 5 minggu ditandai oleh adanya 4 celah faring, dan hanya 1 yang ikut berperan
membentuk struktur definitive mudigah. Bagian dorsal celah pertama menembus mesenkim di
bawahnya dan menghasilkan meatus akustikus eksternus. Epitel yang melapisi bagian dasar
meatus ikut serta membentuk gendang telinga.

5. Pertumbuhan dan Perkembangan Hidung


Dibentuk oleh prominensia fasialis, diantaranya yaitu:
1. Prominensia frontalis membentuk jembatan hidung
2. Prominensia nasalis menyatu membentuk lengkung dan ujung hidung
3. Prominensia nasalis lateralis menghasilkan cuping hidung (alae)

6. Pertumbuhan dan Perkembangan Segmen Intermaksila


Penyatuan prominensia nasalis mediana akibat pertumbuhan prominensia maksilaris
ke medial, membentuk segmen intermaksila.
Struktur ini terdiri dari :
a. komponen bibir, yang membentuk filtrum bibir atas
b. komponen rahang atas, yang membawa 4 gigi seri
c. komponen langit-langit, yang membentuk palatum primer (berbentuk segitiga).

7. Pertumbuhan dan Perkembangan Palatum Sekunder


Pada minggu ke 6 terbentuk bilah-bilah palatum (palatine shelves), perkembangan
kearah oblik bawah di kedua sisi lidah. Pada minggu ke 7 perkembangan bilah-bilah palatum
keatas membentuk posisi horizontal di atas lidah dan menyatu membentuk palatum
sekunder.

8. Pertumbuhan dan Perkembangan Rongga Hidung


Selama minggu ke 6, fovea nasalis menjadi semakin dalam, sebagian karena
pertumbuhan prominensia nasalis sekitar dan sebagian karena penetrasi ke mesenkim di
bawahnya. Berawal dari terbentuknya membrana oronasalis yang memisahkan kedua
lekukan dari rongga mulut primitif (koana primitif). Koana terletak dikedua sisi garis tengah,
tepat dibelakang palatum primer. Selanjutnya terbentuk rongga hidung primitif kemudian
terbentuk koana definitif yang menghubungkan hidung dan faring.

Contoh Soal
Topik : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KRANIOFASIAL
Blok : Pertumbuhan dan Perkembangan Dentomaksilofasial 2

1. Jelaskan pertumbuhan dan perkembangan palatum sekunder!


2. Jelaskan pertumbuhan dan perkembangan oromaksilofasial pada masa embrio!

HIDUNG
Dibentuk oleh prominensia fasialis, diantaranya yaitu:
1. Prominensia frontalis membentuk jembatan hidung
2. Prominensia nasalis menyatu membentuk lengkung dan ujung hidung
3. Prominensia nasalis lateralis menghasilkan cuping hidung (alae)

SEGMEN INTERMAKSILA
Penyatuan prominensia nasalis mediana akibat pertumbuhan prominensia maksilaris ke
medial, membentuk segmen intermaksila (filtrum bibir atas, rahang atas yang akan tumbuh 4
gigi seri, palatum primer.

PALATUM SEKUNDER
Pada minggu ke – 6 terbentuk bilah-bilah palatum ( palatine shelves), perkembangan
kearah oblik bawah di kedua sisi lidah.
Pada minggu ke – 7 perkembangan bilah-bilah palatum keatas membentuk posisi horizontal
diatas lidah dan menyatu membentuk palatum sekunder. Pada bagian anterior menyatu ke
palatum primer berbentuk segitiga dan terdapat foramen insisivum yang menjadi patokan garis
tengah antara palatum primer dan sekunder. Septum nasale tumbuh kebawah dan menyatu
dengan bagian sefalik palatum.

RONGGA HIDUNG
Minggu ke – 6 prominensia nasalis mengalami pertumbuhan yang menyebabkan fovea
nasalis semakin dalam. Berawal dari terbentuknya membrane oronasalis yang memisahkan
kedua lekukan dari rongga mulut primitife (Koana Primitif). Koana terletak dikedua sisi garis
tengah, tepat dibelakang palatum primer. Selanjutnya terbentuk rongga hidung primitive
kemudian terbentuk koana definitive yang menghubungkan hidung dan faring.
Sinus udara paranasal berkembang mulai dari dinding hidung lateral, meluas ke maksila,
os. etmoidale, os. Frontal dan os. Sfenoidale. Perkembangan sinus akan maksimal sampai masa
pubertas dan ikut membentuk wajah definitif.

TELINGA

Fungsi telinga adalah sebagai alat pendengaran dan keseimbangan. Telinga terbentuk
pada mudigah berusia 22 hari. Pada masa mudigah ada 3 bagian telinga yang terbentuk, yaitu
1. Telinga luar (organ pengumpul suara)
2. Telinga tengah (penghantar suara dari telinga luar ke dalam)
3. Telinga dalam ( mengubah gelombang suara menjadi impuls saraf dan menjaga
keseimbangan)

TELINGA DALAM
Perkembangan telinga di mulai dari plakota otika (lempeng telinga), kemudian
terbentuk vesikula otika (vesikel telinga) atau audiotorik. Perkembangan vesikel terbagi
menjadi Sakulus, Koklea dan Organ Corti.
Pada minggu ke – 10 terbentuk ductus koklearis. Sekitar usia 5 bulan terbentuk membrane
tektoria sampai bayi lahir sudah terbentuk saluran-saluran spiral di organ corti. Impuls yang
diterima oleh organ ini disalurkan ke ganglion spiral dan ke sistem saraf melalui serabut saraf
auditorik saraf kranial VIII

TELINGA TENGAH
Perkembangan telinga tengah dimulai dari faring pertama, membentuk kavitas timpani
primitif dan membentuk tuba auditiva (tuba Eustachii) yang merupakan saluran
menghubungkan kavitas timpani dan nasofaring.
Tulang pendengaran maleus dan inkus berasal dari tulang rawan arkus faring pertama, dan
stapes berasal dari tulang rawan arkus kedua. Otot-ototnya m. tensor timpani dipersyarafi n.
mandibularis cabang n. trigemius. Otot Stapedius melekat ke stapes disarafi oleh n. Fasialis.

TELINGA LUAR
Meatus akustikus eksternus terbentuk dari bagian dorsal celah faring pertama pada
awal bulan ke – 3 membentuk sumbatan meastus. Pada bulan ke – 7, sumbatan mulai
menghilang dan epitel didasar meatus membentuk gendang telinga definitif. Apabila sumbatan
meatus menetap sampai bayi lahir, maka akan terjadi tuli kongenital.

Gendang telinga atau membrane timpanika


Gendang telinga dibentuk oleh 3 lapisan epitel, yaitu
1. Lapisan epitel ektoderm di dasar meatus akustikus
2. Lapisan epitel endoderm di kavitas timpani
3. Lapisan intermediat jaringan ikat yang membentuk stratum fibrosum
Bagian utama gendang telinga melekat dengan maleus, bagian lain membentuk sekat antara
meastus akustikus dan kavitas timpani.

Aurikula (Daun Telinga)


Aurikula terbentuk dari proliferasi mesenkim di ujung dorsal arkus faring I dan II,
terbentuk penonjolan (tonjolan aurikula / aurikula hillocks). Bagian tepi mestus akustikus
eksternus menyatu dan membentuk aurikula definitif. Proses penyatuan sangat rumit dan
seringkali menimbulkan kelainan.
Pada tahap awal, telinga luar berada di regio leher bawah sampai terbentuk mandibular,
telinga luar naik ke samping kepala setinggi mata.

MATA
Mata mulai tampak pada mudigah ke – 22 hari membentuk sepasang lekukan dangkal
disamping otak depan. Dengan menutupnya tabung saraf (neural tube), maka lekukan ini
membentuk kantong luar yang disebut vesikula optika (vesikel mata) selanjutnya berkembang
membentuk lensa, setelah itu terbentuk cawan optic (optic cup) berdinding ganda.
Tepi fisura koronoidea yang berada dipermukaan inferior cawan optik mengalami
penyatuan pada minggu ke – 7 dan membentuk lubang bundar yang akan menjadi bakal pupil.
Selanjutnya akan terbentuk lempeng lensa dan vesikel lensa. Pada minggu ke -5 , vesikel lensa
berada di mulut atau tepi cawan lensa.
RETINA, IRIS DAN KORPUS SILIARE
Lapisan luar cawan lensa terdapat granula pigmen kecil yang dikenal sebagai lapisan
pigmen retina. Perkembangan lapisa saraf sangat rumit. Pars optika retinae akan berperan
sebagai penyerap cahaya yaitu sel batang (rod) dan kerucut (cone).
Didekat lapisan foto reseptif terdapat lapisan mantel yang menghasilkan neuron dan sel-
sel penunjang seperti lapisan inti luar, dalam dan lapisan sel ganglion. Pars siliaris retina
bentuknya berlipat-lipat, bagian luar membentuk m. siliaris dan bagian dalam berhubungan
dengan lensa oleh ligament suspesorium (zonula). Kontraksi m. siliaris mengubah tegangan
ligamentum dan mengatur keseimbangan dan mengatur kelengkungan lensa.

LENSA
Pada minggu ke – 7 , serabut lensa primer berada di dinding snterior vesikula lentis,
namun pembentukan lensa belum selesai dan masih terbentuk serabut-serabut lensa baru.

KOROID, SKLERA DAN KORNEA


Pada akhir minggu ke – 5 terbentuk koroid yaitu lapisan pigmen yang kaya pembuluh
darah. Lapisan luar berkembang menjadi sklera dan bersambung dengan duramater disekitar
nervus optikus.
Kornea dibentuk oleh :
1. Lapisan epitel yang berasal dari permukaan
2. Substansia propria atau stroma
3. Lpaisan epitel yang berbatasan dengan bilik mata depan

KORPUS VITREUM
NERVUS OPTIKUS
Cawan optik dihubungkan ke otak oleh tangkai optik, memiliki alur (fisura koroidea)
dipermukaan ventral. Selama minggu ke -7, fisura koroidea menutup dan terbentuk
terowongan sempit dalam tangkai optik. Akibat peningkatan jumlah serabut saraf yang terus
menerus, dinding dalam tangkai terus tumbuh dan dinding dalam dan luar tangkai menyatu.
Sel-sel lapisan dalam membentuk jalinan neuroglia yang menunjang serabut nervus optikus.
Tangkai optik berubah menjadi nervus optikus.

REGULASI MOLEKULAR PEMBENTUKAN MATA

PAX6 adalah gen utama pembentuk mata, ditunjukkan dalam satu bidang mata yang
mengalami pemisahan menjadi 2 primordium optik. Signal pemisahan bidang ini disebut sonic
hedgehog (SHH) yang berperan meningkatkan ekspresi PAX 2 ditangkai optik sementara dan
menekan PAX 6. Penekanan menyebabkan terbatasnya ekspresi gen di cawan optik dan lensa.
Jaringan ektoderm dipermukaannya membentuk bakal lensa, vesikula optika dan mesenkim
disekitarnya mengatur deferensiasi lensa dan cawan optik.
Topik 3 : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JARINGAN
LUNAK LIDAH
Blok : Pertumbuhan dan Perkembangan Dentomaksilofasial 2

Pertumbuhan & Perkembangan Jaringan Lunak


1. Pertumbuhan dan perkembangan Lidah (gambar 1)
Pertumbuhan dan perkembangan lidah dimulai pada akhir minggu ke-4 i.u.
awalnya dibentuk sebuah tonjolan didasar faring sekitar foramen caecum yang disebut
Tuberculum Impar. Selanjutnya dibentuk pula 2 buah tonjolan didaerah lateral
tuberculum impar yang disebut Tonjolan Lateral Lidah. Ketiga tonjolan tersebut berasal
dari Branchial Arch I. Tonjolan lateral lidah berfusi membentuk 2/3 anterior lidah dengan
garis fusi pada sulkus lingualis media (luar) dan septum lingualis (dalam). Tuberculum
impar tidak mempunyai bentuk yang khas. Pertumbuhan dan perkembangan 1/3 posterior
lidah dimulai dengan dibentuknya tonjolan Copula yang berasal dari arkus faringeal II.
Tahap selanjutnya yaitu dibentuk lagi tonjolan Hypobranchial (Branchial Arch III-IV)
dibagian kaudal foramen caecum. Proses selanjutnya Copula mengalami rudimeter dan
menghilang, sedangkan tonjolan Hypobranchial tetap berperan membentuk 1/3 posterior
lidah dan selanjutnya berfusi dengan 2/3 anterior lidah. Garis fusi terbentuk pada Sulkus
Terminalis Lingualis. Tahap ini menandai terbentuknya lidah yang lengkap, sedangkan
pertumnbuhan dan perkembangan selanjutnya kearah atas dan depan.

I II
Gambar 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Lidah. I. Pembentukan 1/3 posterior lidah. A : Tonjolan lateral
lidah. B : Tuberkulum Impar. C : Copula. II. Pembentukan 2/3 anterior lidah.

2. Pertumbuhan dan perkembangan papilla dan taste bud pada lidah.


Awalnya dibentuk Papilla Filiformis tanpa ada induksi syaraf sehingga tidak ada
taste buds. Pada umur 54 hari dibentuk Papilla Circum Vallata, kemudian Papilla Foliata.
Pembentukan kedua papilla ini diinduksi oleh cabang terminal dari N IX. Papilla
Fungiformis yang diinduksi oleh Chorda Tymphani (N. VII). Ketiga papilla ini terdapat
taste bud.

3. Pertumbuhan dan perkembangan Kelenjar Saliva


Pada embrio minggu ke 6-7 dibentuk Glandula Parotis yang berasal dari jaringan
ektodermal berlokasi di tepi stomodeum. Sel – sel berproliferasi membentuk tali padat
dan ujung bulat. Tali tersebut berkembang membentuk lumen dan selanjutnya terbentuk
duktus, sedangkan ujung yang bulat berdiferensiasi membentuk asini yang akan
mengeluarkan secret. Glandula submandibularis yang berasal dari jaringan endodermal
berlokasi di dasar mulut latero caudal lidah. Cara pembentukannya sama dengan
Glandula Parotis. Glandula Sublingualis yang berkembang agak akhir, juga berasal dari
jaringan endodermal sebagai multiple buds yang nantinya membentuk lobus mayor dan
lobus minor. Lokasinya di latero-caudal lidah.

4. Pertumbuhan dan perkembangan Glandula Thyroid


Galndula Thyroid terbentuk dari penebalan jaringan endodermal dibelakang
tuberculum impar kemudian melekuk kecaudal yang disebut Thyroid Diverticulum yang
kemudian bermigrasi (lidah berkembang) kecaudal. Pada saat bermigrasi kecaudal
terbentuklah Ductus Thyroglossus. Ductus Thyroglossus ini akan tersisa sebagai Foramen
Caecum dan Lobus Pyramidalis Glandula Thyroidea. Sementara itu, bagian duktus yang
lain akan menghilang. Thyroid Diverticulum bermigrasi ke caudal membentuk 2 lobus
yaitu Glandula Thyroidea dan akhir migrasinya berada diantero lateral Trachea.
Contoh Soal
Topik : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
JARINGAN LUNAK LIDAH
Blok : Pertumbuhan dan Perkembangan Dentomaksilofasial 2

Jawablah pertanyaan dibawah dengan jelas dan benar!


1. Jelaskan proses pertumbuhan lidah!
2. Jelaskan proses pembentukan kelenjar saliva!
Topik 4 : Pertumbuhan dan Perkembangan Sistem Neurovaskular

Pleno : Adibah, drg., M. Biomed

Perkembangan craniofacial dimulai selama fase gastrulasi, yakni sebuah proses pembentukan
organisme triploblastik. Selama fase gastrulasi, sel – sel dari epiblast (ektoderm embrio) mulai
berkembang membentuk tiga lapisan berbeda yaitu endoderm, mesoderm dan ektoderm.

Sistem saraf berkembang dari lapisan ektoderm. Tahap pertama pembentukan sistem
saraf disebut dengan induksi neural. Pada 17 hari i.u., sel – sel ektoderm akan membentuk
neural plate. Perkembangan berlanjut dengan terbentuknya celah di neural plate yang berjalan
arah rostral – caudal membentuk neural groove. Sedangkan dinding disekitar neural groove
disebut neural folds akan berfusi kearah dorsal membentuk neural tube. Proses neural plate
menjadi neural tube ini disebut dengan neurulation yang berkembang pada embrio usia 22 hari.
Seluruh sistem saraf pusat berkembang dari neural tube ini. Bersamaan dengan pembentukan
neural tube, sebagian dari ektoderm akan membentuk neural crest disebelah lateral dari neural
tube. Seluruh sistem saraf tepi berkembang dari neural crest ini.

Perkembangan neural crest ini berkaitan erat dengan perkembangan lapisan mesoderm.
Lapisan mesoderm membentuk tonjolan pada kedua sisi neural tube dan dinamakan somites.
Dari somites inilah 33 vertebrae manusia pada kolumna vertebralis dan otot skeletal terkait akan
berkembang. Nervus – nervus yang menginervasi otot skeletal ini disebut dengan somatic motor
nerves (sistem saraf somatomotorik).

Tahap kedua dari perkembangan struktur yang lebih kompleks disebut dengan
diferensiasi. Tahap pertama diferensiasi yaitu berkembangnya tiga tonjolan dimulai dari bagian
rostral neural tube. Bagian paling rostral yaitu proencephalon (forebrain). Bagian tengah disebut
dengan mesencephalon (midbrain). Bagian paling caudal yaitu rhomboencephalon (hindbrain).
Rhomboencephalon berhubungan dengan bagian caudal neural tube yang nantinya akan
berkembang menjadi corda spinalis.

Induksi Kepala

Pembentukan kepala bergantung pada sinyal pertumbuhan dan jaringan progenitor kepala.
Lapisan endoderm visceral anterior (AVE) terbentuk pada fase gastrulasi embrio usia 5.5 hari.
Kemudian bermigrasi kearah anterior embrio pada usia 6 hari dilanjutkan dengan diferensiasi
dan morfogenesis jaringan yang berasal dari epiblast menjadi struktur kepala.

Induksi pembentukan sel krista neural

Pembentukan sel krista neural merupakan proses bertahap yang melibatkan jaringan nonneural
(permukaan ektoderm) dan jaringan neural (neural plate).

Delaminasi sel krista neural

Pada awalnya sel krista neural terintegrasi didalam neural plate, yang secara morfologi tidak
dapat dibedakan dari sel neuroepitel lainnya. Karena merespon sinyal induksi, sel neuroepitel
mengalami transformasi dari epitel ke mesenkim untuk membentuk sel krista neural, kemudian
mengalami delaminasi dari neural plate dan bermigrasi sepanjang masa embrio, sehingga
menghasilkan berbagai jenis sel dan jaringan, mulai dari neuron dan glia hingga ke tulang dan
kartilago.

Migrasi dan Diferensiasi sel krista neural

Sel krista neural terbentuk dalam arah rostrocaudal disepanjang neuraxis dan berdasarkan pada
asal arah aksialnya dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok aksial yang berbeda yaitu:
cranial, cardiac, vagal dan batang tubuh. Masing – masing memiliki jalur migrasi dan kapasitas
diferensiasi yang berbeda – beda. Neural crest cranial menunjukkan banyak potensi
diferensiasinya seperti tulang dan kartilago kepala dan wajah, serta nervus ganglia, otot polos,
jaringan ikat dan sel – sel pigmen. Kapasitas utama sel – sel krista neural yang berasal dari
neuroectoderm yakni dapat berdiferensiasi menjadi derivat neuronal dan mesenkimal menjadi
neural crest. Gambaran penting dari neural crest cranial yang berbeda dari neural crest batang
tubuh atau yang lainnya adalah neural crest cranial dapat berdiferensiasi menjadi jaringan
mesenkim. Salah satu mekanisme kemampuan sel krista neural dapat berdiferensiasi menjadi
berbagai jenis jaringan yaitu karena sel ini memiliki sel progenitor campuran yang heterogen,
dimanan satu sel progenitor akan berkembang menjadi jenis sel yang berbeda didalam tubuh.

Induksi Pembentukan Placode

Kepala manusia terdiri dari berbagai organ pengindera seperti hidung, mata, telinga dan lidah
serta sistem saraf sensoris tepi lainnya yang berfungsi untuk menyampaikan informasi sensoris
berupa sensasi sentuhan, bau, rasa, suara dan cahaya ke sistem saraf pusat untuk dapat
memberikan kontrol otonom terhadap otot tubuh. Struktur sensoris cranial berkembang dari
bagian ektodermal yang disebut dengan placode. Placode merupakan daerah nonneural yang
menebal atau permukaan ektoderm yang memiliki posisi khas di kepala embrio dan terdiri dari
sel – sel epitel khusus.

Placodogenesis dimulai saat fase gastrulasi. Berkembang dari subdivisi nonneural


ektoderm menjadi preplacodal ektoderm dan permukaan ektoderm. Preplacodal ektoderm
terletak di anterior embrio dan dapat membentuk berbagai placode cranial. Placode cranial antara
lain placode adenohipofisis, placode olfactorius yang membentuk organ olfaktori dan
vomeronasal, dan dapat berkembang menjadi sel – sel penghasil mukus, sel pendukung sekresi
dan sel sensoris primer yang bermigrasi kedalam forebrain untuk menjadi gonatotropin-releasing
secereting neuron. Placode ophtalmic dan trigeminal berkombinasi membentuk trigeminal, yang
berkembang menjadi prekursor neuron dan bersama dengan sel krista neural membentuk neuron
sensoris pada ganglia trigeminal yang berperan dalam memonitor informasi somatosensoris
(raba, suhu, nyeri) dalam rongga mulut dan bagian rostral wajah. Placode epibranchial yang
sejajar dengan lengkung branchial akan berkembang menjadi prekursor neuron yang membentuk
neuron sensoris pada ganglia distal facial (ganglion geniculate), glossopharyngeal (ganglion
petrosal) dan nervus vagal (ganglia nodosa).

Regulasi Pola Placode Cranial

Sistem saraf tepi terdiri dari seluruh neuron dan glia tubuh, kecuali yang ada didalam otak dan
medulla spinalis. Dapat dibagi menjadi jaringan somatik, otonom dan enterik, tergantung dari
fungsi spesifiknya. Sistem saraf tepi menerima stimulus eksternal, mengkoordinasikan gerakan
tubuh dan bertanggung jawab terhadap fungsi yang tidak berada dibawah pengaruh sadar.

Pada kepala manusia, sistem saraf tepi berasal dari placode ektodermal dan sel – sel krista
neural. Migrasi sel – sel krista neural yang tepat merupakan hal yang penting untuk membentuk
sistem saraf tepi fungsional. Lingkungan mikro jaringan juga menjadi hal yang penting dalam
migrasi sel krista neural. Bukti penelitian menunjukkan bahwa sel krista neural cranial dapat
mengatur neuron yang berasal dari placode. Setelah migrasi sel krista neural selesai dan
berintegrasi dengan progenitor placode, maka ganglia cranial secara normal memperluas akson
kearah jaringan olfaktori, ophtalmik, lengkung branchial distal dan jaringan jantung.

Mesoderm

Letak mesoderm cranial berdekatan dengan tempat perkembangan otak dan meregang dari
forebrain ke telinga primitif. Cranial paraxial mesoderm bersama dengan prechordal mesoderm
berkembang menjadi hampir 60 otot skeletal di kepala, yang digunakan untuk asupan makanan,
pergerakan bola mata, ekspresi wajah dan proses bicara. Mamalia juga memiliki serangkaian otot
tambahan yaitu otot fasial superfisial yang membantu pergerakan bibir, kelopak mata dan pipi
serta otot konstriktor pharyngeal khusus. Otot laryngoglossal berfungsi untuk menggerakkan
laring ke arah caudal dan pangkal lidah, serta diinervasi oleh nervus hipoglosal (n.XII) dan
nervus cervical.

Vasculogenesis dan Angiogenesis (Mesoderm)

Sistem vascular merupakan hal yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan embrio dan
pada homeostasis jaringan dewasa. Sistem vascular terutama sangat penting bagi morfogenesis
craniofasial yang baik. Sistem pembuluh darah merupakan bagian yang penting untuk memenuhi
kebutuhan metabolik jaringan dengan mendukung pertukaran gas dan suplai nutrisi. Defisiensi
waktu dan pembentukan sistem vaskular menjadi dasar mekanisme etiologi dalam patogenesis
anomali lengkung pertama dan celah palatum.

Pembentukan spatiotemporal dan remodeling sistem vascular merupakan proses yang


penting yang terjadi selama embriogenesis, dan proses ini dapat dibagi menjadi beberapa fase.
Fase awal yang menginisiasi selama gastrulasi dan bertepatan dengan induksi kepala dan
morfogenesisnya. Pada fase ini sel mesoderm berdiferensiasi menjadi sel endotel. Sel endotel ini
membentuk serangkaian kelompok yang terjalin menjadi satu sama lain membentuk jaringan
pembuluh. Jaringan pembuluh tersebut dinamakan pleksus kapiler primer, dan proses
pembentukannya disebut dengan vasculogenesis.

Seiring dengan bertumbuhnya embrio, pleksus kapiler primer meluas dengan membentuk
cabang tambahan sedangkan remodeling jaringan yang ada tetap berjalan. Proses ini disebut
dengan angiogenesis. Angiogenesis memiliki 2 mekanisme berbeda yakni tergantung
pembentukan cabang pembuluh tambahan yaitu sprouting dan nonsprouting. Proses sprouting
memerlukan sel endotel yang telah ada pada pembuluh sebelumnya dan kemudian
bertransformasi bentuknya serta menginvasi jaringan disekitarnya, sehingga menciptakan kanal
pembuluh tambahan dari kanal yang telah ada sebelumnya. Sebaliknya pada proses
nonsprouting, sel atau jaringan disekitar pembuluh yang sudah ada sebelumnya akan menginvasi
pembuluh tersebut, memisahkan satu pembuluh menjadi dua pembuluh. Cabang pembuluh yang
terbentuk selama angiogenesis baik secara sprouting maupun nonsprouting ditambahkan oleh
gabungan dari sel – sel nonendotel, sehingga menambah kompleksitas struktural dan fungsional
menjadi sistem vaskular sederhana. Proses ini diregulasi oleh faktor pertumbuhan yang disebut
dengan vascular endothelial growth factor (VEGF).

Integrasi dan interaksi sistem vaskular dan neural

Sistem vaskular dan sistem saraf merupakan dua jaringan yang terpola dengan tepat berkembang
saling berdekatan dan seringkali kedua jenis selnya memiliki jalur migrasi yang sama. Sel
endotel memiliki faktor neurotropik yang dapat meningkatkan rekrutmen, pertumbuhan dan
kelangsungan hidup prekursor saraf. Sel endotel juga memelihara lingkungan mikro yang
memudahkan neurogenesis aktif terutama selama kehidupan dewasa. Hal ini berarti bahwa sel
endotel berperan dalam perkembangan saraf selama perkembangan awal dan akhir. Sinyal
vaskulogenesis seperti VEGF juga berimplikasi dalam pola perkembangan sistem saraf.
Sedangkan, molekul pemandu akson yang banyak terekspresi pada berbagai sel berperan penting
dalam angiogenesis.

Dalam sistem saraf, neuron mengeksplorasi sekitarnya dengan menggunakan growth


cones. Pada sistem vaskular, tip cells, berada pada ujung pembuluh darah yang berperan dalam
navigasi pertumbuhan pembuluh darah. Pembuluh darah dan saraf umumnya berjalan paralel.
Morfogenesis vaskular dan saraf juga terjalin erat pada tingkat molekular. Pada proses
angiogenesis terdapat empat molekul pemandu akson yang terekspresi yakni Eph/ephrin,
neuropilin/semaphorins, Slit/Robo dan netrin. Sinyal VEGF juga merupakan promotor
angiogenesis. Tip cell pada sel endotel akan bermigrasi ke daerah yang tinggi konsentrasi VEGF
dan sel tangkai akan berproliferasi sebagai respon terhadap konsentrasi VEGF yang tinggi.

ENDODERM : RONGGA MULUT

Berbeda dari mesoderm, sebuah lapisan sel endoderm disebut dengan visceral endoderm telah
terbentuk sejak sebelum gastrulasi. Keturunan dari endoderm viseral berkontribusi pada segmen
anterior dan posterior usus embrionik. Meskipun demikian, sel ini akan berkembang di dalam
saluran pencernaan sebagai sel tertentu belum diketahui, sementara sel endoderm usus definitif
dibentuk dari ektoderm embrionik melalui ujung anterior garis primitif selama gastrulasi. Sel –
sel yang akan menjadi saluran pencernaan atas berkumpul pada daerah anterior lapisan endoderm
(bagian anterior endoderm definitif, mendasari mesoderm cranial dan jantung dan domain otak
depan pada ektoderm). Sel – sel endoderm bergerak bersama membentuk lining saluran
pencernaan atas embrionik dan organ – organ terkait selama morfogenesis kepala.

KESIMPULAN

Perkembangan craniofasial yang baik dimulai selama gastrulasi dan memerlukan koordinasi dan
integrasi setiap lapisan benih jaringan (ektoderm, mesoderm dan endoderm) dan derivatnya
bersamaan dengan regulasi yang tepat pada proses proliferasi, migrasi dan diferensiasi untuk
menciptakan kepala yang berfungsi sempurna. Kepala harus merumahkan dan melindungi otak
dan juga organ sensorik didalamnya, sedangkan wajah penting untuk identitas seseorang dan
komunikasi, karena dapat merepresentasikan perasaan, emosi, pengenalan dan sensasi diri.

Inti mesodermal diselimuti oleh sel-sel krista neural, yang menciptakan sebagian besar
tulang, kartilago dan jaringan ikat pada kepala dan leher. Lengkung faringeal dibatasi secara
internal oleh endoderm dan secara eksternal oleh ektoderm, disegregasi oleh serangkaian
kantung berulang dimana ektoderm dan endoderm saling berkontak satu sama lain. Selama
proses migrasi dan diferensasi, terjadi pergerakan aksial antara sel krista neural dan mesoderm
dan ektoderm. Hubungan ini dan jaringan yang melingkarinya terus menerus dipertahankan
selama proses perkembangan.

Kecacatan pada pembentukan, proliferasi, migrasi dan diferensiasi pada sel krista neural
dapat menyebabkan malformasi craniofasial yang terjadi pada sekitar sepertiga dari seluruh cacat
lahir kongenital. Kecacatan tersebut bergantung pada fase perkembangan sel krista neural yang
terkena, dan dapat menyebabkan anomali craniofasial yang berbeda – beda. Misalnya, sindrom
Treacher – Collins yang dikarakteristikkan dengan hipoplasia viseroskeletal yang berat,
disebabkan oleh cacat pada pembentukan dan proliferasi sel krista neural. Untuk dapat
mengembangkan tindakan terapetik dengan tujuan meminimalisir atau mencegah anomali
craniofasial, maka penting untuk mengerti etiologi dan patogenesis yang tepat dari sindrom
malformasi seseorang. Hal ini memerlukan pemahaman menyeluruh mengenai kejadian
perkembangan normal yang menginduksi sel krista neural untuk membentuk, mempertahankan
kelangsungan hidup, memandu migrasi sel dan mempengaruhi diferensiasi sel – sel selama
embriogenesis.

Referensi

Bear, M. F., Connors, B. W. & Paradiso, M. A. 2016. Neuroscience: Exploring the Brain. , Philadelphia,
Wolters Kluwer. Hal. 193 - 207.
Huang, G. T.-J. & Thesleff, I. 2013. Stem cells in craniofacial development and regeneration, New Jersey,
Wiley Online Library. Hal. 3 - 22.

Anda mungkin juga menyukai