Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pertumbuhan dan perkembangan wajah dan leher adalah ilmu yang mempelajari
pertumbuhan dan perkembangan kepala wajah dan leher pada masa embriologi.
Perkembangan kepala dan leher terbentuknya lengkung brankialis atau lengkung faring
lengkung ini tampak dalam perkembangan minggu ke 4 danke 5, faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor keturunan, nutrisi, penyakit, pengaruh hormon.
Cleft lip lubang atau belahan dilangit-langit mulut dan bibir . unilateral uncomplete,
unilateral comple, bilateral complek.

1.2 TUJUAN

Tujuan kami adalah agar laporan ini berguna dalam pembelajaran tentang
pertumbuhan dan perkembangan leher dan wajah dan sebagai referensi bagi mahasiswa
pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

1.3 MANFAAT

Pada pembahasan ini, mahasiswa akan memahami dan lebih mengerti tentantang
pertumbuhan dan perkembanga kepala, wajah dan leher ,kelainan cleft lip,faktor
mempengaruhi cleft lip, untuk menjadi bekal bagi mahasiswa sebagai calon dokter gigi.

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN


1
SKENARIO

BIBIR BAYI KU KOK BELAH


Seorang ibu umur 43 tahun baru melahirkan bayi di Puskesmas setelah 7 tahun
menikah dan melihat bibir atas anaknya kok terbelah tapi bayinya baik-baik saja, tidak panas
ataupun demam . Kemudian dianjurkan kedokter spesialis anak, dan ibu itu membawanya ke
dokter anak, menanyakan bibir tersebut dan dokter anak mengatakan bahwa bibir anak ibu
terjadi celah yang disebut dengan cleft lip/ schisis sebelah kiri yang disebutt unilateral atau
satu sisi, ini kelainan bawaan lahir atau konginetal desease dan ini karena adanya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa kehamilan ibu umur 3 minggu (embrionic
period) atau lebih misalnya pada masa pertumbuhan dan perkembangan stomadium, oral
cavity, maxillry proses, nasal process, muka, bibir atas dan bawah kadang-kadang disertai
kelaianan mandibulla arch. Bisa juga oleh karena faktor lingkungan atau teratogen. Dokter
tersebut menganjurkan untuk dirujuk ke dokter spesialis bedah mulut atau bedah plastik.

2.1 Identifikasi Istilah Sulit


1. Cleft lip : celah bibir bagian atas / bawah karena gangguan pada
perkembangan anak
2. Stomadeum : cikal bakal pembentukan rongga mulut (rongga mulut
primitiv)
3. Teratogen : pengembangan tidak normal dan sebabkan kerusakan pada
embrio
4. Unilateral : salah satu bagian pada sisi samping
5. Oral cavity : rongga mulut
6. Maxillary process : proses pembentukan maxilla
7. Nasal process : proses pembentukan hidung
8. Kongenital disease : penyakit yang terjadi sebelum masa kelahiran (pre natal)

2.2 Identifikasi Masalah


1. Bagaimana proses pembentukan kepala leher pada masa embrio?

2. Bagaimana proses pembentukan wajah pada masa embrio?

3. Apa sajakah macam dari kelainan celah pada mulut?

2
4. Bagaimana proses perkembangan embrio pada kelainan cleft lip?

5. Bagaimana pengaruh cleft lip terhadap mandibula arch?

6. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi cleft lip?

7. Bagaimana teratogen bisa sebabkan cleft lip?

8. Kelainan kongenital yang seperti apa sajakah yang dapat terjadi pada usia awal
kehamilan?

2.3 Analisa Masalah


1&2. Proses pembentukan kepala,leher, dan wajah

Terbentuk lengkung faring, yaitu lengkung brachialis pada minggu ke-4. Akhir
minggu ke-4, pusat wajah terbentuk oleh stomadeum. Pada lengkung faring, ada 5
lengkung, yaitu:

Tonjolan mandibula, berjumlah 2, dan terletak di sebelah caudal stomadeum.

Tonjolan maxilla, berjumlah 2, di sebelah lateral stomadeum.

Tonjolan frontonasal, berjumlah 1 dan nanti, pada minggu ke-5 akan menjadi 2
membentuk medial nasal process dan lateral process.

Pada minggu ke-6, akan terbentuk palatum. Setelah maxillary process, lubang
hidung akan terbentuk.

Pada minggu ke-7 sampai ke-10, terbentuk palatum primer dan palatum
sekunder. Palatum primer terbentuk dari bersatunya prominentia maxillaris dan
promonentia nasalis, dari anterior ke lateral dari foramen incisiv, dan disebut
triangular palatum process). Sedangkan, palatum sekunder akan membentuk
palatum durum dan palatum molle.

3&4. labiopalatoshizis terdiri dari:

a. Cleft lip dan cleft palate

b. Cleft lip tanpa cleft palate

c. Cleft palate tanpa cleft lip

Sedangkan, berdasarkan potongannya, cleft lip dibagi menjadi:

3
1. Unilateral uncomplete

2. Unilateral complete

3. Bilateral complete

5.-

6.&7. Faktor lingkungan, yaitu karena nutrisi yang kurang tersalurkan, radiasi yang
berlebihan, stress yang mengakibatkan ekskresi hormon kortisol, zat kimia yang
bersifat teratogeik, alkohol, merokok, dan faktor usia dari ibu.

Sedangkan faktor genetik juga berperan. Contohnya, adanya kelainan kromosom


yang dapat sebabkan syndrom. Contohnya adalah kelainan kromosom trisomi
autosom nomor 13, yaitu sindrom patau. Dimana, salah satu cirinya adalah terdapat
cleft lip dan cleft palate.

8. Kelainan yang dapat terjadi pada masa embrio yaitu: kelainan kromosom, yang terjadi
sebelum fertilisasi. contohnya adalah kelainan kromosom trisomi dan monosomi,
yang akibatkan sindrom patau, sindrom down, sindrom klinefelter, dan lain-lain.

2.4 Strukturisasi Konsep

TUMBUH KEMBANG

KEPALA WAJAH LEHER

PATOFISIOLOG
I CLEFT LIP

FAKTOR
PENYEBAB

4
2.5 Learning Objective
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang perkembangan kepala, leher,
dan wajah pada masa embrio

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang patofisiologi cleft lip

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang faktor penyebab dari


terjadinya cleft lip

2.6 Belajar Mandiri


Pada step ini, kami melakukan pembelajaran mandiri secara individu dan
kelompok serta mencari jawaban learning objective dari berbagai referensi.

2.7 Sintesis
1. Perkembangan kepala, leher, dan wajah pada masa embrio
 Kepala
Pada akhir minggu ke-4 , mulai tampak tonjolan – tonjolan wajah yang
terutama dibentuk oleh mesenkim yang berasal dari krista neuralis dan
terutama dibentuk oleh pasangan lengkung faring pertama. Tonjolan maksiladapat
dikenali disebelah lateral stomodeum dan tonjolan mandibula disebelah kaudal
stomodeum. Prominensia frontonasalis, yang dibentuk oleh proloferasi
mesenkim disebelah ventral vesikel otak, merupakan tepi atas stomodeum. Di
sisi kanan dan kiri prominensia frontonalis, muncul penebalan – penebalan
setempat dari ektoderm permukaan, yaitu plakoda nasal (olfaktorius ), di
bawah pengaruh induksi bagian ventral otak depan (Sadler, T.W, 2000).

Selama minggu ke-5 plakoda – plakoda hidung tersebut mengalami


invaginasi membentuk lobang hidung. Dalam hal ini, plakoda hidung ini
membentuk suatu rigi jaringan yang mengelilingi masing – masing lobang dan
memebentuk tonjo lan hidung. Tonjolan yang berada ditepi luar lubang adalah
tonjolan hidung lateral dan yang berada ditepi dalam adalah tonjolan hidung medial
(Sadler, T.W, 2000).

5
Tulang pipi merupakan artikulasi dari tulang zigomatikus dan
prosesuszigomatikus dari tulang temporal. Pusat penulangan tersebut berasal
dari membran lateral dan mengikuti perkembangan dari mata pada akhir bulan
kedua. Bentuk wajah orang dewasa dipengaruhi oleh perkembangan sinus
paranasale, conchae nasales dan gigi – geligi ( Sadler, T.W, 2000 )

 Leher
Mesekim untuk pembentukan regio kepala berasal dari mesoderm paraksial, dan
mesoderm lempeng lateral,krista neuralisdan regio ektoderm yang menebal yang
dikenal sebagai plakoda ektoderm. Mesoderm paraksial (somit dan somitomer)
membentuk sebagian besar komponenmembranosa dan kartilaginosa neurokranium
(tengkorak) seluruh otot volunter di regio kraniofasial dermis dan jaringan ikat di
regio dorsal kepala dan meningen di sebelah kauda lprosensefalon. Mesoderm
lempeng lateral membentuk kartilago laring (kartilago aritenoidea dan krikoidea)
dan jaringan ikat di regio ini.

Sel krista neuralis berasal dari neuroektoderm regio otak depan, otak tengah dan
otak belakang dan bermigrasi ke ventral ke dalam arkus faring dan ke rostral
mengelilingi otak depan dan cawan optik ke dalam regio wajah. Di lokasi-lokasi ini,
sel-sel ini membentuk seluruh viserokranium (wajah) dan bagian dari regio
membranosa dan kartilaginosa dari neurokranium (tengkorak). Sel-sel ini juga
membentuk seluruh jaringan lainnya di regio ini, termasuk kartilago, tulang, dentin,
tendon, dermis, pia dan araknoid, neuron sensorik, dan jaringan ikat glandularis.

6
Sel-sel dari plakoda ektoderm, bersama dengan krista neuralis, membentuk
neuron ganglion sensorik saraf kranial kelima, ketujuh, kesembilan, dan kesepuluh.
Gambaran yang paling khas pada perkembangan kepala dan leher adalah adanya
arkus faring (istilah lama untuk struktur ini adalah arkus brankial karena struktur
ini agak menyerupai insang [brankia] ikan). Arkus-arkus ini muncul di minggu
keempat dan kelima perkembangan dan ikut berperan menghasilkan pe-nampakan
luar khas mudigah. Mula-mula, arkus-arkus ini terdiri dari balok-balok jaringan
mesenkim yang dipisahkan oleh celah dalam yang dikenal sebagai celah faring
(pharyngeal cleft).

Secara bersamaan, dengan perkembangan arkus dan celah, sejumlah kantong


penonjolan, kantong faring, muncul di sepanjang dinding lateral faring, bagian
paling kranial usus depan. Kantong-kantong tersebut menembus mesenkim di
sekitarnya, tetapi tidak membuat hubungan langsung dengan celah eksternal. Oleh
sebab itu, walaupun perkembangan arkus, celah dan kantong faring menyerupai
pembentukan insang pada ikan dan amfibi, pada mudigah manusia, tidak pernah
terbentuk insang sejati. Karenanya, untuk mudigah manusia, digunakan istilah faring
(arkus, celah dan kantong).



7
Arkus faring tidak hanya ikut membentuk leher, tetapi juga berperan penting
dalam pembentukan wajah. Di akhir minggu keempat, pusat wajah dibentuk oleh
stomodeum, yang dikelilingi oleh sepasang arkus faring pertama. Saat mudigah
berusia 42 hari, dapat dikenali adanya lima tonjolan mesenkim: prominensia
mandibularis (arkus faring pertama), di sebelah kaudal stomodeum; prominensia
maksilaris (bagian dorsal arkus faring pertama), di sebelah lateral stomodeum; dan
prominensia frontonasalis, peninggian yang sedikit membulat di kranial stomodeum.
Perkembangan wajah kemudian disempurnakan oleh pembentukan prominensia
nasalis. Di semua kasus, diferensiasi struktur yang berasal dari arkus, kantong, celah
dan prominensia bergantung pada interaksi epitel-mesenkim. Setiap arkus faring
terdiri dari inti jaringan mesenkim yang dilapisi oleh ektoderm permukaan di bagian
luarnya dan dilapisi oleh epitel yang berasal dari endoderm di bagian dalamnya.
Selain mesenkim yang berasal dari mesoderm paraksial dan mesoderm lempeng
lateral, inti dari setiap arkus menerima sejumlah sel krista neuralis, yang bermigrasi
ke dalam arkus untuk ikut membentuk komponen tulang rangka wajah. Mesoderm
arkus yang asli membentuk otot-otot wajah dan leher. Dengan demikian, setiap
arkus faring ditandai oleh komponen ototnya sendiri. Komponen otot setiap arkus
memiliki saraf kranialnya masing-masing, dan ke mana pun sel-sel otot tersebut
bermigrasi, sel-sel ini membawa serta komponen sarafnya. Selain itu, setiap arkus
memiliki komponen arterinya masing-masing.

8
 Arkus Faring Pertama

Arkus faring pertama terdiri dari bagian dorsal, prosesus maksilaris, yang
membentang ke depan di bawah regio mata, dan bagian ventral, prosesus
mandibularis, yang mengandung kartilago Meckel. Selama perkembangan
selanjutnya, kartilago Meckel lenyap kecuali untuk dua bagian kecil di ujung
dorsalnya yang menetap dan membentuk inkus dan maleus.

Mesenkim prosesus maksilaris membentuk premaksila, maksila, os


zigomatikum, dan sebagian os temporale melalui osifikasi membranosa.
Mandibula juga dibentuk melalui osifikasi membranosa jaringan mesenkim di
sekitar kartilago Meckel. Selain itu, arkus pertama ikut membentuk tulang-tulang
di telinga tengah.
Otot-otot arkus faring pertama mencakup otot-otot pengunyah (m. temporalis,
m. masseter, dan m. pteri-goideus), venter anterior m. digastrikus, m.
milohioideus, m. tensor timpani dan m. tensor veli palatini.
Nervus yang menyarafi otot-otot arkus pertama adalah nervus mandibularis
cabang dari nervus trigeminus. Karena mesenkim dari arkus pertama juga ikut
membentuk dermis wajah, suplai sensorik ke kulit wajah diberikan oleh n.
oftalmikus,n. maksilaris dan n. mandibularis, cabang-cabang dari nervus
trigeminus.
Otot-otot arkus tidak selalu melekat pada komponen tulang atau kartilaginosa
dari arkusnya sendiri tetapi kadang bermigrasi ke regio di sekitarnya. Meskipun
demikian, asal otot-otot ini dapat selalu ditelusuri, karena suplai persarafannya
berasal dari arkus asalnya.

 Arkus Faring Kedua

Kartilago arkus kedua atau arkus hioid (kartilago Reichert) membentuk


stapes, prosesus stiloideus os temporale, ligamentum stilohioideum, dan di
ventral, kornu minus dan bagian atas korpus os hioideum.

Otot-otot arkus hioid adalah m. stapedius, m. stilohioideus, venter posterior


m. digastrikus, m. aurikularis, dan otot-otot ekspresi wajah.

Nervus fasialis, saraf arkus kedua, menyarafi seluruh otot ini.

9
 Arkus Faring Ketiga

Kartilago arkus faring ketiga membentuk bagian bawah korpus os hioideum


dan kornu mayus os hioideum.

Otot-otot arkus ketiga terbatas pada m. stilofaringeus. Otot-otot ini disarafi


oleh nervus glosofaringeus, nervus arkus ketiga.

Arkus Faring Keempat dan Keenam

Komponen-komponen kartilaginosa arkus faring keempat dan keenam


menyatu untuk membentu kartilago-kartilago laring: tiroidea, krikoidea,
aritenoidea, kornikulata dan kuneiformasi.

Otot-otot arkus keempat (m. krikotiroideus,m. levator veli palatini, dan m.


konstriktor faringis) disarafi oleh n.laringeus superior, cabang n. vagus,
nervus arkus keempat. Otot-otot intrinsik laring disarafi oleh n. laringeus
rekurens, cabang n. vagus, nervus arkus keenam.

 Wajah
Hampir semua jaringan penyokong kepala (tulang rawan, tulang, jaringan ikat)
berasal dari crista neuralis yang bersifat neurogenik. Pada organisme lainnya,
jaringan ini berkembang dari mesoderm atau mesenkim yang terbentuk. Pada
penutupan tubus neuralis, crista neuralis merupakan jaringan saraf embrional yang
tumbuh ke arah lateral, yang tidak saja menjadi asal perkembangan ganglion spinal,
tetapi juga keseluruhan sistem saraf perifer. Di daerah kepala, crista neuralis tidak
saja memiliki kemampuan untuk membentuk jaringan saraf dan ganglion, tetapi juga
membentuk mesenkim ‘spesifik’ yang kemudian menjadi asal muasal sel-sel
jaringan ikat, osteoblas, sel-sel tulang rawan, odontoblas, dan lain-lain. Oleh sebab
itu, jaringan ini disebut mesektoderm atau ektomesenkim. Setiap tonjolan wajah
dibentuk dari proliferasi sel crista neuralis yang bermigrasi menuju lengkung crista
neuralis pada minggu ke-4 kehamilan.
Sel miogenik dari otot memiliki asal yang berbeda. Sel-sel tersebut berasal
dari mesoderm paraksial yang bermigrasi menuju facial primordia. sel crista neuralis
yang membentuk massa pada daerah frontonasal akan pertama-tama bermigrasi
menuju regio prosencephalic (otak depan) dan kemudian bergabung dengan sel

10
migrasi lainnya, terutama yang berasal dari daerah mesencephalic anterior (otak
tengah). Sel-sel maxilla berasal dari regio mesencephalic posterior, sedangkan sel-
sel primordial mandibula berasal dari regio rhombencephalon (otak belakang). Sel
yang bertumbuh pada mesencephalon posterior juga berkontribusi.
- Prominentia frontonasalis (tonjolan frontonasal): akan menjadi dahi dan dorsum
apex hidung
- Prominentia nasalis lateralis: akan menjadi sisi-sisi (alae) hidung
- Prominentia nasalis medialis: akan menjadi nasal septum
- Prominentia maxillaris: akan menjadi regio pipi sebelah atas dan bibir sebelah atas
- Prominentia mandibularis: akan menjadi dagu, bibir bawah, dan daerah pipi
sebelah bawah
- Mesenkim pada tonjolan wajah (prominentia facialis): akan menjadi berbagai otot
dan derivatnya, serta tulang wajah

Pada akhir minggu ke-4 tampak 5 penonjolan. Tonjolan maxilla terdapat di


sebelah lateral, sedangkan tonjolan mandibula terdapat di sebelah caudal
stomodeum. Pada fase ini, tonjolan frontal juga tampak.
Pada awal minggu ke-5 kehamilan, tonjolan maxilla membesar dan tumbuh ke
arah ventral dan medial. Bagian ektodermal menebal (disebut juga sebagai nasal
placodes) pada prominentia frontonasalis dan mulai melebar.
Pada akhir minggu ke-5, ektoderm pada bagian tengah nasal placodes
mengalami invaginasi untuk membentuk lubang oral dari lubang nasal, membelah
rima placode menjadi prominentia nasalis lateralis dan prominentia nasalis medialis.
Permulaan minggu ke-6: nasal bergeser menuju posisi yang lebih ventral,
posisi sentral; tampak enam tonjolan aurikular yang akan menjadi daun telinga,
pembentuk mandibula, dan arcus hyoideus. Akhir minggu ke-6: prominentia nasalis
medialis dan lateralis menyatu, prominentia maxillaris mulai membentuk rahang
atas, garis tengah dari prominentia nasalis medialis membentuk septum
nasal. Tonjolan mandibula telah bergabung membentuk bibir bawah
primordial. Rongga nasal menjadi lebih dalam dan menyatu menjadi bentukan
tunggal yang lebih luas, saccus nasalis ectodermal.
Awal minggu ke-7: penyatuan prominentia nasalis medialis meluas ke lateral
dan ke inferior membentuk prominentia intermaxillaris, ujung hidung terangkat di
antara prominentia nasalis medialis, penonjolan kelopak mata, daun telinga mulai

11
berbentuk. Akhir minggu ke-7: pola wajah sudah tampak seperti manusia, proporsi
wajah akan berkembang pada masa fetal, penyatuan prominentia nasalis medialis
(prominentia intermaxillaris) akan membentuk aksis sentral hidung dan philtrum
pada bibir hingga lengkap.
Minggu ke-10: Ektoderm dan mesoderm dari prominentia frontalis dan
masing-masing prominentia nasalis medialis berproliferasi membentuk garis tengah
septum nasalis. Cavitas nasal terbagi menjadi dua lintasan yang terbuka sampai
pharynx di belakang palatum sekunder, melalui choana. Philtrum telah terbentuk,
sisi lateral tonjolan maxilla dan mandibula bergabung membentuk pipi dan
mengurangi lebar mulut sampai pada ukuran akhir.

Embriologi Pembentukan Palatum

A. Pembentukan Palatum Primer


1. Dimulai pada hari ke-35 kehamilan atau minggu ke-4 -> ditandai dengan
pembentukan prominentia facialis
2. Penyatuan prominentia nasalis medialis dan prominentia maxillaris
3. Dilanjutkan penyatuan prominentia nasalis lateralis dan prominentia nasalis
medialis. Bila gagal, akan terbentuk celah pada palatum primer.
4. Minggu ke-7: dasar cavitas nasalis berupa pelebaran ke posterior dari
prominentia intermaxillaris, disebut sebagai palatum primer. Dinding medial
tonjolan maxilla mulai membentuk sepasang pelebaran yang tebal, yaitu
lapisan palatina yang tumbuh ke bawah di salah satu sisi lidah.

12
5. Minggu ke-8: lidah berpindah ke bawah, dan lapisan palatum secara cepat
berotasi ke atas dan depan sampai pada garis tengah, dan tumbuh secara
horizontal.
B. Pembentukan Palatum Sekunder
1. Terjadi setelah palatum primer terbentuk sempurna
2. Mulai minggu ke-9 kehamilan
3. Terbentuk dari sisi bilateral yang berkembang dari bagian medial dari
prominentia maxillaris
4. Kedua sisi ini akan bertemu di garis tengah dengan terangkatnya sisi ini
5. Ketika sisi tersebut berkembang ke arah superior, maka proses akan dimulai.
Kegagalan pada proses ini akan menyebabkan celah palatum sekunder.
6. Minggu ke-9: kedua sisi lapisan palatum, palatum primer, dan septum nasal
inferior mulai berfusi di sebelah ventrodorsal
7. Minggu ke-10: bagian ventral palatum sekunder mengeras melalui kondensasi
mesenkimal (osifikasi endokondral)

13
2. Patofisiologi cleft lip

Bibir sumbing (cleft lip) adalah kelainan berupa celah pada bibir atas yang
didapatkan seseorang sejak lahir. Sekitar separuh dari semua kasus cleft melibatkan
bibir atas dan langit-langit sekaligus. Celah dapat hanya terjadi pada satu sisi
(unilateral) atau pada kedua sisi (bilateral) bibir.

Kelainan ini terbentuk saat bayi masih dalam kandungan dimulai sejak minggu-
minggu awal kehamilan ibu. Saat usia kehamilan mencapai 6 minggu, bibir atas dan
langit-langit rongga mulut bayi dalam kandungan akan mulai terbentuk dari jaringan
yang berada di kedua sisi dari lidah dan akan bersatu di tengah-tengah. Bila jaringan-
jaringan ini gagal bersatu, maka akan terbentuk celah pada bibir atas atau langit-langit
rongga mulut.

Patofisiologi Di dalam kandungan, bibir atas terbentuk sejak minggu kelima


kehamilan, dan perkembangan palatum sekitar minggu ke-8 sampai 12 dimulai dari
sisi kanan dan kiri lidah mengarah ke atas. Normalnya jaringan akan bertemu ditengah
atas mulut (membentuk langitlangit). Namun pada bibir sumbing perkembangannya
terganggu, jaringan tidak akan bertemu di tengah dan akhirnya membentuk celah pada
mulut atas bayi, bisa berupa satu celah (unilateral cleft lip) ataupun dua celah
(bilateral cleft lip). Bibir atas dibentuk oleh pertumbuhan prominensia maksilaris dan
arkus faringeus ke medial. Prominensia maksilaris saling bertemu di garis tengah dan
menyatu dengan prominensia nasalis medialis. Bibir bawah dibentuk dari kedua
prominensia mandibularis dan arkus faringeus. Prominensia ini tumbuh ke medial
dibawah stomodeum, dan menyatu di garis tengah membentuk bibir bawah seutuhnya.
Bibir di sebelah luar ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput
lendir (mukosa).

Menurut Alberry, perkembangan wajah terjadi pada minggu keempat setelah


fertilisasi, yang ditandai dengan terlihatnya lima buah penonjolan yang mengelilingi
stomodeum. Penonjolan ini disebut juga prosesus fasialis. Prosesus fasialis tersebut
merupakan hasil akumulasi sel mesenkim yang berada dibawah permukaan epitel.
Mesenkim ini merupakan ektomesenkimal dan berkontribusi terhadap perkembangan
struktur orofasial, seperti saraf, gigi, tulang, mukosa, dan mulut. Penonjolan yang
berada diatas stomodeum disebut prosesus frontonasal, dimana berkontribusi dalam
perkembangan hidung dan juga bibir atas. Di bagian bawah dan di lateral stomodeum

14
terdapat dua buah prosesus mandibularis yang berkontribusi dalam perkembangan
rahang bawah dan bibir. Di atas prosesus mandibularis terdapat prosesus maksilaris
yang berkontribusi dalam perkembangan rahang atas dan bibir. Proliferasi
ektomesenkim pada tiap kedua sisi placode akan menghasilkan pembentukan medial
dan lateral prosesus nasalis. Diantara pasangan prosesus tersebut terdapat cekungan
yaitu nasal pit yang merupakan nostril primitif.

Sedangkan menurut Petterson, perkembangan embriologi hidung, bibir dan langit-


langit terjadi antara minggu ke-5 hingga ke-10. Pada minggu ke-5, tumbuh dua
penonjolan dengan cepat yaitu prosesus nasalis lateral dan medial. Penonjolan maksila
secara bersamaan akan mendekati prosesus nasalis lateral dan medial tetapi tetap akan
terpisah dengan batas groove yang jelas. Selama dua minggu selanjutnya prosesus
maksilaris akan meneruskan pertumbuhannya ke arah tengah dan menekan prosesus
nasalis medial ke arah midline. Kedua penonjolan ini akan bersatu dengan prosesus
maksilaris dan terbentuklah bibir. Dari prosesus maksilaris akan tumbuh dua shelf like
yang disebut palatine shelves. Palatine shelves akan terbentuk pada minggu ke-6.
Kemudian pada minggu ke-7, palatine shelves akan naik ke posisi horizontal di atas
lidah dan berfusi satu sama lain membentuk palatum sekunder dan di bagian anterior
penyatuan dua shelf ini dengan triangular palatum primer, terbentuklah foramen
insisivus. Penggabungan kedua palatine shelf dan penggabungan dengan palatum
primer terjadi antara minggu ke-7 sampai minggu ke-10. Celah pada palatum primer
dapat terjadi karena kegagalan mesoderm untuk berpenetrasi ke dalam groove diantara
prosesus nasalis media sehingga proses penggabungan keduanya tidak terjadi.
Sedangkan celah pada palatum sekunder diakibatkan karena kegagalan palatine shelf
untuk berfusi satu sama lain. Berbagai hipotesis dikemukakan untuk menjelaskan
kegagalan proses penyatuan. Pada embrio normal, epitel diantara prosesus nasalis
medial dan lateral dipenetrasikan oleh mesenkim dan akan menghasilkan fusi diantara
keduanya. Jika penetrasi tidak terjadi maka epitel akan terpisah dan membentuk celah.
Defek yang muncul dapat bervariasi tingkat keparahannya. Apabila faktor etiologi
dari pembentukan celah terjadi pada akhir perkembangan, efeknya mungkin ringan.
Namun, jika faktor etiologi muncul pada tahap awal perkembangan, celah yang terjadi
bisa lebih parah.

15
Celah bibir berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk terbagi
menjadi 2, yaitu:

a. Celah bibir satu sisi (unilateral cleft lip/ labioschizis unilateral) Celah bibir satu
sisi hanya mengenai satu sisi bibir saja, kanan atau kiri. Celah satu sisi ini dibagi
lagi menjadi:

1. Celah satu sisi lengkap (complete unilateral cleft lip) adalah celah pada satu
sisi bibir atas sampai ke lubang hidung, mengenai prosesus alveolaris dan
kadang-kadang sampai palatum durum dan palatum mole.

2. Celah satu sisi tidak lengkap (incomplete unilateral cleft lip) adalah celah
pada satu sisi bibir atas tanpa ada tanda-tanda anomali pada prosesus
alveolaris.

b. Celah bibir dua sisi (bilateral cleft lip/labioschizis bilateral) Celah bibir dua sisi
ini mengenai kedua sisi kiri dan kanan. Celah bibir dua sisi terbagi atas :

1. Celah dua sisi lengkap (complete bilateral cleft lip) adalah celah pada kedua
sisi bibir atas sampai ke lubang hidung, mengenai prosesus alveolaris dan
kadang-kadang sampai ke palatum durum dan palatum mole.

2. Celah dua sisi tidak lengkap (incomplete bilateral cleft lip) adalah celah pada
kedua sisi bibir atas tanpa ada tanda-tanda anomali pada prosesus alveolaris.

3. Faktor penyebab dari terjadinya cleft lip

Terbagi menjadi 2 faktor :

1. Faktor Genetik

Faktor herediter mempunyai dasar genetik untuk terjadinya celah bibir telah
diketahui tetapi belum dapat dipastikan sepenuhnya. Kruger (1957) mengatakan
sejumlah kasus yang telah dilaporkan dari seluruh dunia tendensi keturunan
sebagai penyebab kelainan ini diketahui lebih kurang 25-30%. Dasar genetik
terjadinya celah bibir dikatakan sebagai gagalnya mesodermal berproliferasi
melintasi garis pertemuan, di mana bagian ini seharusnya bersatu dan biasa juga
karena atropi dari pada epithelium ataupun tidak adanya perubahan otot pada

16
epithelium ataupun tidak adanya perubahan otot pada daerah tersebut. Sebagai
tanda adanya hipoplasia mesodermal. Adanya gen yang dominan dan resesif juga
merupakan penyebab terjadinya hal ini. Teori lain mengatakan bahwa celah bibir
terjadi karena :

a. Dengan bertambahnya usia ibu hamil dapat menyebabkan ketidak kebalan


embrio terhadap terjadinya celah.
b. Adanya abnormalitas dari kromosom menyebabkan terjadinya malformasi
kongenital yang ganda.
c. Adanya tripel autosom sindrom termasuk celah mulut yang diikuti dengan
anomali kongenital yang lain.

2. Faktor Non-Genetik
Faktor non-genetik memegang peranan penting dalam keadaan krisis dari
penyatuan bibir pada masa kehamilan. Beberapa hal yang berperan penyebab
terjadinya celah bibir :
a. Defisiensi nutrisi
Nutrisi yang kurang pada masa kehamilan merupakan satu hal penyabab
terjadinya celah. Melalui percobaan yang dilakukan pada binatang dengan
memberikan vitamin A secara berlebihan atau kurang. Yang hasilnya
menimbulkan celah pada anak-anak tikus yang baru lahir. Begitu juga
dengandefisiensi vitamin riboflavin pada tikus yang sedang dan hasilnya juga
adanya celah dengan persentase yang tinggi, dan pemberiam kortison pada
kelinci yang sedang hamil akan menimbulkan efek yang sama.
b. Zat Kimia

Pemberian aspirin, kortison dan insulin pada masa kehamilan trimester


pertama dapat meyebabkan terjadinya celah. Obat-obat yang bersifat teratogenik
seperti thalidomide dan phenitonin, serta alkohol, kaffein, aminoptherin dan
injeksi steroid.
c. Virus Rubella
Frases mengatakan bahwa virus rubella dapat menyebabkan cacat berat,
tetapi hanya sedikit kemungkinan dapat menyebabkan celah.

17
d. Trauma
Strean dan Peer melaporkan bahwa trauma mental dan trauma fisik dapat
menyebabkan terjadinya celah. Stress yang timbul menyebabkan fungsi korteks
adrenal terangsang untuk mensekresi hidrokortison sehingga nantinya dapat
mempengaruhi keadaan ibu yang sedang mengandung dan dapat menimbulkan
celah, dengan terjadinya stress yang mengakibatkan celah yaitu : terangsangnya
hipothalamus adrenocorticotropic hormone(ACTH). Sehingga merangsang
kelenjar adrenal bagian glukokortikoid mengeluarkan hidrokortison, sehingga
akan meningkat di dalam darah yang dapat menganggupertumbuhan.

 Beberapa hal lain yang juga berpengaruh, yaitu :


- Kurang daya perkembangan
- Radiasi merupakan bahan-bahan teratogenik yang potent
- Infeksi yang menular sewaktu trimester pertama kehamilan dapat mengganggu
foetus
- Gangguan endokrin
- Pemberian kromosom seks, dan tyroid
- Merokok,alkohol, dan modifikasi pekerjaan

18
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada pertumbuhan dan perkembangan kepala leher dan wajah terdapat banyak
organ-organ pada pertumbuhan dan perkembangan kepala,leher,wajah. Kepala
terdapat lempeng lateral kartilago. Leher pertumbuhan arkus terdiri dari varing dan
celah faring pada minggu ke4-5. Wajah terdapat lengkung faring 1-5. Kelainan cleft
lip ada unilateral uncomplek, unilateral complek, bilateral complek. Faktor yang
mempengaruhi dari cleftlip ada beberapa, trauma, gen, kromosom, nutrisi.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kedokteran gigi harus memahami tentang pertumbuhan dan
perkembangan kepala, leher dan wajah merupakan sesuatu yang berhubungan erat
dengan area kerja dari dokter gigi.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Andrew D. Dixion, Buku Pintar anatomi Untuk kedokteran gigi, edisi ke 5


2. Neil S.Norton, Netters Head and Neck Anatomy for Dentistry , Saunders, 2007
3. Mary Bath-Balogh cs, Illustrated Dantal Embriology, Histology. And anatomy 3 rd
edition Elsevier Saunders.
4. Sadler, T. W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman. Penerbit Buku Kedokteran
EGC

20

Anda mungkin juga menyukai