PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan perkembangan wajah dan leher adalah ilmu yang mempelajari
pertumbuhan dan perkembangan kepala wajah dan leher pada masa embriologi.
Perkembangan kepala dan leher terbentuknya lengkung brankialis atau lengkung faring
lengkung ini tampak dalam perkembangan minggu ke 4 danke 5, faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor keturunan, nutrisi, penyakit, pengaruh hormon.
Cleft lip lubang atau belahan dilangit-langit mulut dan bibir . unilateral uncomplete,
unilateral comple, bilateral complek.
1.2 TUJUAN
Tujuan kami adalah agar laporan ini berguna dalam pembelajaran tentang
pertumbuhan dan perkembangan leher dan wajah dan sebagai referensi bagi mahasiswa
pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
1.3 MANFAAT
Pada pembahasan ini, mahasiswa akan memahami dan lebih mengerti tentantang
pertumbuhan dan perkembanga kepala, wajah dan leher ,kelainan cleft lip,faktor
mempengaruhi cleft lip, untuk menjadi bekal bagi mahasiswa sebagai calon dokter gigi.
BAB II
2
4. Bagaimana proses perkembangan embrio pada kelainan cleft lip?
8. Kelainan kongenital yang seperti apa sajakah yang dapat terjadi pada usia awal
kehamilan?
Terbentuk lengkung faring, yaitu lengkung brachialis pada minggu ke-4. Akhir
minggu ke-4, pusat wajah terbentuk oleh stomadeum. Pada lengkung faring, ada 5
lengkung, yaitu:
Tonjolan frontonasal, berjumlah 1 dan nanti, pada minggu ke-5 akan menjadi 2
membentuk medial nasal process dan lateral process.
Pada minggu ke-6, akan terbentuk palatum. Setelah maxillary process, lubang
hidung akan terbentuk.
Pada minggu ke-7 sampai ke-10, terbentuk palatum primer dan palatum
sekunder. Palatum primer terbentuk dari bersatunya prominentia maxillaris dan
promonentia nasalis, dari anterior ke lateral dari foramen incisiv, dan disebut
triangular palatum process). Sedangkan, palatum sekunder akan membentuk
palatum durum dan palatum molle.
3
1. Unilateral uncomplete
2. Unilateral complete
3. Bilateral complete
5.-
6.&7. Faktor lingkungan, yaitu karena nutrisi yang kurang tersalurkan, radiasi yang
berlebihan, stress yang mengakibatkan ekskresi hormon kortisol, zat kimia yang
bersifat teratogeik, alkohol, merokok, dan faktor usia dari ibu.
8. Kelainan yang dapat terjadi pada masa embrio yaitu: kelainan kromosom, yang terjadi
sebelum fertilisasi. contohnya adalah kelainan kromosom trisomi dan monosomi,
yang akibatkan sindrom patau, sindrom down, sindrom klinefelter, dan lain-lain.
TUMBUH KEMBANG
PATOFISIOLOG
I CLEFT LIP
FAKTOR
PENYEBAB
4
2.5 Learning Objective
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang perkembangan kepala, leher,
dan wajah pada masa embrio
2.7 Sintesis
1. Perkembangan kepala, leher, dan wajah pada masa embrio
Kepala
Pada akhir minggu ke-4 , mulai tampak tonjolan – tonjolan wajah yang
terutama dibentuk oleh mesenkim yang berasal dari krista neuralis dan
terutama dibentuk oleh pasangan lengkung faring pertama. Tonjolan maksiladapat
dikenali disebelah lateral stomodeum dan tonjolan mandibula disebelah kaudal
stomodeum. Prominensia frontonasalis, yang dibentuk oleh proloferasi
mesenkim disebelah ventral vesikel otak, merupakan tepi atas stomodeum. Di
sisi kanan dan kiri prominensia frontonalis, muncul penebalan – penebalan
setempat dari ektoderm permukaan, yaitu plakoda nasal (olfaktorius ), di
bawah pengaruh induksi bagian ventral otak depan (Sadler, T.W, 2000).
5
Tulang pipi merupakan artikulasi dari tulang zigomatikus dan
prosesuszigomatikus dari tulang temporal. Pusat penulangan tersebut berasal
dari membran lateral dan mengikuti perkembangan dari mata pada akhir bulan
kedua. Bentuk wajah orang dewasa dipengaruhi oleh perkembangan sinus
paranasale, conchae nasales dan gigi – geligi ( Sadler, T.W, 2000 )
Leher
Mesekim untuk pembentukan regio kepala berasal dari mesoderm paraksial, dan
mesoderm lempeng lateral,krista neuralisdan regio ektoderm yang menebal yang
dikenal sebagai plakoda ektoderm. Mesoderm paraksial (somit dan somitomer)
membentuk sebagian besar komponenmembranosa dan kartilaginosa neurokranium
(tengkorak) seluruh otot volunter di regio kraniofasial dermis dan jaringan ikat di
regio dorsal kepala dan meningen di sebelah kauda lprosensefalon. Mesoderm
lempeng lateral membentuk kartilago laring (kartilago aritenoidea dan krikoidea)
dan jaringan ikat di regio ini.
Sel krista neuralis berasal dari neuroektoderm regio otak depan, otak tengah dan
otak belakang dan bermigrasi ke ventral ke dalam arkus faring dan ke rostral
mengelilingi otak depan dan cawan optik ke dalam regio wajah. Di lokasi-lokasi ini,
sel-sel ini membentuk seluruh viserokranium (wajah) dan bagian dari regio
membranosa dan kartilaginosa dari neurokranium (tengkorak). Sel-sel ini juga
membentuk seluruh jaringan lainnya di regio ini, termasuk kartilago, tulang, dentin,
tendon, dermis, pia dan araknoid, neuron sensorik, dan jaringan ikat glandularis.
6
Sel-sel dari plakoda ektoderm, bersama dengan krista neuralis, membentuk
neuron ganglion sensorik saraf kranial kelima, ketujuh, kesembilan, dan kesepuluh.
Gambaran yang paling khas pada perkembangan kepala dan leher adalah adanya
arkus faring (istilah lama untuk struktur ini adalah arkus brankial karena struktur
ini agak menyerupai insang [brankia] ikan). Arkus-arkus ini muncul di minggu
keempat dan kelima perkembangan dan ikut berperan menghasilkan pe-nampakan
luar khas mudigah. Mula-mula, arkus-arkus ini terdiri dari balok-balok jaringan
mesenkim yang dipisahkan oleh celah dalam yang dikenal sebagai celah faring
(pharyngeal cleft).
7
Arkus faring tidak hanya ikut membentuk leher, tetapi juga berperan penting
dalam pembentukan wajah. Di akhir minggu keempat, pusat wajah dibentuk oleh
stomodeum, yang dikelilingi oleh sepasang arkus faring pertama. Saat mudigah
berusia 42 hari, dapat dikenali adanya lima tonjolan mesenkim: prominensia
mandibularis (arkus faring pertama), di sebelah kaudal stomodeum; prominensia
maksilaris (bagian dorsal arkus faring pertama), di sebelah lateral stomodeum; dan
prominensia frontonasalis, peninggian yang sedikit membulat di kranial stomodeum.
Perkembangan wajah kemudian disempurnakan oleh pembentukan prominensia
nasalis. Di semua kasus, diferensiasi struktur yang berasal dari arkus, kantong, celah
dan prominensia bergantung pada interaksi epitel-mesenkim. Setiap arkus faring
terdiri dari inti jaringan mesenkim yang dilapisi oleh ektoderm permukaan di bagian
luarnya dan dilapisi oleh epitel yang berasal dari endoderm di bagian dalamnya.
Selain mesenkim yang berasal dari mesoderm paraksial dan mesoderm lempeng
lateral, inti dari setiap arkus menerima sejumlah sel krista neuralis, yang bermigrasi
ke dalam arkus untuk ikut membentuk komponen tulang rangka wajah. Mesoderm
arkus yang asli membentuk otot-otot wajah dan leher. Dengan demikian, setiap
arkus faring ditandai oleh komponen ototnya sendiri. Komponen otot setiap arkus
memiliki saraf kranialnya masing-masing, dan ke mana pun sel-sel otot tersebut
bermigrasi, sel-sel ini membawa serta komponen sarafnya. Selain itu, setiap arkus
memiliki komponen arterinya masing-masing.
8
Arkus Faring Pertama
Arkus faring pertama terdiri dari bagian dorsal, prosesus maksilaris, yang
membentang ke depan di bawah regio mata, dan bagian ventral, prosesus
mandibularis, yang mengandung kartilago Meckel. Selama perkembangan
selanjutnya, kartilago Meckel lenyap kecuali untuk dua bagian kecil di ujung
dorsalnya yang menetap dan membentuk inkus dan maleus.
9
Arkus Faring Ketiga
Wajah
Hampir semua jaringan penyokong kepala (tulang rawan, tulang, jaringan ikat)
berasal dari crista neuralis yang bersifat neurogenik. Pada organisme lainnya,
jaringan ini berkembang dari mesoderm atau mesenkim yang terbentuk. Pada
penutupan tubus neuralis, crista neuralis merupakan jaringan saraf embrional yang
tumbuh ke arah lateral, yang tidak saja menjadi asal perkembangan ganglion spinal,
tetapi juga keseluruhan sistem saraf perifer. Di daerah kepala, crista neuralis tidak
saja memiliki kemampuan untuk membentuk jaringan saraf dan ganglion, tetapi juga
membentuk mesenkim ‘spesifik’ yang kemudian menjadi asal muasal sel-sel
jaringan ikat, osteoblas, sel-sel tulang rawan, odontoblas, dan lain-lain. Oleh sebab
itu, jaringan ini disebut mesektoderm atau ektomesenkim. Setiap tonjolan wajah
dibentuk dari proliferasi sel crista neuralis yang bermigrasi menuju lengkung crista
neuralis pada minggu ke-4 kehamilan.
Sel miogenik dari otot memiliki asal yang berbeda. Sel-sel tersebut berasal
dari mesoderm paraksial yang bermigrasi menuju facial primordia. sel crista neuralis
yang membentuk massa pada daerah frontonasal akan pertama-tama bermigrasi
menuju regio prosencephalic (otak depan) dan kemudian bergabung dengan sel
10
migrasi lainnya, terutama yang berasal dari daerah mesencephalic anterior (otak
tengah). Sel-sel maxilla berasal dari regio mesencephalic posterior, sedangkan sel-
sel primordial mandibula berasal dari regio rhombencephalon (otak belakang). Sel
yang bertumbuh pada mesencephalon posterior juga berkontribusi.
- Prominentia frontonasalis (tonjolan frontonasal): akan menjadi dahi dan dorsum
apex hidung
- Prominentia nasalis lateralis: akan menjadi sisi-sisi (alae) hidung
- Prominentia nasalis medialis: akan menjadi nasal septum
- Prominentia maxillaris: akan menjadi regio pipi sebelah atas dan bibir sebelah atas
- Prominentia mandibularis: akan menjadi dagu, bibir bawah, dan daerah pipi
sebelah bawah
- Mesenkim pada tonjolan wajah (prominentia facialis): akan menjadi berbagai otot
dan derivatnya, serta tulang wajah
11
berbentuk. Akhir minggu ke-7: pola wajah sudah tampak seperti manusia, proporsi
wajah akan berkembang pada masa fetal, penyatuan prominentia nasalis medialis
(prominentia intermaxillaris) akan membentuk aksis sentral hidung dan philtrum
pada bibir hingga lengkap.
Minggu ke-10: Ektoderm dan mesoderm dari prominentia frontalis dan
masing-masing prominentia nasalis medialis berproliferasi membentuk garis tengah
septum nasalis. Cavitas nasal terbagi menjadi dua lintasan yang terbuka sampai
pharynx di belakang palatum sekunder, melalui choana. Philtrum telah terbentuk,
sisi lateral tonjolan maxilla dan mandibula bergabung membentuk pipi dan
mengurangi lebar mulut sampai pada ukuran akhir.
12
5. Minggu ke-8: lidah berpindah ke bawah, dan lapisan palatum secara cepat
berotasi ke atas dan depan sampai pada garis tengah, dan tumbuh secara
horizontal.
B. Pembentukan Palatum Sekunder
1. Terjadi setelah palatum primer terbentuk sempurna
2. Mulai minggu ke-9 kehamilan
3. Terbentuk dari sisi bilateral yang berkembang dari bagian medial dari
prominentia maxillaris
4. Kedua sisi ini akan bertemu di garis tengah dengan terangkatnya sisi ini
5. Ketika sisi tersebut berkembang ke arah superior, maka proses akan dimulai.
Kegagalan pada proses ini akan menyebabkan celah palatum sekunder.
6. Minggu ke-9: kedua sisi lapisan palatum, palatum primer, dan septum nasal
inferior mulai berfusi di sebelah ventrodorsal
7. Minggu ke-10: bagian ventral palatum sekunder mengeras melalui kondensasi
mesenkimal (osifikasi endokondral)
13
2. Patofisiologi cleft lip
Bibir sumbing (cleft lip) adalah kelainan berupa celah pada bibir atas yang
didapatkan seseorang sejak lahir. Sekitar separuh dari semua kasus cleft melibatkan
bibir atas dan langit-langit sekaligus. Celah dapat hanya terjadi pada satu sisi
(unilateral) atau pada kedua sisi (bilateral) bibir.
Kelainan ini terbentuk saat bayi masih dalam kandungan dimulai sejak minggu-
minggu awal kehamilan ibu. Saat usia kehamilan mencapai 6 minggu, bibir atas dan
langit-langit rongga mulut bayi dalam kandungan akan mulai terbentuk dari jaringan
yang berada di kedua sisi dari lidah dan akan bersatu di tengah-tengah. Bila jaringan-
jaringan ini gagal bersatu, maka akan terbentuk celah pada bibir atas atau langit-langit
rongga mulut.
14
terdapat dua buah prosesus mandibularis yang berkontribusi dalam perkembangan
rahang bawah dan bibir. Di atas prosesus mandibularis terdapat prosesus maksilaris
yang berkontribusi dalam perkembangan rahang atas dan bibir. Proliferasi
ektomesenkim pada tiap kedua sisi placode akan menghasilkan pembentukan medial
dan lateral prosesus nasalis. Diantara pasangan prosesus tersebut terdapat cekungan
yaitu nasal pit yang merupakan nostril primitif.
15
Celah bibir berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk terbagi
menjadi 2, yaitu:
a. Celah bibir satu sisi (unilateral cleft lip/ labioschizis unilateral) Celah bibir satu
sisi hanya mengenai satu sisi bibir saja, kanan atau kiri. Celah satu sisi ini dibagi
lagi menjadi:
1. Celah satu sisi lengkap (complete unilateral cleft lip) adalah celah pada satu
sisi bibir atas sampai ke lubang hidung, mengenai prosesus alveolaris dan
kadang-kadang sampai palatum durum dan palatum mole.
2. Celah satu sisi tidak lengkap (incomplete unilateral cleft lip) adalah celah
pada satu sisi bibir atas tanpa ada tanda-tanda anomali pada prosesus
alveolaris.
b. Celah bibir dua sisi (bilateral cleft lip/labioschizis bilateral) Celah bibir dua sisi
ini mengenai kedua sisi kiri dan kanan. Celah bibir dua sisi terbagi atas :
1. Celah dua sisi lengkap (complete bilateral cleft lip) adalah celah pada kedua
sisi bibir atas sampai ke lubang hidung, mengenai prosesus alveolaris dan
kadang-kadang sampai ke palatum durum dan palatum mole.
2. Celah dua sisi tidak lengkap (incomplete bilateral cleft lip) adalah celah pada
kedua sisi bibir atas tanpa ada tanda-tanda anomali pada prosesus alveolaris.
1. Faktor Genetik
Faktor herediter mempunyai dasar genetik untuk terjadinya celah bibir telah
diketahui tetapi belum dapat dipastikan sepenuhnya. Kruger (1957) mengatakan
sejumlah kasus yang telah dilaporkan dari seluruh dunia tendensi keturunan
sebagai penyebab kelainan ini diketahui lebih kurang 25-30%. Dasar genetik
terjadinya celah bibir dikatakan sebagai gagalnya mesodermal berproliferasi
melintasi garis pertemuan, di mana bagian ini seharusnya bersatu dan biasa juga
karena atropi dari pada epithelium ataupun tidak adanya perubahan otot pada
16
epithelium ataupun tidak adanya perubahan otot pada daerah tersebut. Sebagai
tanda adanya hipoplasia mesodermal. Adanya gen yang dominan dan resesif juga
merupakan penyebab terjadinya hal ini. Teori lain mengatakan bahwa celah bibir
terjadi karena :
2. Faktor Non-Genetik
Faktor non-genetik memegang peranan penting dalam keadaan krisis dari
penyatuan bibir pada masa kehamilan. Beberapa hal yang berperan penyebab
terjadinya celah bibir :
a. Defisiensi nutrisi
Nutrisi yang kurang pada masa kehamilan merupakan satu hal penyabab
terjadinya celah. Melalui percobaan yang dilakukan pada binatang dengan
memberikan vitamin A secara berlebihan atau kurang. Yang hasilnya
menimbulkan celah pada anak-anak tikus yang baru lahir. Begitu juga
dengandefisiensi vitamin riboflavin pada tikus yang sedang dan hasilnya juga
adanya celah dengan persentase yang tinggi, dan pemberiam kortison pada
kelinci yang sedang hamil akan menimbulkan efek yang sama.
b. Zat Kimia
17
d. Trauma
Strean dan Peer melaporkan bahwa trauma mental dan trauma fisik dapat
menyebabkan terjadinya celah. Stress yang timbul menyebabkan fungsi korteks
adrenal terangsang untuk mensekresi hidrokortison sehingga nantinya dapat
mempengaruhi keadaan ibu yang sedang mengandung dan dapat menimbulkan
celah, dengan terjadinya stress yang mengakibatkan celah yaitu : terangsangnya
hipothalamus adrenocorticotropic hormone(ACTH). Sehingga merangsang
kelenjar adrenal bagian glukokortikoid mengeluarkan hidrokortison, sehingga
akan meningkat di dalam darah yang dapat menganggupertumbuhan.
18
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada pertumbuhan dan perkembangan kepala leher dan wajah terdapat banyak
organ-organ pada pertumbuhan dan perkembangan kepala,leher,wajah. Kepala
terdapat lempeng lateral kartilago. Leher pertumbuhan arkus terdiri dari varing dan
celah faring pada minggu ke4-5. Wajah terdapat lengkung faring 1-5. Kelainan cleft
lip ada unilateral uncomplek, unilateral complek, bilateral complek. Faktor yang
mempengaruhi dari cleftlip ada beberapa, trauma, gen, kromosom, nutrisi.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kedokteran gigi harus memahami tentang pertumbuhan dan
perkembangan kepala, leher dan wajah merupakan sesuatu yang berhubungan erat
dengan area kerja dari dokter gigi.
19
DAFTAR PUSTAKA
20