Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui
rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( Jalan air/Jalan
lalu lintas biasa ). ( Struyk dan Veen, 1994 )

Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang


sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi
permukaannya. Secara umum suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalu lintas
dengan baik. Dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya
mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-
arsitektural yang meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek estetika. (Supriyadi
dan Muntohar, 2007).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja komponen pembentuk struktur pada jembatan?
2. Apa saja bagian-bagian dari struktur jembatan?

1.3 MANFAAT DAN TUJUAN


1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja komponen pembentuk struktur pada
jembatan.
2. Agar mahasiswa mengetahui bagian-bagian dari struktur jembatan.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja komponen pembentuk struktur pada
jembatan secara langsung dilapangan .
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui
rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( Jalan air/Jalan lalu
lintas biasa ). ( Struyk dan Veen, 1994 )

Gambar 1 - Jembatan Rangka Baja Ampenan , Jembatan Beton Pejeruk

Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang


sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi
permukaannya. Secara umum suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalu lintas
dengan baik. Dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya
mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-
arsitektural yang meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek estetika. (Supriyadi dan
Muntohar, 2007)

2.2 Bagian-bagian jembatan

Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar Dan Prinsip – Prinsip Perencanaan


Bangunan bawah / Pondasi Jembatan, 1988 ) Suatu bangunan jembatan pada umumnya
terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu :

Keterangan :
1. Bangunan atas
2. Landasan ( Biasanya terletak pada pilar/abdument )
3. Bangunan Bawas ( memikul beban )
4. Pondasi
5. Optrit, ( terletak di belakang abdument )
6. Bangunan pengaman

Menurut ( Siswanto, 1993 ) : Bentuk dan bagian jembatan dapat dibagi dalam 4 bagian
utama, yaitu :

1. Struktur Atas
2. Struktur Bawah
3. Jalan pendekat
4. Bangunan pengaman

1) Struktur Atas (Superstructures)

Menurut ( Pranowo dkk, 2007 ) struktur


atasjembatanadalahbagiandaristrukturjembatanyang secara langsung menahan beban
lalu lintasuntuk selanjutnya disalurkankebangunanbawah jembatan ;bagian-
bagianpadastruktur bangunan atasjembatanterdiriatasstrukturutama, system lantai,
system perletakan,sambungansiarmuai dan perlengkapan lainnya;strukturutama
bangunan atas jembatan dapat berbentuk pelat, gelagar, system rangka, gantung,
jembatan kabel (cable stayed) atau pelengkung.

Gambar 2 - Gelajar jembatan Baja

Menurut (Siswanto,1993 ), struktur atas jembatan adalah bagian-bagian jembatan


yang memindahkan beban-beban lantai jembatan kearah perletakan Struktur atas
terdiri dari : gelagar-gelagar induk, struktur tumpuan atau perletakan, struktur lantai
jembatan/kendaraan, pertambahan arah melintang dan memanjang.

Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang
meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan,
gaya rem, beban pejalan kaki, dll.

Struktur atas jembatan umumnya meliputi :

a. Trotoar, berfungsi sebagai tempat berjalan bagi para pejalan kaki yang melewati
jembatan agar tidak terganggu lalu lintas kendaraan. Konstruksi trotoar
direncanakan sebagai pelat beton yang diletakkan pada lantai jembatan bagian
samping yang diasumsikan sebagai pelat yang tertumpu sederhana pada pelat
jalan. Trotoar terbagi atas :
Gambar 3 - Trotoar

 Sandaran (Hand Raill), biasanya dari pipa besi, kayu dan beton bertulang.
Beban yang bekerja pada sandaran adalah beban sebesar 100 kg yang bekerja
dalam arah horisontal setinggi 0,9 meter.

Gambar 4 - Sandaran ( Hand Rail )

 Tiang sandaran (Raill Post) , biasanya dibuat dari beton bertulang untuk
jembatan girder beton, sedangkan untuk jembatan rangka tiang sandaran
menyatu dengan struktur rangka tersebut.
o Peninggian trotoar (Kerb),
o Slab lantai trotoar.
Gambar 5 - Tiang sandaran ( Rail Post )

b. Slab lantai kendaraan, berfungsi sebagai penahan lapisan perkerasan yang


menahan beban langsung lalu lintas yang melewati jembatan itu.
c. Gelagar (Girder), terdiri atas gelagar induk / memanjang dan gelagar melintang.
Gelagar induk atau memanjang merupakan komponen jembatan yang letaknya
melintang arah jembatan atau tegak lurus arah aliran sungai. Sedangkan, gelagar
melintang merupakan komponen jembatan yang letaknya melintang arah
jembatan.

Gambar 6 - Gelagar Baja

d. Balok diafragma, berfungsi mengakukan PCI girder dari pengaruh gaya melintang.
e. Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
f. Andas / perletakan, merupakan perletakan dari jembatan yang berfungsi untuk
menahan beban berat baik yang vertikal maupun horisontal. Disamping itu juga
untuk meredam getaran sehingga abutment tidak mengalami kerusakan.
g. Tumpuan (Bearing), karet jembatan yang merupakan salah satu komponen utama
dalam pembuatan jembatan, yang berfungsi sebagai alat peredam benturan antara
jembatan dengan pondasi utama.

2) Struktur Bawah (Substructures)

Menurut Departemen Pekerjaan Umum ( modul Pengantar Dan Prinsip – Prinsip


Perencanaan Bangunana Bawah / Pondasi Jembatan, 1988 ), fungsi utama bangunan
bawah adalah memikul beban – beban pada bangunan atas dan pada bangunan
bawahnya sendiri untuk disalurkan ke pondasi. Yang selanjutnya beban – beban
tersebut oleh pondasi disalurkan ke tanah.

Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban
lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan
pada tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban
tersebut disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar.

Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi :

a. Pangkal jembatan (Abutment), merupakan bangunan yang berfungsi untuk


mendukung bangunan atas dan juga sebagai dinding penahan tanah. Bentuk
abutment dapat berupa abutment tipe T terbalik yang dibuat dari beton bertulang.
o Dinding belakang (Back wall),
o Dinding penahan (Breast wall),
o Dinding sayap (Wing wall), berfungsi untuk menahan tanah dalam arah tegak
lurus as jembatan ( penahan tanah ke samping ).
o Oprit, plat injak (Approach slab), merupakan jalan pelengkap untuk masuk ke
jembatan dengan kondisi disesuaikan agar mampu memberikan keamanan saat
peralihan dari ruas jalan menuju jembatan.
o Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
o Tumpuan (Bearing).
Gambar 7 - Abutment ( Pangkal Jembatan )

b. Pilar jembatan (Pier), terletak di tengah jembatan (di tengah sungai) yang memiliki
kesamaan fungsi dengan kepala jembatan yaitu mentransfer gaya jembatan rangka
ke tanah. Sesuai dengan standar yang ada, panjang bentang rangka baja, sehingga
apabila bentang sungai melebihi panjang maksimum jembatan tersebut maka
dibutuhkan pilar. Pilar terdiri dari bagian - bagian antara lain :
o Kepala pilar ( pierhead )
o Kolom pilar
o Pilecap

Gambar 8 - Pilar jembatan ( Pier )

c. Drainase, fungsi drainase adalah untuk membuat air hujan secepat mungkin
dialirkan ke luar dari jembatan sehingga tidak terjadi genangan air dalam waktu
yang lama. Akibat terjadinya genangan air maka akan mempercepat kerusakan
struktur dari jembatan itu sendiri. Saluran drainase ditempatkan pada tepi kanan
kiri dari badan jembatan ( saluran samping ), dan gorong - gorong.

Gambar 9 - Saluran Drainase

3) Fondasi

Macam – macam pondasi secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 10 - Macam-macam pondasi secara umum

Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban-beban di atasnya ke tanah dasar. Pada


perencanaan pondasi harus terlebih dahulu melihat kondisi tanahnya. Dari kondisi
tanah ini dapat ditentukan jenis pondasi yang akan dipakai. Pembebanan pada
pondasi terdiri atas pembebanan vertikal maupun lateral, dimana pondasi harus
mampu menahan beban luar diatasnya maupun yang bekerja pada arah lateralnya.
Dalam pemilihan tipe pondasi secara garis besar ditentukan oleh kedalaman
tanah keras, karena untuk mendukung daya dukung tamah terhadap struktur
bangunan jembatan yang akan direncanakan. Alternatif tipe pondasi yang dapat
digunakan untuk perencanaan jembatan antara lain :

a. Fondasi telapak (spread footing), Pondasi telapak digunakan jika lapisan tanah
keras ( lapisan tanah yang dianggap baik mendukung beban ) terletak tidak jauh
(dangkal)dari muka tanah. Dalam perencanaan jembatan pada sungai yang masih
aktif, pondasi telapak tidak dianjurkan mengingat untuk menjaga
kemungkinan terjadinya pergeseran akibat gerusan.

Gambar 11 - Pondasi langsung pada abutment

b. Fondasi sumuran (caisson), Pondasi sumuran digunakan untuk kedalaman tanah


keras antara 2-5 m. Pondasi sumuran dibuat dengan cara menggali tanah
berbentuk lingkaran berdiameter > 80 m. penggalian secara manual dan mudah
dilaksanakan. Kemudian lubnag galian diisi dengan beton siklop (1pc : 2 ps : 3 kr)
atau beton bertulang jika dianggap perlu. Pada ujung pondasi sumuran
dipasang poer untuk menerima dan meneruskan beban ke pondasi secara merata.

o Open Caissons
Open caissons sering juga dinamakan wellfoundation. Dimaksudkan pondasi
sumuran dimana tidak ada penutup atas maupun bawah selama dalam
pelaksanaan. Gambar 12. Menunkukkan salah satu contoh well foundation yang
sering dilaksanakan untuk pondasi – pondasi di Indonesia.
Gambar 12 - Well Fondation

o Pneumatic Caissons
Pneumatic caisson adalah caisson dimana diperlengkapi dengan konstruksi
penutup didekat dasar caisson yang dapat diatur sedemikian rupa sehingga
pekerja – pekerja dapat melaksanakan penggalian tanah di dasar sumuran di
bawah konstruksi penutup tersebut. Pondasi ini kebanyakan dilaksanakan pada
jembatan dimana kondisi air sungainya sangat tinggi sehingga tidak mungkin
bias dibuat pembendung air (kistdam) secara tersendiri.

Gambar 13 - Pneumatic Fondation


Bentuk dan material fondasi sumuran :

Gambar 14 - Bentuk Fondasi Sumuran

c. Fondasi tiang (pile foundation)


o Tiang pancang kayu (Log Pile),

Gambar 15 - Tiang pancang kayu

o Tiang pancang baja (Steel Pile),


o Tiang pancang beton (Reinforced Concrete Pile),

Gambar 16 - Tiang pancang beton


o Tiang pancang beton prategang pracetak (Precast Prestressed Concrete Pile),
spun
o pile,
o Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place), borepile, franky pile,
o Tiang pancang komposit (Compossite Pile).

4) Bangunan Pengaman / Pelengkap

Menurut(Siswanto, 1993),merupakan bangunan yang diperlukan untuk


pengamanan jembatan terhadap lalu lintas darat, lalu lintas air, penggerusan dan lain-
lain.

Bangunan pelengkap pada jembatan adalah bangunan yang merupakan pelengkap


dari konstruksi jembatan yang fungsinya untuk pengamanan terhadap struktur
jembatan secara keseluruhan dan keamanan terhadap pemakai jalan. Macam-macam
bangunan pelengkap:

a. Saluran Drainase
Terletak dikanan-kiri abutment dan di sisi kanan-kiri perkerasan jembatan.
Saluran drainase berfungsi untuk saluran pembuangan air hujan diatas jembatan,(
Lihat Gambar 9 )

b. Jalan Pendekat ( Optrit )


Menurut Pranowodkk(2007), jalan pendekat adalah struktur jalan yang
menghubungkan antara suatu ruas jalan dengan struktur jembatan; bagian jalan
pendekat ini dapat terbuat dari tanah timbunan,danmemerlukan pemadatan yang
khusus, karenaletak dan posisinya yang cukup sulit untuk dikerjakan, atau dapat
juga berbentuk struktur kaki seribu ( pile slab ), yang berbentuk pelat yang
disangga oleh balok kepala di atas tiang-tiang Permasalahan utama pada timbunan
jalan pendekat yaitu sering terjadinya penurunan atau deformasi pada ujung
pertemuan antara struktur perkerasan jalan terhadap ujung kepala jembatan. Hal
ini disebabkan karena (Admin,2009 ) :
Gambar 17 - Optrit

c. Talut
Talud mempunyai fungsi utama sebagai pelindung abutment dari aliran air
sehingga sering disebut talud pelindung terletak sejajar dengan arah arus sungai.

Gambar 18 – Talu
d. Guide Post / Patok penuntun
Patok Penuntun berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi kendaraan yang akan
melewati jembatan, biasanya diletakkan sepanjang panjang oprit jembatan.

Gambar 19 - Guide Post / Patok Penuntun

e. Lampu penerangan

Menurut Departement Pekerjaan Umum (1992) tentang spesifikasi lampu


penerangan jalan perkotaan, Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan
pelengkap jalan yang dapat diletakkan/dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di
tengah ( di bagian median jalan ) yang digunakan untuk menerangi jalan maupun
lingkungan disekitar jalan yang diperlukan termasuk persimpangan jalan
(intersection), jalan laying (interchange, overpass, fly over), jembatan dan jalan di
bawah tanah (underpass, terowongan).

Gambar 20 - Lampu penerangan


f. Trotoar
Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan
lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan
kaki yang bersangkutan. Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika
mereka bercampur dengan kendaraan, maka mereka akan memperlambat aru lalu
lintas. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama dari manajemen lalu lintas adalah
berusaha untuk memisahkan pejalan kaki dari arus kendaraan bermotor tanpa
menimbulkan gangguan-gangguan yang besar terhadap aksesibilitas dengan
pembangunan trotoar (Lihat gambar 3).
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMULAN

a. Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan


menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak
sama tinggi permukaannya. Secara umum suatu jembatan berfungsi untuk
melayani arus lalu lintas dengan baik. Dalam perencanaan dan perancangan
jembatan sebaiknya mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi,
persyaratan teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi : Aspek lalu
lintas, Aspek teknis, Aspek estetika. (Supriyadi dan Muntohar, 2007).
b. Bagian-bagian jembatan:
Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar Dan Prinsip –
Prinsip Perencanaan Bangunan bawah / Pondasi Jembatan, 1988 ) Suatu
bangunan jembatan pada umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu :
Keterangan :
1. Bangunan atas
2. Landasan ( Biasanya terletak pada pilar/abdument )
3. Bangunan Bawas ( memikul beban )
4. Pondasi
5. Optrit, ( terletak di belakang abdument )
6. Bangunan pengaman

Menurut ( Siswanto, 1993 ) : Bentuk dan bagian jembatan dapat dibagi


dalam 4 bagian utama, yaitu :

1. Struktur Atas
2. Struktur Bawah
3. Jalan pendekat
4. Bangunan pengaman

3.2 SARAN

Anda mungkin juga menyukai