Anda di halaman 1dari 20

TEKNIK PROYEKSI BISNIS

“PERAN PERAMALAN PENJUALAN DALAM PERENCANAAN


STRATEGIS”

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

1. Suci Susilawati (17010238/M)


2. Fakriatun Baiti (17010022/M)
3. Rahmat Hidayat (17010301/M)
4. Arkam Alfian (17010309/M)
5. Rahmat Hidayat (17010251/M)
6. Elyanur Pratama (17010302/M)
7. Sumarni (17010167/M)
8. Sebtian Tri Putra (17010077/M)
9. Nurseha (17010102/M)

` Dosen Pembimbing : Wulan, MM

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) BIMA

TAHUN AKADEMIK 2019-2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena


berkat rahmat-Nya Kami bisa menyelesaikan tugas Makalah mata kuliah Teknik Proyeksi
Bisnis berjudul Peran Peramalan Penjualan Dalam Perencanaan Strategis. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Teknik Proyeksi Bisnis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca, mahasiswa dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Kelompok 3

14 oktober 2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 2

A. Latar Belakang .......................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 4

1. Peran Peramalan Dalam Perencanaan Strategis .................................... 4


2. Pengertian Perencanaan Strategis ........................................................... 4
3. Variabel Dalam Peramalan ....................................................................... 5
4. Jenis Data Dalam Peramalan ................................................................... 6
5. Jenis Skala Pengukuran .......................................................................... 6
6. Cara Pemilihan Skala Pengukuran ........................................................ 11
7. Teknik Skala Pengukuran ...................................................................... 12
8. Analisa Korelasi Dalam Teknik Proyeksi Bisnis ................................... 15
9. Kegunaan Data Bagi Manajemen............................................................ 16

BAB III KESIMPULAN ............................................................................................... 18

BAB IV DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak eksekutif telah membandingkan perkiraan penjualan untuk prediksi dari


peramal dari zaman kuno. Ajaib, tampaknya, perkiraan penjualan periode yang akan
datang mengalir keluar dari kantor pusat perusahaan. Dalam kebanyakan kasus,
bagaimanapun, pandangan ini peramalan penjualan terlalu penting. Sebuah perkiraan
perkiraan penjualan perusahaan untuk jangka waktu tertentu di masa depan adalah aspek
manajemen penjualan. Perkiraan ini adalah hasil dari upaya sungguh-sungguh yang tidak
lebih mistis daripada jenis lain dari perencanaan organisasi.
Dalam makalah ini ditunjukkan, peramalan penjualan merupakan bagian integral dari
sistem informasi pasar. Hasil peramalan lingkungan bisnis dimana perusahaan beroperasi
pada umumnya mempunyai implikasi pada peramalan penjualan. Dan hampir semua
bagian perusahaan membutuhkan hasil ramalan penjualan. Karena itu peramalan
penjualan paling strategis dalam sebuah perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran peramalan dalam perencanaan strategis ?
2. Apa pengertian perencanaan strategis ?
3. Apa variabel dalam peramalan ?
4. Apa saja jenis data dalam peramalan ?
5. Apa saja skala pengukuran ?
6. Bagaimana cara pemilihan skala pengukuran ?
7. Bagaimana teknik skala pengukuran ?
8. Bagaimana analisa korelasi dalam tekhnik proyeksi bisnis ?
9. Bagaimana kegunaan data bagi manajemen

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Peran Peramalan Dalam Perencanaan Strategis

Peramalan pada umumnya dipergunakan untuk memprediksi sesuatu yang


kemungkinan besar akan terjadi (misalnya kondisi permintaan, penjualan, arus
kas, kondisi ekonomi, dll) didasarkan pada sejumlah asumsi. Sedangkan
perencanaan menggunakan ramalan-ramalan yang ada untuk menetapkan target,
termasuk didalamnya penetapan strategi untuk mencapai target itu.
Dengan demikian, peramalan berusaha menggambarkan apa yang akan
terjadi, sementara rencana didasarkan pada gagasan bahwa dengan mengambil
tindakan tertentu pada saat ini, pengambil keputusan dapat mempengaruhi hasil
akhir seperti diharapkan.

2. Pengertian Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis perusahaan adalah suatu rencana jangka panjang


yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana perusahaan akan
diarahkan, dan bagaimana sumberdaya dialokasikan untuk mencapai tujuan
selama jangka waktu tertentu dalam berbagai kemungkinan keadaan lingkungan.
Perencanaan Strategic (Strategic Plans) juga merupakan suatu proses pemilihan
tujuan-tujuan organisasi, penentuan strategi, kebijaksanaan, program-program
strategi yang diperlukan untuk tujuan-tujuan tersebut.

Ada 3 ( tiga ) alasan yang menunjukkan pentingnya Perencanaan Strategis :

1. Perencanaan strategic memberikan kerangka dasar dalam mana semua


bentukbentuk perencanaan lainnya yang harus di ambil.
2. Pemahaman terhadap perencanaan strategic akan mempermudah pemahaman
bentuk-bentuk perencaaan lainnya.
3. Pemahaman terhadap perencanaan strategic akan mempermudah pemahaman
bentuk-bentuk perencaaan lainnya.

Dengan adanya perencanaan strategis ini maka konsepsi perusahaan menjadi


jelas sehingga akan memudahkan dalam memformulasikan sasaran serta rencana-
rencana lain dan dapat mengarahkan sumber-sumber organisasi secara efektif.
Sehingga dapat dikatakan bahwa perencanaan strategi dapat menentukan
keberhasilan organisasi atau perusahaan, hal ini disebabkan karena:

1. Perencanaan strategi merupakan tipe perencanaan yang terpenting


2. Melakukan perencanaan strategi berarti menetapkan misi organisasi secara
jelas
3. Perencanaan strategi memungkinkan manajer mempersiapkan diri terhadap
kemungkinan terjadinya perubahan pada lingkungan organisasinya

Forecast penjualan memengaruhi, bahkan menentukan keputusan dan


kebijaksanaan yang diambil, misalnya:

4
1. Kebijaksanaan dalam perencanaan produksi
2. Kebijaksanaan persediaan barang jadi Kebijaksanaan penggunaan mesin-
mesin
3. Kebijaksanaan tentang investasi dalam aktiva tetap
4. Rencana pembelian bahan mentah dan bahan pembantu
5. Rencana aliran kas

3. Variabel Dalam Peramalan

Variabel berasal dari kata “vary” dan “able” yang berarti “berubah” dan “dapat”.
Jadi, secara harfiah variabel berarti dapat berubah, sehingga setiap variabel dapat
diberi nilai dan nilai itu berubah-ubah. Nilai tersebut bisa kuntitatif (terukur dan atau
terhitung, dapat dinyatakan dengan angka) juga bisa kualitatif (jumlah dan derajat
atributnya yang dinyatakan dengan nilai mutu).

Macam-macam Variabel :

1. Variabel Kuantitatif.
a. Variabel diskrit ( nominal,kategorik) yaitu variabael 2 kutub berlawanan. Contoh:
1) Kehadiran : hadir, tidak hadir
2) Jenis kelamin : laki-laki, perempuan.
b. Variabel kontinum
1) Variabel Ordinal : variabel tingkatan. Contoh: Satria terpandai, Raka
pandai, Yudit tidak pandai.
2) Variabel Interval: variabel jarak. Contoh: jarak rumah Anto kesekolah
10km, sedangkan Yuli 5 km maka vr intervalnya adalah 5 km.
3) Variabel Ratio: variabel perbandingan (sekian kali). Contoh: berat badan
Heri 80 kg, sedangkan berat badan Upi 40 kg, maka berat badan Heri 2 kali
lipat Upi.

2. Variabel Kualitatif adalah variabel yang menunjukkan suatu intensitas yang sulit
diukur dengan angka. Contoh : kedisiplinan, kemakmuran dan kepandaian.

3. Variabel Independen (Pengaruh, Bebas, Stimulus, Prediktor).


Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel dependen (terikat).

4. Variabel Dependen (Dipengaruhi, Terikat, Output, Kriteria, Konsekuen).

5
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena adanya variabel bebas.
Contoh: Pengaruh Iklan Terhadap Motivasi Pembelian. Iklan = Variabel
Independen Motivasi Pembelian = Variabel Dependen.

5. Variabel Moderator.
Merupakan variabel yang mepengaruhi (memperkuat atau memperlemah)
hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel ini sering
disebut sebagai variabel independen kedua. Contoh: Anak adalah variabel yang
memperkuat hubungan suami isteri. Pihak ketiga adalah variabel yang
memperlemah hubungan suami isteri.

6. Variabel Intervening (Antara).


Merupakan variabel yang menghubungkan antara variabel independen dengan
variabel dependen yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan namun
tidak dapat diamati atau diukur. Contoh: Hubungan antara Kualitas Pelayanan
(Independent) dengan Kepuasan Konsumen (Intervening) dan Loyalitas
(Dependen).

7. Variabel Kontrol.
Merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh
variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang
tidak diteliti.
Contoh: Apakah ada perbedaan antara tenaga penjual (sales force) yang lulus D3
dan S1 maka harus ditetapkan variable control berupa gaji yang sama, peralatan
yang sama, iklim kerja yang sama, dan lain-lain. Tanpa adanya variabel kontrol
maka sulit ditemukan apakah perbedaan penampilan karyawan karena faktor
pendidikan.

5. Jenis Data Dalam Peramalan

Data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari suatu pengamatan, dapat
berupa angka, lambang atau sifat. Menurut Webster New World Dictionary, pengertian
data adalah things known or assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui
atau dianggap. Diketahui artinya yang sudah terjadi merupakan fakta (bukti). Data dapat
memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan. Data bisa juga
didefinisikan sebagai sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan
(obsevasi) suatu objek.

Data yang baik adalah data yang bisa dipercaya kebenarannya (reliable), tepat
waktu dan mencakup ruang lingkup yang luas atau bisa memberikan gambaran tentang
suatu masalah secara menyeluruh merupakan data relevan.

6
Jenis-jenis data dapat dibagi berdasarkan sifatnya, sumbernya, cara
memperolehnya, dan waktu pengumpulannya.

Menurut sifatnya, jenis-jenis data yaitu:

 Data Kualitatif: data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka, misalnya:
Kuesioner Pertanyaan tentang suasana kerja, kualitas pelayanan sebuah rumah
sakit atau gaya kepemimpinan, dll.
 Data Kuantitatif: data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, misalnya:
harga saham, besarnya pendapatan, dll.

Jenis-jenis data menurut sumbernya, antara lain:

 Data Internal: data intenal adalah data dari dalam suatu organisasi yang
menggambarkan keadaan organisasi tersebut. Contohnya: suatu perusahaan,
jumlah karyawannya, jumlah modalnya, atau jumlah produksinya, dll.
 Data Eksternal: data eksternal adalah data dari luar suatu organisasi yang dapat
menggambarkan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil kerja suatu
organisasi. Misalnya: daya beli masyarakat mempengaruhi hasil penjualan suatu
perusahaan.

Jenis-jenis data menurut cara memperolehnya, antara lain:

 Data Primer (primary data): data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh
perorangan/suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk
kepentingan studi yang bersangkutan yang dapat berupa interview, observasi.
 Data Sekunder (secondary data): data sekunder adalah data yang diperoleh/
dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh
berbagai instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi
dan arsip-arsip resmi.

Jenis-jenis data menurut waktu pengumpulannya, antara lain:

 Data cross section, yaitu data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu (at a
point of time) untuk menggambarkan keadaan dan kegiatan pada waktu tersebut.
Misalnya; data penelitian yang menggunakan kuesioner.
 Data berkala (time series data), yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu
untuk melihat perkembangan suatu kejadian/kegiatan selama periode tersebut.
Misalnya, perkembangan uang beredar, harga 9 macam bahan pokok penduduk.

6. Jenis Skala Pengukuran

Seorang peneliti menggunakan beberapa bentuk skala dalam melakukan


proses pengukuran. Setiap skala tersebut didasarkan sekumpulan asumsi (aturan-

7
aturan) mengenai hubungan antara skala tersebut dengan observasi nyatanya.
Konseptualisasi skala tersebut didasarkan pada tiga karakteristik sebagai berikut:

1. Urutan bilangan, yaitu sebuah bilangan lebih besar, lebih kecil, atau sama dengan
bilangan lain,
2. Urutan perbedaan antara bilangan, yaitu perbedaan antara sepasang bilangan
bisa lebih besar, lebih kecil atau sama besar dengan perbedaan sepasang
bilangan lainnya,
3. Titik awal yang unik yang menunjukkan bilangan 0.

Kombinasi ketiga karakteristik tersebut yang mencakup urutan, perbedaan, dan titik
awal, membentuk 4 klasifikasi skala pengukuran sebagai berikut:

No Tipe skala Karakteristik skala Operasi empiris dasar

1. Nominal tidak ada urutan, atau Penentuan kesamaan

titik awal

2. Ordinal ada urutan tetapi tidak Penentuan lebih besar atau

ada perbedaan dan titik lebih kecil

awal

3. Interval Ada urutan dan Penentuan kesamaan

perbedaan tetapi tidak interval atau perbedaan

ada titik awal

4. Rasio Ada urutan, perbedaan, Penentuan kesamaan rasio

dan titik awal

Skala Nominal

Skala nominal banyak digunakan dalam penelitian di bidang sosial dan bisnis.
Jika kita menggunakan skala nominal, kita memisahkan sekelompk objek ke dalam
sub kelompok atau kategori yang bersifat mutually exclusive dan collectively
exhaustive. Mutually exclusive berarti tidak ada objek yang bisa masuk ke lebih
dari sub kelompok atau kategori sedangkan collectively exhaustive berarti tidak
ada objek yang tidak termasuk kategori. Kedua sifat ini bisa dijelaskan dengan
contoh sebagai berikut:

Skala nominal A Skala Nominal B Skala Nominal C Skala Nominal D

8
Hobi klasifikasi sarjana pendidikan tertinggi golongan darah

Olah raga Sarjana Hukum Setuju Darah A

Membaca Sarjana Ekonomi Tidak setuju Darah B

Nonton Sarjana Psikologi Darah AB

Rekreasi Sarjana Pertanian Darah O

Menghayal Lain-lain

Contoh skala nominal diatas dapat dibagi menjadi 4 kelompok bedasarkan sifat
mutually exclusive dan collectively exhaustive, yaitu:

a. Skala nominal A tidak bersifat mutually exclusive karena ada orang yang
hobinya lebih dari dua serta tidak bersifat collectively exhaustive karena
mungkin ada orang yang mempunyai hobi diluar kelima hobi diatas

b. Skala nominal B tidak bersifat mutually exclusive karena ada sarjana yang
memperoleh gelar di dua bidang yang berbeda tetapi bersifat collectively
exhaustive karena seluruh sarjana bisa dimasukkan ke dalam kategori diatas,
terutama dengan adanya kategori lain-lain

c. Skala nominal C bersifat mutually exclusive tetapi tidak collectively exhaustive


karena orang bisa bersikap ragu-ragu atau abstain yang tidak tidak bisa
dimasukkan ke dua kategori diatas

Skala nominal D bersifat mutually exclusive dan collectively exhaustive

Skala Ordinal

Skala pengukuran ordinal mempunyai sifat sebagai berikut:

a. Menggunakan bilangan atau tanda yang berfungsi sebagai simbol yang bisa
membedakan. Sifat ini sama dengan sifat skala pengukuran nominal

b. Skala ordinal menunjukkan urutan atau peringkat.


Beberapa contoh skala ordinal dapat dilihat pada Tabel
berikut:

NO VARIABEL KLASIFIKASI SKALA

1. Tingkat manajemen Manajemen puncak 1

Manajemen Menengah 2

Manajemen Bawah 3

9
2. Tingkat Motivasi Sangat tinggi 1

Tinggi 2

Cukup 3

Rendah 4

Sangat rendah 5

3. Sikap Sangat setuju 1

Setuju 2

Ragu-ragu 3

Tidak setuju 4

Sangat tidak setuju 5

4. Tingkat pendidikan SD 1

SMP 2

SMU 3

Diploma 4

Sarjana 5

S2 6

S3 7

Skala Interval

Skala interval mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Menunjukkan lambang atau simbol

2. Menunjukkan peringkat atau urutan

3. Jarak atau interval yang tetap


4. Titik awal (titik nol) bersifat relatif (tidak mutlak)

Contoh skala interval adalah suhu yang diukur dengan termometer. Jarak 5oC dengan
10oC sama dengan jarak 20oC dengan 25oC atau mempunyai sifat interval yang tetap. 0o
C bukan menunjukkan bahwa benda yang diukur tidak mempunyai suhu sehingga titik 0
tersebut bukan merupakan titik mutlak.

10
Skala Rasio

Tingkat pengukuran yang tertinggi adalah skala rasio. Skala rasio ini
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

a) Sebagai lambang atau simbol yang bisa membedakan

b) Menunjukkan peringkat atau urutan

c) Jarak atau interval yang sama

d) Mempunyai titik nol yang mutlak

Contohnya adalah gaji karyawan, tinggi atau berat badan, dan panjang sutau benda

6. Cara Pemilihan Skala Pengukuran

Proses pengukuran mengggunakan suatu alat ukur. Alat ukur tersebut harus
menghasilkan ukuran yang sesuai dengan karakteristik obyek sesungguhnya.
Misalnya, jika kita akan mengukur tinggi badan maka alat ukur yang digunakan
(katakanlah meteran) harus bisa mengukur secara tepat sesuai dengan tinggi orang
yang diukur tinggi badannya. Di bidang ilmu alam, proses pengukuran tersebut relatif
lebih pasti dan objektif dibandingkan di bidang ilmu sosial. Hal ini disebabkan alat
ukurnya bersifat standar dan obyek pengamatannya bersifat nyata. Sebagai contoh,
tekanan udara diukur dengan barometer, kecepatan dengan spedometer, tingkat
keasamaan dengan PH-meter, dan sebagainya. Sedangkan pengukuran dalam ilmu
sosial relatif sulit karena alat ukur yang akan digunakan sebagian besar harus
dirancang oleh peneliti serta obyek pengukurannyapun relatif abstrak. Misalnya kita
akan mengukur motivasi karyawan, bagaimana kita bisa mengukur bahwa seorang
karyawan mempunyai motivasi tinggi atau rendah? Demikian juga pada saat
mengukur sikap kepemimpinan, tingkat inovasi, adopsi teknologi, dan sebagainya.

Kesulitan-kesulitan pengukuran dalam ilmu sosial tersebut bisa menimbulkan


perbedaan- perbedaan hasil pengukuran untuk setiap peneliti yang merancang
sendiri alat ukur, atau disebut juga instrumen penelitian. Sangat mungkin terjadi
perbedaan hasil pengukuran suatu obyek yang sama oleh peneliti yang berbeda
karena tergantung pada alat

ukur yang digunakan masing -masing. Sumber-sumber yang bisa


menimbulkan perbedaan tersebut adalah faktor satuan pengamatan (misalnya
responden yang asal -asalan atau tidak jujur mengisi kuisoner), faktor situasional
(misalnya tekanan dari orang lain atau enggan diwawancara secara langsung); faktor
pihak pengukur (misalnya si pewawancara tidak komunikatif atau terlalu bertele-tele),
serta faktor instrumen penelitian alau alat ukur (misalnya redaksi membingungkan
atau bisa menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda).

Perbedaan- perbedaan hasil pengukuran menunjukkan bahwa alat ukur


tersebut ada yang baik dan ada yang buruk. Bagaimana kita bisa mengevaluasi baik

11
tidaknya alat ukur tersebut? Secara umum terdapat tiga karakteristik yang digunakan
untuk menilai baik-tidaknya proses pengukuran, yaitu validitas (validity), reliabilitas
(reliability), dan kepraktisan (practicality).

a) Validitas

Validitas secara umum adalah mengukur apa yang seharusnya diukur.


Menurut Emory dan Cooper (1991) validitas pengukuran dalam ilmu sosial
dikelompokkan dalam dalam 2 bentuk, yaitu validitas eksternal dan validitas internal.
Validitas eksternal menunjukkan kemampuan pengukuran untuk diterapkan secara
umum pada berbagai obyek, tempat, dan waktu pengukuran. Sedangkan validitas
eksternal berkaitan dengan kemampuan instrumen penelitian untuk mengukur apa
yang ingin kita ukur.

b) Reliabilitas

Reliabiltas menunjukkan konsistensi pengukuran yang dilakukan yang


meliputi stabilitas (stability), ekivalen (equivalence), dan konsistensi internal (internal
consistency). Reliabilitas ini sangat erat kaitannya dengan ketepatan dan ketelitian
pengukuran. Pengukuran dikatakan stabil jika pengukuran pada sebuah obyek
dilakukan berulang-ulang pada waktu yang berbeda, menunjukkan hasil yang sama;
dikatakan ekivalen jika pengukuran menunjukkan hasil pengukuran yang sama jika
dilakukan peneliti lain atau memakai contoh item lain; serta dikatakan konsisten
internal jika item-item atau indikator yang digunakan adalah konsisten satu sama
lain.

c) Kepraktisan

Persyaratan ketiga adalah pengukuran harus bisa diterapkan secara praktis


atau mudah dilaksanakan di lapangan. Kepraktisan bisa ditinjau dari sudut ekonomi
(biaya dan waktu) kemudahan administrasi atau pengelolaannya, serta hasil yang
mudah diinterpresikan oleh pihak lain.

7. Teknik Pengukuran Skala

a) Likert’s Summated Rating (LSR)

LSR adalah metode pengukuran sikap (attitude) yang banyak digunakan


dalam penelitian sosial karena kesederhanaannya. LSR sangat bermanfaat untuk
membandingkan skor sikap seseorang dengan distribusi skala dari sekelompok
orang lainnya, serta untuk melihat perkembangan atau perubahan sikap sebelum
dan sesudah ekperimen atau kegiatan. Tahap-tahap perancangan LSR adalah
sebagai berikut:

1. Tentukan secara tegas sikap terhadap topik apa yang akan diukur. Contohnya,
sikap para karyawan terhadap sistem pelatihan, sikap para pengusaha kecil

12
terhadap realisasi pemberian kredit usaha, sikap mahasiswa terhadap liberalisasi
perdagangan, dan sebagainya

2. Tentukan secara tegas Dimensi yang menyusun sikap tersebut. Dimensi tersebut
pada dasarnya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yang menurut
Likert terdiri dari dimensi kognitif (tahu atau tidak tahu), afektif (perasaan terhadap
sesuatu), dan konatif (kecenderungan untuk bertingkat laku). Contoh lain, dimensi
tingkat sosial ekonomi meliputi kekayaan, pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan

3. Susun pernyataan-pernyataan atau item yang merupakan alat pengukur dimensi


yang menyusun sikap yang akan diukur sesuai dengan indikator. Banyaknya
indiktor biasanya antara 30-40 item untuk sebuah sikap tertentu. Item-item yang
disusun tersebut harus terdiri dari item positif dan item negatif. Item positif adalah
pernyataan yang memberikan isyarat mendukung/menyokong topik yang sedang
diukur, sedangkan item negatif sebaliknya, yaitu melawan topik. Item positif dan
item negatif harus ditempatkan secara acak.

4. Setiap item diberi pilihan respon yang bersifat tertutup (closed questionare).
Banyaknya pilihan respon biasanya 3, 5, 7, 9, dan 11. Dalam prakteknya, jumlah
pilihan respon yang paling banyak dipakai adalah 5. Alasannya adalah jika respon
terlalu sedikit maka hasilnya terlalu kasar tetapi jika terlalu banyak maka
responden sulit membedakannya. Kelima pilihan respon tersebut adalah:

Sangat tidak setuju Tidak setuju Tidak ada pendapat Setuju Sangat
setuju

5. Untuk setiap pilihan respon, jawaban diberikan skor dengan kriteria apabila item
positif maka angka terbesar diletakkan pada sangat setuju sedangkan jika item
negatif maka angka terbesar diletakkan pada sangat tidak setuju. Skor yang
diberikan pada jawaban untuk setiap item kemudian dijumlahkan.

b) Semantic Differential

SD dikembangkan oleh Charles E. Osgood, G.J. Suci dan P.H. Tannenbaum.


Teknik ini didasarkan pada anggapan bahwa sebuah obyek memiliki sejumlah
dimensi pengertian konotatif yang bisa ditempatkan pada rentang ciri multidimesi,
yang disebut semmantic space. SD banyak digunakan dalam mengevaluasi kesan
merek atau penelitan pemasaran lainnya, masalah politik dan kepribadian, serta
sikap organisasi. Metoda ini terdiri dari sekumpulan skala peringkat dua kutub yang
biasanya sebanyak 7 skala. Langkah-langkah perancangan selengkapnya adalah
sebagai berikut:

1. Tentukan secara tegas sikap terhadap topik yang akan diukur, misal sikap
konsumen terhadap produk baru yang akan dipasarkan
2. Susun item-item yang bentuknya lebih sederhana daripada LSR. Setiap item
terdiri atas dua kutub yang berlawanan
3. Setiap responden harus menentukan posisi jawabannya

13
4. Jawaban responden kemudian diberi skor dan semua skor dijumlahkan

5. Tentukan secara statistik skor terbesar, terkecil, rata-rata skor, median, dan kuartil
Dibandingkan denga likert summated rating, penilaian terhadap skor pada metode ini
bisa lebih mendalam sebab skornya dianggap mempunyai tingkat pengukuran
interval. Jadi bisa dihitung rata-rata dan simpangan baku dari hasil pengumpulan
data dari para responden.

c) Metode Paired Comparison

Dengan teknik ini, responden menyatakan persepsi atau sikapnya dengan


mengambil pilihan di antara dua obyek. Kegunaan teknik ini adalah mengukur
relative importance, yaitu semacam pembobotan untuk menggambarkan kepentingan
relatif beberapa obyek. Contoh kasusnya adalah sebagai berikut:

a. Seorang peneliti ingin mengetahui tanggapan konsumen terhadap 5 produk soft


dink, yaitu coca cola, coke, fanta, sprite, dan seven up. Bagaimana relative
importance diantara ke lima produk tersebut berdasarkan pendapat para
konsumen

b. Seorang peneliti ingin mengukur tingkat sosial ekonomi masyarakat atau


seseorang. Misalkan saja bahwa tingkat sosial ekonomi tersebut ditentukan oleh 5
dimensi, yaitu

14
Pendidikan, pendapatan, jenis pekerjaan, jenis kelamin, dan jumlah keluarga.
Bagaimana relative importance diantara kelima dimensi tersebut, bisa diukur
dengan mengumpulkan pendapat dari para responden.

8. Analisa Korelasi Dalam Teknik Proyeksi Bisnis

Korelasi merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan ada


tidaknya hubungan suatu hal dengan hal lain. Secara sederhana memang seperti
itulah pengertian korelasi. Analisis korelasi adalah suatu cara atau metode untuk
mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antar variabel. Apabila terdapat
hubungan maka perubahan-perubahan yang terjadi pada salah satu variabel X akan
mengakibatkan terjadinya perubahan pada variabel lainnya (Y). Istilah tersebut
dikatakan istilah sebab akibat, dan istilah tersebut menjadi ciri khas dari analisis
korelasi.

 Korelasi digunakan untuk me gukur keeratan hubungan antara variabel


independen (X) dengan variabel dependen (Y).

 Besarnya koefisisen korelasi antara -1 sampai dengan 1. Jika koefisien korelasi


(r) :

 r mendekati 1, hubungan X dan Y sangat erat dan searah.Artinya, jika X


meningkat, akan diikuti peningkatan Y, begitu sebaliknya.

 r mendekati -1 hubungan X dan Y sangat erat dan tidak searah (berlawanan).


Artinya jika X meningkat, akan mengakibatkan penurunan Y, begitu sebaliknya/

 r mendekati 0, hubunganm x dan y sangat lemah

 r = 0, berarti X dan Y tidak ada hubungan sama sekali

Koefisien Korelasi

15
contoh soal :

r = 3.520,0/4.083.2

=0.86

Koefisien korelasi adalah 86 %

Keeratan hubungan antara Y dan X adalah 86 %. Tanda positif pada r menunjukkan


adanya hubungan (Y) dengan biaya promosi (X).

9.Kegunaan Data Bagi Manajemen

Data memiliki arti yang sangat penting bagi kelangsungan suatu perusahaan.
Perusahaan membutuhkan penyusunan data baik agar dapat membantu para pengusaha
maupun manajernya dalam mengambil sebuah keputusan. Data yang baik dapat disusun
dalam sebuah database (basis data). Database memiliki arti penting dalam perusahaan
agar dapat mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa data bisnis perusahaan.
Adapun kegunaan data yaitu :

16
 Sebagai bahan/alat dalam pengambilan keputusan;
 Menentukan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;
 Alternatif/metode untuk melaksanakan kegiatan;
 Seberapa besar lingkup kegiatan;
 Penentu SDM pelaksanaan kegiatan;
 Berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan;
 Kapan waktu yang tepat untuk memulai kegiatan;
 Dapat memprediksi besaran anggaran yang dibutuhkan;

Menurut salah satu pasar pemasaran, data adalah bentukan paling sederhana dari
informasi dan dari informasi inilah yang menjadi point penting dalam menentukan dan
menjalankan strategi bisnis. Data bisa didapatkan dari mana saja, dan terkait dengan
bisnis yang kita jalani, terutama adalah mengenai perusahaan itu sendiri, pesaing, pasar
dan konsumen atau 4C (Costumer, Competitor, Company dan Change). 4 lingkup yang
mutlak ini harus dimiliki sebuah perusahaan, selayaknya didukung dengan sistem yang
kompeten dalam mengumpulkan data akurat, baik yang mengukur masa lalu, sekarang
dan masa depan. Hal ini tentu saja untuk mengetahui seberapa jauh perusahaan/produk
telah berjalan, bagaimana kondisi perusahaan/produk dibandingkan dengan pesaing,
bagaimana produk di mata konsumen dan peluang apa yang bisa digarap produk di masa
yang akan datang. Seluruh informasi tersebut adalah sebuah tambang emas bagi
perusahaan.
Jadi mulai sekarang bekerjalah berdasarkan data karena dari sinilah semua informasi
akan muncul yang kemudian menjadi fakta-fakta bisnis yang bisa kita manfaatkan untuk
mengatur langkah strategis perusahaan ke depannya dan dari sinilah pula kita akan
mampu menghadapi perubahan dan memprediksi masa depan bisnis perusahaan. Hal ini
sepertinya terlihat sulit, padahal jika dilakukan sebagai rutinitas “strategis”, proses
pencarian dan pengolahan data ini tidak terlalu sulit untuk dilakukan, kita hanya perlu tahu
bagaimana cara memulainya, ketika sudah berjalan semua akan menjadi lebih mudah
untuk dilakukan tentunya.

Contohnya yaitu :

 Untuk membuat keputusan atau memecahkan persoalan


(menghilangkan faktor penyebabnya), misalnya karyawan yang loyo dan
tidak bersemangat krn sudah lama tidak naik pangkat, diputuskan naik
pangkat (persoalan sudah dipecahkan)
 Perusahaan ingin mengetahui jumlah ketersediaan bahan baku yang
ada, maka digunakanlah data yang ada.

17
BAB III
KESIMPULAN

Hasil peramalan lingkungan bisnis perusahaan mempunyai implikasi


padaperamalan penjualan. Dan hampir semua bagian perusahaan membutuhkan hasil
ramalan penjualan. Karena itu peramalan penjualan paling strategis dalam sebuah
perusahaan.

18
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

http://adesuprianto98.blogspot.com/2015/04/teknik-proyeksi-bisnis.html
http://aulia_nugraha.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/65762/Peran+Peramalan.pptx
http://destidirnaemi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/60979/BAB+II+PERAN+PERA
MALAN.pdf
https://statmat.id › analisis-korelasi
https://statmat.id/pengertian-dan-kegunaan-data-dalam-statistika/
https://www.academia.edu/9040878/BAB_4_TEKNIK_PENGUKURAN_SKALA
https://www.academia.edu/10024474/PENGERTIAN_STATISTIK_DATA_VARIABEL_DA
N_SKALA_PENGUKURAN

19

Anda mungkin juga menyukai