Anda di halaman 1dari 13

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ilmiah pada Ny.S dengan teknik pemberian obat melalui rertum pada sirosis hepatis
di Ruang Teratai RSUD Dr. R SOETIJONO BLORA telah disahkan dan di priksa pada
Hari :
Tanggal :

Blora, juni 2016


Pembimbing klinik Praktikan

( Dwi Indah ) ( Ulfatun Khasanah )

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

(Kuswanro S.Kep.MH.Kes)
LAPORAN ILMIAH
ASUHAN PADA NY.S USIA
DENGAN TEKNIK PEMBERIAN OBAT MELALUI RECTAL PADA SIROSIS
HEPATIS
DI RUANG TERATAI RSUD dr. SOETIJONO BLORA

NAMA : ULFATUN KHASANAH


NIM : P1337424615002

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN BLORA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-nya
sehingga penulis dapat menyelesaian laporan ilmuah yang berjudul Asuha pada Ny.S dengan
teknik pemberian obat melalui rectal pada penderita sirosis hepatis di ruang Teratai RSUD
dr.R SOETIJONO Blora.
Dalam menyusun laporan ilmiah ini penulis banyak medapat bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari banyak pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terim kasih kepada :
1. Ibu Runjati, M.Mid selaku ketua jurusan kebidanan Poltekes Semarang.
2. Ibu Krisdiana Wijayanti, M.Mid selaku Kaprodi DIII Kebidanan Blora.
3. Bapak/ibu dosen prodi DIII Kebidanan Blora.
4. Ibu selaku pembimbing klinik yang telah bersedia memberikan bimbingan dalam
menyusun karya ilmiah ini.
Penilis menyadari banyak kekurangan pada laporan ilmiah ini sehingga kritik dan
saran sangat diharapkan penulis. Semoga laporan karya ilmiah in bermanfaan untuk para
pemmbaca umumnya dan untuk tenaga kesehatan lain pada khususnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Blora, Juni 2016


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II TINJAUAN TEORI
2.I TINJAUAN TEORI DARI PENYAKIT KLIEN
A. Pengertian
B. Penyebab
C. Tanda dan gejala
D. Patogenesis
E. Diagnosis

2.2 TINJAUAN TEORI PERIORITAS KEBUTUHAN DASAR KLIEN


A. Pengertian obat
B. Jenis dan bentuk obat
C. Macam teknik pemberian obat
D. Pemberian obat melalui rectal
BAB III TINJAUAN KASUS

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

A. Simpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir
fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari
arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenerative.gambaran ini terjadi akibat
nekrosis hepatoseluler. Jaringan penunjang retikulin kolaps disertai deposit jaringan
ikat, distorsi jaringan vascular, dan regenerasi nodularis parenkim hati.
Sirosis hati secara kilns dibagi menjadi sirosis hati kompensata yang berarti
belum adanya gejala klinis yang nyata dan sirisis dekompensata yang ditandai gejala-
gejala dan tanda klinis yang jelas. Serosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari
hepatitis krinik dan pada satu tingkat tidak terlihat perbedaanya secara klinis. Hal ini
hanya bisa dibedakan melalaui pemeriksaan biopsy hati.
(Nurdjanah,2009:668)
Angka kejadian serosis hati dari hasil autopsy sekitar 2,4% di barat. Angka
kejadian di Indonesia menunjukan pria lebih banyak menderita sirosis dari wanita,
terbanyak didapat pada decade kelima. Dimedan dalam kurun waktu empat tahun dari
19.914 pasien yang dirawat di bagian penyakit dalam, didapatkan 1128 pasien
penyakit hati (5%). Pada pengamatan secara klinis di jumpai 819 pasien sirosis hati.
Perbandingan pria dan wanita 2,2:1. Dari hasil biopsy ternyata kekerapan sirosis
mikro dan makronodular hamper sama (1,6 :1,3 )
( Tarigan,1996:271)
Prevalensi sirosis hati sulit untuk dinilai karena stadium awalnya bersifat
asimtomatis. Namun, sirosis hati tercatat sebagai penyakit kematian ke-14 tersering
pada dewasadi dunia, dengan angka kematian sekitar 1,04 juta jiwa pertahun. Sirosis
juga menjadi indikasi utama untuk 500 kasus transplantasi hepar pertahun di Negara
maju.
(Hasan,Klaris,Liwang,2014:693)
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Sebagai bahan informasi dan pengetahuan pada masyarakat tentang penanganan
konstipasi atau sembelit
2. Tujuan khusus
a) Menjelaskan konsep, penyebab, tanda, gejala, diagnosis, dan patofisiologis
b) Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian diagnose keperawatan,
perencanaan, pelaksaan, dan evaluasi
C. Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapar memberikan pelayanan yang berarti bagi
institusi pelayanan kesehatan institusi pendidikan dan penuis.
1. Institusi rumah sakit sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan dan menciptakan kenyaman dan kepuasan pasien.
2. Institusi pendidikan
a. Sebagai summer bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa
khususnya yang terkain penerapan pasien yang mengalami konstipasi
b. Sebagai bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama
mengenai pelaksanaan bagi pasien dengan konstipasi.
3. Penulis
a. Untuk mendapat gambaran nyata tentang sirosis hepatis yang di alami
pasien Ny.S
b. Untuk menambah khasanah keilmuan dalam proses penelitian dan
menambah wawasan melalui penelitian..
BAB II
LANDASAN TEORI
1. TINJAUAAN TEORI DAN PENYAKIT KLIEN
a. Pengertian
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan ikat serta nodul. Pembentukan jaringan
ikat saja seperti pada payah jantung, obstruksi saluran empedu, juga
pembentukan nodul saja seperti pada sindrom Felty dan transformasi nodular
persial bukanlag sirosis hepatis.
( Tarigan,1996:271)
Perubahan aksitektur jaringan hati yang ditandai dengan regenerasi
nodular yang bersifat difus dan dikelilingi oleh septa-septa fibrosis. Perubahan
( distorsi ) struktur tersebut dapat mengakibatkan peningkatan aliran darah
portal, disfunfsi sintesis hepatosit, sergta meningkatkan risiko karsinoma
hepatoseluler(KHS)
(Hasan,Klaris,Liwang,2014:693)

b. Penyebab
Ada 3 tipe sirosis hepatis :
1. Sirosis Laennec (disebut juga sirosis alkoholik, portal dan
sirosis gizi)dimana jaringan perut secara khas mengelilingi
daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
2. Sirosis pascanikrottik, dimana terdapat pita jaringan perut yang
lebar sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi
sebelumnya.
3. Sirosisi biliaris, dimana pembentukan jaringan perut terjadi
dalam hati disekitar saluran enpedu. Terjadi akibat obstruksi
bilier yang kronis dan infeksi ( kolongitis).
(Amin dan Hardhi,2015:132).
c. Tanda dan gejala
1. Keluhan pasien
- Pruritas
- Urin berwarna gelap
- Ukuran lingkar pinggang meningkat
- Turunya selera makan dan turunya berat badan
- Ikterus ( kuning pada kulit dan mata)muncul belakangan
2. Tanda klasik
- Telapak tangan merah
- Pelebaran pembuluh darah
- Ginekomastia bukan tanda yang spesifik
- Peningkatan waktu protombin adalah tanda yang lebih khas
- Ensefelopati hepatitis dengan hepatitis fulminan akut dapat terjadi
dalam waktu singkat dan pasien akan merasa ngantuk, delirium,
kejang, dan koma dalam waktu 24 jam.
- Onsen enselopati hepatitis dengan gagal hati kronik lebih lambat dan
lemah.
(Amin dan Hardhi,2015:132).
3. Tanda lain yang menyertai antara lain :
- Demam yang tidak tinggi karena akibat nekrosis hepar
- Batu pada vesika felea akibat hemolisi
- Pembesaran klenjar parotis terutama pada sirosis
alkoholik, hal ini akibat sekunder infiltrasi lemak,
fibrosis dan edeme.
(Nurdjanah,2009:670)

d. Pathogenesis
Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati.
Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas
(hepatoseluler), terjadi kolabs lobules hati dan ini memacu timbulnya jaringan
perut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati. Walaupun
etiologinya berbeda, gambaran histology sisrosis hati sama tau hamper sama
septa bisa dibentuk dari sel reticulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi
parut.jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah porta yang satu dengan
yang lainya atau porta dengan sentral(bridging necrosis).
Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai
ukuran dan ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatic dan
gangguan aliran darah porta, dan menimbulkan hipertensi portal. Hai ini dapat
pula terjadi pada sirosis alkoholik. Tapi prosesnya lebih lama. Tahap
berikutnya terjadi peradangan dan nekrosis pada sel duktules, sinusoid,
retikulo indotel. Terjadi fibrogenesis dan septa aktif. Jaringan kalogen berubah
dari reversibel menjadi ireversibel bila telas terbentuk septa permanen yang
aseluler pada daerah porta dan parenkim hati . gambaran septa ini bergantung
pada etiologi sirosis. Pada sirosis dengan etiologi hemotokromatosis, besi
mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada sirosis alkoholik timbul
fibrosis fibrosis daerah sentral. Sel limfosit T dan magrofag menghasilkan
limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator timbulnya mediator ini
tidak memerlukan peradangan dan nekrosis aktif. Septa aktif ini berasal dari
daerah porta menyebarkan ke parenkim hati.
( Tarigan,1996:271)

e. Diagnosis
Pada stadium kompensasi sempurna kadang-kadang sangat sulit
menegakan diagnose sirosis hati. Pada proses lanjutan dari kompensasi
sempurna mungkin bisa ditegakan diagnosis dengan bantuan pemeriksaan
klinis yang cermat, laboratorium biokimia/serologi, dan pemeriksaan
penunjang lainya. Pada saat ini penegakan diagnose sirosis hati terdiri atas
pemeriksaan fisik, laboratorium, dan USG. Pasa kasus tersebut diperlukan
pemeriksaan biopsy hati atau peritoneoskopi karena sulit membedakan
hepatitis kronik aktif yang berat dengan sirosis hati dini. Pada stadium
dekompensata diagnosis kadangkala tidak sulit karena gejala dan tanda-tanda
klinis tampak dengan adanya komplikasi.
(Nurdjanah,2009:671)
2. TINJAUAN TEORI PERIORITAS KEBUTUHAN DASAR KLIEN
A. Pengertian obat
Obat adalah suatu substansi atau bahan yang digunakan untuk
mendiagnosa,menyembuhkan mengatasi mebebaskan suatu penyakit dan
untuk mendapatkan efek terafeutik namun bila salah dapat mengakibatkan
alergi dan syok bahkan kematian. Oleh karna itu sebagai tenaga kesehatan
harus mengetahui betul hal-hal yang berhubungan dengan pemberian obat dan
teknik pemberian obat.(Rochimah,dkk.2002:395)

B. Jenis dan bentuk obat


1. Kapsul yaitu obat dalam bentuk bubuk, cair atau minyak yang dibungkus
dengan gelatin
2. Pil yaitu satu atau lebih dari satu obat yang dicampur dengan bahan
kohesif dalam bentuk lonjong, bulat atau lonjong, bulat atau lempengan pil
jarang digunakan
3. Tablet yaitu obat bub uk yang dikompresi dalam cakram atau silinder,
yang menggunakan obat utama, zat pengikat, zat pemisah, lubrikan dan zat
pengisi.
4. Tablet bersalut yang diberi penyalut yaitu dilapisi bahan yang tidak larut
dalam lambung, larutan larut dalam usus.
5. Kaplet yaitu obat bubuk yang dipadatkan yang berbentuk lonjongseperti
kapsul dan bersalut sehingga dapat lebih muda ditelan
6. Sirup yaitu larutan obat cair yang mengandung gula
7. Puyer yaitu obat yang ditumbuk halus
8. Exilir yaitu larutan manis berbau harum dari alcohol yang dipakai untuk
campuran atau penghantar obat.
9. Suspense yaitu beberapa macam obat atau lebih dari satu obatyang
dilarutkan dengan baik dalam air.
10. Krim yaitu obat semi padat yang dapat dipakai dikulitdengan di oleskan.
11. Salep yaitu sediaan obat dalam bentuk semi padat.
12. Lotion yaitu sediaan obat berupa emoli yang jernih yang dipakai dikulit
13. Liniment yaitu larutan cairan berminyak yang dipakai di kulit
14. Inhaler yaitu sediaan berupa gas atau uap
(Rochimah,dkk.2002:401)
C. Teknik pemberian obat
1. pemberian obat per oral memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut.
Tujuan pemberian
- Untuk memudahkan dalam pemberian
- Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari
obat tersebut dapat segera diatasi.
- Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri.
- Menghindari pemberian obat yang dapatmenyebabkan kerusakan kulit
dan jaringan
2. Pemberian obat sub lingual adalah memberikan obat dengan cara
meletakkan obat di bawah lidah sampai habis diabsorbsi ke dalam
pembuluh darah. Tujuan
- Mengeek efek local dan sistemik
- Untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan oral
- Untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar
3. Pemberian obat secara bukal adalah memberikan obat dengan cara
meletakkan obat diantara gusi dengan membrane mukosa diantara pipi.
Tujuan
- Mencegah efek local dan sistemik
- Untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan
secara oral
- Untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar

4. Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan


memasukkan obat memalui anus atau rectum dalam bentuk suppositoria.
Tujuan
- Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
- Untuk melunakkan feces sehingga mudah untuk di keluarkan
http://eccadesy11.blogspot.co.id/2013/11/kdpk-macam-macam-teknik-
pemberian-obat.html (14.30,12 juli 2016,)

D. Pemberian obat melalui rectal


Pemberian obat rektal adalah obat yang cara pemberiannya melalui
dubur atau anus. Maksudnya adalah mempercepat kerja obat serta bersifat
lokal dan sistematik. Biasanya adalah obat pencahar atau obat agar bia buang
air besar. Biasanya dalam lingkup rumah sakit pada pasien yang akan operasi
besar ataupun sudah lama tidak bisa buang air besar. Dan pemberian obat yang
benar juga harus diperhatikan. Dengan tujuan memberikan efek lokal dan
sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang
bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah
feses dan merangsang buang air besar. Contoh pemberian obat yang memiliki
efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk
meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin
suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat
supositoria ini diberikan tepat pada dnding rektal yang melewati sfingter ani
interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.
http://selinanovela.blogspot.co.id/2014/12/teknik-pemberian-obat-topikal-
rektal.html(14.50,12 juli 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Amin Hardi. 2015.Buku Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda,jilid
3,edisi revisi.Jogjakarta.Mediaction Publishing

Klaris Cindya,dkk.2014.Kapita SelektaKedikteran,jilid II,edisi IV.Jakarta.Media Aesculapius


Nurdjanah,Siti.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,jilid I,edisi V.Jakarta.Interna Publishing
Tarigan,Pangerapen.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakt Dalam,jilid I,edisi 3.Jakarta.Balai Penerbit
FKUI
Rochimah,dkk.2002.Keterampilam Dasar Praktik Klinik (KDPK).Jakarta.Trans Info Media
http://eccadesy11.blogspot.co.id/2013/11/kdpk-macam-macam-teknik-pemberian-obat.html
(14.30,12 juli 2016,)
http://selinanovela.blogspot.co.id/2014/12/teknik-pemberian-obat-topikal-rektal.html
(14.50,12 juli 2016)

Anda mungkin juga menyukai