Disusun oleh:
1. ELIN YULIANTY
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………
1.LATAR BELAKANG……………………………………………………………………………………………………….
2.RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………
BAB II METABOLISME…………………………………………………………………………………..
BAB VI MUTASI……………………………………………………………………………………………..
Daftar pustaka………………………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
Biologi ialah ilmu alam tentang makhluk hidup atau kajian saintifik
tentang kehidupan. Sebagai ilmu,biologi mengkaji berbagai
persoalan yang berkaitan dengan berbagai penomena kehidupan
makhluk hidup pada berbagai tingkat organisasi kehidupan dan
tingkat interaksinya dengan faktor lingkungannya pada dimensi
ruang dan waktu.Biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari
produk dan proses.Produk biologi terdiri atas
fakta,konsep,prinsip,teori,hukum dan postulat yang berkaitan
dengan kehidupan makhluk hidup beserta interaksinya dengan
lingkungan. Dari segi proses maka biologi memiliki ketrampilan
proses yaitu,mengamati dengan indera,menggolongkan atau
mengelompokkan,menerapkan konsep atau prinsip,menggunakan
alat dan bahan,berkomunikasi,berhipotesis,menafsirkan
data,melakukan percobaan dan mengajukan pertanyaan.
1. Latar belakang
Kompetensi Dasar:
1.1 Menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk
hidup
1.2 Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia
Peta kosep
Setiap makhluk hidup mengalami pertumbuhan dan perkembangan.proses
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup terjadi secara beriringan.pada
tumbuhan berbiji,dapat diawali dengan adanya perkecambahan biji
sel.Proses ini terjadi akibat pembelahan mitosis pada jaringan yang bersifat
meristematis,contoh pada ujung batang.pada pembelahan tersebut,dari satu sel
akan dihasilkan dua sel anakan dengan sifat genetik yang sama dengan
induknya.pertumbuhan juga merupakamn proses kuantitatif,artinya dapat
diukur dan dinyatakan dengan auksanometer.Auksanometer berfumgssi untuk
mengukur kecepatan bertambahnya panjang batang tanaman
1. PERTUMBUHAN PRIMER
a. faktor internal
1. Gen
Gen merupakan substansi pembawa sifat yang diturunkan dari induk ke generasi
selanjutnya. Gen mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup dimana pada
tanaman mempengaruhi bentuk tubuh, warna bunga, dan rasa buah. Gen juga
menentukan kemampuan metabolisme sehingga sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Tanaman yang memiliki
gen tumbuh yang baik akan tumbuh dan berkembang cepat sesuai dengan
periodenya.
Meskipun faktor dari gen sangat penting, namun faktor ini bukan satu-satunya
yang menentukan pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Di samping
itu ada faktor lingkungan yang ikut berpengaruh. Misalnya pada tanaman yang
memiliki sifat unggul, hanya dapat tumbuh dengan cepat, berbuah lebat, dan
rasanya manis di lahan yang subur dan kondisinya sesuai. Bila ditanam di lahan
tandus dan kondisinya tidak sesuai, pertumbuhan dan perkembangan tanaman
ini tidak akan optimal.
2. Hormon
Hormon merupakan zat yang berperan dalam mengendalikan berbagai fungsi di
dalam tubuh. Meskipun jumlahnya sedikit, hormon memberikan pengaruh nyata
dalam pengaturan berbagai proses dalam tubuh. Hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman ada beragam jenisnya.
Auksin, berperan untuk memacu proses pemanjangan, pembelahan, dan
diferensiasi sel.
Giberlin, berperan untuk pembentukan biji serta perkembangan dan
perkecambahan embrio.
Etilen, berperan untuk pematangan buah dan perontokan daun.
Sitokinin, berperan untuk pembelahan sel atau sitokenesis, seperti merangsang
pembentukan akar dan cabang tanaman.
Asam absisat, berperan untuk proses penuaan dan gugurnya daun.
Kaolin, berperan untuk proses organogenesis tanaman.
Asam traumalin, berperan untuk regenerasi sel apabila mengalami kerusakan
jaringan.
b. Faktor eksternal
1. Nutrisi
Nutrisi merupakan bahan baku dan sumber energi dalam proses metabolisme
tubuh. Kualitas dan kuantitas nutrisi akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Tanaman membutuhkan nutrisi berupa air dan zat
hara yang terlarut dalam air. Melalui proses fotosintesis, air dan karbon
dioksida diubah menjadi zat makanan. Zat hara tidak berperan langsung dalam
proses fotosintesis, namun sangat diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik.
2 . Cahaya Matahari
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.
Tanaman sangat membutuhkan cahaya matahari untuk fotosintesis. Namun
keberadaan cahaya ternyata dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan
karena cahaya dapat merusak hormon auksin yang terdapat pada ujung
batang.
3. Air dan Kelembaban
Air dan kelembaban merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan . Air sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Tanpa air, makhluk
hidup tidak dapat bertahan hidup. Air merupakan tempat berlangsungnya
reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh. Kelembaban mempengaruhi keberadaan air
yang dapat diserap oleh tanaman mengurangi penguapan. Kondisi ini sangat
mempengaruhi sekali terhadap pemanjangan sel. Kelembaban juga penting
untuk mempertahankan stabilitas bentuk sel.
4. Suhu
Suhu memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Contohnya pada padi yang ditanam pada awal musim kemarau
dimana suhu rata-rata tinggi akan lebih cepat dipanen daripada padi yang
ditanam pada musim penghujan dimana suhu rata-rata lebih rendah. Hal ini
disebabkan karena semua proses dalam pertumbuhan dan perkembangan
seperti penyerapan air, fotosintesis, penguapan, dan pernapasan pada tanaman
dipengaruhi oleh suhu.
5. Tanah
Tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan optimal bila kondisi tanah
tempat hidupnya sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan unsur hara. Kondisi
tanah ditentukan oleh faktor lingkungan lain, misalnya suhu, kandungan
mineral, air, dan derajat keasaman atau pH.
B. Percobaan mengenai pertumbuhan dan peerkembangan tumbuhan
1. Rancangan Percobaan
Perlu Anda ketahui sebelum melakukan percobaan, Anda harus membuat
rancangan percobaan. Berikut akan dipaparkan, satu contoh cara membuat
rancangan percobaan.
Misalnya, Anda saat ini telah memahami bahwa calon tanaman bisa tumbuh
jika ada cadangan
makanan, air, dan oksigen. Akan tetapi, Anda ingin membuktikannya melalui
percobaan mengenai
kebutuhan pokok calon tanaman tersebut. Oleh karena itu, Anda perlu
melakukan percobaan untuk mengetahui jawabannya.
Katalisator adalah zat yang dapat mempercepat reaksi kimia, tetapi tidak
mengalami perubahan oleh reaksi itu sendiri. Enzim-enzim tertentu
aktivitasnya perlu koenzim.
Pada umumnya enzim adalah protein 1980-an asam nukleat tertentu yang
mampu sebagai katalitik.Ribozim : RNA spesifik adalah enzim yang bukan
protein, mengkatalisis perubahan pre mRNAmenjadi mRNA masak.
Sedangkan lisozim adalah enzim yang berada di dalam organel lisosom yang
berperan dalam mencerna benda asing atau bahan yang tidak digunakan lagi
oleh sel.
Enzim merupakan protein : molekul besar t.d. sebuah rantai asam amino
atau lebih, disebut rantai polipeptida. Rangkaian asam amino menentukan
karakteristik untuk spesifisitas enzim
Enzim hampir seluruhnya adalah protein dan hampir lebih separuh jumlah
protein yang ada dalam sel adalah ENZIM
Proses biologis pada seluruh organisme hidup adalah reaksi kimia dan
kebanyakan diatur oleh enzim, tanpa enzim banyak reaksi kimia ini tidak akan
terjadi. Enzim mengkatalisa semua aspek metabolisme sel.
Sebuah molekul enzim yang khusus dapat mengubah 1.000 molekul substrat per
detik, kecepatan reaksi enzimatik meningkat dan konsentrasi substrat naik,
kecepatan yang ditentukan oleh kecepatan aktif site dapat mengubah substrat
menjadi produk. Enzim dapat meningkatkan laju reaksi sekitar 107-1013 kali lebih
cepat dari katalis non enzim
Enzim hanya disintesis oleh dan di dalam sel Enzim akan disintesis jika sel
mempunyai gen untuk enzim tersebut.
Vitamin C atau asam ascorbat harus ada didalam makanan karena tubuh tidak
mempunyai enzim yang membantu pembentukan Vit C
1. Suhu (Temperatur)
Sifat Sifat Enzim seperti Enzim bersifat termolabil, artinya aktivitas enzim
dipengaruhi oleh suhu. Aktivitas enzim akan terus meningkat sampai batas suhu
tertentu. Batas suhu tersebut dinamakan suhu optimum. Jika enzim berada di
bawah suhu optimum maka kerja enzim akan terhambat. Enzim pada suhu 0oC
atau di bawahnya brsifat nonaktif. Akan tetapi pada suhu tersebut enzim tidak
rusak.
Kenaikan suhu dapat meninkatkan akivitas enzim. Namun, jika suhu melebihi
batas optimum enzim dapat mengalami denaturasi atau kerusakan. Hal ini, akan
mengakibatkan enzim tidak dapat berfungsi sebagai katalis lagi. Contoh, enzim
manusia memiliki suhu optimum 35oC – 40oC, enzim pada bakteri yang hidup di
air panas memiliki suhu optimum 70oC atau lebih.
2. Derajat Keasaman (pH)
Karena molekul enzim pada umumnya adalah protein globular, bentuk dan
fungsinya dapat dipengaruhi oleh perubahan pH cairan di sekitarnya. Enzim
memiliki pH optimum yang dapat bersifat basa maupun asam. Sebagian besar
enzim memiliki pH optimum antara 6 – 8. Perubahan pH mengakibatkan sisi aktif
enzim berubah keefektifannya dalam membentuk kompleks enzim – substrat,
sehingga dapat menghalangi terikatnya substrat pada sisi aktif enzim.
3. Konsentrasi Enzim dan Substrat
Selain itu, perubahan pH juga mengakibatkan proses denaturasi (kerusakan)
pada enzim. Denaturasi oleh pH yang ekstrim biasanya bersifat bolak-balik,
tetapi tidak bolak-balik pada denaturasi yang terjadi karena suhu panas.
Peningkatan suhu akan meningkatkan laju tumbukan antara enzim dan molekul
substrat, sehingga akan meningkatkan laju pembentukan kompleks enzim-
substrat dan meningkatkan keceptan reaksinya.
Hal ini bertentangan dengan peningkatan denaturasi enzim pada suhu optimum
karena reaksi itu teralampaui. Akhirnya reaksi itu berhenti, kadang – kadang
hanya pada temperatur lebih dari 100oC. Contoh enzim ptialin di mulut hanya
dapat bekerja pada pH netral, enzim pepsin di lambung bekerja pada pH asam,
sedangkan enzim tripsin di usus bekerja pada pH basa.
Semakin besar konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi.
Peningkatan kecepatan reaksi akan terus bertambah hingga tercapai kecepatan
konstan yakni jika semua substrat sudah terikat oleh enzim. Konsentrasi enzim
berbanding lurus dengan kecepatan reaksi.
Bertambahnya konsentrasi substrat dalam suatu reaksi akan meningkatkan
kecepatan reaksi jika enzim dalam reaksi tersebut tetap. Namun, ketika semua
sisi aktif enzim sedang bekerja jumlah, penambahan konsentrasi substrat tidak
dapat meningkatkan kecepatan reaksi. Keadan demikian menunjukkan bahwa
kecepatan reaksi telah mencapai titik maksimum. Peningkatan kecepatan reaksi
akan terus bertambah hingga tercapai kecepatan konstan yakni jika semua enzim
mengikat substrat.
Pada setiap saat, proporsi molekul – molekul enzim yang terikat pada substrat
akan tergantung pada konsentrasi substratnya. Karena konsentrasi meningkat,
kecepatan awal dari reaksi (Vo) pada saat penambahan enzim akan meningkat
sampai suatu nilai maksimum, Vmax, pada tingkat substrat, enzim tersebut
dikatakan jenuh (seluruh sisi aktif maksimum), dan penambahan jumlah substrat
tidak akan menaikkan Vo. Nilai konsentrasi substrat pada saat Vo = ½ Vmax dikenal
dengan tetapan MICHAELS(Km) untuk reaksi substrat-enzim. Rendahnya nilai
Km menunjukkan afinitas tinggi dari enzim untuk substratnya.
Beberapa enzim (misalnya aspartase) hanya mengikat satu molekul substrat yang
sangat khusus; enzim yang lain dapat mengikat berbagai substrat lain yang
khusus untuk enzim tersebut (misalnya semua ikatan peptida terminal dalam
kasus eksopeptidase). Perbedaan itu timbul dari derajat stereospesifitas
enzimnya. Banyak yang memerlukan gugus prostetik yang menempel atau
koenzim yang dapat melebur untuk menjalankan aktivitasnya. Pada enzim –
enzim itu komponen proteinnya dinamakan apoenzim dan seluruh kompleks
enzim-kofaktor fungsional dinamakan holoenzim.
4. Zat – zat Penggiat (Aktivator)
Aktivator merupakan zat atau molekul yang berfungsi untuk memacu atau
mempercepat reaksi enzim. Contoh dari aktivator antara garam – garam dari
logam alkali dalam kondisi encer (2% – 5%), dan ion logam seperti Ca, Mg, Ni,
Mn, dan Cl. Dan ini juga merupakan Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim.
5.Zat – zat Penghambat (Inhibitor)
Inhibitor merupakan suatu molekul yang dapat menghambat aktivitas enzim.
Terdapat dua macam inhibitor enzim, yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor
nonkompetitif.
Inhibitor Kompetitif
Inhibitor kompetitif (inhibitor irreversible) merupakan molekul penghambat kerja
enzim yang bekerja dengan cara bersaing dengan sisi aktif enzim. Inhibitor
kompetitif (inhibitor irreversible) berikatan secara kuat pada sisi aktif enzim.
Pengikatan ini berlangsung bolak-balik sehingga persentase penghambatan
untuk tingkat inhibitor yang tetap menjadi berkurang kalau substratnya
ditambah.
Jadi, inhibitor kompetitif ini dapat dihilangkan dengan cara menambah
konsentrasi substrat. Contoh yang teramat penting dari pengikatan ini adalah
melibatkan enzim yang paling berlimpah, ribulose bifosfat karboksilase, enzim –
penambat CO2pada C3 fotosintesis, dalam proses ini molekul – molekul
O2 bersaing dengan molekul – molekul CO2 untuk sisi aktif dan contoh lainnya
adalah sianida yang terlarut dalam darah bersaing dengan oksigen untuk
berikatan dengan sisi aktif hemoglobin.
Inhibitor Nonkompetitif
Inhibitor yang terikat pada sisi alosetrik enzim (selain sisi aktif enzim) disebut
inhibitor nonkompetitif. Inhibitor nonkompetitif adalah molekul penghambat
kerja enzim yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada luar sisi aktif enzim,
yang dapat menyebabkan sisi aktif enzim berubah dan tidak dapat berfungsi lagi.
Sehingga substrat tidak dapat berikatan dengan sisi aktif enzim. Inhibitor ini tidak
dapat dihilangkan walaupun dengan menambahkan substrat. Contoh inhibitor
nonkompetitif yaitu Ag+, Hg2+, dan pb 2
Nama trivial enzim sudah lama dikenal masih tetap digunakan misalnya tripsin, pepsin, papain
dan lain – lain. Perkembangan tata nama enzim selanjutnya memberikan nama khusus bagi
enzim yaitu akhiran –ase pada jenis reaksi yang dikatalisnya. Misalnya enzim dehirogenase
untuk reaksi dehirogenasi, transferase untuk reaksi transfer gugus dan dekarboksilase.
Untuk perenggut CO2 akhiran –ase juga diberikan pada akhir nama substrat untuk
menunjukkan enzim hidrolitik, misalnya protease untuk penguraian protein, amylase untuk
penguraian amilum dan fosfofotase untuk penguraian ester fosfat secara hidrolitik.Tata
nama enzim yang lebih jelas dan lengkap menggunakan nama substrat dan reaksi yang di
katalisis + akhiran –ase. Misalnya enzim laktat dehydrogenase, sitokrom oksidase dan glukosa-
6-fosfatase
B. Katabolisme
Reaksi yang umum terjadi adalah reaksi oksidasi. Energi yang dilepaskan oleh
reaksi katabolisme disimpan dalam bentuk fosfat, terutama dalam bentuk ATP
(Adenosin trifosfat) dan elektron berenergi tinggi NADH2 (Nikotilamid
adenindinukleotida H2) serta FADH2 (Flavin adenin dinukleotida H2).
TAHAPAN KATABOLISME
1. Glikolisis.
2. Dekarboksilasi oksidatif.
3. Siklus asam sitrat.
4. Transpor electron.
5. Siklus krebs.
Berikut kami sediakan tabel 5 tahap katabolisme, tempat terjadi, substrat dan hasilnya. Kamu
bisa lihat di bawah:
Respirasi sel adalah metabolisme yang menghasilkan energi (dalam bentuk ATP dan NADPH)
dari molekul-molekul bahan bakar (karbohidrat, lemak dan protein).
1. Katabolisme karbohidrat
2. Katabolisme lemak
3. Katabolisme protein
Respirasi sel juga terlibat dalam pencernaan makanan. Meskipun dalam kehidupan sehari-hari
respirasi dapat diartikan sebagai pernapasan.
Namun, menurut ilmu biologi respirasi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad
hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi untuk digunakan dalam menjalankan
fungsi hidup (Wikipedia).
Istilah respirasi juga mencakup proses-proses yang tidak tercakup pada istilah pernapasan.
Respirasi sebenarnya terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu
hingga mikroorganismi uniseluler.
Pernapasan VS Respirasi
Pernapasan sangat identik dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah,
sedangkan respirasi tidak selalu melibatkan oksigen.
Proses Katabolisme
Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami senyawa energi tinggi (SET)
sebagai unit penyimpan energi kimia pada organisme hidup. Contoh SET adalah molekul
gula atau asam-asam lemak, dapat dipecah dengan bantuan enzim dan beberapa molekul
sederhana.
Karena proses ini adalah reaksi eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas
ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai
reaksi biokimia endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua
kelompok senyawa terakhir ini.
Berbagai bakteri anaerob menggunakan belerang (atau senyawanya) atau beberapa logam
sebagai oksidator. Respirasi dilakukan pada satuan sel. Proses respirasi pada organisme
eukariotik terjadi di dalam mitokondria.
1.Glikolisis
Glikolisis, pengubahan glukosa menjadi piruvat dan ATP tanpa membutuhkan oksigen.
Glikolisis adalah serangkaian reaksi biokimia di mana glukosa dioksidasi menjadi molekul
asam piruvat. Glikolisis adalah salah satu proses metabolisme yang paling umum kita kenal,
dan terjadi (dengan berbagai variasi) di banyak jenis sel dalam hampir seluruh bentuk
organisme.
Proses glikolisis sendiri menghasilkan lebih sedikit energi per molekul glukosa dibandingkan
dengan oksidasi aerobik yang sempurna. Energi yang dihasilkan disimpan dalam senyawa
organik berupa adenosine triphosphate atau yang lebih umum dikenal dengan istilah ATP
dan NADH.
Proses Gilkolisis
Jalur pentosa fosfat, pembentukan NADPH dari glukosa. Jalur pentose fosfat adalah adalah
jalur alternative metabolism glukosa. Jalur ini berlangsung di sitosol. Enzim yang terlibat
antara lain G6P, transketolase, dan transaldolase.
2. Dekarboksilasi oksidatif
Dekarboksilasi Oksidatif atau disingkat dengan DO adalah proses Perubahan
Piruvat menjadi Asetil koezim – A.
Proses ini berlangsung di membran luar mitokondria sebagai fase antara sebelum
Siklus Krebs (Pra Siklus Krebs) sehingga DO sering dimasukkan langsung dalam Siklus
krebs.
Reaksi oksidasi piruvat hasil glikolisis menjadi asetil koenzim-A, merupakan tahap reaksi
penghubung yang penting antara glikolisis dengan jalur metabolisme lingkar asam
trikarboksilat (daur Krebs).
Reaksi yang diaktalisis oleh kompleks piruvat dehidrogenase dalam matriks mitokondria
melibatkan tiga macam enzim (piruvat dehidrogenase, dihidrolipoil transasetilase, dan
dihidrolipoil dehidrogenase), lima macam koenzim (tiaminpirofosfat, asam lipoat,
koenzim-A, flavin adenin dinukleotida, dan nikotinamid adenine dinukleotida) dan
berlangsung dalam lima tahap reaksi.
Pada tahap reaksi kedua α-hidroksietil didehidrogenase menjadi asetil yang kemudian
dipindahkan dari tiamin pirofosfat ke atom S dari koenzim yang berikutnya, yaitu asam
lipoat, yang terikat pada enzim dihidrolipoil transasetilase.
Dalam hal ini gugus disulfida dari asam lipoat diubah menjadi bentuk reduksinya, gugus
sulfhidril. Pada tahap reaksi ketiga, gugus asetil dipindahkan dengan perantara enzim
dari gugus lipoil pada asam dihidrolipoat, kegugus tiol (sulfhidril pada koenzim-A).
Kemudian asetil ko-A dibebaskan dari sistem enzim kompleks piruvat dehidrogenase.
Pada tahap reaksi keempat gugus tiol pada gugus lipoil yang terikat pada dihidrolipoil
transasetilase dioksidasi kembali menjadi bentuk disulfidanya dengan enzim dihidrolipoil
dehidrogenase yang berikatan dengan FAD (flavin adenin dinukleotida).
Dekarboksilasi Oksidatif
Akhirnya (tahap reaksi kelima) FADH + (bentuk reduksi dari FAD) yang tetap terikat
pada enzim, dioksidasi kembali oleh NAD + (nikotinamid adenin dinukleotida) manjadi
FAD, sedangkan NAD + berubah menjadi NADH (bentuk reduksi dari NAD +).
3. Siklus Krebs.
Siklus Krebs
Siklus krebs adalah tahap kedua respirasi aerob. Nama siklus ini berasal dari nama orang yang
menemukan reaksi tahap kedua respirasi aerob ini, yaitu Hans Krebs. Siklus ini disebut juga
siklus asam sitrat. Siklus krebs diawali dengan adanya 2 molekul asam piruvat yang dibentuk
pada glikolisis yang meninggalkan sitoplasma masuk ke mitokondria. Sehingga, siklus krebs
terjadi di dalam mitokondria.
Dapat disimpulkan bahwa siklus krebs merupakan tahap kedua dalam respirasi aerob yang
mempunyai tiga fungsi, yaitu menghasilkan NADH, FADH2, ATP serta membentuk kembali
oksaloasetat. Oksaloasetat ini berfungsi untuk siklus krebs selanjutnya. Dalam siklus krebs,
dihasilkan 6 NADH, 2 FADH2, dan 2 ATP.
4.SistemTranspor elektron
Transpor Elektron
Transpor elektron adalah satu-satunya reaksi katabolisme yang menghasilkan karbon dioksida
(CO2).
Transpor elektron terjadi di membran dalam mitokondria, dan berakhir setelah elektron dan H+
bereaksi dengan oksigen yang berfungsi sebagai akseptor terakhir, membentuk H2O. ATP
yang dihasilkan pada tahap ini adalah 32 ATP.
Reaksinya kompleks, tetapi yang berperan penting adalah NADH, FAD, dan molekul-molekul
khusus, seperti Flavo protein, ko-enzim Q, serta beberapa sitokrom. Dikenal ada beberapa
sitokrom, yaitu sitokrom C1, C, A, B, dan A3. Elektron berenergi pertama-tama berasal dari
NADH, kemudian ditransfer ke FMN (Flavine Mono Nukleotida), selanjutnya ke Q, sitokrom
C1, C, A, B, dan A3, lalu berikatan dengan H yang diambil dari lingkungan sekitarnya. Sampai
terjadi reaksi terakhir yang membentuk H2O.
Jadi hasil akhir proses ini terbentuknya 32 ATP dan H2O sebagai hasil sampingan respirasi.
Produk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya dibuang ke luar tubuh, pada tumbuhan
melalui stomata dan melalui paru-paru pada pernapasan hewan tingkat tinggi. Ketiga proses
respirasi dapat diringkas sebagai beriku.
Fosforilasi oksidatif
Fosforilasi Oksidatif
Fosforilasi oksidatif adalah suatu lintasan metabolisme yang menggunakan energi yang
dilepaskan oleh oksidasi nutrien untuk menghasilkan ATP, dan mereduksi gas oksigen
menjadi air.
Walaupun banyak bentuk kehidupan di bumi menggunakan berbagai jenis nutrien, hampir
semuanya menjalankan fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. Lintasan ini sangat
umum digunakan karena sangat efisien untuk mendapatkan energi, dibandingkan dengan
proses fermentasi alternatif lainnya seperti glikolisis anaerobik.
Dalam proses fosforilasi oksidatif, elektron yang dihasilkan oleh siklus asam sitrat akan
ditransfer ke senyawa NAD+ yang berada di dalam matriks mitokondria. Setelah menerima
elektron, NAD+ akan bereaksi menjadi NADH dan ion H+, kemudian mendonorkan
elektronnya ke rantai transpor elektron kompleks I dan FAD yang berada di dalam rantai
transpor elektron kompleks II. FAD akan menerima dua elektron, kemudian bereaksi menjadi
FADH2 melalui reaksi redoks.
Reaksi redoks ini melepaskan energi yang digunakan untuk membentuk ATP. Pada eukariota,
reaksi redoks ini dijalankan oleh serangkaian kompleks protein di dalam mitokondria,
manakala pada prokariota, protein-protein ini berada di membran dalam sel. Enzim yang
saling berhubungan ini disebut sebagai rantai transpor elektron. Pada eukariota, lima
kompleks protein utama terlibat dalam proses ini, manakala pada prokariota, terdapat banyak
enzim-enzim berbeda yang terlibat.
Elektron yang melekat pada molekul rantai transpor elektron di sisi dalam membran
mitokondria akan menarik ion H+ menuju membran mitokondria sisi luar, disebut kopling
kemiosmotik,[4] yang menyebabkan kemiosmosis, yaitu difusi ion H+ melalui ATP sintase ke
dalam mitokondria yang berlawanan dengan arah gradien pH, dari area dengan energi
potensial elektrokimiawi lebih rendah menuju matriks dengan energi potensial lebih tinggi.
Walaupun fosforilasi oksidatif adalah bagian vital metabolisme, ia menghasilkan spesi oksigen
reaktif seperti superoksida dan hidrogen peroksida pada kompleks I. Hal ini dapat
mengakibatkan pembentukan radikal bebas, merusak sel tubuh, dan kemungkinan juga
menyebabkan penuaan. Enzim-enzim yang terlibat dalam lintasan metabolisme ini juga
merupakan target dari banyak obat dan racun yang dapat menghambat aktivitas enzim.
Fermentasi
Fermentasi adalah proses pembebasan energi tanpa oksigen.
Fermentasi Alkohol
Fermentasi Alkohol merupakan proses fermentasi yang menghasilkan alkohol sebagai produk
sampingan.
Ciri-ciri fermentasi alcohol
Sederhananya, anabolisme adalah reaksi kimia yang menyusun senyawa sederhana menjadi
senyawa yang lebih kompleks. Reaksi ini terjadi di dalam tubuh tubuh manusia
Katabolisme adalah reaksi penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana dengan bantuan enzim.
Proses ini membutuhkan energi dari luar. Energi yang diperlukan dalam reaksi anabolisme
dapat berupa energi cahaya atau energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya digunakan untuk
mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks.
Jadi, dalam proses anabolisme energi yang diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan
dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk.
Anabolisme Tahapan
1. Produksi prekursor seperti asam amino, monosakarida, dan nukleotida.
2. Aktivasi senyawa-senyawa tersebut menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP.
3. Penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein, polisakarida,
lemak dan asam nukleat.
Protein, lipid, dan karbohidrat menyusun struktur tubuh makhluk hidup, baik intraselular
maupun ekstraselular. Bila sintesis bahan-bahan ini lebih cepat dari perombakannya, maka
organisme akan tumbuh.
Fotosintesis
Pengertian Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu
glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat
hara, karbon dioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari.
Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis.
Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga
berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi.
Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut
sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam
fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan
energi.
Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis,
yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.
Daun tempat berlangsungnya fotosintesis. Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung pada
setiap sel, tetapi hanya pada sel yang mengandung pigmen fotosintetik. Sel yang tidak
mempunyai pigmen fotosintetik ini tidak mampu melakukan proses fotosintesis.
Pada percobaan Jan Ingenhousz, dapat diketahui bahwa intensitas cahaya mempengaruhi
laju fotosintesis pada tumbuhan. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan energi yang dihasilkan
oleh setiap spektrum cahaya.
Di samping adanya perbedaan energi tersebut, faktor lain yang menjadi pembeda adalah
kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya yang berbeda tersebut.
Perbedaan kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya tersebut
disebabkan adanya perbedaan jenis pigmen yang terkandung pada jaringan daun.
Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan jaringan pagar.
Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil. Pigmen ini
merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang berperan penting dalam menyerap energi
matahari.
Kloroplas terdapat pada semua bagian tumbuhan yang berwarna hijau, termasuk batang dan
buah yang belum matang. Di dalam kloroplas terdapat pigmen klorofil yang berperan dalam
proses fotosintesis. Kloroplas mempunyai bentuk seperti cakram dengan ruang yang disebut
stroma. Stroma ini dibungkus oleh dua lapisan membran. Membran stroma ini disebut tilakoid,
yang didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang disebut lokuli.
Secara keseluruhan, stroma berisi protein, enzim, DNA, RNA, gula fosfat, ribosom, vitamin-
vitamin, dan juga ion-ion logam seperti mangan (Mn), besi (Fe), maupun perak (Cu). Pigmen
fotosintetik terdapat pada membran tilakoid.
Sedangkan, pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia berlangsung dalam tilakoid
dengan produk akhir berupa glukosa yang dibentuk di dalam stroma. Klorofil sendiri
sebenarnya hanya merupakan sebagian dari perangkat dalam fotosintesis yang dikenal
sebagai fotosistem.
Struktur kloroplas
Struktur kloroplas terdiri dari sekitar 12 bagian, berikut adalah bagian-bagian dari
kloroplas:
1. Membran luar
2. Ruang antar membran
3. Membran dalam
4. Stroma
5. Lumen tilakoid (didalam tilakoid)
6. Membran tilakoid
7. Granum (kumpulan tilakoid)
8. Tilakoid (lamella)
9. Pati
10. Ribosom
11. DNA plastid
12. Plastoglobula
Fotosintesis Tumbuhan
Tumbuhan bersifat autotrof. Autotrof artinya dapat mensintesis makanan langsung dari
senyawa anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan
gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini
berasal dari fotosintesis. Perhatikan persamaan reaksi yang menghasilkan glukosa berikut ini:
Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk
menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia. Tumbuhan menangkap cahaya
menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada
tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas. klorofil menyerap cahaya
yang akan digunakan dalam fotosintesis.
Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun
sebagian besar energi dihasilkan di daun. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut
mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya akan
melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat
terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula
dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun
penguapan air yang berlebihan.
Proses Fotosintesis
Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu pengetahuan
alam utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri. Pada tumbuhan, organ utama tempa
berlangsungnya fotosintesis adalah daun.
Namun, secara umum semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan
reaksi ini. Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian stroma.
Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih
dahulu.
Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi
terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi
memerlukan karbon dioksida).
Reaksi Terang
Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di
dalam stroma.
Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan
oksigen (O2). Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.
Reaksi ini memerlukan molekul air dan cahaya matahari. Proses diawali dengan penangkapan
foton oleh pigmen sebagai antena.
Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II.
Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini optimal
menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) berisi
pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.
Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya
matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan menyebabkan muatan menjadi
tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali, PS II akan mengambil elektron dari molekul H2O
yang ada disekitarnya.
Molekul air akan dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang bertindak sebagai enzim. Hal ini
akan mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid. Dengan menggunakan elektron dari air,
selanjutnya PS II akan mereduksi plastokuinon (PQ) membentuk PQH2.
Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid.
Plastokuinon ini akan mengirimkan elektron dari PS II ke suatu pompa H+ yang disebut
sitokrom b6-f kompleks. Reaksi keseluruhan yang terjadi di PS II adalah: 2H2O + 4 foton +
2PQ + 4H- → 4H+ + O2 + 2PQH2
Sitokrom b6-f kompleks berfungsi untuk membawa elektron dari PS II ke PS I dengan
mengoksidasi PQH2 dan mereduksi protein kecil yang sangat mudah bergerak dan
mengandung tembaga, yang dinamakan plastosianin (PC). Kejadian ini juga menyebabkan
terjadinya pompa H+ dari stroma ke membran tilakoid. Reaksi yang terjadi pada sitokrom b6-f
kompleks adalah: 2PQH2 + 4PC(Cu2+) → 2PQ + 4PC(Cu+) + 4 H+ (lumen).
Elektron dari sitokrom b6-f kompleks akan diterima oleh fotosistem I. Fotosistem ini menyerap
energi cahaya terpisah dari PS II, tapi mengandung kompleks inti terpisahkan, yang menerima
elektron yang berasal dari H2O melalui kompleks inti PS II lebih dahulu. Sebagai sistem yang
bergantung pada cahaya, PS I berfungsi mengoksidasi plastosianin tereduksi dan
memindahkan elektron ke protein Fe-S larut yang disebut feredoksin.
Reaksinya adalah: 4Fd (Fe2+) + 2NADP+ + 2H+ → 4Fd (Fe3+) + 2NADPH Ion H+ yang telah
dipompa ke dalam membran tilakoid akan masuk ke dalam ATP sintase. ATP sintase akan
menggandengkan pembentukan ATP dengan pengangkutan elektron dan H+ melintasi
membran tilakoid. Masuknya H+ pada ATP sintase akan membuat ATP sintase bekerja
mengubah ADP dan fosfat anorganik (Pi) menjadi ATP.
Reaksi keseluruhan yang terjadi pada reaksi terang adalah sebagai berikut: Sinar + ADP + Pi
+ NADP+ + 2H2O → ATP + NADPH + 3H+ + O2.
Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar
CO2 dan energi (ATP dan NADPH). Energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh
dari reaksi terang.
Pada proses reaksi gelap tidak dibutuhkan cahaya matahari. Reaksi gelap bertujuan untuk
mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi molekul gula. Dari semua radiasi
matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan
untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak
(380-700 nm). Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 -
600 nm), biru (410 - 500 nm) dan violet (< 400 nm).
Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada
sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada
membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang
berbeda menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berbeda.
Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah senyawa ribulosa 1,5 bisfosfat menjadi
senyawa dengan jumlah atom karbon tiga yaitu senyawa 3-phosphogliserat. Oleh karena
itulah tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap melalui jalur ini dinamakan tumbuhan C-3.
Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada tumbuhan ini dibantu oleh enzim rubisco.
Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur Hatch-Slack disebut tumbuhan C-4 karena
senyawa yang terbentuk setelah penambatan CO2 adalah oksaloasetat yang memiliki empat
atom karbon. Enzim yang berperan adalah phosphoenolpyruvate carboxilase.
Mekanisme siklus Calvin-Benson dimulai dengan fiksasi CO2 oleh ribulosa difosfat
karboksilase (RuBP) membentuk 3-fosfogliserat. RuBP merupakan enzim alosetrik yang
distimulasi oleh tiga jenis perubahan yang dihasilkan dari pencahayaan kloroplas.
1. Reaksi dari enzim ini distimulasi oleh peningkatan pH. Jika kloroplas diberi cahaya, ion
H+ ditranspor dari stroma ke dalam tilakoid menghasilkan peningkatan pH stroma yang
menstimulasi enzim karboksilase, terletak di permukaan luar membran tilakoid.
2. Reaksi ini distimulasi oleh Mg2+, yang memasuki stroma daun sebagai ion H+, jika
kloroplas diberi cahaya.
3. Reaksi ini distimulasi oleh NADPH, yang dihasilkan oleh fotosistem I selama
pemberian cahaya.
Fiksasi CO2 ini merupakan reaksi gelap yang distimulasi oleh pencahayaan kloroplas.
Fikasasi CO2 melewati proses karboksilasi, reduksi, dan regenerasi. Karboksilasi melibatkan
penambahan CO2 dan H2O ke RuBP membentuk dua molekul 3-fosfogliserat (3-PGA).
Kemudian pada fase reduksi, gugus karboksil dalam 3-PGA direduksi menjadi 1 gugus
aldehida dalam 3-fosforgliseradehida (3-Pgaldehida).
Reduksi ini tidak terjadi secara langsung, tapi gugus karboksil dari 3-PGA pertama-tama
diubah menjadi ester jenis anhidrida asam pada asam 1,3-bifosfogliserat (1,3-bisPGA) dengan
penambahan gugus fosfat terakhir dari ATP. ATP ini timbul dari fotofosforilasi dan ADP yang
dilepas ketika 1,3-bisPGA terbentuk, yang diubah kembali dengan cepat menjadi ATP oleh
reaksi fotofosforilasi tambahan. Bahan pereduksi yang sebenarnya adalah NADPH, yang
menyumbang 2 elektron. Secara bersamaan, Pi dilepas dan digunakan kembali untuk
mengubah ADP menjadi ATP.
Pada fase regenerasi, yang diregenerasi adalah RuBP yang diperlukan untuk bereaksi dengan
CO2 tambahan yang berdifusi secara konstan ke dalam dan melalui stomata. Pada akhir
reaksi Calvin, ATP ketiga yang diperlukan bagi tiap molekul CO2 yang ditambat, digunakan
untuk mengubah ribulosa-5-fosfat menjadi RuBP, kemudian daur dimulai lagi.
Tiga putaran daur akan menambatkan 3 molekul CO2 dan produk akhirnya adalah 1,3-
Pgaldehida. Sebagian digunakan kloroplas untuk membentuk pati, sebagian lainnya dibawa
keluar. Sistem ini membuat jumlah total fosfat menjadi konstan di kloroplas, tetapi
menyebabkan munculnya triosafosfat di sitosol. Triosa fosfat digunakan sitosol untuk
membentuk sukrosa.
BAB III SUBSTANSI GENETIK
Kromosom ,Gen,DNA dalam sintensis protein
Salah satu teori tentang sel menyat,akan bahwa sel merupakan kesatuan hereditas.Hal ini
berarti sel berperan dalam pewarisan sifat makhluk hidup.pengendali faktor keturunan
pada makhluk hidup terdapat dalam kromosom yang terletak di nucleus.kromosom adalah
struktur padat yang terdiri atas dua komponen molekul,yaitu protein dan asam
nukleat.asam nukleat terdiri atas DNA dan RNA.pada DNA terdapat pada gen yang
mengatur metabolism dalam tubuh
1. Kromosom.
Kromosom merupakan badan berbentukbatang atau bengkok,mulai tampak pada saat sel akan
membelah dan selama proses pembelahan.kromosom akan tampak jelas pada bidang
ekuator.ukuran kromosom berbeda –beda untuk setiap spesies.kromosom memiliki panjang
antara 0,2-50 mikron dan diameternya antara 0,2-20 mikron.kromosom terdiri atas beberapa
bagian yaitu kromatid,kromomer,sentrometer atau kineketor,satelit,dan telomer.
1. Kromatid
Kromatid adalah bagian dari kromosom yeng berupa lengan yang saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya. Yang mengikat kedua kromatid disebut Sentromer.
2. Sentromer
Sentromer adalah pengikat dua kromatid kembar . Sentromer merupakan daerah yang
mengerut pada saat proses mitosis dan meiosis.
3. Kromomer
Kromomer adalah penebalan yang terjadi pada kromonema.
4. Kinektokor
Didalam sentromer terdapat mikrotubulus yang teediri dari struktur benang-benang halus.
Pada sentromer terdapat kinektokor, kinektokor adalah struktur yang menjadi tempat meleka
mikrotubulus.
5. Satelit
Satelit adalah bagian dari kromosom yang berbentuk bulat yang terletak di ujung kromati.
Satelit yang terdapat dalam kromosom bukan termasuk satelit luar angkasa akan tetapi satelit
yang merupakan bagian dari kromosom.
6. Telomer
Telomer adalah bagian paling ujung yeng terdapat dalam kromosom. fungsi telomer adalah
menjaga stabilitas bagian ujung kromosom dan menjaga DNA supaya tidak terurai.
Berdasarkan letak sentromernya, bentuk kromosom dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
Telosentris, kromosom telosentris hanya memiliki sebuah lengan karena sentromernya terletak pada
ujung salah satu lengan kromosom.
Metasentris. kromosom metasentris memiilki 2 buah lengan yang sama panjang, sentromernya tepat
ada di tengah.
Akrosentris, sentromernya mendekati salah satu ujung lengan kromosom (sub terminal). Lengan
yang satu, jauh lebih panjang dari lengan kromosom yang lain
Submetasentris, Lengan kromosom tidak sama panjang, sentromer terletak tidak di tengah.
Sentromer agak mendekati ujung salah satu lengan kromosom. Sentromer berada di daerah
submedian
Setiap organisme memiliki jumlah kromosom yang berbeda-beda. Organisme bersel banyak mempunyai
2 jenis kelompok sel yaitu sel somatis (sel tubuh) dan sel gamet (sel kelamin). Jumlah kromosom pada
sel gamet (sel kelamin) adalah separuh dari jumlah kromosom yang ada pada sel somatis (sel tubuh).
Sehingga sel gamet bersifat haploid (n kromosom) dan sel somatis bersifat diploid (2n kromosom).
Berdasarkan jenis selnya, kromosom dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu kromosom sel tubuh (autosom) dan
kromosom sel kelamin (gonosom). Berdasarkan tipenya, kromosom dibagi menjadi dua.
Autosom (Kromosom Tubuh). Autosom adalah kromosom tubuh dan tidak menentukan jenis kelamin.
Autosom ini mempunyai bentuk pasangan antara jantan dan betina, dan memiliki jumlah n – 1 atau 2n –
2 dengan sifatnya diploid. Autosom biasanya disimbolkan dengan A.
Gonosom (Kromosom Seks). Gonosom adalah kromosom seks yang dapat menentukan jenis kelamin.
Gonosom ini mempunyai bentuk pasangan tidak sama antara jantan dan betina, berjumlah satu pasang
dan bersifat haploid.
Jumlah kromosom sel somatis tumbuhan, hewan, dan manusia berbeda satu sama lain. Berikut ini
beberapa contoh jumlah kromosom baik hewan maupun tumbuhan.
No. Nama Jumlah Kromosom No. Nama Jumlah Kromosom
1. Anjing 78 11. Lalat buah 8
2. Ayam 78 12. Manusia 46
3. Babi 40 13. Sapi 60
4. Domba 54 14. Jagung 40
5. Ikan Mas 100 15. Pepaya 18
6. Katak 26 16. Bunga Matahari 34
7. Kuda 64 17. Ragi 34
8. Kucing 38 18. Kacang polong 14
9. Bintang laut 36 19. Bawang 16
10. Cacing tanah 36 20. Kentang 48
Ukuran Kromosom
Spesies yang berbeda memiliki ukuran kromosom yang berbeda. Pada umumnya, kromosom sel
tumbuhan lebih besar dibanding kromosom sel hewan. Ukuran kromosom tersebut kadang-kadang
berhubungan dengan jumlah kromosom. Apabila jumlah kromosomnya sedikit, biasanya kromosomnya
lebih panjang. Rata-rata ukuran panjang kromosom adalah 0,2 – 0,5μ dengan diameter 0,2 - 20μ.
Kromosom pada manusia dibedakan atas dua tipe, yaitu Autosom dan Gonosom.
Kromosom yang tidak berperan dalam mengatur jenis kelamin. dari 46 kromosom di dalam inti sel tubuh
manusia, maka yang 44 buah (22 pasang) merupakan autosom.
Sepasang kromosom yang menentukan jenis kelamin. Seks kromosom dibedakan atas 2 macam yaitu
kromosom X dan kromosom Y. Berhubungan dengan hal itu, formula kromosom untuk : Perempuan
normal memiliki 2 kromosom X yaitu 46, XX (22AAXX). Laki-laki normal memiliki satu kromosom X
dan satu kromosom Y yaitu 46, XY ( 22AAXY)
Berdasarkan ukuran (panjang), jumlah, dan bentuk kromosom maka kromosom sel somatis dapat
disusun atau diatur secara standar. Hasil penyusunan ini disebut karyotipe. Untuk memudahkan
pengaturan kromosom, dibuat pengelompokan kromosom menjadi kelompok A hingga G, berdasarkan
ukuran dan bentuk kromosom. Klasifikasi dan pemberian nomor kromosom manusia yang diputuskan
oleh Konferensi Genetika di Universitas Colorado, Denver USA pada bulan April 1960 adalah sebagai
berikut :
Kelompok A : Terdiri dari tiga pasang, merupakan kelompok kromosom besar yang berbentuk
metasentris.
Kelompok B : Terdiri dari dua pasang, merupakan kelompok kromosom sedang yang berbentuk
submetesentris.
Kelompok C : Terdiri dari tujuh pasang, merupakan kelompok kromosom sedang yang berbentuk
submetasentris.
Kelompok D : Terdiri dari tiga pasang, merupakan kelompok kromosom kecil yang berbentuk
akrosentrik dan memiliki satelit.
Kelompok E : Terdiri dari tiga pasang, merupakan kelompok kromosom kecil yang berbentuk
submetasentris.
Gen adalah unit informasi genetik yang terdapat pada lokus dan memenuhi kromosom
sebagai zarah yang kompak.Gen memiliki beberapa sifat, antara lain:
Fungsi Gen
Lokasi gen
Thomas Hunt Morgan (1911) berhasil menemukan bahwa gen terdapat pada setiap segmen
atau lokus kromosom. Gen A, B, C, D, E terletak pada satu kromosom, sementara gen a, b, c,
d, e terletak pada satu kromosom yang lain. Kedua kromosom ini merupakan kromosom
homolog. Gen A berpasangan dengan gen a dan menempati lokus yang bersesuaian pada
kromosom homolog, bekerja untuk menunjukkan sifat-sifat alternatif sesamanya sehingga A dan
a disebut alela.
Alela adalah pasangan alternatif gen untuk menentukan sifat keturunan. Dalam satu lokus tidak
selalu hanya terkandung satu macam pasangan alternatif gen. Apabila dalam lokus yang
bersesuaian pada kromosom homolog terdapat lebih dari satu pasang gen, maka keadaan
demikian disebut alela ganda. Contoh sifat yang dikendalikan oleh alela ganda adalah golongan
darah dan warna kulit.
DNA adalah materi genetik yang membawa informasi yang dapat diturunkan. Di dalam sel manusia
DNA dapat ditemukan di dalam inti sel dan di dalam mitokondria. DNA terdiri atas tiga komponen
dasar, yakni
Replikasi DNA
Replikasi DNA adalah kemampuan DNA untuk membentuk atau mensintesis DNA
sendiri. DNA hasil replikasi akan diwariskan pada sel anakan pada proses
pembelahan sel sehingga dua sel anakan yang dihasilkan memiliki informasi
genetik yang sama. Ada tiga hipotesisis yang menjelaskan replikasi DNA,
yaitu konservatif, semikonservatif, dan dispersif. Penejelasan detail mengenai
replikasi DNA silahkan dibaca: Proses, Teori, dan Model Replikasi DNA LENGKAP
DNA dapat bersifat autokatalis, yaitu dapat menggandakan dirinya, juga dapat
bersifat heterokatalis, yaitu DNA mampu mensintesis molekul lainnya seperti
RNA. Berdasarkan dua sifat tersebut, maka DNA berfungsi sebagai:
RNA (Ribonucleic Acid) adalah materi genetik yang terdapat di dalam inti,
sitoplasma, dan matriks plastida. RNA adalah rantai tunggal yang tersusun dari
gula ribosa, fosfat, dan basa nitrogen yang terdiri atas purin (adenin dan guanin)
serta pirimidin (sitosin dan urasil). RNA merupakan rantai nukleotida,
molekulnya lebih kecil daripada DNA dan berperan dalam síntesis protein.
Berdasarkan tempat dan fungsinya, RNA dibedakan menjadi:
RNA duta (RNAd) atau messenger RNA (RNAm), dibentuk DNA jika diperlukan.
RNAd ini merupakan RNA terpanjang dan terbesar dan berperan sebagai pola
cetakan untuk membentuk polipeptida dengan jalan mengatur urutan asam
amino untuk membentuk protein. Pada rantai RNAd terdapat kode-kode genetik
berupa urutan basa nitrogen yang disebut kodon. RNAd berfungsi
menyampaikan informasi genetik dalam bentuk kode genetik ke ribosom.
1 RNA transfer (RNAt), dibentuk di inti dan terdapat di sitoplasma. RNAt mempunyai rantai terpendek
diantara jenis RNA lainnya. RNAt berfungsi mengikat dan mengangkut asam amino ke ribosom dan
menerjemahkan (translasi).
2 RNA ribosom (RNAr), dihasilkan oleh nukleolus dan merupakan RNA yang berada pada ribosom. RNAr
dibentuk oleh gen-gen khusus yang terdapat pada nukleolus, berfungsi menyusun asam amino menjadi
protein.
Perbedaan DNA dan RNA
SINTESIS PROTEIN
Sintesis protein adalah peristiwa penyusunan protein dengan bahan dasar asam
amino yang bertujuan untuk mendapatkan protein struktural dan protein
fungsional. Protein struktural digunakan oleh sel untuk menyusun membran sel
dan sebagai bahan pembangun atau menggantikan sel-sel yang rusak. Protein
fungsional yang dihasilkan dari sintesis protein berupa enzim dan hormon yang
berfungsi untuk metabolisme dan pertumbuhan serta perkembangan sel. Enzim
yang dibutuhkan dalam sintesis protein berupa:
1.RNA polymerase berfungsi saat transkripsi untuk memutuskan ikatan hidrogen
yang menghubungkan antara rantai double heliks DNA.
2.Aminoasil sintetase berfungsi pada saat pengikatan asam amino di sitoplasma
oleh RNAt. Pengikatan asam amino oleh RNAt juga membutuhkan energi (ATP)
untuk mengaktifkan asam amino sehingga dapat diikat oleh RNAt.
3Secara garis besar, proses sintesis protein terjadi melalui dua tahap
yaitu (1) Transkripsi adalah proses pencetakan RNAm oleh DNA. Pada tahap ini,
RNAm berfungsi sebagai pembawa informasi yang merupakan kode-kode
genetik atau kodon. DNA berfungsi sebagai perancang pola penyusunan protein.
Pada proses transkripsi tidak ada perubahan dalam kode; (2) Translasi adalah
proses penerjemahan kode-kode oleh RNAt, berupa urutan asam-asam amino
yang dikehendaki. Jadi, pada proses translasi terjadi perubahan dalam kode,
yaitu urutan nukleotida ke urutan asam amino.
1.RNAm keluar dari nukleus menuju ribosom, rantai DNA menutup lagi. Ribosom
memberikan permukaan yang sesuai untuk melekatnya RNAm.
2.RNAt yang berada pada sitoplasma mengikat asam amino yang sesuai. RNAt yang sudah
mengikat asam amino kemudian menuju ribosom dan melekatkan antikodonnya pada RNAm
yang sesuai pula satu per satu. Pada saat antikodon menempel pada kodon yang sesuai,
antikodon mengalami penerjemahan (translasi) asam-asam amino, yang selanjutnya akan
disusun membentuk protein tertentu.
3.Ribosom menerima asam amino dari RNAt hasil penerjemahan dan digabungkan dengan
ikatan peptida untuk menjadi suatu protein tertentu. Penyusunan asam amino dengan ikatan
péptida (polipeptida = banyak) dilaksanakan oleh RNAr.
4.Kode genetik merupakan kode dengan menggunakan huruf sebagai lambang basa nitrogen
(A, T, G, S) untuk menamai bermacam-macam asam amino di dalam tubuh. Kode genetik
tersusun atas tiga macam basa nitrogen, sehingga disebut kode triplet.
Beberapa hal yang berkaitan dengan penulisan kode genetik, antara lain:
Pembelahan sel adalah suatu proses yang membagi satu sel induk menjadi dua
atau lebih sel anak dengan cara membelah diri,baik organisme uniseluler
maupun multiseluler . pembelahan sel pada organisme uniseluler merupakan
suatu cara bagi organisme tersebut untuk melestarikan jenisnya.sementara
itu,pembelahan sel bagi organisme multiseluler menyebabkan pertumbuhan
dan perkembangan organisme.selain itu, pembelahan sel pada organisme
multiseluler juga menghasilkan sel-sel gamet yang bermanfaat untuk
perkembangbiakan secara generative.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan perbedaan antara pembelahan Mitosis dengan Mieosis
:
No. Kriteria Perbedaan Mitosis Meiosis
1. Lokasi pembelahan Sel-sel tubuh dan sel gonad Sel gonad/ sel
kelamin
2. Jumlah pembelahan Satu kali Dua kali
3. Jumlah sel anak hasil Satu sel induk menghasilkan dua Satu sel induk
pembelahan sel anak menghasilkan 4 sel
anak
4. Jumlah kromosom anak Diploid (2n) diploid (2n) Diploid (2n) haploid
(n)
5. Pindah silang Tidak terjadi Terjadi pada profase
I
6. Komponen genetik Sama dengan induk Berbeda
dengan induk
7. Tujuan Pertumbuhan dan regenerasi Reduksi kromosom
yaitu pembentukan
gamet
1. Hukum mendel
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang
dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel (1822-1884) dalam karyanya 'Percobaan mengenai
Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
1.Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel,
dan
2.Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal
sebagai Hukum Kedua Mendel.
a. Hukum I Mendel.
Hukum Mendel I diperoleh dari hasil perkawinan monohibrid, yaitu persilangan
dengan satu sifat beda. Mendel melakukan persilangan antara tanaman ercis biji
bulat dengan tanaman ercis biji berkerut (perhatikan Gambar 5.3). Hasilnya
semua keturunan F1 berupa tanaman ercis biji bulat. Selanjutnya dilakukan
persilangan antarketurunan F1 untuk mendapatkan keturunan F2. Pada
keturunan F2 didapatkan perbandingan fenotip kira-kira 3 biji bulat : 1 biji
berkerut.
Sifat intermediat dapat dilihat pada penyerbukan silang tanaman bunga pukul empat
(Mirabilis jalapa). Jika serbuk sari berasal dari tanaman homozigot berbunga merah (MM)
disilangkan ke putik tanaman homozigot berbunga putih (mm), semua keturunan F1 berbunga
merah muda (Mm).
Perbandingan genotip MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1
b. Hukum Mendel II
Persilangan dihibrid
Perbandingan genotip dan fenotip F2 dapat Anda amati dalam Tabel berikut.
Contoh persilangan dihibrid yang lain misalnya pada tanaman bunga pukul
empat. Tanaman bunga pukul empat ada yang berdaun lebar (LL) dan ada yang
berdaun sempit (II), dan yang berdaun sedang bersifat heterozigot (Ll).
Bunganya ada yang berwarna merah (MM), ada yang putih (mm), dan ada yang
merah muda (Mm). Jika tanaman berdaun sempit-bunga putih disilangkan
dengan tanaman berdaun lebar-bunga merah, tanaman F1 bersifat intermediat
berdaun sedang dan berbunga merah muda. Tanaman F2 akan memperlihatkan
16 kombinasi genotip maupun fenotip dengan perbandingan 1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1
: 2 : 1.
Perbandingan genotip dan fenotip dapat Anda amati dalam Tabel berikut.
2. Perkawinan Resiprokal.
Perkawinan balik (back cross) adalah perkawinan antara individu F1 dengan salah
satu induknya, induk betina atau jantan. Back cross berguna untuk mencari
genotip induk.
Uji silang adalah perkawinan antara individu F1 (hibrid) dengan individu yang
dobel resesif atau homozigot resesif. Test cross berguna untuk mengetahui
apakah suatu individu bergenotip homozigot (galur murni) atau heterozigot.
Perkawinan test cross menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1 : 1. Jika
hasil keturunan F1 menghasilkan perbandingan fenotip 1 : 1, berarti individu
yang diuji bergenotip heterozigot. Sebaliknya, jika test cross 100% berfenotip
sama, berarti individu yang diuji bersifat homozigot (galur murni).
5. Alel Ganda
Alel adalah gen-gen yang terletak pada lokus yang sama (bersesuaian) dalam
kromosom homolog. Alel merupakan anggota dari sepasang gen yang memiliki
pengaruh berlawanan.Jadi, alel adalah gen-gen yang terletak pada lokus yang
sama dan menentukan sifat yang sama atau hampir sama. Misalnya T
menentukan sifat tinggi pada batang, sedangkan t menentukan batang pendek
maka T dan t merupakan alel. Namun, seandainya m merupakan gen yang
menentukan warna putih pada bunga maka T dan m bukan alel. Apabila sebuah
lokus dalam sebuah kromosom ditempati oleh beberapa alel atau suatu seri alel
maka dinamakan alel ganda. Contoh alel ganda yaitu pewarisan golongan darah
pada manusia dan pada rambut kelinci.
Alel ganda pada kelinci terdapat pada gen penentu warna rambut.
Gen Kh :kelinci himalaya berwarna putih, ujung hidung, ujung telinga, ekor, dan
kaki berwarna kelabu gelap.
2.
Penyimpangan terhadap hukum mendel
a. Penyimpangan semu
Dalam kondisi normal, persilangan monohibrida menghasilkan perbandingan
individu keturunan 3 : 1 atau 1 : 2 : 1, dan persilangan dihibrida menghasilkan
individu keturunan 9 : 3 : 3 : 1. Dalam prakteknya, hasil persilangan Mendel dapat
menghasilkan perbandingan individu yang tidak tepat. Pada persilangan dihibrida,
dapat dihasilkan perbandingan yang merupakan variasi dari perbandingan 9 : 3 : 3
: 1 yaitu 12 : 3 : 1; 9 ; 7 atau 15 : 1. Meskipun demikian, perbandingan tersebut
tetap mengikuti aturan Hukum Mendel. Oleh karena itu, hasil perbandingan
tersebut dikatakan sebagai penyimpangan semu Hukum Mendel.
Kalian tentunya masih ingat tentang istilah epikotil (epi = di atas) dan hipokotil (hipo = di
bawah) bukan? Istilah tersebut dapat dianalogkan dengan epistasis dan hipostasis. Dalam hal
ini, epistasis adalah sebuah atau sepasang gen yang menutupi atau mengalahkan ekspresi gen
lain yang tidak selokus (sealel). Bagaimana dengan Hipostasis? Hipostasis adalah gen yang
tertutupi oleh sebuah atau sepasang gen lain yang tidak selokus (yang bukan alelnya).Epistasis
dibedakan menjadi tiga, yaitu epistasis dominan, epistasis resesif, dan epistasis dominan resesif.
Nah, agar kalian lebih memahami perbedaannya, perhatikanlah contoh berikut.
1. Epistasis Dominan
Epistasis dominan terjadi pada persilangan umbi lapis bawang berwarna merah dengan umbi
berwarna kuning. Gen A menyebabkan umbi berwarna merah dan gen B menyebabkan umbi
berwarna kuning. Persilangan tersebut dapat dilihat di bawah ini.
2.Kriptomeri
Lantas dari manakah warna ungu tersebut timbul? Dari hasil penelitian plasma
sel, ternyata warna merah disebabkan oleh adanya pigmen antosianin dalam
lingkungan asam. Dalam lingkungan basa, pigmen ini akan memberikan warna
ungu. Jika di dalam plasma tidak terdapat pigmen antosianin, baik di dalam
lingkungan asam atau basa, maka akan terbentuk warna putih. Faktor A, apabila
mengandung pigmen antosianin dalam plasma sel dan faktor a jika tidak ada
antosianin dalam plasma sel. Faktor B, apabila kondisi basa dan b dalam kondisi
asam. Sifat A dominan terhadap a dan sifat B dominan terhadap sifat b. Oleh
karena itu, tanaman yang berbunga merah disimbolkan dengan Aabb atau AAbb,
sedangkan tanaman yang berbunga putih disimbolkan dengan aaBB atau aabb.
Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa bunga merah memiliki antosianin
di mana dalam lingkungan plasma sel bersifat asam. Sedangkan bunga putih
tidak memiliki antosianin di mana lingkungan plasma sel bersifat basa. Apabila
kedua tanaman tersebut saling disilangkan, dapat dilihat pada diagram berikut.
3. Polimeri.
Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan tentang kriptomeri. Selanjutnya, kalian
akan mempelajari tentang polimeri. Apakah perbedaan antara keduanya? Untuk
dapat menjawabnya, simaklah uraian berikut.
Kapankah peristiwa polimeri dapat terjadi? Peristiwa ini terjadi pada pewarisan,
warna kulit manusia. Warna kulit disebabkan oleh zat warna kulit (pigmen). Jika
faktor pigmen kulit manusia dilambangkan dengan P, genotip orang berkulit
putih p1p1 p2p2 p3p3.
Apabila pria kulit putih menikah dengan wanita kulit hitam (negro), maka
keturunan F1 akan mempunyai kulit mulad (coklat sawo matang), yang
berfenotip P1p1P2p2P3p3. Derajat kehitaman kulit bergantung pada banyaknya
faktor pigmen P.
5. Atavisme
Pada proses miosis, kromosom yang telah mengganda akan ditarik menuju kutup
yang berlawanan. Apabila kedua gen terletak dalam kromosom yang sama dan
berdekatan, maka kedua gen tersebut akan ditarik menuju kutup yang sama.
Perhatikanlah bagan di bawah ini.
Gen G dan L terletak pada kromosom yang sama dan letaknya berdekatan,
begitu pula dengan gen g dan l. Sehingga gen G dan L tidak akan terpisah ketika
terjadi meiosis, demikian juga yang terjadi pada gen g dan l.
C.Pindah Silang.
Pindah silang merupakan peristiwa saling bertukarnya lengan kromosom
homolog (memiliki bentuk dan ukuran sama) saat profase meiosis I karena
letaknya yang sangat berdekatan. Saat profase meiosis I, kromosom
homolog yang masing-masingnya telah mengganda akan saling menempel dan
membentuk tetrad. Tetrad adalah keadaan dimana kromosom homolog yang
telah mengganda saling menempel pada bagian sentromer sehingga nampak
seperti empat kromosom yang bersatu.
Kromosom homolog membentuk persilangan lengan sehingga dapat saling bertukar lengan.
Kromosom awal yang berisi gen G dan L akan bertukar lengan dengan kromosom homolognya
yang berisi gen g dan l. Hal ini menyebabkan munculnya kromosom rekombinan yang berisi
gen G dan l, serta g dan L. Titik persilangan antar dua kromosom tersebut dinamakan dengan
kiasma.
D. Gagal Berpisah
kromosom yang telah mengganda akan ditarik menuju kutup yang berlawanan.
Kromosom tersebut ditarik oleh benang spindel yang menempel pada bagian
sentromer. Normalnya, kromosom akan terpisah secara merata ketika ditarik
menuju kutup yang berlawanan. Satu kopian kromosom akan ditarik ke arah
tertentu dan kopian yang lain akan ditarik ke arah yang berlawanan. Namun
kadang kala ada kejadian dimana benang spindel tidak mampu menarik
kromosom sehingga kromosom yang telah mengganda tertarik semua ke salah
satu kutup. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penambahan atau
pengurangan kromosom pada gamet yang terbentuk.Apabila peristiwa gagal
berpisah ini hanya terjadi pada satu atau sedikit kromosom saja, akan
menghasilkan kelainan yang disebut aneuploidi, yaitu penambahan atau
pengurangan jumlah kromosom. Gamet manusia yang normalnya berjumlah 23
dapat bertambah menjadi 24, dan bisa berkurang hanya 22 pada gamet lainnya.
Namun apabila peristiwa ini erjadi pada seluruh set kromosom, akan
menghasilkan kelainan yang disebut euploid, yaitu penambahan set kromosom.
Gamet yang terbentuk dapat memiliki 46 kromosom karena semua kromosom
yang telah mengganda tidak berpisah. Pembahasan tentang aneuploidi dan
euploidi akan saya jelaskan lebih lanjut dalam artikel tentang mutasi.
Pada proses pembentukan gamet, petani memberikan zat kimia kolkisin untuk
memicu peristiwa gagal berpisah. Gagal berpisah akan menyebabkan gamet yang
terbentuk bersifat diploid (2n). Apabila gamet diploid ini dikawinkan (disatukan)
dengan gamet haploid (1n) akan menghasilkan keturunan triploid (3n). Individu
triploid pada tumbuhan biasanya memiliki buah besar dan tidak berbiji yang
sangat diminati oleh pasar. Buah semangka tanpa biji merupakan hasil rekayasa
dengan kolkisin yang telah banyak beredar dipasaran.
P2 : XMY x XMXm
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa gen yang menyebabkan warna mata
pada lalat terdapat pada kromosom X. Mata merah disebabkan gen dominan M,
dan mata putih disebabkan gen resesif m. Hasil persilangan pada F, induk jantan
yang bermata putih mewariskan gen m pada anak betina, sedangkan induk
betina yang bermata merah mewariskan gen M pada anak jantan.
F. Gen Letal
Gen letal (gen kematian) adalah gen yang dalam keadaan homozigotik atau
homozigot menyebabkan matinya individu. Berhubungan dengan itu hadirnya
gen letal pada suatu individu menyebabkan perbandingan fenotip dalam
keturunan menyimpang dari hukum Mendel.
Gen dominan C bila homozigotik CC berakibat letal, sehingga perkawinan 2 ekor ayam Creeper
akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan 2 Creeper : 1 Normal
Contoh:
P ♀ Cc x ♂ Cc
Creeper Creeper
F1 CC = Letal
Cc = Creeper
Cc = Creeper
cc = Normal
b. Tikus kuning
Perkawinan dua ekor tikus kuning menghasilkan keturunan dengan perbandingan 2 kuning : 1
hitam.
Contoh:
P ♀ AYa x ♂ AYa
Kuning Kuning
F1:AYAY = Letal
AYa = Kuning
AYa = Kuning
Aa = Hitam
a. Albino
Genotipe : Aa Aa
P Gamet : A, a A, a
F1
Gamet A a
A AA Aa
a Aa aa
1 AA : normal (25%)
2 Aa : normal heterozigot (50%)
1 aa : albino (25%)
Pada perkawinan dua orang yang normal, heterozigot dapat menghasilkan keturunan albino.
Hal ini disebabkan kedua orang tuanya mempunyai gen resesif yang akan bergabung
membentuk gen resesif homozigot (aa). Orang tua yang terlihat normal tetapi dapat
menurunkan albino kepada anaknya ini disebut “carrier”.
B. Brakidaktili
Brachydaktili adalah keadaan seseorang yang mempunyai jarijari pendek atau
tidak normal. Hal ini terjadi karena pendeknya tulang-tulang pada ujung jari dan
tumbuh menjadi satu.Gen yang menyebabkan penyakit ini adalah gen dominan
(B) yang bersifat letal. Oleh karena itu, individu yang memiliki genotipe
homozigot dominan (BB) akan mengalami kematian. Adapun penyakit
brakidaktili disebabkan oleh genotipe heterozigot (Bb). Keadaan genotipe
homozigot resesif (bb) merupakan individu normal.
Genotipe : Bb Bb
P Gamet : B, b B, b
F1
Gamet B b
B BB Bb
b Bb bb
1 BB : meninggal (25%)
2 Bb : brakidaktili (50%)
1 aa : normal (25%)
C. Fenilketonuria
Gangguan mental atau cacat mental merupakan kelainan yang diwariskan dari
kedua orangtuanya. Beberapa gangguan mental yang diketahui adalah imbisil,
debil, dan idiot. Ciri-ciri dari penderita gangguan mental, antara lain warna
rambut dan kulit kekurangan pigmen, bereaksi lamban, tidak berumur panjang,
dan biasanya IQ rendah.
Salah satu penyebab gangguan mental adalah rusaknya sistem saraf akibat kadar
asam fenilpiruvat yang tinggi dalam tubuh, atau biasanya disebut fenilketonuria
(FKU). FKU disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mensintesis enzim
yang dapat mengubah fenilalanin menjadi asam amino tiroksin. Produksi enzim
tersebut dikendalikan oleh gen dominan. Oleh karena itu, seorang anak yang
memiliki gen homozigot resesif tidak bisa memproduksi enzim tersebut.
normal normal
Fenotipe : heterozigot X heterozigot
Genotipe : Aa Aa
P Gamet : A, a A, a
F1
Gamet A a
A AA Aa
a Aa aa
1 AA : normal (25%)
2 Aa : normal heterozigot atau carrier FKU (50%)
1 aa : gangguan mental FKU (25%)
D. Polidaktili
Penderita polidaktili memiliki jumlah jari tangan dan kaki lebih dari normal.
Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosom dominan P,
sedangkan gen p untuk normal. Hal ini terjadi karena kelainan ditentukan oleh
autosom, ekspresi gen yang terjadi berbeda sehingga lokasi tambahan jari
berbeda. Misalnya seorang laki-laki penderita polidaktili menikah dengan
seorang wanita polidaktili heterozigot pula.
polidaktili polidaktili
Fenotipe : heterozigot X heterozigot
Genotipe : Pp Pp
P Gamet : P, p P, p
F1
Gamet P p
P PP Pp
p Pp pp
E.Diabetes Mellitus
Alel resesif atau dominan pada kromosom X juga dapat menentukan terjadinya
kelainan pada individu keturunan manusia. Pada manusia, telah dikenal lebih
dari 150 sifat keturunan yang kemungkinan disebabkan oleh gen-gen tertaut
kromosom X. Beberapa kelainan, terutama akibat alel resesif pada kromosom X
tersebut adalah:
1) Buta Warna
Kita mengenal penyakit buta warna sebagai cacat bawaan yang dibawa mulai
lahir. Ada beberapa golongan penyakit buta warna pada manusia. Buta warna
total, orang ini benar-benar hanya dapat membedakan warna hitam dan putih
saja dan tidak dapat melihat warna lainnya. Buta warna parsial, orang yang
menderita kelainan buta warna parsial ini tidak mampu untuk membedakan
beberapa warna tertentu, seperti warna hijau, biru, atau merah.
Kelainan buta warna disebabkan oleh gen yang terpaut pada gonosom X dan
bersifat resesif. Kehadiran gen Xcb ini pada kondisi heterozigot pada wanita
hanya akan menyebabkan ia sebagai carrier dan jika pada pria kehadiran gen
Xcb akan menyebabkan buta warna.
Gamet : Xcb, X X, Y
F1
Gamet X Y
X XX XY
2) Hemofilia
Hemofilia merupakan suatu kelainan yang menyebabkan terhambatnya proses pembekuan darah. Oleh
karena itu, apabila seseorang yang memiliki kelainan ini terluka, akan mengakibatkan kehabisan darah
yang lebih cepat sehingga dapat menyebabkan kematian. Hemofilia menyebabkan tidak terbentuknya
faktor antihemofilia yang diperlukan untuk pemecahan trombosit menjadi trombokinase pada proses
pembekuan darah. Gen penyebab hemofilia ini terkait dengan gonosom X dan bersifat resesif.
Pada kondisi homozigot resesif, hemofilia bersifat letal bagi wanita sehingga hampir tidak ada wanita
yang mengalami penyakit hemofilia. Contoh kasus hemofilia dapat kita lihat pada perkawinan antara
seorang ibu normal heterozigot dan suami normal berikut ini.
Genotipe : XbX XY
P Gamet : Xb , X X, Y
F1
Gamet X Y
Xb XbX Xb Y
X XX XY
3. Anodontia
Anodontia merupakan kelainan pada seseorang yang tidak mempunyai benih gigi
pada rahangnya, sehingga gigi tidak dapat tumbuh selamanya. Kelainan ini
banyak ditemukan pada pria. Menurut para ahli, penderita anodontia juga
menunjukkan ciri seperti berambut jarang dan susah berkeringat. Gen resesif
penyebab anodontia adalah a, sehingga pewarisan sifatnya juga seperti pada
buta warna.
F1
Gamet XA Y
XA XAXA XAY
Xa XAXa X aY
Karena yang mempunyai kromosom Y hanya pria, maka kelainan ini hanya
dialami oleh pria saja. Agar lebih mudah dalam mempelajari kelainan oleh alel
resesif pada gonosom Y, simak tabel berikut.
Alel
Kelainan resesif Ciri-ciri Keterangan
Rambut tumbuh
pada bagian-bagian
tertentu di tepi Sering dijumpai di India dan
Hypertrichosis H daun telinga. Pakistan
3.Sistem rhesus
Jika terjadi perkawinan Wanita bergolongan darah RH- (Rhesus negatif) dengan
Laki laki RH +(Rhesus +) maka akan terjadi kasus Erythroblastosis Fetalis pada
janin yang ke 2 sehingga meninggal dunia ,
sedang anak Pertamanya Selamat karena zat anti rhesus yang dibuat ibu untuk
adaptif terhadap gangguan zat anti anak Rh+ yang dikandungnya belum banyak
dan anak itu sudah lahir .
BAB VI MUTASI
1. Pengertian mutasi
Mutasi adalah perubahan susunan atau struktur materi genetis pada suatu
individu yang menyebabkan terjadinya perubahan sifat (fenotif). Individu yang
megalami mutasi di sebut mutan. Perubahan sifat pada mutan dapat di turunkan
dan tidak dapat di turunkan tergantung pada jenis mutasi yang terjadi.
2. Macam-macam mutasi
A.Macam-macam mutasi berdasarkan letak sel yang mengalami mutasi terdiri atas:
a. Mutasi Somatik
Mutasi ini terjadi pada sel-sel tubuh dan dampaknya hanya dirasakan pada individu tersebut
dan tidak diturunkan. Faktor-faktor yang menyebabkan mutasi somatik, antara lain sinar
radioaktif, sinar ultraviolet, dan obat-obatan atau zat-zat yang bersifat mutagenik.
Ketika seorang ibu mengandung janinnya, kemudian minum obat yang bersifat mutagenik
atau terkena sinar radioaktif maka hal ini dapat berpengaruh terhadap janinnya, yang akan
menyebabkan cacat bawaan ketika lahir. Mutasi seperti ini dapat terjadi pada zigot maupun
embrio. Apabila terjadinya mutasi pada saat berupa zigot dampaknya akan lebih besar
dibandingkan dengan pada saat berupa embrio.
Pada sel-sel dewasa mutasi juga dapat terjadi di antaranya disebabkan oleh sinar ultraviolet
dan zat-zat tertentu yang bersifat mutagenik. Dampak dari mutasi yang sering ditemukan pada
orang dewasa adalah terjadinya sel-sel kanker, yaitu suatu keadaan sel-sel tubuh yang
membelah lebih cepat
dan tidak terkontrol sehingga dapat mengganggu fungsi jaringan tubuh lainnya. Sinar
ultraviolet dapat mengakibatkan kanker kulit. Zat-zat aditif, misalnya pewarna, perasa dan
pengawet buatan yang berada pada makanan dalam jumlah tertentu juga dapat berpengaruh
terhadap terbentuknya sel-sel kanker.
2. Mutasi gametik
Mutasi gametik germinal adalah mutasi yang terjadi pada sel gamet. Karena terrjadinya di sel
gamet, maka akan diwariskan oleh keturunannya. Mutasi gametik disebut mutasi germinal.
Bila mutasi tersebut menghasilkan sifat dominan, akan terekspresi pada keturunannya. Bila
resesif maka ekspresinya akan tersembunyi.
1) Mutasi autosomal
Mutasi sel kelamin yang terjadi pada kromosom autosom. Mutasi jenis ini menghasilkan
mutasi yang dominan dan mutasi yang resesif.
2) Mutasi tertaut kelamin
Mutasi sel kelamin yang terjadi pada kromosom seks (kromosom kelamin), berupa tertautnya
beberapa gen dalam kromosom kelamin
Pada mutasi gen tidak terjadi perubahan lokus, bentuk maupun jumlah kromosom, tetapi
menimbulkan perubahan pada m-RNA, dan akibatnya dapat mengubah protein pada sintesis
protein sehingga dapat menghasilkan fenotip yang berbeda.
a. Subtitusi (pertukaran), adalah peristiwa pertukaran atau pergantian basa nitrogen penyusun
DNA, yang dibedakan menjadi:
1)Transisi adalah pergantian basa nitrogen sejenis, misalnya antara basa purin
dengan purin atau pirimidin dengan pirimidin. Contoh: A – T diganti menjadi G –
S, S – G menjadi T – A.
2) Tranversi adalah pergantian basa nitrogen yang tidak sejenis,
misalnya pergantian basa nitrogen purin dengan pirimidin atau sebaliknya.
Contoh: T – A diganti menjadi A – T, G – S menjadi S – G.
3) Sindrom Down, penderita memiliki kromosom 2n + 1, kariotipe = 45A + XX atau 45A + XY.
Trisomi terjadi pada autosom, pada kromosom nomor 21. Penderita menunjukkan gejala kaki
pendek, mata sipit, berjalan lambat. Hal ini disebutmongolisme.
4) Sindom Patau, Penderita memiliki kromosom 2n + 1, kariotipe = 45A + XX atau 45A + XY.
Trisomi pada autosom yang dapat terjadi pada kromosom nomor 13, 14, atau 15. Penderita
menunjukkan gejala berkepala relatif lebih kecil, mata kecil, telinga rendah dan buruk, tuli, ada
kelainan jantung.
2. Mutagen Kimia: bahan kimia penyebab mutasi adalah pestisida (DDT, BHC, TEM), nitrogen
mustrad, hidroksil amino (NH2OH), asam nitrit
(HNO2), etil metana sulfonat, etil etansulfonat, siklamat (pemanis buatan), akridrin (zat
pewarna buatan).
3. Mutagen Fisika: bahan fisika yang dapat menyebabkan mutasi. Contoh: unsur radioaktif
(torium, uranium), radiasi sinar X, sinar (α, β, γ).