Anda di halaman 1dari 108

MAKALAH

RINGKASAN MATERI BIOLOGI SEMESTER GANJIL


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas remedial mata pelajaran BIOLOGI

Disusun oleh:
1. ELIN YULIANTY

2. FAUSIANI INDAH LESTARI

3. RANI ROSALINDA DAYANA

KELAS XII IPA

SMAS MUHAMMADIYAH SAMBAS

TAHUN PELAJARAN 2018


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘alamin,Segala puji bagi Allah SWT Tuhan


Semesta Alam.Atas segala karunia nikmatnya,kami dapat menyusun
makalah ini dengan sebaik fakta.Makalah yang berjudul Materi biologi
semester ganjil kelas XII ini dapat disampaikan dengan
maksimal,tanpa ada halangan yang berarti.Makalah ini dirancang
untuk memenuhi tugas akhir semester ganjil oleh Ibu KHARUNISSA
S.Pd.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………
1.LATAR BELAKANG……………………………………………………………………………………………………….

2.RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………

BAB I PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN…………………………………………….

BAB II METABOLISME…………………………………………………………………………………..

BAB III SUBSTANSI GENETIK…………………………………………………………………………

BAB IV PEMBELAHAN SEL……………………………………………………………………………..

BAB V POLA HEREDITAS………………………………………………………………………………..

BAB VI MUTASI……………………………………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………

Daftar pustaka………………………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN

Biologi ialah ilmu alam tentang makhluk hidup atau kajian saintifik
tentang kehidupan. Sebagai ilmu,biologi mengkaji berbagai
persoalan yang berkaitan dengan berbagai penomena kehidupan
makhluk hidup pada berbagai tingkat organisasi kehidupan dan
tingkat interaksinya dengan faktor lingkungannya pada dimensi
ruang dan waktu.Biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari
produk dan proses.Produk biologi terdiri atas
fakta,konsep,prinsip,teori,hukum dan postulat yang berkaitan
dengan kehidupan makhluk hidup beserta interaksinya dengan
lingkungan. Dari segi proses maka biologi memiliki ketrampilan
proses yaitu,mengamati dengan indera,menggolongkan atau
mengelompokkan,menerapkan konsep atau prinsip,menggunakan
alat dan bahan,berkomunikasi,berhipotesis,menafsirkan
data,melakukan percobaan dan mengajukan pertanyaan.

1. Latar belakang

Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran,khususnya mata


pelajaran BIOLOGI sebagai pengaplikasian siswa dalam
melaksanakan tanggung jawab dan kewajibannya

2. Maksud dan Tujuan

Untuk mempermudah kegiatan belajar mengajar siswa,yaitu agar


makalah ini dijadikan sumber panduan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB 1 Pertumbuhan dan perkembangan
StandarKompetensi:
1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia

Kompetensi Dasar:
1.1 Menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk
hidup
1.2 Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia
Peta kosep
Setiap makhluk hidup mengalami pertumbuhan dan perkembangan.proses
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup terjadi secara beriringan.pada
tumbuhan berbiji,dapat diawali dengan adanya perkecambahan biji

1. Pengertian tumbuhan dan perkembangan.

Pertumbuhan adalah proses bertambahnya ukuran (diantaranya volume


,massa, dan tinggi)pada makhluk hidup.contoh pertambahan tinggi batang
dan jumlah daun.pertumbuhan ini bersifat irreversible(tidak dapat dibalik).

Pertumbuhan terjadi karena adanya pertambahan jumlah sel dan pembesaran

sel.Proses ini terjadi akibat pembelahan mitosis pada jaringan yang bersifat
meristematis,contoh pada ujung batang.pada pembelahan tersebut,dari satu sel
akan dihasilkan dua sel anakan dengan sifat genetik yang sama dengan
induknya.pertumbuhan juga merupakamn proses kuantitatif,artinya dapat
diukur dan dinyatakan dengan auksanometer.Auksanometer berfumgssi untuk
mengukur kecepatan bertambahnya panjang batang tanaman

Berdasarkan letak kotiledon pada saat berkecambah,ada dua tipe


perkecambahan,yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hypogeal.
a.Perkecambahan epigeal
Ciri utama tipe perkecambahan ini ditandai dengan terangkatnya kotiledon ke
atas permukaan tanah perhatikan gambar 1.3 Hal ini dikarenakan terjadi
pemanjangan bagian hipokotil yaitu ruas batang dibawah kotiledon.kotiledon
dan plumula/bakal daun terdorong ke permukaan tanah.perkecambahan tipe ini
pada umumnya terjadi pada biji tanaman dicotyledoneae,contoh pada kacang
hijau dan kacang kedelai.

Gambar 1.3 perkecambahan epigeal


b.Perkecambahan Hipogeal
Ciri utama tipe perkecambahan hypogeal ditandai dengan tertinggalnya kotiledon
didalam tanah,perhatikan gambar 1.4 pada perkecambahan hypogeal,bagian
yang mengalami pemanjangan adalah ruas batang diatas kotiledon atau disebut
epikotil sehingga bakal daun atau plumula menembus tanah dan kotiledon tetap
didalam tanah.perkecambahan hypogeal terjadi pada biji tumbuhan
monocotyledone ,contohnya pada jagung dan padi,serta beberapa jenis
tumbuhan dicotyledone,contohnya kacang kapri.

1. PERTUMBUHAN PRIMER

Pertumbuhan primer terjadi karena adanya aktivitas di jaringan


apikal (meristematik primer). Pertumbuhan ini terjadi secara bertahap di
tiga daerah. Yaitu daerah pembelahan (proliferasi), pemanjangan (elongasi),
dan daerah diferensiasi.

1. Daerah pembelahan, berada di bagian ujung akar dan ujung batang.


2. Daerah pemanjangan, terletak setelah daerah pembelahan. Di daerah ini,
sel akan mengalami pemanjangan dan pembesaran. Akibatnya, tumbuhan
pun akan menjadi lebih besar dari sebelumnya.
3. Daerah diferensiasi, daerah yang sel-selnya mengalami perubahan fungsi
menjadi jaringan yang lebih kompleks. Seperti misalnya: epidermis,
korteks, xylem, floem, dan sklerenkim
2. PERTUMBUHAN SEKUNDER

Pertumbuhan sekunder terjadi akibat adanya aktivitas di jaringan


kambium (meristematik sekunder). Pembelahan kambium ke arah luar akan
membentuk floem sekunder. Sementara pembelahan ke arah dalam, akan
membentuk xylem sekunder.Pohon-pohon yang ada di sekitar kita diameternya
menjadi lebar. Nah, pertumbuhan sekunder ini penyebabnya. Pembelahan pada
jaringan kambium ini akan menyebabkan terjadinya pelebaran batang,
pembentukan lingkaran tahun, serta jari-jari empulur.

2. faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada


tumbuhan.

a. faktor internal

1. Gen
Gen merupakan substansi pembawa sifat yang diturunkan dari induk ke generasi
selanjutnya. Gen mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup dimana pada
tanaman mempengaruhi bentuk tubuh, warna bunga, dan rasa buah. Gen juga
menentukan kemampuan metabolisme sehingga sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Tanaman yang memiliki
gen tumbuh yang baik akan tumbuh dan berkembang cepat sesuai dengan
periodenya.
Meskipun faktor dari gen sangat penting, namun faktor ini bukan satu-satunya
yang menentukan pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Di samping
itu ada faktor lingkungan yang ikut berpengaruh. Misalnya pada tanaman yang
memiliki sifat unggul, hanya dapat tumbuh dengan cepat, berbuah lebat, dan
rasanya manis di lahan yang subur dan kondisinya sesuai. Bila ditanam di lahan
tandus dan kondisinya tidak sesuai, pertumbuhan dan perkembangan tanaman
ini tidak akan optimal.
2. Hormon
Hormon merupakan zat yang berperan dalam mengendalikan berbagai fungsi di
dalam tubuh. Meskipun jumlahnya sedikit, hormon memberikan pengaruh nyata
dalam pengaturan berbagai proses dalam tubuh. Hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman ada beragam jenisnya.
Auksin, berperan untuk memacu proses pemanjangan, pembelahan, dan
diferensiasi sel.
Giberlin, berperan untuk pembentukan biji serta perkembangan dan
perkecambahan embrio.
Etilen, berperan untuk pematangan buah dan perontokan daun.
Sitokinin, berperan untuk pembelahan sel atau sitokenesis, seperti merangsang
pembentukan akar dan cabang tanaman.
Asam absisat, berperan untuk proses penuaan dan gugurnya daun.
Kaolin, berperan untuk proses organogenesis tanaman.
Asam traumalin, berperan untuk regenerasi sel apabila mengalami kerusakan
jaringan.
b. Faktor eksternal
1. Nutrisi
Nutrisi merupakan bahan baku dan sumber energi dalam proses metabolisme
tubuh. Kualitas dan kuantitas nutrisi akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Tanaman membutuhkan nutrisi berupa air dan zat
hara yang terlarut dalam air. Melalui proses fotosintesis, air dan karbon
dioksida diubah menjadi zat makanan. Zat hara tidak berperan langsung dalam
proses fotosintesis, namun sangat diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik.
2 . Cahaya Matahari
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.
Tanaman sangat membutuhkan cahaya matahari untuk fotosintesis. Namun
keberadaan cahaya ternyata dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan
karena cahaya dapat merusak hormon auksin yang terdapat pada ujung
batang.
3. Air dan Kelembaban
Air dan kelembaban merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan . Air sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Tanpa air, makhluk
hidup tidak dapat bertahan hidup. Air merupakan tempat berlangsungnya
reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh. Kelembaban mempengaruhi keberadaan air
yang dapat diserap oleh tanaman mengurangi penguapan. Kondisi ini sangat
mempengaruhi sekali terhadap pemanjangan sel. Kelembaban juga penting
untuk mempertahankan stabilitas bentuk sel.
4. Suhu
Suhu memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Contohnya pada padi yang ditanam pada awal musim kemarau
dimana suhu rata-rata tinggi akan lebih cepat dipanen daripada padi yang
ditanam pada musim penghujan dimana suhu rata-rata lebih rendah. Hal ini
disebabkan karena semua proses dalam pertumbuhan dan perkembangan
seperti penyerapan air, fotosintesis, penguapan, dan pernapasan pada tanaman
dipengaruhi oleh suhu.
5. Tanah
Tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan optimal bila kondisi tanah
tempat hidupnya sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan unsur hara. Kondisi
tanah ditentukan oleh faktor lingkungan lain, misalnya suhu, kandungan
mineral, air, dan derajat keasaman atau pH.
B. Percobaan mengenai pertumbuhan dan peerkembangan tumbuhan
1. Rancangan Percobaan
Perlu Anda ketahui sebelum melakukan percobaan, Anda harus membuat
rancangan percobaan. Berikut akan dipaparkan, satu contoh cara membuat
rancangan percobaan.
Misalnya, Anda saat ini telah memahami bahwa calon tanaman bisa tumbuh
jika ada cadangan
makanan, air, dan oksigen. Akan tetapi, Anda ingin membuktikannya melalui
percobaan mengenai
kebutuhan pokok calon tanaman tersebut. Oleh karena itu, Anda perlu
melakukan percobaan untuk mengetahui jawabannya.

Apabila Anda ingin melakukan percobaan mengenai pengaruh cadangan


makanan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, maka yang perlu anda siapkan adalah
sebagai berikut.

1) Menentukan teknik atau cara percobaan yang akan dilakukan


Contoh:
Menyiapkan 30 kecambah yang sudah muncul radikulanya. 30 kecambah
tersebut diberi perlakuan seperti berikut.
a) 10 kecambah dipotong salah satu kotiledonnya, lihat Gambar 1.10(a)
b) 10 kecambah dipotong kedua kotiledonnya, lihat Gambar 1.10 (b)
c) 10 kecambah kotiledonnya dibiarkan, lihat Gambar 1.10 (c)
2) Menentukan alat dan bahan yang diperlukan
Contoh:

Percobaan di atas memerlukan alat dan bahan pada Gambar 1.11.


BAB II METABOLISME
A. peran enzim dalam metabolisme.
Apa itu enzim? Definisi Enzim adalah biokatalis berupa zat organik
(protein) yang dihasilkan oleh jaringan yang meningkatkan laju reaksi kimia
atau mengaktifkan senyawa lain secara spesifik.

Katalisator adalah zat yang dapat mempercepat reaksi kimia, tetapi tidak
mengalami perubahan oleh reaksi itu sendiri. Enzim-enzim tertentu
aktivitasnya perlu koenzim.

Struktur enzim = Bagian Enzim

1. Komponen utama enzim adalah protein


( disebut apoenzim) Apoenzim disebut juga apoprotein
2. Komponen bukan protein disebut gugus prostetik yang terdiri dari
koenzim dan ko-faktor. Gugus prostetik Jika berupa zat organik
disebut Koenzim. Sedangkan jika bahan berupa
anorganik disebut kofaktor. Sedangkan gabungan dari Apoenzim dan
koenzim disebut holoenzim. Koenzim atau kofaktor yang terikat sangat
kuat bahkan terikat den gan ikatan kovalen dengan enzim. Koenzim
(Kosubstrat = substrat kedua) merupakan senyawa organik non protein
diperlukan untuk kerjanya enzim tertentu biasanya berupa vitamin B
kompleks yang telah mengalami perubahan struktur. Koenzim
memiliki berat molekul rendah. stabil terhadap pemanasan. terikat enzim
secara non kovalen. Contoh koenzim : tiamin piroposfat, coenzim
A, pirodoksal posfat,dll. Contoh ko-faktor: Fe2+, Mg2+, Cu2+, Zn2+ dll
3. Sisi aktif enzim (active site) yaitu bagian dari enzim tempat
menempelnya/berikatan subtrat.

Pada umumnya enzim adalah protein 1980-an asam nukleat tertentu yang
mampu sebagai katalitik.Ribozim : RNA spesifik adalah enzim yang bukan
protein, mengkatalisis perubahan pre mRNAmenjadi mRNA masak.
Sedangkan lisozim adalah enzim yang berada di dalam organel lisosom yang
berperan dalam mencerna benda asing atau bahan yang tidak digunakan lagi
oleh sel.

Karakeristik Enzim / Sifat-sifat Enzim


1. Enzim tidak berubah masuk ke dalam reaksi kimia dan bertindak hanya sebagai
katalisator.
2. Komponen utamanya adalah protein
3. Enzim merupakan senyawa yang jauh lebih kecil sehingga reaksi dapat
berlangsung didalam sel, Seperti halnya protein lain, enzim memiliki BM antara
12,000 – 1 juta kilodalton.
4. Dalam proses katalisis suatu reaksi, enzim bereaksi terlebih dahulu dengan
substrat sehingga terbentuklah senyawa baru atau kompleks enzim substrat.
Kerja enzim menggunakan prinsip : Enzyme + Substrate = Product +
Enzyme ( E + S ----- ES ------ E + P)
5. Enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi. Enzim tidak mengubah
keseimbangan yang konstan pada reaksi kimia tersebut, enzim ini hanya
meningkatkan kecepatan dimana reaksi mendekati keseimbangan.
6. Enzim mempunyai sifat spesifitas yang menyebabkan enzim sangat memilih
substrat yang akan dikenali, diikat dan diolah lebih lanjut.

Enzim merupakan protein : molekul besar t.d. sebuah rantai asam amino
atau lebih, disebut rantai polipeptida. Rangkaian asam amino menentukan
karakteristik untuk spesifisitas enzim

Enzim hampir seluruhnya adalah protein dan hampir lebih separuh jumlah
protein yang ada dalam sel adalah ENZIM

Proses biologis pada seluruh organisme hidup adalah reaksi kimia dan
kebanyakan diatur oleh enzim, tanpa enzim banyak reaksi kimia ini tidak akan
terjadi. Enzim mengkatalisa semua aspek metabolisme sel.
Sebuah molekul enzim yang khusus dapat mengubah 1.000 molekul substrat per
detik, kecepatan reaksi enzimatik meningkat dan konsentrasi substrat naik,
kecepatan yang ditentukan oleh kecepatan aktif site dapat mengubah substrat
menjadi produk. Enzim dapat meningkatkan laju reaksi sekitar 107-1013 kali lebih
cepat dari katalis non enzim
Enzim hanya disintesis oleh dan di dalam sel Enzim akan disintesis jika sel
mempunyai gen untuk enzim tersebut.
Vitamin C atau asam ascorbat harus ada didalam makanan karena tubuh tidak
mempunyai enzim yang membantu pembentukan Vit C

Peran dan fungsi enzim dalam tubuh


• Enzim berperan penting dalam proses pencernaan
• Enzim berperan dalam metabolisme antara
• Berperan dalam percepatan reaksi dan merombak molekul yang lebih besar
menjadi molekul yang lebih kecil atau sebaliknya
• Berperan sebagai alat diagnostik
• Berperanan dalam pengobatan

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim

1. Suhu (Temperatur)
Sifat Sifat Enzim seperti Enzim bersifat termolabil, artinya aktivitas enzim
dipengaruhi oleh suhu. Aktivitas enzim akan terus meningkat sampai batas suhu
tertentu. Batas suhu tersebut dinamakan suhu optimum. Jika enzim berada di
bawah suhu optimum maka kerja enzim akan terhambat. Enzim pada suhu 0oC
atau di bawahnya brsifat nonaktif. Akan tetapi pada suhu tersebut enzim tidak
rusak.
Kenaikan suhu dapat meninkatkan akivitas enzim. Namun, jika suhu melebihi
batas optimum enzim dapat mengalami denaturasi atau kerusakan. Hal ini, akan
mengakibatkan enzim tidak dapat berfungsi sebagai katalis lagi. Contoh, enzim
manusia memiliki suhu optimum 35oC – 40oC, enzim pada bakteri yang hidup di
air panas memiliki suhu optimum 70oC atau lebih.
2. Derajat Keasaman (pH)
Karena molekul enzim pada umumnya adalah protein globular, bentuk dan
fungsinya dapat dipengaruhi oleh perubahan pH cairan di sekitarnya. Enzim
memiliki pH optimum yang dapat bersifat basa maupun asam. Sebagian besar
enzim memiliki pH optimum antara 6 – 8. Perubahan pH mengakibatkan sisi aktif
enzim berubah keefektifannya dalam membentuk kompleks enzim – substrat,
sehingga dapat menghalangi terikatnya substrat pada sisi aktif enzim.
3. Konsentrasi Enzim dan Substrat
Selain itu, perubahan pH juga mengakibatkan proses denaturasi (kerusakan)
pada enzim. Denaturasi oleh pH yang ekstrim biasanya bersifat bolak-balik,
tetapi tidak bolak-balik pada denaturasi yang terjadi karena suhu panas.
Peningkatan suhu akan meningkatkan laju tumbukan antara enzim dan molekul
substrat, sehingga akan meningkatkan laju pembentukan kompleks enzim-
substrat dan meningkatkan keceptan reaksinya.
Hal ini bertentangan dengan peningkatan denaturasi enzim pada suhu optimum
karena reaksi itu teralampaui. Akhirnya reaksi itu berhenti, kadang – kadang
hanya pada temperatur lebih dari 100oC. Contoh enzim ptialin di mulut hanya
dapat bekerja pada pH netral, enzim pepsin di lambung bekerja pada pH asam,
sedangkan enzim tripsin di usus bekerja pada pH basa.
Semakin besar konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi.
Peningkatan kecepatan reaksi akan terus bertambah hingga tercapai kecepatan
konstan yakni jika semua substrat sudah terikat oleh enzim. Konsentrasi enzim
berbanding lurus dengan kecepatan reaksi.
Bertambahnya konsentrasi substrat dalam suatu reaksi akan meningkatkan
kecepatan reaksi jika enzim dalam reaksi tersebut tetap. Namun, ketika semua
sisi aktif enzim sedang bekerja jumlah, penambahan konsentrasi substrat tidak
dapat meningkatkan kecepatan reaksi. Keadan demikian menunjukkan bahwa
kecepatan reaksi telah mencapai titik maksimum. Peningkatan kecepatan reaksi
akan terus bertambah hingga tercapai kecepatan konstan yakni jika semua enzim
mengikat substrat.
Pada setiap saat, proporsi molekul – molekul enzim yang terikat pada substrat
akan tergantung pada konsentrasi substratnya. Karena konsentrasi meningkat,
kecepatan awal dari reaksi (Vo) pada saat penambahan enzim akan meningkat
sampai suatu nilai maksimum, Vmax, pada tingkat substrat, enzim tersebut
dikatakan jenuh (seluruh sisi aktif maksimum), dan penambahan jumlah substrat
tidak akan menaikkan Vo. Nilai konsentrasi substrat pada saat Vo = ½ Vmax dikenal
dengan tetapan MICHAELS(Km) untuk reaksi substrat-enzim. Rendahnya nilai
Km menunjukkan afinitas tinggi dari enzim untuk substratnya.
Beberapa enzim (misalnya aspartase) hanya mengikat satu molekul substrat yang
sangat khusus; enzim yang lain dapat mengikat berbagai substrat lain yang
khusus untuk enzim tersebut (misalnya semua ikatan peptida terminal dalam
kasus eksopeptidase). Perbedaan itu timbul dari derajat stereospesifitas
enzimnya. Banyak yang memerlukan gugus prostetik yang menempel atau
koenzim yang dapat melebur untuk menjalankan aktivitasnya. Pada enzim –
enzim itu komponen proteinnya dinamakan apoenzim dan seluruh kompleks
enzim-kofaktor fungsional dinamakan holoenzim.
4. Zat – zat Penggiat (Aktivator)
Aktivator merupakan zat atau molekul yang berfungsi untuk memacu atau
mempercepat reaksi enzim. Contoh dari aktivator antara garam – garam dari
logam alkali dalam kondisi encer (2% – 5%), dan ion logam seperti Ca, Mg, Ni,
Mn, dan Cl. Dan ini juga merupakan Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim.
5.Zat – zat Penghambat (Inhibitor)
Inhibitor merupakan suatu molekul yang dapat menghambat aktivitas enzim.
Terdapat dua macam inhibitor enzim, yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor
nonkompetitif.
Inhibitor Kompetitif
Inhibitor kompetitif (inhibitor irreversible) merupakan molekul penghambat kerja
enzim yang bekerja dengan cara bersaing dengan sisi aktif enzim. Inhibitor
kompetitif (inhibitor irreversible) berikatan secara kuat pada sisi aktif enzim.
Pengikatan ini berlangsung bolak-balik sehingga persentase penghambatan
untuk tingkat inhibitor yang tetap menjadi berkurang kalau substratnya
ditambah.
Jadi, inhibitor kompetitif ini dapat dihilangkan dengan cara menambah
konsentrasi substrat. Contoh yang teramat penting dari pengikatan ini adalah
melibatkan enzim yang paling berlimpah, ribulose bifosfat karboksilase, enzim –
penambat CO2pada C3 fotosintesis, dalam proses ini molekul – molekul
O2 bersaing dengan molekul – molekul CO2 untuk sisi aktif dan contoh lainnya
adalah sianida yang terlarut dalam darah bersaing dengan oksigen untuk
berikatan dengan sisi aktif hemoglobin.

 Inhibitor Nonkompetitif

Inhibitor yang terikat pada sisi alosetrik enzim (selain sisi aktif enzim) disebut
inhibitor nonkompetitif. Inhibitor nonkompetitif adalah molekul penghambat
kerja enzim yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada luar sisi aktif enzim,
yang dapat menyebabkan sisi aktif enzim berubah dan tidak dapat berfungsi lagi.
Sehingga substrat tidak dapat berikatan dengan sisi aktif enzim. Inhibitor ini tidak
dapat dihilangkan walaupun dengan menambahkan substrat. Contoh inhibitor
nonkompetitif yaitu Ag+, Hg2+, dan pb 2

5. Tata nama enzim

Nama trivial enzim sudah lama dikenal masih tetap digunakan misalnya tripsin, pepsin, papain
dan lain – lain. Perkembangan tata nama enzim selanjutnya memberikan nama khusus bagi
enzim yaitu akhiran –ase pada jenis reaksi yang dikatalisnya. Misalnya enzim dehirogenase
untuk reaksi dehirogenasi, transferase untuk reaksi transfer gugus dan dekarboksilase.
Untuk perenggut CO2 akhiran –ase juga diberikan pada akhir nama substrat untuk
menunjukkan enzim hidrolitik, misalnya protease untuk penguraian protein, amylase untuk
penguraian amilum dan fosfofotase untuk penguraian ester fosfat secara hidrolitik.Tata
nama enzim yang lebih jelas dan lengkap menggunakan nama substrat dan reaksi yang di
katalisis + akhiran –ase. Misalnya enzim laktat dehydrogenase, sitokrom oksidase dan glukosa-
6-fosfatase
B. Katabolisme

Katabolisme adalah reaksi penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang


lebih sederhana dengan bantuan enzim.
Berbeda dengan anabolisme yang memerlukan energi. Proses katabolisme justru
menghasilkan energi dalam bentuk ATP yang biasa digunakan organisme untuk
beraktivitas. Dari pengertian katabolisme diatas, salah satu contoh reaksi
katabolisme yang terjadi dalam tubuh adalah nasi yang kita makan sehari-hari.

Nasi mengandung karbohidrat dan karbohidrat diubah menjadi energi dalam


bentuk ATP melalui reaksi katabolisme.

Katabolisme mempunyai dua fungsi..

Pertama, menyediakan bahan baku untuk sintesis molekul lain.

Dan kedua, menyediakan energi kimia yang dibutuhkan untuk melakukan


aktivitas sel.

Reaksi yang umum terjadi adalah reaksi oksidasi. Energi yang dilepaskan oleh
reaksi katabolisme disimpan dalam bentuk fosfat, terutama dalam bentuk ATP
(Adenosin trifosfat) dan elektron berenergi tinggi NADH2 (Nikotilamid
adenindinukleotida H2) serta FADH2 (Flavin adenin dinukleotida H2).
TAHAPAN KATABOLISME

Secara umum, tahap katabolisme terdiri dari 5 tahap, yaitu:

1. Glikolisis.
2. Dekarboksilasi oksidatif.
3. Siklus asam sitrat.
4. Transpor electron.
5. Siklus krebs.
Berikut kami sediakan tabel 5 tahap katabolisme, tempat terjadi, substrat dan hasilnya. Kamu
bisa lihat di bawah:

Tabel 5 Tahapan Katabolisme


No Tahap Tempat Substrat Hasil

1 Glikolisis Sitoplasma C6H12O6 2 ATP, 2 Asam


piruvat, 2 NADH

2 Dekarboksilasi oksidatif Mitokondria Asam piruvat Asetil CO-A

3 Siklus asam sitrat Matriks mitokondria Asetil CO-A NADH2 + ATP

4 Transpor elektron Membran dalam NADH2 dan FADH2 30 ATP + 4 ATP +


mitokondria H2O + CO2

5 Siklus Krebs Matriks mitokondria Glukosa 34 ATP

Contoh lain katabolisme adalah respirasi sel.

Respirasi sel adalah metabolisme yang menghasilkan energi (dalam bentuk ATP dan NADPH)
dari molekul-molekul bahan bakar (karbohidrat, lemak dan protein).

Respirasi mencakup reaksi katabolisme berikut:

1. Katabolisme karbohidrat
2. Katabolisme lemak
3. Katabolisme protein
Respirasi sel juga terlibat dalam pencernaan makanan. Meskipun dalam kehidupan sehari-hari
respirasi dapat diartikan sebagai pernapasan.

Namun, menurut ilmu biologi respirasi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad
hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi untuk digunakan dalam menjalankan
fungsi hidup (Wikipedia).

Istilah respirasi juga mencakup proses-proses yang tidak tercakup pada istilah pernapasan.

Respirasi sebenarnya terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu
hingga mikroorganismi uniseluler.

Pernapasan VS Respirasi
Pernapasan sangat identik dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah,
sedangkan respirasi tidak selalu melibatkan oksigen.

Proses Katabolisme

Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami senyawa energi tinggi (SET)
sebagai unit penyimpan energi kimia pada organisme hidup. Contoh SET adalah molekul
gula atau asam-asam lemak, dapat dipecah dengan bantuan enzim dan beberapa molekul
sederhana.

Karena proses ini adalah reaksi eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas
ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai
reaksi biokimia endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua
kelompok senyawa terakhir ini.

Kebanyakan respirasi yang dapat disaksikan manusia memerlukan oksigen sebagai


oksidatornya. Reaksi yang demikian ini disebut sebagai respirasi aerob. Namun demikian,
banyak proses respirasi yang tidak melibatkan oksigen, yang disebut respirasi anaerob.
Yang paling biasa dikenal orang adalah dala m proses pembuatan alkohol oleh khamir
Saccharomyces cerevisiae.

Berbagai bakteri anaerob menggunakan belerang (atau senyawanya) atau beberapa logam
sebagai oksidator. Respirasi dilakukan pada satuan sel. Proses respirasi pada organisme
eukariotik terjadi di dalam mitokondria.

1.Glikolisis

Glikogenolisis, perubahan glikogen menjadi glukosa. Glikogenolisis adalah lintasan


metabolisme yang digunakan oleh tubuh, selain glukoneogenosis, untuk menjaga
keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma darah untuk menghindari simtoma
hipoglisemia. Pada glikogenolisis, glikogen digradasi berturut-turut dengan 3 enzim, glikogen
fosforilase, glukosidase, fosfoglukomutase, menjadi glukosa. Hormon yang berperan pada
lintasan ini adalah glukagon dan adrenalin.

Glikolisis, pengubahan glukosa menjadi piruvat dan ATP tanpa membutuhkan oksigen.
Glikolisis adalah serangkaian reaksi biokimia di mana glukosa dioksidasi menjadi molekul
asam piruvat. Glikolisis adalah salah satu proses metabolisme yang paling umum kita kenal,
dan terjadi (dengan berbagai variasi) di banyak jenis sel dalam hampir seluruh bentuk
organisme.

Proses glikolisis sendiri menghasilkan lebih sedikit energi per molekul glukosa dibandingkan
dengan oksidasi aerobik yang sempurna. Energi yang dihasilkan disimpan dalam senyawa
organik berupa adenosine triphosphate atau yang lebih umum dikenal dengan istilah ATP
dan NADH.
Proses Gilkolisis

Lintasan glikolisis yang paling umum adalah lintasan Embden-Meyerhof-Parnas (bahasa


Inggris: EMP pathway), yang pertama kali ditemukan oleh Gustav Embden, Otto Meyerhof dan
Jakub Karol Parnas. Selain itu juga terdapat lintasan Entner–Doudoroff yang ditemukan oleh
Michael Doudoroff dan Nathan Entner terjadi hanya pada sel prokariota, dan berbagai lintasan
heterofermentatif dan homofermentatif.

Jalur pentosa fosfat, pembentukan NADPH dari glukosa. Jalur pentose fosfat adalah adalah
jalur alternative metabolism glukosa. Jalur ini berlangsung di sitosol. Enzim yang terlibat
antara lain G6P, transketolase, dan transaldolase.
2. Dekarboksilasi oksidatif
Dekarboksilasi Oksidatif atau disingkat dengan DO adalah proses Perubahan
Piruvat menjadi Asetil koezim – A.

Jadi, hasil dekarboksilasi oksidatif adalah asetil koenzim A (Asetil CO-A).

Proses ini berlangsung di membran luar mitokondria sebagai fase antara sebelum
Siklus Krebs (Pra Siklus Krebs) sehingga DO sering dimasukkan langsung dalam Siklus
krebs.

Reaksi oksidasi piruvat hasil glikolisis menjadi asetil koenzim-A, merupakan tahap reaksi
penghubung yang penting antara glikolisis dengan jalur metabolisme lingkar asam
trikarboksilat (daur Krebs).

Reaksi yang diaktalisis oleh kompleks piruvat dehidrogenase dalam matriks mitokondria
melibatkan tiga macam enzim (piruvat dehidrogenase, dihidrolipoil transasetilase, dan
dihidrolipoil dehidrogenase), lima macam koenzim (tiaminpirofosfat, asam lipoat,
koenzim-A, flavin adenin dinukleotida, dan nikotinamid adenine dinukleotida) dan
berlangsung dalam lima tahap reaksi.

Keseluruhan reaksi dekarboksilasi ini irreversibel, dengan ∆ G 0 = - 80 kkal per


mol. Reaksi ini merupakan jalan masuk utama karbohidrat kedalam daur Krebs. Tahap
reaksi pertama dikatalis oleh piruvat dehidrogenase yang menggunakan tiamin pirofosfat
sebagai koenzimnya. Dekarboksilasi piruvat menghasilkan senyawa α-hidroksietil yang
terkait pada gugus cincin tiazol dari tiamin pirofosfat.

Pada tahap reaksi kedua α-hidroksietil didehidrogenase menjadi asetil yang kemudian
dipindahkan dari tiamin pirofosfat ke atom S dari koenzim yang berikutnya, yaitu asam
lipoat, yang terikat pada enzim dihidrolipoil transasetilase.

Dalam hal ini gugus disulfida dari asam lipoat diubah menjadi bentuk reduksinya, gugus
sulfhidril. Pada tahap reaksi ketiga, gugus asetil dipindahkan dengan perantara enzim
dari gugus lipoil pada asam dihidrolipoat, kegugus tiol (sulfhidril pada koenzim-A).

Kemudian asetil ko-A dibebaskan dari sistem enzim kompleks piruvat dehidrogenase.
Pada tahap reaksi keempat gugus tiol pada gugus lipoil yang terikat pada dihidrolipoil
transasetilase dioksidasi kembali menjadi bentuk disulfidanya dengan enzim dihidrolipoil
dehidrogenase yang berikatan dengan FAD (flavin adenin dinukleotida).
Dekarboksilasi Oksidatif

Akhirnya (tahap reaksi kelima) FADH + (bentuk reduksi dari FAD) yang tetap terikat
pada enzim, dioksidasi kembali oleh NAD + (nikotinamid adenin dinukleotida) manjadi
FAD, sedangkan NAD + berubah menjadi NADH (bentuk reduksi dari NAD +).

3. Siklus Krebs.

Siklus Krebs

Siklus krebs adalah tahap kedua respirasi aerob. Nama siklus ini berasal dari nama orang yang
menemukan reaksi tahap kedua respirasi aerob ini, yaitu Hans Krebs. Siklus ini disebut juga
siklus asam sitrat. Siklus krebs diawali dengan adanya 2 molekul asam piruvat yang dibentuk
pada glikolisis yang meninggalkan sitoplasma masuk ke mitokondria. Sehingga, siklus krebs
terjadi di dalam mitokondria.

Tahapan Siklus Krebs


1. Asam piruvat dari proses glikolisis, selanjutnya masuk ke siklus krebs setelah bereaksi
dengan NAD+ (Nikotinamida adenine dinukleotida) dan ko-enzim A atau Ko-A, membentuk
asetil Ko-A. Dalam peristiwa ini, CO2 dan NADH dibebaskan. Perubahan kandungan C
dari 3C (asam piruvat) menjadi 2C (asetil ko-A).
2. Reaksi antara asetil Ko-A (2C) dengan asam oksalo asetat (4C) dan terbentuk asam sitrat
(6C). Dalam peristiwa ini, Ko-A dibebaskan kembali.
3. Asam sitrat (6C) dengan NAD+ membentuk asam alfa ketoglutarat (5C) dengan
membebaskan CO2.
4. Peristiwa berikut agak kompleks, yaitu pembentukan asam suksinat (4C) setelah bereaksi
dengan NAD+ dengan membebaskan NADH, CO2 dan menghasilkan ATP setelah
bereaksi dengan ADP dan asam fosfat anorganik.
5. Asam suksinat yang terbentuk, kemudian bereaksi dengan FAD (Flarine Adenine
Dinucleotida) dan membentuk asam malat (4C) dengan membebaskan FADH2.

Dapat disimpulkan bahwa siklus krebs merupakan tahap kedua dalam respirasi aerob yang
mempunyai tiga fungsi, yaitu menghasilkan NADH, FADH2, ATP serta membentuk kembali
oksaloasetat. Oksaloasetat ini berfungsi untuk siklus krebs selanjutnya. Dalam siklus krebs,
dihasilkan 6 NADH, 2 FADH2, dan 2 ATP.
4.SistemTranspor elektron

Transpor Elektron

Transpor elektron adalah satu-satunya reaksi katabolisme yang menghasilkan karbon dioksida
(CO2).

Transpor elektron terjadi di membran dalam mitokondria, dan berakhir setelah elektron dan H+
bereaksi dengan oksigen yang berfungsi sebagai akseptor terakhir, membentuk H2O. ATP
yang dihasilkan pada tahap ini adalah 32 ATP.

Reaksinya kompleks, tetapi yang berperan penting adalah NADH, FAD, dan molekul-molekul
khusus, seperti Flavo protein, ko-enzim Q, serta beberapa sitokrom. Dikenal ada beberapa
sitokrom, yaitu sitokrom C1, C, A, B, dan A3. Elektron berenergi pertama-tama berasal dari
NADH, kemudian ditransfer ke FMN (Flavine Mono Nukleotida), selanjutnya ke Q, sitokrom
C1, C, A, B, dan A3, lalu berikatan dengan H yang diambil dari lingkungan sekitarnya. Sampai
terjadi reaksi terakhir yang membentuk H2O.

Jadi hasil akhir proses ini terbentuknya 32 ATP dan H2O sebagai hasil sampingan respirasi.
Produk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya dibuang ke luar tubuh, pada tumbuhan
melalui stomata dan melalui paru-paru pada pernapasan hewan tingkat tinggi. Ketiga proses
respirasi dapat diringkas sebagai beriku.
Fosforilasi oksidatif

Fosforilasi Oksidatif

Fosforilasi oksidatif adalah suatu lintasan metabolisme yang menggunakan energi yang
dilepaskan oleh oksidasi nutrien untuk menghasilkan ATP, dan mereduksi gas oksigen
menjadi air.
Walaupun banyak bentuk kehidupan di bumi menggunakan berbagai jenis nutrien, hampir
semuanya menjalankan fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. Lintasan ini sangat
umum digunakan karena sangat efisien untuk mendapatkan energi, dibandingkan dengan
proses fermentasi alternatif lainnya seperti glikolisis anaerobik.

Dalam proses fosforilasi oksidatif, elektron yang dihasilkan oleh siklus asam sitrat akan
ditransfer ke senyawa NAD+ yang berada di dalam matriks mitokondria. Setelah menerima
elektron, NAD+ akan bereaksi menjadi NADH dan ion H+, kemudian mendonorkan
elektronnya ke rantai transpor elektron kompleks I dan FAD yang berada di dalam rantai
transpor elektron kompleks II. FAD akan menerima dua elektron, kemudian bereaksi menjadi
FADH2 melalui reaksi redoks.

Reaksi redoks ini melepaskan energi yang digunakan untuk membentuk ATP. Pada eukariota,
reaksi redoks ini dijalankan oleh serangkaian kompleks protein di dalam mitokondria,
manakala pada prokariota, protein-protein ini berada di membran dalam sel. Enzim yang
saling berhubungan ini disebut sebagai rantai transpor elektron. Pada eukariota, lima
kompleks protein utama terlibat dalam proses ini, manakala pada prokariota, terdapat banyak
enzim-enzim berbeda yang terlibat.

Elektron yang melekat pada molekul rantai transpor elektron di sisi dalam membran
mitokondria akan menarik ion H+ menuju membran mitokondria sisi luar, disebut kopling
kemiosmotik,[4] yang menyebabkan kemiosmosis, yaitu difusi ion H+ melalui ATP sintase ke
dalam mitokondria yang berlawanan dengan arah gradien pH, dari area dengan energi
potensial elektrokimiawi lebih rendah menuju matriks dengan energi potensial lebih tinggi.

Proses kopling kemiosmotik menghasilkan kombinasi gradien pH dan potensial listrik di


sepanjang membran ini yang disebut gaya gerak proton. Energi gaya gerak proton digunakan
untuk menghasilkan ATP melalui reaksi fosforilasi ADP.

Walaupun fosforilasi oksidatif adalah bagian vital metabolisme, ia menghasilkan spesi oksigen
reaktif seperti superoksida dan hidrogen peroksida pada kompleks I. Hal ini dapat
mengakibatkan pembentukan radikal bebas, merusak sel tubuh, dan kemungkinan juga
menyebabkan penuaan. Enzim-enzim yang terlibat dalam lintasan metabolisme ini juga
merupakan target dari banyak obat dan racun yang dapat menghambat aktivitas enzim.

Fermentasi
Fermentasi adalah proses pembebasan energi tanpa oksigen.

Ciri-ciri dari fermentasi:

1. Terjadi pada organisme yang tidak membutuhkan oksigen bebas


2. Terjadi proses glikolisis
3. Tidak terjadi penyaluran elektron ke Siklus Krebs dan Transpor Elektron
4. Energi (ATP) yang terbentuk lebih sedikit jika dibandingkan dengan Respirasi aerob
Fermentasi terdiri atas 3 macam, yaitu:

1. Fermentasi Asam Laktat


2. Fermentasi Alkohol
3. Fermentasi Asam Cuka

Fermentasi Asam Laktat


Fermentasi Asam Laktat merupakan proses fermentasi yang menghasilkan Asam Laktat
(asam susu=asam lelah). Ciri-ciri dari fermentasi asam laktat adalah:
1. Terjadi pada hewan tingkat tinggi dan manusia
2. menghasilkan Asam Laktat sebagai produk sampingan yang mengakibatkan:
a. napas tersengal-sengal
b. pegal-pegal di sekujur tubuh
3. dihasilkan energi sebesar 2 ATP
4. reaksi sederhananya: 2CH3CCOCOOH → 2CH3CHOHCOOH + 47 kkal

Fermentasi Asam Laktat

Fermentasi Alkohol

Fermentasi Alkohol merupakan proses fermentasi yang menghasilkan alkohol sebagai produk
sampingan.
Ciri-ciri fermentasi alcohol

1. Terjadi pada sel Ragi (Saccharomyces cerreviceae).

2. Menghasilkan alkohol sebagai produk sampingan. Alkohol mengakibatkan racun bagi


organisme tersebut.
3. Dihasilkan energi sebesar 2 ATP + 2 NADH2
4. Reaksi sederhananya: 2CH3COCOOH → 2CH3CH2OH + 2CO2 + 28 kkal
Fermentasi Alkohol

Fermentasi Asam Cuka


Fermentasi asam cuka merupakan proses fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerob
dan menghasilkan asam cuka.

Ciri-ciri fermentasi asam cuka:

1. Terjadi pada bakteri asam cuka


2. Substratnya adalah Etanol (Alkohol)
3. Dihasilkan energi 5 kali lebih besar dari fermentasi alkohol, yaitu 10 ATP
c. Anabolisme
Anabolisme adalah proses menyusun beberapa senyawa organik sederhana menjadi
senyawa kimia atau molekul kompleks.

Sederhananya, anabolisme adalah reaksi kimia yang menyusun senyawa sederhana menjadi
senyawa yang lebih kompleks. Reaksi ini terjadi di dalam tubuh tubuh manusia
Katabolisme adalah reaksi penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana dengan bantuan enzim.

Proses ini membutuhkan energi dari luar. Energi yang diperlukan dalam reaksi anabolisme
dapat berupa energi cahaya atau energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya digunakan untuk
mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks.

Jadi, dalam proses anabolisme energi yang diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan
dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk.

Anabolisme Tahapan
1. Produksi prekursor seperti asam amino, monosakarida, dan nukleotida.
2. Aktivasi senyawa-senyawa tersebut menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP.
3. Penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein, polisakarida,
lemak dan asam nukleat.

Anabolisme yang menggunakan energi cahaya dikenal dengan fotosintesis, sedangkan


anabolisme yang menggunakan energi kimia dikenal dengan kemosintesis.

Hasil-hasil anabolisme berguna dalam fungsi yang esensial (diperlukan). Hasil-hasil


tersebut misalnya glikogen dan protein sebagai bahan bakar dalam tubuh, asam nukleat
untuk pengkopian informasi genetik.

Protein, lipid, dan karbohidrat menyusun struktur tubuh makhluk hidup, baik intraselular
maupun ekstraselular. Bila sintesis bahan-bahan ini lebih cepat dari perombakannya, maka
organisme akan tumbuh.

Tahapan anabolisme secara sederhana bisa dilihat pada skema dibawah:


FOTOSINTESIS

Fotosintesis

Pengertian Fotosintesis

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu
glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat
hara, karbon dioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari.

Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis.
Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga
berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi.

Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut
sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam
fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan
energi.

Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis,
yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.

Daun tempat berlangsungnya fotosintesis. Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung pada
setiap sel, tetapi hanya pada sel yang mengandung pigmen fotosintetik. Sel yang tidak
mempunyai pigmen fotosintetik ini tidak mampu melakukan proses fotosintesis.

Pada percobaan Jan Ingenhousz, dapat diketahui bahwa intensitas cahaya mempengaruhi
laju fotosintesis pada tumbuhan. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan energi yang dihasilkan
oleh setiap spektrum cahaya.

Di samping adanya perbedaan energi tersebut, faktor lain yang menjadi pembeda adalah
kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya yang berbeda tersebut.
Perbedaan kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya tersebut
disebabkan adanya perbedaan jenis pigmen yang terkandung pada jaringan daun.

Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan jaringan pagar.
Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil. Pigmen ini
merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang berperan penting dalam menyerap energi
matahari.

Kloroplas terdapat pada semua bagian tumbuhan yang berwarna hijau, termasuk batang dan
buah yang belum matang. Di dalam kloroplas terdapat pigmen klorofil yang berperan dalam
proses fotosintesis. Kloroplas mempunyai bentuk seperti cakram dengan ruang yang disebut
stroma. Stroma ini dibungkus oleh dua lapisan membran. Membran stroma ini disebut tilakoid,
yang didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang disebut lokuli.

Di dalam stroma juga terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk membentuk grana


(kumpulan granum). Granum sendiri terdiri atas membran tilakoid yang merupakan tempat
terjadinya reaksi terang dan ruang tilakoid yang merupakan ruang di antara membran tilakoid.
Bila sebuah granum disayat maka akan dijumpai beberapa komponen seperti protein, klorofil
a, klorofil b, karetonoid, dan lipid.

Secara keseluruhan, stroma berisi protein, enzim, DNA, RNA, gula fosfat, ribosom, vitamin-
vitamin, dan juga ion-ion logam seperti mangan (Mn), besi (Fe), maupun perak (Cu). Pigmen
fotosintetik terdapat pada membran tilakoid.

Sedangkan, pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia berlangsung dalam tilakoid
dengan produk akhir berupa glukosa yang dibentuk di dalam stroma. Klorofil sendiri
sebenarnya hanya merupakan sebagian dari perangkat dalam fotosintesis yang dikenal
sebagai fotosistem.

Berikut adalah gambar kloroplas:


Struktur kloroplas

Struktur kloroplas
Struktur kloroplas terdiri dari sekitar 12 bagian, berikut adalah bagian-bagian dari
kloroplas:

1. Membran luar
2. Ruang antar membran
3. Membran dalam
4. Stroma
5. Lumen tilakoid (didalam tilakoid)
6. Membran tilakoid
7. Granum (kumpulan tilakoid)
8. Tilakoid (lamella)
9. Pati
10. Ribosom
11. DNA plastid
12. Plastoglobula

Fotosintesis Tumbuhan
Tumbuhan bersifat autotrof. Autotrof artinya dapat mensintesis makanan langsung dari
senyawa anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan
gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini
berasal dari fotosintesis. Perhatikan persamaan reaksi yang menghasilkan glukosa berikut ini:

6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2


Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat
pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi seluler yang
terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi
seluler berkebalikan dengan persamaan di atas.

Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk
menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia. Tumbuhan menangkap cahaya
menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada
tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas. klorofil menyerap cahaya
yang akan digunakan dalam fotosintesis.

Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun
sebagian besar energi dihasilkan di daun. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut
mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya akan
melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat
terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula
dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun
penguapan air yang berlebihan.

Proses Fotosintesis
Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu pengetahuan
alam utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri. Pada tumbuhan, organ utama tempa
berlangsungnya fotosintesis adalah daun.

Namun, secara umum semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan
reaksi ini. Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian stroma.
Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih
dahulu.

Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi
terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi
memerlukan karbon dioksida).

Reaksi Terang

Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di
dalam stroma.

Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan
oksigen (O2). Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.
Reaksi ini memerlukan molekul air dan cahaya matahari. Proses diawali dengan penangkapan
foton oleh pigmen sebagai antena.

Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II.
Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini optimal
menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) berisi
pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.

Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya
matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan menyebabkan muatan menjadi
tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali, PS II akan mengambil elektron dari molekul H2O
yang ada disekitarnya.

Molekul air akan dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang bertindak sebagai enzim. Hal ini
akan mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid. Dengan menggunakan elektron dari air,
selanjutnya PS II akan mereduksi plastokuinon (PQ) membentuk PQH2.

Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid.
Plastokuinon ini akan mengirimkan elektron dari PS II ke suatu pompa H+ yang disebut
sitokrom b6-f kompleks. Reaksi keseluruhan yang terjadi di PS II adalah: 2H2O + 4 foton +
2PQ + 4H- → 4H+ + O2 + 2PQH2
Sitokrom b6-f kompleks berfungsi untuk membawa elektron dari PS II ke PS I dengan
mengoksidasi PQH2 dan mereduksi protein kecil yang sangat mudah bergerak dan
mengandung tembaga, yang dinamakan plastosianin (PC). Kejadian ini juga menyebabkan
terjadinya pompa H+ dari stroma ke membran tilakoid. Reaksi yang terjadi pada sitokrom b6-f
kompleks adalah: 2PQH2 + 4PC(Cu2+) → 2PQ + 4PC(Cu+) + 4 H+ (lumen).

Reaksi Terang dari fotosintesis dalam membran Tilakoid

Elektron dari sitokrom b6-f kompleks akan diterima oleh fotosistem I. Fotosistem ini menyerap
energi cahaya terpisah dari PS II, tapi mengandung kompleks inti terpisahkan, yang menerima
elektron yang berasal dari H2O melalui kompleks inti PS II lebih dahulu. Sebagai sistem yang
bergantung pada cahaya, PS I berfungsi mengoksidasi plastosianin tereduksi dan
memindahkan elektron ke protein Fe-S larut yang disebut feredoksin.

Reaksi keseluruhan pada PS I adalah: Cahaya + 4PC(Cu+) + 4Fd(Fe3+) → 4PC(Cu2+) +


4Fd(Fe2+) Selanjutnya elektron dari feredoksin digunakan dalam tahap akhir pengangkutan
elektron untuk mereduksi NADP+ dan membentuk NADPH. Reaksi ini dikatalisis dalam stroma
oleh enzim feredoksin-NADP+ reduktase.

Reaksinya adalah: 4Fd (Fe2+) + 2NADP+ + 2H+ → 4Fd (Fe3+) + 2NADPH Ion H+ yang telah
dipompa ke dalam membran tilakoid akan masuk ke dalam ATP sintase. ATP sintase akan
menggandengkan pembentukan ATP dengan pengangkutan elektron dan H+ melintasi
membran tilakoid. Masuknya H+ pada ATP sintase akan membuat ATP sintase bekerja
mengubah ADP dan fosfat anorganik (Pi) menjadi ATP.

Reaksi keseluruhan yang terjadi pada reaksi terang adalah sebagai berikut: Sinar + ADP + Pi
+ NADP+ + 2H2O → ATP + NADPH + 3H+ + O2.

Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar
CO2 dan energi (ATP dan NADPH). Energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh
dari reaksi terang.

Pada proses reaksi gelap tidak dibutuhkan cahaya matahari. Reaksi gelap bertujuan untuk
mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi molekul gula. Dari semua radiasi
matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan
untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak
(380-700 nm). Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 -
600 nm), biru (410 - 500 nm) dan violet (< 400 nm).

Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada
sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada
membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang
berbeda menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berbeda.

Kloroplas mengandung beberapa pigmen. Sebagai contoh, klorofil a terutama menyerap


cahaya biru-violet dan merah. Klorofil b menyerap cahaya biru dan oranye dan memantulkan
cahaya kuning-hijau. Klorofil a berperan langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b
tidak secara langsung berperan dalam reaksi terang. Proses absorpsi energi cahaya
menyebabkan lepasnya elektron berenergi tinggi dari klorofil a yang selanjutnya akan
disalurkan dan ditangkap oleh akseptor elektron. Proses ini merupakan awal dari rangkaian
panjang reaksi fotosintesis.

Reaksi Gelap (Siklus Calvin) dan fiksasi karbon


Reaksi gelap terjadi pada stroma kloroplas yang dapat (bukan harus) berlangsung dalam
gelap, karena enzim-enzim untuk fiksasi CO2 pada stroma kloroplas tidak memerlukan
cahaya tetapi membutuhkan ATP dan NADPH yang menghasilkan dari reaksi terang. Reaksi
gelap pada tumbuhan dapat terjadi melalui dua jalur, yaitu siklus Calvin-Benson dan siklus
Hatch-Slack.

Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah senyawa ribulosa 1,5 bisfosfat menjadi
senyawa dengan jumlah atom karbon tiga yaitu senyawa 3-phosphogliserat. Oleh karena
itulah tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap melalui jalur ini dinamakan tumbuhan C-3.
Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada tumbuhan ini dibantu oleh enzim rubisco.

Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur Hatch-Slack disebut tumbuhan C-4 karena
senyawa yang terbentuk setelah penambatan CO2 adalah oksaloasetat yang memiliki empat
atom karbon. Enzim yang berperan adalah phosphoenolpyruvate carboxilase.

Mekanisme siklus Calvin-Benson dimulai dengan fiksasi CO2 oleh ribulosa difosfat
karboksilase (RuBP) membentuk 3-fosfogliserat. RuBP merupakan enzim alosetrik yang
distimulasi oleh tiga jenis perubahan yang dihasilkan dari pencahayaan kloroplas.

1. Reaksi dari enzim ini distimulasi oleh peningkatan pH. Jika kloroplas diberi cahaya, ion
H+ ditranspor dari stroma ke dalam tilakoid menghasilkan peningkatan pH stroma yang
menstimulasi enzim karboksilase, terletak di permukaan luar membran tilakoid.
2. Reaksi ini distimulasi oleh Mg2+, yang memasuki stroma daun sebagai ion H+, jika
kloroplas diberi cahaya.
3. Reaksi ini distimulasi oleh NADPH, yang dihasilkan oleh fotosistem I selama
pemberian cahaya.

Fiksasi CO2 ini merupakan reaksi gelap yang distimulasi oleh pencahayaan kloroplas.
Fikasasi CO2 melewati proses karboksilasi, reduksi, dan regenerasi. Karboksilasi melibatkan
penambahan CO2 dan H2O ke RuBP membentuk dua molekul 3-fosfogliserat (3-PGA).
Kemudian pada fase reduksi, gugus karboksil dalam 3-PGA direduksi menjadi 1 gugus
aldehida dalam 3-fosforgliseradehida (3-Pgaldehida).

Reduksi ini tidak terjadi secara langsung, tapi gugus karboksil dari 3-PGA pertama-tama
diubah menjadi ester jenis anhidrida asam pada asam 1,3-bifosfogliserat (1,3-bisPGA) dengan
penambahan gugus fosfat terakhir dari ATP. ATP ini timbul dari fotofosforilasi dan ADP yang
dilepas ketika 1,3-bisPGA terbentuk, yang diubah kembali dengan cepat menjadi ATP oleh
reaksi fotofosforilasi tambahan. Bahan pereduksi yang sebenarnya adalah NADPH, yang
menyumbang 2 elektron. Secara bersamaan, Pi dilepas dan digunakan kembali untuk
mengubah ADP menjadi ATP.

Pada fase regenerasi, yang diregenerasi adalah RuBP yang diperlukan untuk bereaksi dengan
CO2 tambahan yang berdifusi secara konstan ke dalam dan melalui stomata. Pada akhir
reaksi Calvin, ATP ketiga yang diperlukan bagi tiap molekul CO2 yang ditambat, digunakan
untuk mengubah ribulosa-5-fosfat menjadi RuBP, kemudian daur dimulai lagi.

Tiga putaran daur akan menambatkan 3 molekul CO2 dan produk akhirnya adalah 1,3-
Pgaldehida. Sebagian digunakan kloroplas untuk membentuk pati, sebagian lainnya dibawa
keluar. Sistem ini membuat jumlah total fosfat menjadi konstan di kloroplas, tetapi
menyebabkan munculnya triosafosfat di sitosol. Triosa fosfat digunakan sitosol untuk
membentuk sukrosa.
BAB III SUBSTANSI GENETIK
Kromosom ,Gen,DNA dalam sintensis protein

Salah satu teori tentang sel menyat,akan bahwa sel merupakan kesatuan hereditas.Hal ini
berarti sel berperan dalam pewarisan sifat makhluk hidup.pengendali faktor keturunan
pada makhluk hidup terdapat dalam kromosom yang terletak di nucleus.kromosom adalah
struktur padat yang terdiri atas dua komponen molekul,yaitu protein dan asam
nukleat.asam nukleat terdiri atas DNA dan RNA.pada DNA terdapat pada gen yang
mengatur metabolism dalam tubuh

1. Kromosom.

Kromosom merupakan badan berbentukbatang atau bengkok,mulai tampak pada saat sel akan
membelah dan selama proses pembelahan.kromosom akan tampak jelas pada bidang
ekuator.ukuran kromosom berbeda –beda untuk setiap spesies.kromosom memiliki panjang
antara 0,2-50 mikron dan diameternya antara 0,2-20 mikron.kromosom terdiri atas beberapa
bagian yaitu kromatid,kromomer,sentrometer atau kineketor,satelit,dan telomer.

1. Kromatid
Kromatid adalah bagian dari kromosom yeng berupa lengan yang saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya. Yang mengikat kedua kromatid disebut Sentromer.
2. Sentromer
Sentromer adalah pengikat dua kromatid kembar . Sentromer merupakan daerah yang
mengerut pada saat proses mitosis dan meiosis.
3. Kromomer
Kromomer adalah penebalan yang terjadi pada kromonema.
4. Kinektokor
Didalam sentromer terdapat mikrotubulus yang teediri dari struktur benang-benang halus.
Pada sentromer terdapat kinektokor, kinektokor adalah struktur yang menjadi tempat meleka
mikrotubulus.
5. Satelit
Satelit adalah bagian dari kromosom yang berbentuk bulat yang terletak di ujung kromati.
Satelit yang terdapat dalam kromosom bukan termasuk satelit luar angkasa akan tetapi satelit
yang merupakan bagian dari kromosom.
6. Telomer
Telomer adalah bagian paling ujung yeng terdapat dalam kromosom. fungsi telomer adalah
menjaga stabilitas bagian ujung kromosom dan menjaga DNA supaya tidak terurai.
Berdasarkan letak sentromernya, bentuk kromosom dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

 Telosentris, kromosom telosentris hanya memiliki sebuah lengan karena sentromernya terletak pada
ujung salah satu lengan kromosom.

 Metasentris. kromosom metasentris memiilki 2 buah lengan yang sama panjang, sentromernya tepat
ada di tengah.
 Akrosentris, sentromernya mendekati salah satu ujung lengan kromosom (sub terminal). Lengan
yang satu, jauh lebih panjang dari lengan kromosom yang lain
 Submetasentris, Lengan kromosom tidak sama panjang, sentromer terletak tidak di tengah.
Sentromer agak mendekati ujung salah satu lengan kromosom. Sentromer berada di daerah
submedian
Setiap organisme memiliki jumlah kromosom yang berbeda-beda. Organisme bersel banyak mempunyai
2 jenis kelompok sel yaitu sel somatis (sel tubuh) dan sel gamet (sel kelamin). Jumlah kromosom pada
sel gamet (sel kelamin) adalah separuh dari jumlah kromosom yang ada pada sel somatis (sel tubuh).
Sehingga sel gamet bersifat haploid (n kromosom) dan sel somatis bersifat diploid (2n kromosom).
Berdasarkan jenis selnya, kromosom dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu kromosom sel tubuh (autosom) dan
kromosom sel kelamin (gonosom). Berdasarkan tipenya, kromosom dibagi menjadi dua.

 Autosom (Kromosom Tubuh). Autosom adalah kromosom tubuh dan tidak menentukan jenis kelamin.
Autosom ini mempunyai bentuk pasangan antara jantan dan betina, dan memiliki jumlah n – 1 atau 2n –
2 dengan sifatnya diploid. Autosom biasanya disimbolkan dengan A.
 Gonosom (Kromosom Seks). Gonosom adalah kromosom seks yang dapat menentukan jenis kelamin.
Gonosom ini mempunyai bentuk pasangan tidak sama antara jantan dan betina, berjumlah satu pasang
dan bersifat haploid.
Jumlah kromosom sel somatis tumbuhan, hewan, dan manusia berbeda satu sama lain. Berikut ini
beberapa contoh jumlah kromosom baik hewan maupun tumbuhan.
No. Nama Jumlah Kromosom No. Nama Jumlah Kromosom
1. Anjing 78 11. Lalat buah 8
2. Ayam 78 12. Manusia 46
3. Babi 40 13. Sapi 60
4. Domba 54 14. Jagung 40
5. Ikan Mas 100 15. Pepaya 18
6. Katak 26 16. Bunga Matahari 34
7. Kuda 64 17. Ragi 34
8. Kucing 38 18. Kacang polong 14
9. Bintang laut 36 19. Bawang 16
10. Cacing tanah 36 20. Kentang 48

Ukuran Kromosom

Spesies yang berbeda memiliki ukuran kromosom yang berbeda. Pada umumnya, kromosom sel
tumbuhan lebih besar dibanding kromosom sel hewan. Ukuran kromosom tersebut kadang-kadang
berhubungan dengan jumlah kromosom. Apabila jumlah kromosomnya sedikit, biasanya kromosomnya
lebih panjang. Rata-rata ukuran panjang kromosom adalah 0,2 – 0,5μ dengan diameter 0,2 - 20μ.

Kromosom pada manusia dibedakan atas dua tipe, yaitu Autosom dan Gonosom.

 Kromosom yang tidak berperan dalam mengatur jenis kelamin. dari 46 kromosom di dalam inti sel tubuh
manusia, maka yang 44 buah (22 pasang) merupakan autosom.
 Sepasang kromosom yang menentukan jenis kelamin. Seks kromosom dibedakan atas 2 macam yaitu
kromosom X dan kromosom Y. Berhubungan dengan hal itu, formula kromosom untuk : Perempuan
normal memiliki 2 kromosom X yaitu 46, XX (22AAXX). Laki-laki normal memiliki satu kromosom X
dan satu kromosom Y yaitu 46, XY ( 22AAXY)

Berdasarkan ukuran (panjang), jumlah, dan bentuk kromosom maka kromosom sel somatis dapat
disusun atau diatur secara standar. Hasil penyusunan ini disebut karyotipe. Untuk memudahkan
pengaturan kromosom, dibuat pengelompokan kromosom menjadi kelompok A hingga G, berdasarkan
ukuran dan bentuk kromosom. Klasifikasi dan pemberian nomor kromosom manusia yang diputuskan
oleh Konferensi Genetika di Universitas Colorado, Denver USA pada bulan April 1960 adalah sebagai
berikut :

 Kelompok A : Terdiri dari tiga pasang, merupakan kelompok kromosom besar yang berbentuk
metasentris.
 Kelompok B : Terdiri dari dua pasang, merupakan kelompok kromosom sedang yang berbentuk
submetesentris.
 Kelompok C : Terdiri dari tujuh pasang, merupakan kelompok kromosom sedang yang berbentuk
submetasentris.
 Kelompok D : Terdiri dari tiga pasang, merupakan kelompok kromosom kecil yang berbentuk
akrosentrik dan memiliki satelit.
 Kelompok E : Terdiri dari tiga pasang, merupakan kelompok kromosom kecil yang berbentuk
submetasentris.

2. Gen dan alel

Gen adalah unit informasi genetik yang terdapat pada lokus dan memenuhi kromosom
sebagai zarah yang kompak.Gen memiliki beberapa sifat, antara lain:

1.mengandung satuan informasi genetik;


2.sebagai zarah tersendiri, terdapat dalam kromosom;
3.dapat menduplikasi diri pada pembelahan sel;
4.mengatur sifat-sifat yang diturunkan.

Fungsi Gen

1. menyampaikan informasi genetik pada generasi berikutnya;

2. mengendalikan perkembangan dan metabolisme sel atau individu.

Lokasi gen
Thomas Hunt Morgan (1911) berhasil menemukan bahwa gen terdapat pada setiap segmen
atau lokus kromosom. Gen A, B, C, D, E terletak pada satu kromosom, sementara gen a, b, c,
d, e terletak pada satu kromosom yang lain. Kedua kromosom ini merupakan kromosom
homolog. Gen A berpasangan dengan gen a dan menempati lokus yang bersesuaian pada
kromosom homolog, bekerja untuk menunjukkan sifat-sifat alternatif sesamanya sehingga A dan
a disebut alela.
Alela adalah pasangan alternatif gen untuk menentukan sifat keturunan. Dalam satu lokus tidak
selalu hanya terkandung satu macam pasangan alternatif gen. Apabila dalam lokus yang
bersesuaian pada kromosom homolog terdapat lebih dari satu pasang gen, maka keadaan
demikian disebut alela ganda. Contoh sifat yang dikendalikan oleh alela ganda adalah golongan
darah dan warna kulit.

DNA (Deoxyribonucleic Acid)

DNA adalah materi genetik yang membawa informasi yang dapat diturunkan. Di dalam sel manusia
DNA dapat ditemukan di dalam inti sel dan di dalam mitokondria. DNA terdiri atas tiga komponen
dasar, yakni

1.gugus fosfat (─PO4);

2. deoksiribosa atau gugus gula yang kehilangan satu atom oksigen;


3. basa nitrogen yang terdiri: purin (adenin dan guanin) dan pirimidin (sitosin dan timin).
Komponen penyusun DNA

Replikasi DNA

Replikasi DNA adalah kemampuan DNA untuk membentuk atau mensintesis DNA
sendiri. DNA hasil replikasi akan diwariskan pada sel anakan pada proses
pembelahan sel sehingga dua sel anakan yang dihasilkan memiliki informasi
genetik yang sama. Ada tiga hipotesisis yang menjelaskan replikasi DNA,
yaitu konservatif, semikonservatif, dan dispersif. Penejelasan detail mengenai
replikasi DNA silahkan dibaca: Proses, Teori, dan Model Replikasi DNA LENGKAP

DNA dapat bersifat autokatalis, yaitu dapat menggandakan dirinya, juga dapat
bersifat heterokatalis, yaitu DNA mampu mensintesis molekul lainnya seperti
RNA. Berdasarkan dua sifat tersebut, maka DNA berfungsi sebagai:

1. membawa informasi genetik kepada generasi berikutnya;


2. mengontrol aktivitas hidup secara langsung dan tidak langsung;
3. menyintesis RNA;
4. sebagai arsitek (perancang) dalam sintesis protein.

RNA (Ribonucleic Acid)

RNA (Ribonucleic Acid) adalah materi genetik yang terdapat di dalam inti,
sitoplasma, dan matriks plastida. RNA adalah rantai tunggal yang tersusun dari
gula ribosa, fosfat, dan basa nitrogen yang terdiri atas purin (adenin dan guanin)
serta pirimidin (sitosin dan urasil). RNA merupakan rantai nukleotida,
molekulnya lebih kecil daripada DNA dan berperan dalam síntesis protein.
Berdasarkan tempat dan fungsinya, RNA dibedakan menjadi:

RNA duta (RNAd) atau messenger RNA (RNAm), dibentuk DNA jika diperlukan.
RNAd ini merupakan RNA terpanjang dan terbesar dan berperan sebagai pola
cetakan untuk membentuk polipeptida dengan jalan mengatur urutan asam
amino untuk membentuk protein. Pada rantai RNAd terdapat kode-kode genetik
berupa urutan basa nitrogen yang disebut kodon. RNAd berfungsi
menyampaikan informasi genetik dalam bentuk kode genetik ke ribosom.
1 RNA transfer (RNAt), dibentuk di inti dan terdapat di sitoplasma. RNAt mempunyai rantai terpendek
diantara jenis RNA lainnya. RNAt berfungsi mengikat dan mengangkut asam amino ke ribosom dan
menerjemahkan (translasi).
2 RNA ribosom (RNAr), dihasilkan oleh nukleolus dan merupakan RNA yang berada pada ribosom. RNAr
dibentuk oleh gen-gen khusus yang terdapat pada nukleolus, berfungsi menyusun asam amino menjadi
protein.
Perbedaan DNA dan RNA
SINTESIS PROTEIN
Sintesis protein adalah peristiwa penyusunan protein dengan bahan dasar asam
amino yang bertujuan untuk mendapatkan protein struktural dan protein
fungsional. Protein struktural digunakan oleh sel untuk menyusun membran sel
dan sebagai bahan pembangun atau menggantikan sel-sel yang rusak. Protein
fungsional yang dihasilkan dari sintesis protein berupa enzim dan hormon yang
berfungsi untuk metabolisme dan pertumbuhan serta perkembangan sel. Enzim
yang dibutuhkan dalam sintesis protein berupa:
1.RNA polymerase berfungsi saat transkripsi untuk memutuskan ikatan hidrogen
yang menghubungkan antara rantai double heliks DNA.
2.Aminoasil sintetase berfungsi pada saat pengikatan asam amino di sitoplasma
oleh RNAt. Pengikatan asam amino oleh RNAt juga membutuhkan energi (ATP)
untuk mengaktifkan asam amino sehingga dapat diikat oleh RNAt.
3Secara garis besar, proses sintesis protein terjadi melalui dua tahap
yaitu (1) Transkripsi adalah proses pencetakan RNAm oleh DNA. Pada tahap ini,
RNAm berfungsi sebagai pembawa informasi yang merupakan kode-kode
genetik atau kodon. DNA berfungsi sebagai perancang pola penyusunan protein.
Pada proses transkripsi tidak ada perubahan dalam kode; (2) Translasi adalah
proses penerjemahan kode-kode oleh RNAt, berupa urutan asam-asam amino
yang dikehendaki. Jadi, pada proses translasi terjadi perubahan dalam kode,
yaitu urutan nukleotida ke urutan asam amino.

Langkah-langkah sintesis protein dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sebagian DNA membuka pilinannya karena terputusnya ikatan hidrogen akibat


aktivitas enzim RNA polimerase, rantai template DNA mencetak kode-kode
genetik untuk RNAm (kodon) dan akan terbentuklah rantai RNAm dengan urutan
basa nitrogen yang bersesuaian dengan urutan basa nitrogen pada rantai
template DNA, di mana apabila kodogenya AGS TAS, maka kodonnya USG AUG.
Serangkaian peristiwa pencetakan RNAm oleh DNA template ini disebut
transkripsi.

1.RNAm keluar dari nukleus menuju ribosom, rantai DNA menutup lagi. Ribosom
memberikan permukaan yang sesuai untuk melekatnya RNAm.
2.RNAt yang berada pada sitoplasma mengikat asam amino yang sesuai. RNAt yang sudah
mengikat asam amino kemudian menuju ribosom dan melekatkan antikodonnya pada RNAm
yang sesuai pula satu per satu. Pada saat antikodon menempel pada kodon yang sesuai,
antikodon mengalami penerjemahan (translasi) asam-asam amino, yang selanjutnya akan
disusun membentuk protein tertentu.

3.Ribosom menerima asam amino dari RNAt hasil penerjemahan dan digabungkan dengan
ikatan peptida untuk menjadi suatu protein tertentu. Penyusunan asam amino dengan ikatan
péptida (polipeptida = banyak) dilaksanakan oleh RNAr.
4.Kode genetik merupakan kode dengan menggunakan huruf sebagai lambang basa nitrogen
(A, T, G, S) untuk menamai bermacam-macam asam amino di dalam tubuh. Kode genetik
tersusun atas tiga macam basa nitrogen, sehingga disebut kode triplet.

Beberapa hal yang berkaitan dengan penulisan kode genetik, antara lain:

Kodogen: rangkaian kode genetik pada rantai DNA

Kodon: rangkaian kode genetik pada rantai RNA duta


Antikodon: rangkaian kode genetik pada rantai RNA transfer
BAB IV PEMBELAHAN SEL

Pembelahan sel adalah suatu proses yang membagi satu sel induk menjadi dua
atau lebih sel anak dengan cara membelah diri,baik organisme uniseluler
maupun multiseluler . pembelahan sel pada organisme uniseluler merupakan
suatu cara bagi organisme tersebut untuk melestarikan jenisnya.sementara
itu,pembelahan sel bagi organisme multiseluler menyebabkan pertumbuhan
dan perkembangan organisme.selain itu, pembelahan sel pada organisme
multiseluler juga menghasilkan sel-sel gamet yang bermanfaat untuk
perkembangbiakan secara generative.

A. Pembelahan amitosis , mitosis, dan meiosis

Ada dua cara pembelahan sel secara umumnya yaitu, pembelahan


langsung(amitosis) dan pembelahan secara tak langsung yang terdiri
atas Pembelahan Mitosis dan Pembelahan Meiosis(Pembelahan Reduksi).
1. Pembelahan Amitosis(Pembelahan langsung)

Pembelahan amitosis, secara etimologi (secara bahasa) berasal dari


penggabungan kata a dan mitos. Dimana A = tidak dan Mitos = benang,
jadi pembelahan amitosis adalah pembelahan sel secara langsung atau disebut
juga dengan pembelahan sederhana yang didahului dengan pembelahan inti
tanpa didhului pembentukan benang spindel, penampakan kromosom, peleburan
membran inti dan ciri lainnya. Pembelahan secara langsung ini, basanya terjadi
pada makhluk hidup bersel satu (uniseluler) atau pada prokariota misalnya pada
Amoeba, Paramecium, Alga biru dll. Pada pembelahan ini, sel anak mewarisi
sifat induknya sehingga pembelahan amitosis menghasilkan turunan yang sifat
sel anaknya identik dengan sel induknya.
Pada proses pembelahan amitosis, inti terbelah dahulu menjadi dua bagian,
yang mana inti tersebut langsung didistribusikan pada sel anak, dan dan
kemudian diikuti dengan pembelahan pada sitoplasmanya dan membran sel.
Untuk lebih jelasnya, coba perhatikan gabar dibawah ini secara seksama!

Ciri-ciri Pembelahan Amitosis :


 Terjadi pada organisme uniseluler (bersel tunggal) seperti pada : amoeba, parameciu, alga biru
dll.
 Setiap sel membelah menjadi dua sel anakan
Tujuan pembelahan Amitosis :
 Untuk reproduksi
2. pembelahan mitosis(Pembelahan secara tidak langsung)
Pembelahan sel Secara Mitosis

Pembelahan mitosis termasuk kedalam pembelahan sel secara tidak


langsung,karena pembelahan inti (nukleus) didahului oleh pembentukan
benang-benang kumparan sperma (kromosom). Biasanya terjadi pada sel-sel
tubuh (sel somatic) dan sel nutfah. Pembelahan secara mitosis akan
menghasilkan dua sel anakan yang masing-masing sel anak tersebut, mempunyai
sifat dan jumlah kromosom yang sama dengan induknya. Sel-sel tersebut
memiliki perbedaan kemampuan dalam kecepatan membelah, ada yang cepat
dan ada pula yang lambat. Contohnya pada sel-sel germinatikum pada kulit yang
mampu melakukan pembelahan secara cepat untuk menggantikan sel-sel yang
rusaka atau sel-sel yang sudah mati. Pada hati, proses pembelahannya
berlangsung lama, yaitu dalam waktu tahunan. Siklus sel adalah urutan-urutan
tertentu dalam mekanisme pembelahan sel hingga pembelahan sel lagi untuk
membentuk sel anakan. Dan siklus ini terbagi menjadi dua fase yaitu interfase
dan fase mitotik.
Tahap Pembelahan Mitosis
1. Interfase (Fase Istirahat)
Interfase merupakan fase istirahat dalam pembelahan sel. dimana pada fase
ini, sel melakukan berbagai persiapan untuk melakukan pembelahan
selanjutnya dan membutuhkan waktu yang lama dibandingkana dengan fase
mitotik (fase pembelahan). Interfase terbagi atas tiga fase yaitu :
a. fase G1 (Fase Growth 1/ Fase Pertumbuhan)
Fase G1 atau fase pertumbuhan merupakan fase yang berlangssung selama 9 jam dan
termasuk fase yang paling aktif. Pada fase G1 ini sel mengadakan pertumbuhan dan
perkembangan sehingga sel bertambah ukurannya dan volumenya.
b. fase S (Fase Sintesis)
Fase ini berlangsung selama 10 jam dan merupakan fase pembentukan (sintesis) DNA atau
penggandaan kromosom.
c. Fase G2 (Fase Gwroth 2/ Fase Pertumbuhan 2)
Pada fase ini terjadi proses sintesis protein, dan pada fase ini sel siap untuk melakukan
pembelahan.
2. Mitosis (Fase Pembelahan)
Ciri-ciri Pembelahan Mitosis :
 Prosesnya berlangsung pada sel somatik
 Menghasilkan dua sel anakan yang sifatnya identik dengan sel induknya
 Terjadi satu kali pembelahan dengan 4 fase yaitu : Profase, Metafase,
Anaphase dan Telofase.
 Antara satu pembelahan dengan pembelahan selanjutnya, terdapat suatu
fase yang disebut interfase (fase istirahat).
 Sel anak memiliki jumlah kromosom yang sama dengan jumlah kromosom
induknya dan sel anak mampu untuk membelah lagi.
 Pada usia muda, dewasa dan tua, pembelahan secara mitosis dapat terjadi.
Fase mitosis (fase terjadi pembelahan) tidak diawali oleh interfase, melainkan
interfase merupakan fase antara mitosis dengan mitosis selanjutnya. Jadi antara
mitosis dengan mitosis selanjutnya terdapat interfase, dimana pada interfase
tersebut sel melakukan berbagai persiapan untuk proses mitosis selanjutnya.
Pembelahan sel secara mitosis terbagi pula menjdi 2 fase yaitu kariokinesis dan
sitokinesis. Berikut penjabarannya
Kariokinesis
Kariokinesis adalah proses pembagian materi inti yang terdiri dari beberapa
tahap diantaranya : Profase, Metafase serta Telofase. Dan setiap fase-fase
tersebut terdapat pula ciri-ciri yang berbeda didalam tiap-tiap fase tersebut.
Diantara beberapa aspek yang berbeda adalah pada kromosom, membran inti,
mikro tubulus dan sentriol.

Berikut fase pada kariokinesis beserta ciri-cirinya :


a) Profase
1. Hilangnya nukleus (inti) dan nukleolus (anak inti)
2. Benang-benang kromatin berubah menjadi kromosom dan selanjutnya, setiap
keromosom membelah menjadi kromatid dengan 1 sentromer.
3. Pasangan sentriol yang berada dalam sentrosom berpisah dan bergerak menuju
kekutub yang berlawanan.
4. Benang-benang spindel atau disebut juga dengan serat-serat gelendong,
terbentuk diantara 2 kutub pembelahan.
b) Metafase
Setiap kromosom yang terdiri atas satu pasang kromatid menuju ketengah sel
dan berkumpul padabidang ekuator (bidang pembelahan), dan kemudian
menggantung pada benang spindle melalui sentromer atau kinetokor.
c) Anaphase
Sentromer dari setiap kromosom, membelah sehingga menjadi dua bagian
dengan masing-masing 1 kromatida. Selanjutnya setiap kromatida berpisah
dengan pasangannya dan bergerak menuju kekutub yang berlawanan. Dan pada
akhir anaphase, semua kromatida sampai pada kutub masing-masing.
d) Telofase
1. Kromatida yang berada pada kutub berubah kembali menjadi benang-benang
kromatin.
2. Dinding inti terbentuk kembali dan nukleolus membentuk dua inti baru.
3. Benang-benang spindle menghilang
4. Terjadi sitokinesis (pembelahan sitoplasma) menjadi dua bagian, dan terbetuk
membran plasma(membran sel) pemisah ditengah bidang ekuator (bidang
pembelahan). Hasilnya terbentuklah 2 sel anak yang memilik kromosom yang
sama dengan kromosom indunya.
Hasil dari Mitosis :
1. Satu sel induk (diploid) menjadi dua sel anak yang masing-masing diploid
2. Jumlah kromosom sel anak sama setelah pembelahan tadi, sama dengan
jumlah kromosom sel induknya.
* Sitokinesis
Pada proses sitokinesis, sitoplasma sel hewan dibagi menjadi 2 melalui
terbentuknya cincin kontraktil yang dibentuk oleh aktin dan miosin pada bagian
tengah sel, dimana cincin kontraktil tersebut membentuk alur pembelahan yang
akhirnya terbentuknya dua sel anak. Masing-masing sel anak yang terbentuk
tersebut mengandung organel-organel dan sel inti sel.
C. Pembelahan Meiosis(Pembelahan Reduksi)

Pembelahan secara meiosis adalah pembelahan sel dimana setiap sel


kromosomnya dibagi menjadi dua. Pembelahan meiosis disebut juga dengan
pembelahan reduksi, karena menghasilkan sel anak yang mempunyai jumlah
kromosom setengah dari kromosom sel induknya. Terjadi pada alat
reproduksi/gametogonium pada saat gametogenesisi (pembentukan
gamet). Dalam proses pembelahan meiosis, pembelahan terjadi dua kali secara
berturut-turut tanpa dselingi dengan interfase (fase intirahat).
Tujuan dari Pembelahan Meiosis
· Mereduksi kromosom (mengurangi jumlah kromosom)
· Membentuk gonad/ gametogenesis
· Tujauan dari rduksi adalah membentuk hasil zygot dari pertemuan sel goand
yang selalu sama dengan individu yang ada atau sebelumnya.

Ciri-ciri Pembelahan Meiosis


 Berlangsung pada organa genetalia (organ reproduksi)
 Menghasilkan empat sel anakan
 Terjadi duakali pembelahan yaitu, Meiosis I dan Meiosis II
 Tidak diselingi dengan interfase (fase istirahat)
 Sel anak mempunyai separuh jumlah kromosom dari jumlah kromosom
induknya
 Sel anak tidak memiliki kemampuan untuk membelah lagi
 Pembelahan meiosis mulai terjadi pada pubertas
Tahap-tahap Pembelahan Meiosis
1.Meiosis I.
Meiosis I terbagi empat (Profase I – Metafase I – Anafase I – Telofase I)
1) Profase I
Profase I dibagi menjadi beberapa tahap, diantaranya :
· Leptonema adalah benang-benang kromati menebal menjadi kromosom
· Zigonema adalah tiap kromosom homolog bergandengan, dan tiap pasang
kromosom homolog disebut dengan bivalen
· Pakinema adalah tiapa bagian dari kromosom homolog mengganda, tetapi masih
dalah ikatan 1 sentromer sehingga membentuk tetrad
· Diplonema adalah kromatid dari tiap belahan kromosom memendek dan
membesar, serta tampak saling menjauhi tetapi tetap terikat bersama oleh
kiasmata (terjadinya pindah silang (crossing over)).
· Diakinesis adalah kromatid masih melanjutkan gerakan untuk salaing menjauhi
dan kiasmata mulai bergerak kearah ujung-ujung kromosom, kemudian
sentrososm membentuk 2 sentriol yang masing-masing membentuk benang
spindle atau benang gelondong pembelahan. Satu sentriol bergerak kearah
kutub yang berlawanan sendangkan yang satunya llagi tetap pada posisi semula.
Nukleoplasma (membran inti) dan nukleolus (anak inti) menghilang.
2) Metafase I
Setiap tedrad, berada pada bidang metaphase atau dataran metaphase
3) Anafase I
Tiap-tiap tetrad memisahkan diri dari pasangannya, kemudian bergerak kearah
kutub yang berlawanan. Sentromer belum membelah.
4) Telofase I
Tiap-tiap tetrad makin mendekatai kutub, membran inti dan nukleoplasma
muncul kembali, terbentuknya bidang pembelahan pada bagia tengah sel,
kromatid meregang dan membentuk benang-benang kromatin, serta
terbentuknya dua sel anak yang jumlah kromosonya sama dengan jumlah
kromosom induknya.
2.Meiosis II
1. Profase II
· Sentrosom membentuk 2 sentriol yang letaknya berlawanan ktub, yang
dihubungkan oleh benang spindle.
· Nukleoplasma dan nukleus hilang
· Kromatin berubah kromosom yang dijerat oleh benang spindle atau benang
gelendong
2. Metafase II
· Kromosom berada pada bidang equator
· Kromatid bergandengan (berkelompok) dua-dua
· Sentromer belum membelah
3. Anafase II
· Tiap-tiap tetrad memisahkan diri dari pasangannya, kemudian bergerak kearah
kutub yang berlawanan.
4. Telofase II
· Kromatid berkumpul pada kutub pembelahan, kemudian berubah menjadi
kromatin
· Nukleoplasma dan nukleus terbentuk lagi
· Pada akhir pembelahan meiosis II, terbentuk empat sel yang masing-masing sel
mengandung separuh dari kromosom induknya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan perbedaan antara pembelahan Mitosis dengan Mieosis
:
No. Kriteria Perbedaan Mitosis Meiosis
1. Lokasi pembelahan Sel-sel tubuh dan sel gonad Sel gonad/ sel
kelamin
2. Jumlah pembelahan Satu kali Dua kali
3. Jumlah sel anak hasil Satu sel induk menghasilkan dua Satu sel induk
pembelahan sel anak menghasilkan 4 sel
anak
4. Jumlah kromosom anak Diploid (2n) diploid (2n) Diploid (2n) haploid
(n)
5. Pindah silang Tidak terjadi Terjadi pada profase
I
6. Komponen genetik Sama dengan induk Berbeda
dengan induk
7. Tujuan Pertumbuhan dan regenerasi Reduksi kromosom
yaitu pembentukan
gamet

Sekarang coba perhatikan bagan dibawah ini dengan seksama !!!


BAB V POLA HEREDITAS
A. HUKUM MENDEL DAN PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL

1. Hukum mendel
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang
dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel (1822-1884) dalam karyanya 'Percobaan mengenai
Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
1.Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel,
dan

2.Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal
sebagai Hukum Kedua Mendel.

a. Hukum I Mendel.
Hukum Mendel I diperoleh dari hasil perkawinan monohibrid, yaitu persilangan
dengan satu sifat beda. Mendel melakukan persilangan antara tanaman ercis biji
bulat dengan tanaman ercis biji berkerut (perhatikan Gambar 5.3). Hasilnya
semua keturunan F1 berupa tanaman ercis biji bulat. Selanjutnya dilakukan
persilangan antarketurunan F1 untuk mendapatkan keturunan F2. Pada
keturunan F2 didapatkan perbandingan fenotip kira-kira 3 biji bulat : 1 biji
berkerut.

Perbandingan fenotip bulat : berkerut = 3 : 1


Perbandingan genotip BB : Bb : bb = 1 : 2 : 1

Berdasarkan hasil perkawinan yang diperoleh dalam percobaannya, Mendel


menyimpulkan bahwa pada waktu pembentukan gamet-gamet, gen akan
mengalami segregasi (memisah) sehingga setiap gamet hanya akan menerima
sebuah gen saja. Kesimpulan itu dirumuskan sebagai hukum Mendel I yang
dikenal juga dengan hukum Pemisahan Gen yang Sealel.

Macam dan jumlah gamet dapat ditentukan dengan menggunakan rumus.


Rumus untuk jumlah gamet = 2n dan n = jumlah gen heterozigot.

Perhatikan beberapa contoh berikut.

Jumlah gen heterozigot = 2, yaitu A dan B.

Beberapa kesimpulan penting dari perkawinan monohibrid di atas sebagai


berikut.

1) Semua individu F1 memiliki sifat yang seragam.

2) Jika dominan nampak sepenuhnya, individu F1 memiliki fenotip seperti


induknya yang dominan.
3) Pada waktu individu F1 yang heterozigot itu membentuk gamet-gamet
terjadilah pemisahan alel sehingga gamet hanya memiliki salah satu alel saja.

4)Jika dominasi nampak sepenuhnya, perkawinan monohibrid (Bb >< Bb)


menghasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan fenotip 3 : 1
(yaitu biji bulat : biji berkerut) dan memperlihatkan perbandingan genotip 1 : 2
: 1 (yaitu BB : Bb : bb).

Kadang-kadang individu hasil perkawinan tidak didominasi oleh salah satu


induknya. Dengan kata lain, sifat dominan tidak muncul secara penuh. Peristiwa
itu menunjukkan adanya sifat intermediat.

Sifat intermediat dapat dilihat pada penyerbukan silang tanaman bunga pukul empat
(Mirabilis jalapa). Jika serbuk sari berasal dari tanaman homozigot berbunga merah (MM)
disilangkan ke putik tanaman homozigot berbunga putih (mm), semua keturunan F1 berbunga
merah muda (Mm).

Perhatikan diagram berikut.


Perbandingan fenotip merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1

Perbandingan genotip MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1

Berdasarkan diagram persilangan di atas diperoleh semua tanaman F1


heterozigot berbunga merah muda (Mm). Warna ini merupakan sifat intermediat
(antara merah dan putih). Jika F1 mengadakan penyerbukan sendiri, maka F2
akan memperlihatkan perbandingan 1 merah : 2 merah muda : 1 putih.

b. Hukum Mendel II

Persilangan dihibrid

Pada percobaan berikutnya, Mendel menggunakan persilangan dengan dua sifat


beda atau disebut persilangan dihibrid. Mendel menggunakan dua sifat beda dari
tanaman ercis, yaitu bentuk dan warna biji. Oleh Mendel, tanaman ercis biji
bulat-kuning disilangkan dengan tanaman ercis biji berkerut-hijau. Hasilnya,
semua keturunan F1 berupa tanaman ercis biji bulat-kuning.
Pada persilangan antarindividu F1 didapatkan 16 kombinasi gen dengan empat
fenotip, yaitu tanaman ercis biji bulat-kuning, biji bulat-hijau, biji berkerut-
kuning, dan biji berkerut-hijau.
Misalnya diketahui gen-gen yang menentukan sifat biji tanaman ercis sebagai
berikut.

1) B = gen yang menentukan biji bulat.


2) b = gen yang menentukan biji berkerut.
3) K = gen yang menentukan biji berwarna kuning.
4) k = gen yang menentukan biji berwarna hijau.
Selanjutnya, perhatikan diagram persilangan pada Gambar di samping.

Perbandingan genotip dan fenotip F2 dapat Anda amati dalam Tabel berikut.

Berdasarkan hasil percobaan di atas, Mendel menarik kesimpulan bahwa gen-


gen dari sepasang alel memisah secara bebas (tidak saling mempengaruhi) ketika
terjadi meiosis selama pembentukan gamet. Prinsip ini dikenal sebagai Hukum
Mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent Assortmen of
Genes atau Hukum Pengelompokan Gen secara Bebas. Oleh karena itu, pada
contoh dihibrid tersebut terjadi 4 macam pengelompokan dari dua pasang gen
sebagai berikut.

1) Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet BK.

2) Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet Bk.

3) Gen b mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet bK.

4) Gen b mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet bk.

Contoh persilangan dihibrid yang lain misalnya pada tanaman bunga pukul
empat. Tanaman bunga pukul empat ada yang berdaun lebar (LL) dan ada yang
berdaun sempit (II), dan yang berdaun sedang bersifat heterozigot (Ll).

Bunganya ada yang berwarna merah (MM), ada yang putih (mm), dan ada yang
merah muda (Mm). Jika tanaman berdaun sempit-bunga putih disilangkan
dengan tanaman berdaun lebar-bunga merah, tanaman F1 bersifat intermediat
berdaun sedang dan berbunga merah muda. Tanaman F2 akan memperlihatkan
16 kombinasi genotip maupun fenotip dengan perbandingan 1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1
: 2 : 1.
Perbandingan genotip dan fenotip dapat Anda amati dalam Tabel berikut.

2. Perkawinan Resiprokal.

Perkawinan resiprokal merupakan perkawinan kebalikan dari yang semula


dilakukan dan menghasilkan keturunan dengan perbandingan genotip yang
sama. Perhatikan contoh berikut. Mula-mula dikawinkan tanaman ercis berbuah
polong hijau dengan tanaman ercis polong kuning. Semua tanaman F1 berbuah
polong hijau. Keturunannya F2 memisah dengan perbandingan fenotip 3 hijau : 1
kuning. Pada perkawinan resiprokal digunakan serbuk sari yang berasal dari
tanaman berbuah polong kuning dan diberikan kepada bunga dari tanaman
berbuah polong hijau.
3.Perkawinan Balik (Back Cross)

Perkawinan balik (back cross) adalah perkawinan antara individu F1 dengan salah
satu induknya, induk betina atau jantan. Back cross berguna untuk mencari
genotip induk.

Contoh: Marmot mempunyai gen B yang menunjukkan pembawa sifat warna


bulu hitam dan gen b yang menunjukkan pembawa sifat warna bulu putih. Induk
jantan mempunyai bulu berwarna hitam homozigot disilangkan dengan induk
betina mempunyai bulu berwarna putih homozigot kemudian dilanjutkan
dengan perkawinan balik. Genotip F2 hasil perkawinan balik dapat ditentukan
melalui langkah-langkah berikut.
4. Uji Silang (Test Cross)

Uji silang adalah perkawinan antara individu F1 (hibrid) dengan individu yang
dobel resesif atau homozigot resesif. Test cross berguna untuk mengetahui
apakah suatu individu bergenotip homozigot (galur murni) atau heterozigot.
Perkawinan test cross menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1 : 1. Jika
hasil keturunan F1 menghasilkan perbandingan fenotip 1 : 1, berarti individu
yang diuji bergenotip heterozigot. Sebaliknya, jika test cross 100% berfenotip
sama, berarti individu yang diuji bersifat homozigot (galur murni).

5. Alel Ganda

Alel adalah gen-gen yang terletak pada lokus yang sama (bersesuaian) dalam
kromosom homolog. Alel merupakan anggota dari sepasang gen yang memiliki
pengaruh berlawanan.Jadi, alel adalah gen-gen yang terletak pada lokus yang
sama dan menentukan sifat yang sama atau hampir sama. Misalnya T
menentukan sifat tinggi pada batang, sedangkan t menentukan batang pendek
maka T dan t merupakan alel. Namun, seandainya m merupakan gen yang
menentukan warna putih pada bunga maka T dan m bukan alel. Apabila sebuah
lokus dalam sebuah kromosom ditempati oleh beberapa alel atau suatu seri alel
maka dinamakan alel ganda. Contoh alel ganda yaitu pewarisan golongan darah
pada manusia dan pada rambut kelinci.

a. Pewarisan Golongan Darah pada Manusia

Berdasarkan penggolongan darah sistem ABO, darah manusia digolongkan menjadi


empat, yaitu golongan darah A, B, AB, dan O. Penggolongan darah ini didasarkan atas
macam antigen dalam eritrosit. Antigen-antigen itu diwariskan oleh seri alel ganda
dengan simbol I. Huruf I ini berasal dari kata isoaglutinin, yaitu antigen yang
mengakibatkan empat golongan darah tersebut.

Perhatikan Tabel berikut.


Gen IA dominan terhadap IO.

Gen IB dominan terhadap IO.

IA dan IB sama-sama dominan terhadap IO sehingga genotip IAIB menunjukkan


golongan darah AB. Jadi, gen IO mempunyai alel IA dan alel IB.

b. Alel Ganda Penentu Rambut Kelinci

Alel ganda pada kelinci terdapat pada gen penentu warna rambut.

Gen K : kelinci normal berwarna kelabu.

Gen Kch: kelinci chinchilla berwarna kelabu muda.

Gen Kh :kelinci himalaya berwarna putih, ujung hidung, ujung telinga, ekor, dan
kaki berwarna kelabu gelap.

Gen k : kelinci albino (tak berpigmen) berwarna putih.

Pada keempat gen tersebut berlaku ketentuan sebagai berikut:


1) Kelabu dominan terhadap ketiga warna yang lain.

2) Kelabu muda dominan terhadap himalaya dan albino.

3) Himalaya dominan terhadap albino.

4) Albino merupakan gen resesif.

2.
Penyimpangan terhadap hukum mendel
a. Penyimpangan semu
Dalam kondisi normal, persilangan monohibrida menghasilkan perbandingan
individu keturunan 3 : 1 atau 1 : 2 : 1, dan persilangan dihibrida menghasilkan
individu keturunan 9 : 3 : 3 : 1. Dalam prakteknya, hasil persilangan Mendel dapat
menghasilkan perbandingan individu yang tidak tepat. Pada persilangan dihibrida,
dapat dihasilkan perbandingan yang merupakan variasi dari perbandingan 9 : 3 : 3
: 1 yaitu 12 : 3 : 1; 9 ; 7 atau 15 : 1. Meskipun demikian, perbandingan tersebut
tetap mengikuti aturan Hukum Mendel. Oleh karena itu, hasil perbandingan
tersebut dikatakan sebagai penyimpangan semu Hukum Mendel.

Penyimpangan tersebut terjadi karena adanya beberapa gen yang saling


memengaruhi dalam menghasilkan fenotip. Meskipun demikian, perbandingan
fenotip tersebut masih mengikuti prinsip-prinsip Hukum Mendel. Penyimpangan
semu Hukum Mendel tersebut meliputi: interaksi gen, kriptomeri, polimeri,
epistasis-hipostasis, gen-gen komplementer, gen dominan rangkap dan gen
penghambat.

1. Epistasi dan Hipostasi

Kalian tentunya masih ingat tentang istilah epikotil (epi = di atas) dan hipokotil (hipo = di
bawah) bukan? Istilah tersebut dapat dianalogkan dengan epistasis dan hipostasis. Dalam hal
ini, epistasis adalah sebuah atau sepasang gen yang menutupi atau mengalahkan ekspresi gen
lain yang tidak selokus (sealel). Bagaimana dengan Hipostasis? Hipostasis adalah gen yang
tertutupi oleh sebuah atau sepasang gen lain yang tidak selokus (yang bukan alelnya).Epistasis
dibedakan menjadi tiga, yaitu epistasis dominan, epistasis resesif, dan epistasis dominan resesif.
Nah, agar kalian lebih memahami perbedaannya, perhatikanlah contoh berikut.

1. Epistasis Dominan
Epistasis dominan terjadi pada persilangan umbi lapis bawang berwarna merah dengan umbi
berwarna kuning. Gen A menyebabkan umbi berwarna merah dan gen B menyebabkan umbi
berwarna kuning. Persilangan tersebut dapat dilihat di bawah ini.

Jika dilihat, hasil perbandingan fenotip F2 tersebut adalah 12 merah : 3 kuning : 1


putih. Angka perbandingan tersebut merupakan variasi atau modifi kasi dari
perbandingan dihibrida 9:3:3:1.

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, dapat disimpulkan bahwa epistasis


dominan terjadi bila sebuah gen dominan mengalahkan pengaruh gen lain yang
bukan alelnya. Rumusnya adalah gen A bersifat epistasis terhadap gen B dan b.
Oleh karena itu, meskipun dalam genotip terdapat gen B atau b, gen A tetap
menutup ekspresi dari gen B dan b.
2. Epistasis Resesif
Peristiwa ini terjadi jika gen resesif mengalahkan pengaruh gen dominan dan
resesif yang bukan alelnya. Rumusnya adalah gen aa epistasis terhadap B dan b.
Pada persilangan antara anjing berambut emas dan anjing berambut coklat,
dihasilkan keturunan F1 berambut hitam. Beberapa gen yang berperan adalah
gen B (menentukan warna hitam), gen b (menentukan warna coklat), gen E
(menentukan keluarnya warna), dan gen e (menghambat keluarnya warna).
Peristiwa persilangannya dapat dilihat sebagai berikut.

Dari hasil penyilangan tersebut menunjukkan perbandingan fenotip 9 hitam: 4


emas: 3 coklat. Oleh karena itu, rumus epistasis resesif adalah aa epistasis
terhadap B dan b. Dalam contoh ini, aa adalah ee (menghambat keluarnya
warna).

Gambar: Anjing dengan berbagai macam warna bulu


3. Epistasis dominan resesif
Epistasis dominan resesif merupakan peristiwa suatu gen menghambat ekspresi
fenotip yang disebabkan oleh gen mutan yang bukan alelnya. Gen mutan
tersebut bersifat menghambat, sehingga disebut gen penghalang atau inhibitor
atau gen suspensor.

Epistasis dominan resesif terjadi pada persilangan lalat buah (Drossophila


melanogaster). Gen P menentukan warna mata merah, gen p menentukan warna
mata ungu, gen S merupakan gen non-suspensor, dan s merupakan gen
suspensor. Berikut ini peristiwa persilangannya.

Perbandingan fenotipnya adalah 13 merah: 3 ungu. Rumus epistasis dominan


resesif adalah A epistasis terhadap B dan b serta bb epistasis terhadap A dan a

2.Kriptomeri

Kriptos (Yunani) berarti tersembunyi, sehingga kriptomeri dikatakan sebagai gen


dominan yang seolah-olah tersembunyi jika berdiri sendiri dan akan tampak
pengaruhnya apabila bersama-sama de ngan gen dominan yang lainnya. Peristiwa
kriptomeri ini pertama kali ditemukan oleh Correns (Tahun 1912) setelah
menyilangkan bunga Linaria marocanna berwarna merah (Aabb), dengan bunga
Linaria maroccana berwarna putih (aaBB). Keturunan F1nya adalah bunga berwarna
ungu (AaBb) yang berbeda dengan warna dari bunga kedua induknya (yaitu merah
dan putih). Rasio fenotip F2nya adalah 9 ungu: 3 merah: 4 putih.

Gambar bunga Linaria marocanna (foto: linahdyt.blogspot.com)

Lantas dari manakah warna ungu tersebut timbul? Dari hasil penelitian plasma
sel, ternyata warna merah disebabkan oleh adanya pigmen antosianin dalam
lingkungan asam. Dalam lingkungan basa, pigmen ini akan memberikan warna
ungu. Jika di dalam plasma tidak terdapat pigmen antosianin, baik di dalam
lingkungan asam atau basa, maka akan terbentuk warna putih. Faktor A, apabila
mengandung pigmen antosianin dalam plasma sel dan faktor a jika tidak ada
antosianin dalam plasma sel. Faktor B, apabila kondisi basa dan b dalam kondisi
asam. Sifat A dominan terhadap a dan sifat B dominan terhadap sifat b. Oleh
karena itu, tanaman yang berbunga merah disimbolkan dengan Aabb atau AAbb,
sedangkan tanaman yang berbunga putih disimbolkan dengan aaBB atau aabb.
Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa bunga merah memiliki antosianin
di mana dalam lingkungan plasma sel bersifat asam. Sedangkan bunga putih
tidak memiliki antosianin di mana lingkungan plasma sel bersifat basa. Apabila
kedua tanaman tersebut saling disilangkan, dapat dilihat pada diagram berikut.
3. Polimeri.
Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan tentang kriptomeri. Selanjutnya, kalian
akan mempelajari tentang polimeri. Apakah perbedaan antara keduanya? Untuk
dapat menjawabnya, simaklah uraian berikut.

Polimeri atau karakter kuantitatif adalah persilangan heterozigot dengan banyak


sifat beda yang berdiri sendiri, tetapi memengaruhi bagian yang sama dari suatu
organisme. Peristiwa polimeri ditemukan oleh Lars Frederik Nelson dan Ehle,
setelah melakukan percobaan dengan menyilangkan gandum berbiji merah
dengan gandum berbiji putih.

Persilangan itu menghasilkan keturunan heterozigot berwarna merah lebih


muda bila dibandingkan dengan induknya yang homozigot (merah). Oleh karena
itu, biji merah bersifat dominan tidak sempurna terhadap warna putih. Setelah
generasi F1 disilangkan sesama, pada generasi F2 diperoleh perbandingan
fenotip 3 merah : 1 putih.
Supaya kalian lebih memahami, cermatilah contoh berikut.
Gandum berbiji merah : M1M1M2M2
Gandum berbiji putih : m1m1m2m2

Rasio fenotip F2 adalah 15 merah : 1 putih

Dari hasil keturunan pada diagram di atas, banyaknya jumlah faktor M


memengaruhi warna bijinya. Semakin banyak faktor M yang ada, warnanya
semakin tua atau semakin gelap.

Kapankah peristiwa polimeri dapat terjadi? Peristiwa ini terjadi pada pewarisan,
warna kulit manusia. Warna kulit disebabkan oleh zat warna kulit (pigmen). Jika
faktor pigmen kulit manusia dilambangkan dengan P, genotip orang berkulit
putih p1p1 p2p2 p3p3.

Apabila pria kulit putih menikah dengan wanita kulit hitam (negro), maka
keturunan F1 akan mempunyai kulit mulad (coklat sawo matang), yang
berfenotip P1p1P2p2P3p3. Derajat kehitaman kulit bergantung pada banyaknya
faktor pigmen P.

4. Gen –gen komplementer


Gen-gen komplementer merupakan interaksi antara gen-gen dominan yang
berbeda, sehingga saling melengkapi. Jika kedua gen tersebut terdapat bersama-
sama dalam genotip, maka akan saling membantu dalam menentukan fenotip.
Jika salah satu gen tidak ada, maka pemunculan fenotip menjadi terhalang. Agar
lebih jelas, simaklah contoh berikut.

Apabila F1 (keturunan pertama) hasil perkawinan 2 orang yang bisu tuli


disilangkan dengan sesamanya, maka generasi atau keturunan F2 ada yang
normal dan bisu tuli.
Dalam hal ini, gen T dan gen B tidak akan menunjukkan sifat normal apabila
kedua gen tersebut tidak terdapat bersama-sama dalam satu genotip. Dengan
demikian, jika hanya terdapat gen T tanpa gen B, atau jika hanya terdapat gen B
tanpa gen T maka akan tetap memunculkan sifat bisu tuli. Rasio fenotip F2 yang
dihasilkan adalah 9 Normal : 7 bisu tuli.

5. Atavisme

Penyimpangan semu Hukum Mendel yang pertama adalah atavisme. Atavisme


adalah interaksi antar gen yang menghasilkan filia atau keturunan dengan
fenotip yang berbeda dari induknya.

Perhatikan contoh persilangan kasus atavisme di bawah ini:


Terdapat empat jenis jengger ayam, di antaranya walnut (R-P-), rose (R-pp),
pea (rrP-), dan single (rrpp). Sekarang, yuk kita coba lakukan persilangan
antara jengger ayam rose (RRpp) dengan jengger ayam pea (rrPP). Hasilnya
bisa disimak pada gambar di bawah ini, ya!
B. Pautan gen
Gen-gen yang terletak pada lokus (tempat) yang berdekatan pada kromosom
yang sama akan tetap bersama saat diturunkan kepada keturunannya. Sebagai
contoh adalah gen untuk warna merah buah apel dan gen untuk daun berbulu.
Kedua gen tersebut terletak berdekatan pada kromosom yang sama, akibatnya
kedua sifat tersebut tidak akan terpisahkan dalam pembentukan gamet sehingga
akan diturunkan bersama-sama pada keturunan berikutnya.

Apabila gen-gen tersebut letaknya berjauhan, semakin kecil kemungkinan


terjadinya pautan karena adanya peristiwa pindah silang yang akan dijelaskan
nanti.

Pada proses miosis, kromosom yang telah mengganda akan ditarik menuju kutup
yang berlawanan. Apabila kedua gen terletak dalam kromosom yang sama dan
berdekatan, maka kedua gen tersebut akan ditarik menuju kutup yang sama.
Perhatikanlah bagan di bawah ini.

Gen G dan L terletak pada kromosom yang sama dan letaknya berdekatan,
begitu pula dengan gen g dan l. Sehingga gen G dan L tidak akan terpisah ketika
terjadi meiosis, demikian juga yang terjadi pada gen g dan l.
C.Pindah Silang.
Pindah silang merupakan peristiwa saling bertukarnya lengan kromosom
homolog (memiliki bentuk dan ukuran sama) saat profase meiosis I karena
letaknya yang sangat berdekatan. Saat profase meiosis I, kromosom
homolog yang masing-masingnya telah mengganda akan saling menempel dan
membentuk tetrad. Tetrad adalah keadaan dimana kromosom homolog yang
telah mengganda saling menempel pada bagian sentromer sehingga nampak
seperti empat kromosom yang bersatu.

Saat terbentuk tetrad ini, lengan-lengan kromosom akan terletak berhimpitan


sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran lengan antar kromosom
homolog. Pertukaran yang terjadi antar kromosom dapat mengakibatkan
munculnya variasi yang berbeda pada gamet yang dihasilkan. Peristiwa pindah
silang inilah yang menyebabkan pasangan suami istri tidak memiliki empat anak
dengan wajah yang sama, masing-masing memiliki wajah yang berbeda dan
khas.
Perhatikanlah bagan di bawah ini.

Kromosom homolog membentuk persilangan lengan sehingga dapat saling bertukar lengan.
Kromosom awal yang berisi gen G dan L akan bertukar lengan dengan kromosom homolognya
yang berisi gen g dan l. Hal ini menyebabkan munculnya kromosom rekombinan yang berisi
gen G dan l, serta g dan L. Titik persilangan antar dua kromosom tersebut dinamakan dengan
kiasma.

D. Gagal Berpisah
kromosom yang telah mengganda akan ditarik menuju kutup yang berlawanan.
Kromosom tersebut ditarik oleh benang spindel yang menempel pada bagian
sentromer. Normalnya, kromosom akan terpisah secara merata ketika ditarik
menuju kutup yang berlawanan. Satu kopian kromosom akan ditarik ke arah
tertentu dan kopian yang lain akan ditarik ke arah yang berlawanan. Namun
kadang kala ada kejadian dimana benang spindel tidak mampu menarik
kromosom sehingga kromosom yang telah mengganda tertarik semua ke salah
satu kutup. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penambahan atau
pengurangan kromosom pada gamet yang terbentuk.Apabila peristiwa gagal
berpisah ini hanya terjadi pada satu atau sedikit kromosom saja, akan
menghasilkan kelainan yang disebut aneuploidi, yaitu penambahan atau
pengurangan jumlah kromosom. Gamet manusia yang normalnya berjumlah 23
dapat bertambah menjadi 24, dan bisa berkurang hanya 22 pada gamet lainnya.

Namun apabila peristiwa ini erjadi pada seluruh set kromosom, akan
menghasilkan kelainan yang disebut euploid, yaitu penambahan set kromosom.
Gamet yang terbentuk dapat memiliki 46 kromosom karena semua kromosom
yang telah mengganda tidak berpisah. Pembahasan tentang aneuploidi dan
euploidi akan saya jelaskan lebih lanjut dalam artikel tentang mutasi.

Perhatikanlah bagan di bawah ini, untuk gambaran tentang gagal berpisah.

Peristiwa gagal berpisah dapat menghasilkan keadaan yang menguntungkan atau


merugikan. Gagal berpisah pada kromosom nomor 21 pada manusia dapat
menyebabkan kelainan sindrom down, yaitu keterbelakangan mental yang
dicirikan dengan wajah yang khas. Gagal berpisah dimanfaatkan dalam dunia
pertanian untuk menghasilkan buah-buah tanpa biji.

Pada proses pembentukan gamet, petani memberikan zat kimia kolkisin untuk
memicu peristiwa gagal berpisah. Gagal berpisah akan menyebabkan gamet yang
terbentuk bersifat diploid (2n). Apabila gamet diploid ini dikawinkan (disatukan)
dengan gamet haploid (1n) akan menghasilkan keturunan triploid (3n). Individu
triploid pada tumbuhan biasanya memiliki buah besar dan tidak berbiji yang
sangat diminati oleh pasar. Buah semangka tanpa biji merupakan hasil rekayasa
dengan kolkisin yang telah banyak beredar dipasaran.

E. Pautan seks(Rangkai kelamin)


Pautan sex (sex linkage) merupakan suatu keadaan dimana terdapat banyak gen
tertentu yang selalu terdapat pada kromosom sex. Adanya pautan sex
menyebabkan suatu sifat muncul hanya pada jenis kelamin tertentu. Ada dua
jenis pautan sex, yaitu pautan X dan pautan Y.

Contoh: persilangan antara lalat Drosophilla melanogaster bermata merah dan


putih.

P: jantan mata putih X betina mata merah


X mY X XM
M

F1 : XMY : jantan mata merah


XMXm : betina mata merah

P2 : XMY x XMXm

FZ : XMY : jantan mata merah


X mY : jantan mata putih
XMXM : betina mata merah
XMXm : betina mata merah

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa gen yang menyebabkan warna mata
pada lalat terdapat pada kromosom X. Mata merah disebabkan gen dominan M,
dan mata putih disebabkan gen resesif m. Hasil persilangan pada F, induk jantan
yang bermata putih mewariskan gen m pada anak betina, sedangkan induk
betina yang bermata merah mewariskan gen M pada anak jantan.
F. Gen Letal

Gen letal (gen kematian) adalah gen yang dalam keadaan homozigotik atau
homozigot menyebabkan matinya individu. Berhubungan dengan itu hadirnya
gen letal pada suatu individu menyebabkan perbandingan fenotip dalam
keturunan menyimpang dari hukum Mendel.

1.Gen Dominan Letal


Gen dominan letal, ialah gen dominan yang bila homozigotik akan menyebabkan individu
mati. Beberapa contoh:
a. Ayam “Creeper”
Pada ayam ras dikenal:
C = gen untuk ayam Creeper (tubuh normal, tetapi kaki pendek)
c = gen untuk ayam normal

Gen dominan C bila homozigotik CC berakibat letal, sehingga perkawinan 2 ekor ayam Creeper
akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan 2 Creeper : 1 Normal

Contoh:

P ♀ Cc x ♂ Cc

Creeper Creeper

F1 CC = Letal

Cc = Creeper

Cc = Creeper

cc = Normal

b. Tikus kuning

Pada tikus dikenal beberapa gen sebagai berikut:

AY = Untuk warna kuning

a = Untuk warna hitam


Genotip AYAY berakibat letal, tikus mati waktu embrio. Tikus AYa adalah kuning, sedang tikus
aa adalah hitam.

Perkawinan dua ekor tikus kuning menghasilkan keturunan dengan perbandingan 2 kuning : 1
hitam.

Contoh:

P ♀ AYa x ♂ AYa

Kuning Kuning

F1:AYAY = Letal
AYa = Kuning
AYa = Kuning
Aa = Hitam

B. Hereditas pada manusia.

Pola pewarisan sifat dapat dipelajari menggunakan pedigree/peta silsilah.peta


silsilah merupakan catatan asal usul seseorang dari nenek moyang sampai
generasi berikutnya .Beberapa sifat fisik ,kelainan atau penyakit ,dan golongan
darah akan diturunkan orang tua kepada anaknya.pewarisan sifat ini mengikuti
pola pewarisan tertentu.untuk menjelaskan pewarisan sifat digunakan dalam
beberapa symbol dalam peta silsilah sebagai berikut:
Penurunan sifat pada manusia dibedakan menjadi dua, yaitu sifat yang terpaut
koromosom tubuh (autosomal), dan sifat yang terpaut kromosom sex
(gonosomal). Sifat yang autosomal manifestasinya dapat muncul baik pada anak
laki-laki maupun perempuan. Sedangkan sifat yang gonosomal manifestasinya
dipengaruhi oleh jenis kelamin, bisa hanya muncul pada anak laki-laki saja atau
perempuan saja.

Pewarisan sifat pada manusia terhadap keturunannya mengikuti pola-pola


tertentu. Ada beberapa individu keturunan yang bersifat normal ada pula
beberapa keturunan yang mengalami cacat atau kelainan menurun (sindrom).
Penyakit atau cacat turunan ini memiliki sifat-sifat yang khas, yaitu bukan
merupakan penyakit yang dapat ditularkan, bersifat permanen dan tidak dapat
disembuhkan. dan dikendalikan oleh faktor genetis. Adanya faktor genetis
merupakan penyebab utama adanya suatu cacat atau penyakit menurun ini.
Beberapa penyakit menurun yang umumnya hadir ini dapat dibedakan
berdasarkan jenis kromosom pembawanya, yaitu dapat bersifat autosom atau
gonosom.

1. Cacat Bawaan Bersifat Autosom

Beberapa penyakit menurun yang umumnya hadir ini dapat dibedakan


berdasarkan jenis kromosom pembawanya, yaitu dapat bersifat autosom atau
gonosom. Beberapa penyakit bersifat autosom yang berhasil diidentifikasi antara
lain adalah albino, brakidaktili, feniketonuria, polidaktili, dan diabetes mellitus.

a. Albino

Albino merupakan kelainan yang disebabkan oleh tidak terbentuknya pigmentasi


tubuh. Kelainan ini merupakan kelainan bawaan yang terkait dengan kromosom
tubuh. Selain lahir tanpa pigmentasi, orang yang memiliki kelainan ini sangat
peka dengan cahaya berintensitas tinggi. Kelainan ini terjadi karena tubuh
seseorang tidak mempunyai gen yang mampu membentuk enzim untuk
mengubah tirosin menjadi pigmen melanin (pembentuk warna kulit). Gen
tersebut adalah gen dominan A. Oleh karena itu, orang yang normal akan
mempunyai genotip AA atau Aa dan orang albino tidak mempunyai gen A atau
mempunyai genotip aa (resesif homozigot).

Fenotipe : normal heterozigot X normal heterozigot

Genotipe : Aa Aa

P Gamet : A, a A, a

F1

Gamet A a

A AA Aa

a Aa aa

1 AA : normal (25%)
2 Aa : normal heterozigot (50%)
1 aa : albino (25%)

Pada perkawinan dua orang yang normal, heterozigot dapat menghasilkan keturunan albino.
Hal ini disebabkan kedua orang tuanya mempunyai gen resesif yang akan bergabung
membentuk gen resesif homozigot (aa). Orang tua yang terlihat normal tetapi dapat
menurunkan albino kepada anaknya ini disebut “carrier”.

B. Brakidaktili
Brachydaktili adalah keadaan seseorang yang mempunyai jarijari pendek atau
tidak normal. Hal ini terjadi karena pendeknya tulang-tulang pada ujung jari dan
tumbuh menjadi satu.Gen yang menyebabkan penyakit ini adalah gen dominan
(B) yang bersifat letal. Oleh karena itu, individu yang memiliki genotipe
homozigot dominan (BB) akan mengalami kematian. Adapun penyakit
brakidaktili disebabkan oleh genotipe heterozigot (Bb). Keadaan genotipe
homozigot resesif (bb) merupakan individu normal.

Fenotipe : brakidaktili X brakidaktili

Genotipe : Bb Bb

P Gamet : B, b B, b

F1

Gamet B b

B BB Bb

b Bb bb

1 BB : meninggal (25%)
2 Bb : brakidaktili (50%)
1 aa : normal (25%)
C. Fenilketonuria
Gangguan mental atau cacat mental merupakan kelainan yang diwariskan dari
kedua orangtuanya. Beberapa gangguan mental yang diketahui adalah imbisil,
debil, dan idiot. Ciri-ciri dari penderita gangguan mental, antara lain warna
rambut dan kulit kekurangan pigmen, bereaksi lamban, tidak berumur panjang,
dan biasanya IQ rendah.

Salah satu penyebab gangguan mental adalah rusaknya sistem saraf akibat kadar
asam fenilpiruvat yang tinggi dalam tubuh, atau biasanya disebut fenilketonuria
(FKU). FKU disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mensintesis enzim
yang dapat mengubah fenilalanin menjadi asam amino tiroksin. Produksi enzim
tersebut dikendalikan oleh gen dominan. Oleh karena itu, seorang anak yang
memiliki gen homozigot resesif tidak bisa memproduksi enzim tersebut.
normal normal
Fenotipe : heterozigot X heterozigot

Genotipe : Aa Aa

P Gamet : A, a A, a

F1

Gamet A a

A AA Aa

a Aa aa

1 AA : normal (25%)
2 Aa : normal heterozigot atau carrier FKU (50%)
1 aa : gangguan mental FKU (25%)
D. Polidaktili

Penderita polidaktili memiliki jumlah jari tangan dan kaki lebih dari normal.
Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosom dominan P,
sedangkan gen p untuk normal. Hal ini terjadi karena kelainan ditentukan oleh
autosom, ekspresi gen yang terjadi berbeda sehingga lokasi tambahan jari
berbeda. Misalnya seorang laki-laki penderita polidaktili menikah dengan
seorang wanita polidaktili heterozigot pula.

polidaktili polidaktili
Fenotipe : heterozigot X heterozigot

Genotipe : Pp Pp

P Gamet : P, p P, p

F1

Gamet P p

P PP Pp

p Pp pp

1 PP : polidaktili homozigot (25%)


2 Pp : polidaktili heterozigot (50%)
1 pp : normal (25%)

E.Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah terbuangnya glukosa bersama urine karena terjadi


gangguan fungsi insulin yang dihasilkan oleh pulau Langerhans pada pankreas.
Seperempat dari penderita diabetes mellitus ternyata diakibatkan faktor genetis
dan tiga perempat yang lainnya karena faktor makanan. Penyakit ini
dikendalikan oleh gen resesif homozigot (dd).

2. Cacat Bawaan yang Bersifat Gonosom


Cacat bawaan dapat pula bersifat gonosom, yakni terpaut pada kromosom seks.
Beberapa cacat atau kelainan bersifat gonosom, antara lain buta warna dan
hemofilia. Kelainan gonosom dikelompokkan menjadi kelainan pada gonosom X
dan kelainan pada gonosom Y.

A.Kelainan oleh alel resesif pada gonosom X

Alel resesif atau dominan pada kromosom X juga dapat menentukan terjadinya
kelainan pada individu keturunan manusia. Pada manusia, telah dikenal lebih
dari 150 sifat keturunan yang kemungkinan disebabkan oleh gen-gen tertaut
kromosom X. Beberapa kelainan, terutama akibat alel resesif pada kromosom X
tersebut adalah:

1) Buta Warna

Kita mengenal penyakit buta warna sebagai cacat bawaan yang dibawa mulai
lahir. Ada beberapa golongan penyakit buta warna pada manusia. Buta warna
total, orang ini benar-benar hanya dapat membedakan warna hitam dan putih
saja dan tidak dapat melihat warna lainnya. Buta warna parsial, orang yang
menderita kelainan buta warna parsial ini tidak mampu untuk membedakan
beberapa warna tertentu, seperti warna hijau, biru, atau merah.

Kelainan buta warna disebabkan oleh gen yang terpaut pada gonosom X dan
bersifat resesif. Kehadiran gen Xcb ini pada kondisi heterozigot pada wanita
hanya akan menyebabkan ia sebagai carrier dan jika pada pria kehadiran gen
Xcb akan menyebabkan buta warna.

P Fenotipe : wanita carrier X pria normal


Genotipe : XcbX XY

Gamet : Xcb, X X, Y

F1

Gamet X Y

Xcb XcbX XcbY

X XX XY

XcbX : wanita carrier (25%)


XcbY : pria buta warna (25%)
XX : wanita normal (25%)
XY : pria normal (25%)

2) Hemofilia

Hemofilia merupakan suatu kelainan yang menyebabkan terhambatnya proses pembekuan darah. Oleh
karena itu, apabila seseorang yang memiliki kelainan ini terluka, akan mengakibatkan kehabisan darah
yang lebih cepat sehingga dapat menyebabkan kematian. Hemofilia menyebabkan tidak terbentuknya
faktor antihemofilia yang diperlukan untuk pemecahan trombosit menjadi trombokinase pada proses
pembekuan darah. Gen penyebab hemofilia ini terkait dengan gonosom X dan bersifat resesif.

Pada kondisi homozigot resesif, hemofilia bersifat letal bagi wanita sehingga hampir tidak ada wanita
yang mengalami penyakit hemofilia. Contoh kasus hemofilia dapat kita lihat pada perkawinan antara
seorang ibu normal heterozigot dan suami normal berikut ini.

Fenotipe : normal heterozigot X pria normal

Genotipe : XbX XY

P Gamet : Xb , X X, Y
F1

Gamet X Y

Xb XbX Xb Y

X XX XY

XbX : wanita carrier (25%)


XbY : laki-laki hemofilia (25%)
XX : wanita normal (25%)
XY : pria normal (25%)

3. Anodontia

Anodontia merupakan kelainan pada seseorang yang tidak mempunyai benih gigi
pada rahangnya, sehingga gigi tidak dapat tumbuh selamanya. Kelainan ini
banyak ditemukan pada pria. Menurut para ahli, penderita anodontia juga
menunjukkan ciri seperti berambut jarang dan susah berkeringat. Gen resesif
penyebab anodontia adalah a, sehingga pewarisan sifatnya juga seperti pada
buta warna.

Fenotipe : normal carrier X pria normal

Genotipe : XAXa XAY

P Gamet : XA, Xa XA, Y

F1

Gamet XA Y
XA XAXA XAY

Xa XAXa X aY

1 XAXA = wanita normal (25%)


1 XAXa = wanita normal carrier (25%)
1 XAY = laki-laki normal (25%)
1 XaY = laki-laki anodontia (25%)

Kelainan oleh alel resesif pada gonosom Y

Karena yang mempunyai kromosom Y hanya pria, maka kelainan ini hanya
dialami oleh pria saja. Agar lebih mudah dalam mempelajari kelainan oleh alel
resesif pada gonosom Y, simak tabel berikut.

Alel
Kelainan resesif Ciri-ciri Keterangan

Rambut tumbuh
pada bagian-bagian
tertentu di tepi Sering dijumpai di India dan
Hypertrichosis H daun telinga. Pakistan

Pada abad ke-18, penderita


Rambut tumbuh (disebut Porcupine man) ini
panjang dan kaku di pernah ditemukan. Namun,
permukaan tubuh Penrose dan stern (1958) tidak
menyerupai duri begitu yakin jika kelainan ini
Hystrixgravier Hg landak tertaut kromosom Y.
Kulit tumbuh Kaki atau tangan yang berselaput
diantara jari-jari ini menyerupai kaki katak atau
(terutama kaki) burung air.

4. golongan darah pada manusia

A. golongan darah menurut system ABO

Menurut sistem A, B, O penggolongan darah manusia dibedakan atas empat


macam, yaitu
1.Golongan darah A, apabila di dalam sel darah merahnya terdapat antigen A
yang dikendalikan oleh gen I^A.
2. Golongan darah B, apabila di dalam sel darah merahnya terdapat antigen A
yang dikendalikan oleh gen I^B.
3. Golongan darah A dan B, apabila di dalam sel darah merahnya terdapat antigen
A dan B yang masing-masing dikendalikan oleh gen I^A dan I^B.
4.Golongan darah O, apabila di dalam sel darah merahnya tidak terdapat antigen
A dan B. keadaan ini timbul karena dikendalikan oleh gen I^O yang bersifat
sensitif, baik terhadap gen I^A maupun I^B.
Ini tabel untuk menegaskan lagi OK
Golongan darah merupakan merupakan salah satu karakter yang diwariskan
pada manusia.

Golongan darah ini tergolong dalam allela ganda ( Multuple allela)


Terdapat 3 jenis sistem penggolongan darah pada manusia yaitu sistem ABO,
sistem MN dan sistem ABO
dipelajari agar tidak terjadi kekeliruan dalam penentuan hasil keturunan
2.Golongan darah tipe MN

3.Sistem rhesus
Jika terjadi perkawinan Wanita bergolongan darah RH- (Rhesus negatif) dengan
Laki laki RH +(Rhesus +) maka akan terjadi kasus Erythroblastosis Fetalis pada
janin yang ke 2 sehingga meninggal dunia ,
sedang anak Pertamanya Selamat karena zat anti rhesus yang dibuat ibu untuk
adaptif terhadap gangguan zat anti anak Rh+ yang dikandungnya belum banyak
dan anak itu sudah lahir .

BAB VI MUTASI

1. Pengertian mutasi
Mutasi adalah perubahan susunan atau struktur materi genetis pada suatu
individu yang menyebabkan terjadinya perubahan sifat (fenotif). Individu yang
megalami mutasi di sebut mutan. Perubahan sifat pada mutan dapat di turunkan
dan tidak dapat di turunkan tergantung pada jenis mutasi yang terjadi.
2. Macam-macam mutasi
A.Macam-macam mutasi berdasarkan letak sel yang mengalami mutasi terdiri atas:
a. Mutasi Somatik

Mutasi ini terjadi pada sel-sel tubuh dan dampaknya hanya dirasakan pada individu tersebut
dan tidak diturunkan. Faktor-faktor yang menyebabkan mutasi somatik, antara lain sinar
radioaktif, sinar ultraviolet, dan obat-obatan atau zat-zat yang bersifat mutagenik.

Ketika seorang ibu mengandung janinnya, kemudian minum obat yang bersifat mutagenik
atau terkena sinar radioaktif maka hal ini dapat berpengaruh terhadap janinnya, yang akan
menyebabkan cacat bawaan ketika lahir. Mutasi seperti ini dapat terjadi pada zigot maupun
embrio. Apabila terjadinya mutasi pada saat berupa zigot dampaknya akan lebih besar
dibandingkan dengan pada saat berupa embrio.

Pada sel-sel dewasa mutasi juga dapat terjadi di antaranya disebabkan oleh sinar ultraviolet
dan zat-zat tertentu yang bersifat mutagenik. Dampak dari mutasi yang sering ditemukan pada
orang dewasa adalah terjadinya sel-sel kanker, yaitu suatu keadaan sel-sel tubuh yang
membelah lebih cepat
dan tidak terkontrol sehingga dapat mengganggu fungsi jaringan tubuh lainnya. Sinar
ultraviolet dapat mengakibatkan kanker kulit. Zat-zat aditif, misalnya pewarna, perasa dan
pengawet buatan yang berada pada makanan dalam jumlah tertentu juga dapat berpengaruh
terhadap terbentuknya sel-sel kanker.

2. Mutasi gametik

Mutasi gametik germinal adalah mutasi yang terjadi pada sel gamet. Karena terrjadinya di sel
gamet, maka akan diwariskan oleh keturunannya. Mutasi gametik disebut mutasi germinal.
Bila mutasi tersebut menghasilkan sifat dominan, akan terekspresi pada keturunannya. Bila
resesif maka ekspresinya akan tersembunyi.

Berdasarkan jenis kromosom yang mengalami mutasi pada sel gamet:

1) Mutasi autosomal
Mutasi sel kelamin yang terjadi pada kromosom autosom. Mutasi jenis ini menghasilkan
mutasi yang dominan dan mutasi yang resesif.
2) Mutasi tertaut kelamin
Mutasi sel kelamin yang terjadi pada kromosom seks (kromosom kelamin), berupa tertautnya
beberapa gen dalam kromosom kelamin

B. macam-macam mutasi berdasarkan tempat terjadinya

1. Mutasi Gen (Mutasi Titik)

Pada mutasi gen tidak terjadi perubahan lokus, bentuk maupun jumlah kromosom, tetapi
menimbulkan perubahan pada m-RNA, dan akibatnya dapat mengubah protein pada sintesis
protein sehingga dapat menghasilkan fenotip yang berbeda.

Penyebab mutasi gen:

a. Subtitusi (pertukaran), adalah peristiwa pertukaran atau pergantian basa nitrogen penyusun
DNA, yang dibedakan menjadi:

1)Transisi adalah pergantian basa nitrogen sejenis, misalnya antara basa purin
dengan purin atau pirimidin dengan pirimidin. Contoh: A – T diganti menjadi G –
S, S – G menjadi T – A.
2) Tranversi adalah pergantian basa nitrogen yang tidak sejenis,
misalnya pergantian basa nitrogen purin dengan pirimidin atau sebaliknya.
Contoh: T – A diganti menjadi A – T, G – S menjadi S – G.

b. Adisi/Insersi (penambahan), peristiwa penambahan satu atau beberapa basa


nitrogen.

c. Delesi (pengurangan), peristiwa pengurangan satu atau beberapa basa nitrogen.


Delesi ini dapat disebabkan oleh infeksi virus dan radiasi sinar radioaktif.

2. Mutasi Kromosom (Aberasi Kromosom)

Mutasi kromosom akan mempengaruhi beberapa gen, sehingga mutasi


kromosom berakibat lebih nyata pada fenotip atau penampakan individu
dibanding mutasi gen.
a. Perubahan Struktur Kromosom
1) Inversi adalah peristiwa perubahan urutan lokus (gen) terbalik atau berpindah
sebagai akibat dari kromosom yang terpilin sehingga menyebabkan terjadinya
penyisipan gen-gen pada lokus dengan urutan yang berbeda dengan
sebelumnya. Inversi dibedakan menjadi dua, yaitu parasentris dan
perisentris. Inversi parasentrisadalah perubahan urutan gen hanya terjadi pada
satu lengan saja tanpa berpindah ke lengan yang lain melewati
sentromer. Adapun inversi perisentris adalah perubahan urutan gen yang terjadi
antara kedua lengan yang melewati sentromer.
2) Delesi dan Duplikasi. Pada proses delesi, lengan kromosom patah dan kehilangan
sebagian lokusnya. Patahan tersebut dapat menempel pada lengan kromosom
homolognya atau bebas tidak menempel pada lengan kromosom yang lain.
Berdasarkan letak patahan kromosom, delesi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitudelesi interkalar apabila patahannya terjadi di dua bagian sehingga
menyebabkan bagian tengahnya hilang dan delesi terminal apabila patahannya
terletak pada ujung lengan kromosom. Contoh pada delesi terminal adalah
Sindoma Cri-du-cat. Duplikasi (penambahan) adalah terjadinya penambahan
lokus dari patahan lengan kromosom homolognya. Duplikasi pada kromosom
manusia dapat terjadi pada kromosom X yang disebut dengan Fragile X
syndrome.
3) Transloksi adalah terjadinya pertukaran gen dari suatu kromosom ke kromosom
lain yang bukan homolognya. Berdasarkan jumlah patahan dan cara pertukaran
patahan kromosomnya, translokasi dibedakan menjadi tiga, yaitu: a) translokasi
tunggal, apabila patahan dari kromosom satu akan menempel pada ujung
kromosom lain yang bukan homolognya; b) translokasi perpindahan, apabila
kromosom pertama patah di dua tempat dan kromosom yang satunya patah di
satu tempat. Patahan kromosom yang di dua tempat akan menyisip pada
patahan kromosom yang patahannya satu tempat.
4) Katenasi kromosom mengalami patah di dua tempat. Bagian patah ini lepas
dan kromosom yang bersangkutan kemudian membulat, sehingga ujung-ujung
kromosom yang patah akan saling berlekatan.
b. Perubahan Jumlah Kromosom
Perubahan set (euploidi) adalah perubahan pada jumlah n-nya, artinya suatu
keadaan jumlah kromosom yang kurang atau lebih dari normal. Perubahan set
kromosom dapat diusahakan melalui penghambatan pemisahan kromosom
dengan cara induksi kolkisin dan dekapitasi. Euploidi dibedakan menjadi:
1) Autoploidi: yaitu genom (n) mengganda sendiri karena terjadi gangguan saat
meiosis.
2) Allopoliploidi: yaitu genom mengganda karena terjadi perkawinan
antarspesies yang berbeda kromosomnya.
c. Perubahan Penggandaan (Aneusomi)
Aneusomi dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu:
1) Anafase lag , yaitu tidak melekatnya kromatid pada gelendong, pada
saat anafase meiosis I.
2) Nondisjungsi, yaitu gagal berpisahnya kromosom homolog pada waktu
anafase dari meiosis.
Macam-macam nondisjungsi:
a) Monosomi = (2n – 1), salah satu kromosomnya hanya satu.
b) Trisomi = (2n + 1), salah satu kromosomnya ada tiga.
c) Tetrasomi = (2n + 2), salah satu kromosomnya ada empat.
d) Nulisomi = (2n – 2), ada dua macam kromosom yang hanya satu.
Aneusomi dapat mengakibatkan kelainan-kelainan pada manusia, antara lain:
1) Sindrom Turner, mengalami pengurangan kromosom Y-nya sehingga mempunyai kariotipe
2AA + XO. Orang yang mengalami sindrom Turner berkelamin wanita, tetapi ovarium tidak
tumbuh.
2) Sindrom Klinefelter, penderita memiliki kromosom 2n + 1, Kariotipe: 22AA + XXY. Trisomi
terjadi pada gonosomnya. Biasanya testis penderita tidak tumbuh, sehingga mandul
(testiculair disgenesis). Gejala lain penderita ini adalah terjadi pertumbuhan payudara tetapi
kelaminnya dikenal sebagai laki-laki.

3) Sindrom Down, penderita memiliki kromosom 2n + 1, kariotipe = 45A + XX atau 45A + XY.
Trisomi terjadi pada autosom, pada kromosom nomor 21. Penderita menunjukkan gejala kaki
pendek, mata sipit, berjalan lambat. Hal ini disebutmongolisme.

4) Sindom Patau, Penderita memiliki kromosom 2n + 1, kariotipe = 45A + XX atau 45A + XY.
Trisomi pada autosom yang dapat terjadi pada kromosom nomor 13, 14, atau 15. Penderita
menunjukkan gejala berkepala relatif lebih kecil, mata kecil, telinga rendah dan buruk, tuli, ada
kelainan jantung.

5) Sindrom Edwards, penderita memiliki kromosom 2n + 1, kariotipe = 45A + XX atau 45A +


XY. Trisomi pada autosom, mungkin terjadi pada kromosom nomor 16, 17, dan 18. Biasanya
tengkoraknya lonjong, dada pendek dan lebar, telinga rendah dan tidak wajar.

C. Penyebab Mutasi (Mutagen)


1. Mutagen Biologi: bahan biologi yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi antara lain virus
dan bakteri. Virus dapat menjadi mutagen utama karena kemampuan DNA/RNA virus yang
mengendalikan peristiwa transkripsi dan translasi pada sel inangnya. Munculnya DNA virus
diantara DNA sel inang dapat mempengaruhi metabolisme dan memunculkan senyawa
karsinogenik. Bakteri, terutama bakteri patogen diduga dapat menghasilkan protein tertentu
yang dapat mengganggu atau menghalangi sintesis protein dan merusak struktur DNA.

2. Mutagen Kimia: bahan kimia penyebab mutasi adalah pestisida (DDT, BHC, TEM), nitrogen
mustrad, hidroksil amino (NH2OH), asam nitrit
(HNO2), etil metana sulfonat, etil etansulfonat, siklamat (pemanis buatan), akridrin (zat
pewarna buatan).

3. Mutagen Fisika: bahan fisika yang dapat menyebabkan mutasi. Contoh: unsur radioaktif
(torium, uranium), radiasi sinar X, sinar (α, β, γ).

D. Mutasi Buatan (Mutasi Induksi)


Mutasi buatan merupakan mutasi yang sengaja dibuat manusia. Ditinjau dari kepentingan
manusia mutasi buatan dapat dilakukan untuk menghasilkan mutan yang lebih berguna atau
lebih menguntungkan dari keadaan individu sebelumnya. Misalnya dalam proses pembuatan
bibit tanaman yang unggul.

E. Dampak Mutasi bagi Makhluk Hidup


1. Mutasi gen dapat menyebabkan beberapa penyakit pada manusia, antara lain albinisme
dan anemia sel sabit (sickle cell anemia). Penyakit sickle sell anemia adalah suatu bentuk
abnormalitas pada eritroit yang disebabkan oleh gen resesif.
2. Pada proses mutasi buatan, mutagen kebanyakan bersifat karsinogenik (zat pemacu
terjadinya kanker).
3. Dampak mutasi pada tanaman buah tanpa biji (partenokarpi) menyebabkan kesulitan pada
tanaman untuk menghasilkan biji bagi tanaman generasi berikutnya.

F. Keuntungan Mutasi bagi Manusia dan Makhluk Hidup Lain


1. Tanaman mutan yang bersifat poliploidi yang dihasilkan dari induksi digitonin dan kolkisin.
Individu poliploidi mempunyai ciri berbuah besar, tidak berbiji dan berproduksi tinggi.
2. Mutasi radiasi dengan sinar gamma menghasilkan bibit unggul. Contoh: pada padi Pelita I dan
II menghasilkan padi jenis Atomita I dan II, dimana bibit unggul ini mempunyai kelebihan tahan
terhadap wereng coklat dan bakteri pucuk Xanthomonas oryzae dan dapat toleran terhadap
air asin.
3. Mutasi radiasi dengan isotop Co-60 dapat menghasilkan varietas kedelai unggul. Kedelai ORBA
setelah dimutasikan menjadi varietas Muria yang mempunyai kelebihan antara lain: tanaman
pendek, kompak dan tidak mudah rebah, potensi hasil tinggi, tahan terhadap penyakit karat
daun, polong yang matang tidak mudah pecah, fiksasi nitrogen dalam akar lebih efektif.
4. Mutasi radiasi menghasilkan jantan mandul untuk mengendalikan populasi hama. Radiasi
pada wereng jantan akan mengakibatkan wereng menjadi mandul. Jantan mandul ini
selanjutnya dilepas ke populasi wereng, sehingga menghambat terbentuknya keturunan
dalam jumlah yang besar. Dengan demikian, populasi wereng lambat laun akan menurun.
5. Penghambatan pertumbuhan dan perkembangan kanker dan HIV. Meradiasi sel kanker dan
HIV menyebabkan sel-sel tersebut mengalami perubahan struktur DNA dan mengakibatkan
dihasilkannya senyawa antipertumbuhan kanker dan anti-HIV sehingga terjadipenghambatan
terhadap pertumbuhan sel kanker dan infeksi HIV pada sel darah putih.
DAFTAR PUSTAKA

1. ELin Yulianty.2018.Makalah Ringkasan Biologi

2. Fausiani Indah Lestari.2018.Makalah Ringkasan Biologi

3. Rani Rosalinda D.2018.Makalah Ringkasan Biologi

Anda mungkin juga menyukai