Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan
bahan yang dikeringkan. Simplisia terdiri dari 3 golongan yaitu berupa simplisia nabati,
hewani, dan pelikan atau mineral. Yang kita gunakan disini adalah simplisia nabati yaitu
berupa bagian tanaman yaitu daun jambu biji dan daun sirsak.

I. Tujuan
Makalah ini ditujukan untuk:
1. Dapat memahami dan melaksanakan proses pembuatan simplisia dari tahap awal
pengumpulan bahan baku sampai pemeriksaan mutu.
2. Dapat membuat ramuan jamu dari simplisia, tahu manfaat dan cara penggunaannya.
BAB II.
MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS
DAUN JAMBU BIJI DAN DAUN SIRSAK

A. Daun Jambu Biji

 Klasifikasi
Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )
Subkingdom : Tracheobionta ( Tumbuhan berpembuluh )
Super Divisi : Spermatophyta ( Menghasilkan biji )
Divisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga )
Kelas : Magnoliopsida ( Berkeping dua / dikotil )
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtacea ( suku jambu – jambuan )
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.

 Pemeriksaan Organoleptis
Bentuk : berupa lembaran daun.
Warna : hijau
Bau : khas aromatik
Rasa : kelat

 Pemeriksaan Makroskopis
Daun tunggal, bertangkai pendek, panjang tangkai daun 0,5 cm – 1 cm, helai daun
berbentuk bundar telur agak menjorong atau memanjang, panjang 5 cm – 13 cm, lebar 3
cm – 6 cm, pinggir daun rata agak menggulung ke atas, permukaan atas agak licin.Warna
Hijau kelabu, kelenjer minyak tampak sebagai bintik – bintik berwarna gelap bila daun
direndam tampak sebagai bintik – bintik yang tembus cahaya, ibu tulang daun dan tulang
cabang menonjol pada permukaan bawah, bertulang ( berpenulangan ) menyirip, warna
putih kehijauan.

 Pemeriksaan Mikroskopis
Epidermis atas : terdiri dari 1 lapis sel, pipih, terentang tangensial, bentuk
poligonal, dinding antiklinal lurus, tidak terdapat stomata.
Epidermis bawah : sel lebih kecil, pipih, terentang tangensial, bentuk poligonal,
dinding antiklinal lurus.
Stomata : tipe anisolitik, banyak terdapat pada permukaan bawah.
Rambut penutup : terdapat pada kedua permukaan, lebih banyak pada permukaan
bawah, bentuk kerucut ramping yang umumnya agak bengkok,
tediri dari 1 sel, berdinding tebal, jernih, panjang eambut 150 nm –
300 nm, pangkal rambut kadang – kadang agak membengkok,
lumen kadang – kadang mengandung zat berwarna kuning
kecoklatan.
Jaringan air : terdapat dibawah epidermis atas terdiri 2 – 3 lapis sel yang besar.
Jernih dan tersusun rapat tanpa ruang antar sel.
Idioblas : terdapat dibeberapa tempat, berisi hablur kalsium oksalat
berbentuk roset yang besar dan bentuk prisma.
Kelenjar minyak : rongga minyak bentuk lisigen besar, terdapat lebih banyak di
bagian bawah dari pada di bagian atas.
Jaringan palisade : terdiri dari 5 – 6 lapis sel, terletak dibawah jaringan air, 2 lapis sel
yang pertama lebih besar dan mengandung lebih banyak zat hijau
daun, lapisan – lapisan berikutnya berongga lebih banyak. Serbuk
warna hijau keabu – abuan. Fragmen pengenal banyak terdapat
rambut penutup yang terlepas, hablur kalsium oksalat, stomata tipe
anomositik, mesofil dengan kelenjar lisigen.
 Kandungan Daun Jambu Biji
Kandungan senyawa kimia pada daun jambu biji meliputi alkohol, aldehida,
hidrokarbon alifatik, alkohol aromatik, kadalena, kalsium, karbohidrat, beta kariofilena,
kasuarinin, klorofil A, klorofil B, sineol, tanin terkondensasi, asam krategolat, asam 2-alfa-3-
beta-dihidroksi-olean-12en28-oat, asam 2-alfa-3 beta-dihidroksiurs-12en-28-oat, minyak
atsiri, galiotanin, 4-gentiobiosida asam elagat, guajaverin, asam guajavolat, guavin A, guavin
B, guavin C, guavin D, tanin yang dapat terhidrolisis, asam 2-alfa-hidroksi ursolat, unsur
anorganik, isostriktinin, leukosianidin, limonena, D-limonena, DLlimonena, lutein, asam
mastinat, monoterpenoid, neo-beta-karotena, nerolidol, asam oleanolat, asam oksalat,
pedunkulagin, pigmen, kalium, asam psidiolat, kuersetin, sesquiguavaena, sesquiterpenoid,
beta-sitosterol, stakiurin, striknin, telimagrandin, triterpenoid, asam ursolat.
 Khasiat Daun Jambu Biji
Adapun khasiat dari daun jambu biji seperti : sebagai deodorant alami, mengobati
penyakit diare, sariawan, luka dan borok, ambeien, mengusir kembung, dan sebagai antimikroba.
B. Daun Sirsak

 Klasifikasi
Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polycarpiceae
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricara L.

 Pemeriksaan Organoleptis
Bentuk : berupa lembaran daun.
Warna : bagian permukaan hijau tua hingga hijau kecoklatan
Bau : berbau agak keras
Rasa : agak kelat

 Pemeriksaan Makroskopis
Daun sirsak berbentuk elips, merupakan daun tunggal, memanjang atau bulat
menyempit, bagian ujung daun meruncing, helaian daun seperti kulit, berbentuk bundar
panjang, lanset atau bundar telur terbalik. Panjang helaian daun berkisar antara 6 – 18 cm
dengan lebar daun antara 2 – 6 cm. Bagian permukaan daun halus dan mengkilat. Warna
daun bagian atas lebih berwarna hijau muda tepi daun rata, panjang tangkai daun lebih
kurang 0,7 cm. Permukaan licin agak mengkilat, tulang daun menyirip, ibu tulang daun
menonjol pada permukaan bawah.
 Pemeriksaan Mikroskopis
Epidermis atas bentuknya tidak beraturan, dinding bergelombang. Epidermis
bawah bentuknya tidak beraturan, dinding bergelombang dengan stomata tipeanomositik,
rambut penutup panjang terdiri dari dua sampai tiga sel, dinding tebal, lumen lebar,
fragmen pembuluh kayu dengan penebalan tangga, sel batu bundar, lumen kecil,
bernoktah, fragmen mesofil dengan palisade, mesofil dengan sel sekresi bentuk bundar,
dinding tebal, fragmen parenkim bernoktah.
BAB II
TAHAP PEMBUATAN SIMPLISIA
DAUN JAMBU BIJI DAN DAUN SIRSAK

1. Pemanenan
Untuk pemanenan daun jambu biji dilakukan pada daun jambu biji yang masih segar / masih
mudah. Tekhnik pemetikan dilakukan dengan cara langsung dipetik tanpa menggunakan
alat-alat.

2. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran – kotoran atau bahan – bahan asing
lainya dari daun jambu yang telah dikumpulkan.

3. Pencucian
Pencucian dilakukan dengan air bersih dan mengalir. Pencucian bertujuan menghilangkan
kotoran - kotoran dan mengurangi mikroba - mikroba
yang melekat pada daun.

4. Perajangan
Perajangan dilakukan dengan
pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis
atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.
Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses
selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak
atsiri dan penyimpanan.

5. Pengeringan
Pengeringan simplisia dilakukan dengan
menggunakan sinar matahari atau menggunakan
suatu alat pengering. Hal - hal yang perlu
diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu
pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, dan
waktu pengeringan. Atau dengan cara diangin
anginkan dan tidak kena cahaya matahari langsung.
Proses pengeringan ditutup dengan menggunakan kain hitam agar terhindar dari debu yang
bertebrangan. Dan digunakan kain hitam kareana kain hitam memiliki daya hantar panas yang
baik.

6. Penyortiran (Sortir Kering)


Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing yang terdapat pada
simplisia, misalnya akar - akar, pasir, kotoran unggas atau benda asing lainnya. Proses
penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan
pengemasan, penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut.

7. Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah dikeringkan. Jenis kemasan
yang digunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung goni. Persyaratan jenis kemasan
yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit pena-
nganan, dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi
dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.

BAB III
KARAKTERISASI SIMPLISIA
DAUN JAMBU BIJI DAN DAUN SIRSAK

Identifikasi simplisia dilakukan dengan memeriksa pemerian dan melakukan pengamatan


simplisia baik secara makroskopik maupun secara mikroskopik, penetapan susut pengeringan,
penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar
abu, penetapan kadar abu tidak larut dalam asam, uji cemaran mikroba dselanjutnya dilakukan
skrining fitokimia (Depkes RI, 1989).
1. Uji makroskopik
Uji makroskopik bertujuan untuk menentukan ciri khas simplisia dengan pengamatan secara
langsung berdasarkan bentuk simplisia dan ciri-ciri organoleptik simplisia daun jambu biji dan
daun sirsak menurut literatur secara umum.

2. Uji mikroskopik
Bertujuan untuk menentukan ciri khas simplisia dengan pengamatan secara langsung
berdasarkan bentuk simplisia dan ciri-ciri daun jambu biji dan sirsak menurut literatur secara
umum. Simplisia yang diperiksa berupa simplisa daun kering dari jambu biji dan sirsak yang
sebelumnya dihaluskan dengan lumpang dan ukurannya lebih diperkecil untuk dapat diuji
dengan mikroskop. Setelah daun dihaluskan dengan lumpang kemudian diletakkan simplisia
daun di atas objek gelas yang ditetesi kloralhidrat. Lalu diamati di bawah mikroskop untuk
melihat fragmen pengenal dalam bentuk sel, isi sel atau jaringan tanaman serbuk simplisia daun
dan kulit buah jeruk lemon.

3. Penetapan susut pengeringan


Simplisia ditimbang seksama 1 sampai 2 g dalam botol timbang dangkal tertutup yang
sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105 0C selama 30 menit dan ditara. Ratakan simplisia
dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol hingga merupakan lapisan setebal lebih
kurang 5 mm sampai 10 mm, masukkan ke dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan
pada suhu penetapan hingga bobot tetap.

4. Penetapan kadar abu total


Sebanyak 2 gram serbuk simplisia daun jambu biji dimasukan ke dalam krus yang telah
dipijarkan dan ditara, dirata – ratakan berat krus. Dipijarkan perlahan - lahan hingga arang habis,
di dinginkan, dan ditimbang. Jika arang tidak dapat hilang, maka ditambahkan air panas, saring
melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa kertas saring dalam krus yang sama, uapkan,
pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
di udara.

5. Penetapan kadar abu yang tidak larut asam


Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu total di didihkan dengan 25 mL Asam klorida
encer selama 5 menit. Kumpulkan bagian yang tidak larut asam, saring melalui kertas saring
bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan dalam krus hingga bobot tetap. Kadar abu yang tidak
larut asam dihitung terhadap berat bahan uji.

6. Penetapan kadar sari yang larut dalam air


Sebanyak 5,0 g serbuk dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL air kloroform P,
menggunakan labu tersumbat sambil berkali – kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian
dibiarkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan dangkal
berdasar rata yang telah ditara, panaskan sisa pada suhu 105 hingga bobot tetap. Hitung kadar
dalam persen sari yang larut dalam air, dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

7. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol


Sebanyak 5,0 g serbuk dimaserasi dengan 100 mL etanol 95% selama 24 jam, menggunakan
labu bersumbat sambil berkali – kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan
selama 18 jam. Saring cepat dengan menghindarkan penguapan etanol 95%, uapkan 20 mL
filtrate hingga kering dalam cawan dangkal berdasarkan rata yang telah ditara, panaskan sisa
pada suhu 105 0C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol
95%, dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

8. Uji cemaran mikroba


Uji Cemaran Mikroba dengan Metode Angka Lempeng Total Sampel ekstrak 0,5 g
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 4,5 mL NaCl 0,9% steril (pengenceran
1:10, 1:100, 1:1000, 1:10.000 dengan NaCl 0,9% steril). Dimasukkan ke dalam lemari inkubator
suhu 37ºC selama 18-24 jam, dihitung koloni yang tumbuh.
9. Uji Cemaran Kapang

Anda mungkin juga menyukai