Anda di halaman 1dari 32

A.

Judul Percobaan : Titrasi pengompleksan dan aplikasinya dalam


menentukan kesadahan total air sumur
B. Tanggal Percobaan : Selasa, 7 November 2017
C. Tujuan Percobaan : 1. Membentuk dan menentukan (standarisasi)
larutan Na-EDTA
2. Menentukan kesadahan total air sumur daerah
Kalirungkut

D. Dasar Teori
1. Pengertian
Titrasi kompleksometri adalah titrasi yang berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks antara kation dengan zat pembentuk. Salah satu zat pembentuk kompleks
yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium
etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). (Khopkar, 1990)
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi
dalam larutan. Persaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat
kelarutan tinggi. Selain titrasi kompleks biasa seperti diatas, dikenal pula
kompleksometri sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan
EDTA. (Khopkar, 1990)

2. EDTA
Asam etilen diamin tetraasetat atau yang lebih dikenal sebgai EDTA, merupakan
senyawa yang mudah larut dalam air, serta dapat diperoleh dalam keadaan murni. Tetapi
dalam penggunaannya, karena adanya sejumlah tidak tertentu dalam air, sebaiknya
distandardisasi terlebih dahulu . EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yag dapat
berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus
karboksilnya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dua atom
koordinasi per molekul, misalnya 1,2-diamino etana tetraasetat yang mepunyai dua
atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen peyumbang dalam molekul.
(Harjadi, 1993)
Gambar 1. Stuktur EDTA
(http://www.academia.edu/9180678/Penentuan_Kadar_Kesadahan_Air_dengan_Metode_Titr
asi_EDTA)

Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung baik donor


elektron dari atom oksigen maupun donor dari atom nitrogen sehingga dapat
menghasilkan khelat bercincin sampai dengan enam secara serempak.
Asam Ethylenediaminetetraacetic dan garam sodium ini (singkatan EDTA)
bentuk satu kompleks kelat yang dapat larut ketika ditambahkan ke suatu larutan yang
mengandung kation logam tertentu. Jika sejumlah kecil EriochromeHitam T atau
Calmagite ditambahkan ke suatu larutan mengandung kalsium dan ion-ion magnesium
pada satu pH dari 10,0 ± 0,1, larutan menjadi berwarna merah muda. Jika EDTA
ditambahkan sebagai satu titran, kalsium dan magnesium akan menjadi suatu kompleks,
dan ketika semua magnesium dan kalsium telah manjadi kompleks,larutan akan berubah
dari berwarna merah muda menjadi berwarna biru yang menandakan titik akhir dari
titrasi. Ion magnesium harus muncul untuk menghasilkan suatu titik akhir dari titrasi.
Untuk mememastikankan ini, kompleks garam magnesium netral dari EDTA
ditambahkan ke larutan buffer.

3. Indikator
Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga
bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna
yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator
metalokromat. Dan pada praktikum digunakan indikator dibawah ini :
a) Eriochrome Black T (EBT)
Indikator ini membentuk kompleks-kompleks 1:1 yang stabil berwarna merah
anggur, dengan sejumlah kation seperti Ca 2+, Zn2+, Mg2+ , dan Ni2+. Banyak titrasi
EDTA terjadi dalam penyanggaan pH 8-10, suatu rentang dimana bentuk dominan
dari Eriochrome Black T adalah bentuk Hln2- biru. EBT tidak stabil dalam larutan
dan larutan harus dipersiapkan dengan segar untuk mendapatkan perubahan warna
yang sesuai.
Eriochrome Black T, sebuah asam berbasa tiga, yang biasanya ditulis H3Er. Ion
Hidrogen yang pertama mempunyai konstan pengionan yang besar sekali, sehingga
dalam larutan langsung terbentuk H2Er-. Selanjutnya terjadi pengionan bertahap
kedua ion hidrogen sehingga dapat ditulis :

Ph Ph
H2Er- ⇆ H+ + Her2+ ⇆ H+ + Er3-
6,3 11,5

merah biru jingga

Antara pH 6,3 – 11,5 Her2- merupakan spesies yang paling dominan dan
berwarna biru. Kebanyakan kompleks ion logam dengan Er2- berwarna merah, oleh
karenanya titrasi dengan menggunakan EBT haruslah menggunakan buffer dengan
nilai pH diantara kedua nilai tersebut, agar terjadi perubahan warna yang jelas dari
merah ke biru. Pada pH dibawah 6,3 indikator bebasnya dan kelatnya hampir tidak
berbeda warna atau bahkan sama, pada pH di atas 11,5 seperti itu pula, sehingga
perbedaan warna antara sebelum dan sesudah titik ekivalen tidak jelas dan
mempersulit penentuannya. (Harjadi, 1993)
b) Calmagite
Calmagite stabil dalam larutan berair dan dapat digantikan oleh EBT dalam
prosedur-prosedur yang membutuhkan indikator ini. Calmagite yang merupakan
asam tripiotik, H3ln- adalah biru dan ln-3 adalah orenge kemerahan.
Reaksi-reaksi :
 2 
Indikator H 2 ln  H ln  H
Merah biru
Dengan ion logam Ca2+, Zn2+, Mg2+ , dan Ni2+
Mg 2  H ln 2  Mg ln   H 
Merah anggur
 2 3
Dengan EDTA Mg ln  H 2Y  MgH 2Y  ln
Merah anggur
ln 3  H 2 O  H ln 2  OH 
Biru
Pada titik ekivalen :
Jumlah ekivalen Ca 2+ = Jumlah ekivalen EDTA
Perubahan warna untuk larutan yang mengandung ion logam seperti di atas
setelah ditambah dengan indikator EBT akan berwarna merah anggur, kemudian setelah
terjadi ekivalen antara ion logam dengan EDTA dapat dilihat dari terbentuknya warna
biru dari indikator dalam bentuk Hln2-.

4. Aplikasi dalam Penenutuan Kesadahan Air Sumur Daerah Kalirungkut


Sedangkan dalam aplikasinya untuk menentukan kesadahan total dalam air
sumur. Pada awalnya, kesadahan air didefinisikan sebagai kemampuan air untuk
mengendapkan sabun, sehingga keaktifan/daya bersih sabun menjadi berkurang atau
hilang sama sekali. Sabun adalah zat aktif permukaan yang berfungsi menurunkan
tegangan permukaan air, sehingga air sabun dapat berbusa. Kesadahan terutama
disebabkan oleh keberadaan ion-ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) di dalam
air. Keberadaannya di dalam air mengakibatkan sabun akan mengendap sebagai garam
kalsium dan magnesium, sehingga tidak dapat membentuk emulsi secara efektif.
Kation-kation polivalen lainnya juga dapat mengendapkan sabun, tetapi karena kation
polivalen umumnya berada dalam bentuk kompleks yang lebih stabil dengan zat organik
yang ada, maka peran kesadahannya dapat diabaikan. Oleh karena itu penetapan
kesadahan hanya diarahkan pada penentuan kadar Ca2+ dan Mg2+. Kesadahan total
didefinisikan sebagai jumlah miliekivalen (mek) ion Ca 2+ dan Mg2+ tiap liter sampel air.
(Basset, 1994)
Kesadahan ada dua jenis, yaitu :
1) Kesadahan sementara
Kesadahan sementara merupakan kesadahan yang mengandung ion
bikarbonat (HCO3–), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium
bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2) Air yang
mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara
karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air
tersebut terbebas dari ion Ca2+dan atau Mg2+. Dengan jalan pemanasan senyawa-
senyawa tersebut akan mengendap pada dasar ketel (Wikipedia, 2011).
Reaksinya ;
Ca(HCO3)2 → dipanaskan → CO2(g) + H2O(l) + CaCO3
Mg(HCO3)2 → dipanaskan → CO2(g) + H2O(l) + MgCO3
2) Kesadahan tetap
Kesadahan tetap adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-
garam klorida, sulfat dan karbonat, misal CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2.
Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan penambahan larutan soda – kapur (terdiri
dari larutan natrium karbonat dan magnesium hidroksida) sehingga terbentuk
endapan kaslium karbonat (padatan/endapan) dan magnesium hidroksida
(padatan/endapan) dalam air.
Reaksinya:
CaCl2 + Na2CO3 → CaCO3 + 2NaCl
CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3 + Na2SO4
MgCl2 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 + CaCl2
MgSO4 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2(s) + CaSO4
Ketika kesadahan kadarnya adalah lebih besar dibandingkan penjumlahan
dari kadar alkali karbonat dan bikarbonat, yang kadar kesadahannya eqivalen
dengan total kadar alkali disebut “ kesadahan karbonat” apabila kadar kesadahan
lebih dari ini disebut “kesadahan non-karbonat”. Ketika kesadahan kadarnya sama
atau kurang dari penjumlahan dari kadar alkali karbonat dan bikarbonat, semua
kesadahan adalah kesadahan karbonat dan kesadahan noncarbonate tidak ada.
Kesadahan mungkin terbentang dari nol ke ratusan miligram per liter, bergantung
kepada sumber dan perlakuan dimana air telrhadap subjeknya. (Underwood, 2002)

a) Standar Jenis Kesadahan


Di kalangan masyarakat yang awam, sangat sulit untuk membedakan mana
air yang tingkat kesadahannya tinggi. Mereka hanya bisa memperkirakan saja
berdasarkan apa yang ditimbulkan dari air, misalnya mereka mengamati kerak yang
ditimbulkan air pada dasar panci memberikan sedikit pemahaman pada masyarakat
bahwa air yang dikonsumsinya itu tingkat kesadahannya tinggi, dan sebaliknya jika
tidak terlihat kerak yang ditimbulkan artinya bahwa air yang dikonsumsinya tingkat
kesadahannya masih tergolong rendah.

b) Standar kesadahan air meliputi :


I. Standar kesadahan menurut WHO, 1984, mengemukakan bahwa :
1) Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3;
2) Lunak mengandung 0-60 ppm CaCO3;
3) Agak sudah mengandung 60-120 ppm CaCO3;
4) Sadah mengandung 120-180 ppm CaCO3;
5) Sangat sadah 180 ppm ke atas.
II. Standar kesadahan menurut E. Merck, 1974, bahwa :
1) Sangat lunak antara 0-4 OD atau 0-71 ppm CaCO3;
2) Lunak antara 4-8 OD atau 71-142 ppm CaCO3;
3) Agak sadah antara 8-18 OD atau 142-320 ppm CaCO3;
4) Sadah 18-30 OD atau 320-534 ppm CaCO3;
5) Sangat sudah 30 OD keatas atau sekitar 534 ppm ke atas.
III. Standar kesadahan menurut EPA, 1974, bahwa :
1) Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3;
2) Lunak, antara 0-75 ppm CaCO3;
3) Agak sadah, antara 75-150 ppm CaCO3;
4) Sadah, 150-300 ppm CaCO3;
5) Sangat sadah 300 ppm ke atas CaCO3.
Kesadahan merupakan salah satu sifat kimia yang dimiliki air. Kesadahan air
disebabkan adanya ion – ion Ca2+ dan Mg2+. Berdasarkan Standar kesadahan menurut
PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air minum yang dianjurkan yaitu
500 mg/L CaCO3. Bila melewati batas maksimum maka harus diturunkan (pelunakan).
Dari data tersebut dapat dilihat jelas bahwa air yang dikatakan sadah adalah air yang
mengandung garam mineral khususnya CaCO3 sekitar 120-180 ppm menurut WHO,
sedangkan menurut Merck air dikatakan sadah jika mengandung 320-534 ppm atau
sekitar 18-30 OD, menurut EPA air yang dikatakan sadah jika mengandung CaCO3 sekitar
150-300 ppm, dan menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air
minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3. Bila melewati batas maksimum maka
harus diturunkan (pelunakan).
E. Alat dan Bahan
 Alat
− Pipet tetes 5 buah
− Buret 50 mL 1 buah
− Neraca analitis 1 buah
− Pipet gondok 10 mL 1 buah
− Labu Ukur 100 mL 1 buah
− Corong 1 buah
− Labu Erlenmeyer 250 mL 3 buah
− Kertas putih 1 lembar
− Statif dan klem 1 buah
− Gelas Kimia 250 mL 1 buah
− Gelas Ukur 10 mL 1 buah
− Gelas Kimia 100 mL 2 buah
− Pipet gondok 5 mL 1 buah
− Pipet volume 10 mL 1 buah

 Bahan
− Aquades secukupnya
− Indikator EBT 1 tetes
− Larutan Buffer pH 10 5 mL dan 2 mL
− Larutan HCl 1:1 secukupnya
− Larutan Na-EDTA secukupnya
− Serbuk CaCO3 pa 0,0811 gram
− Air sumur secukupnya
F. Alur Percobaan
1. Penentuan (standarisasi) larutan Na-EDTA ± 0,01 M dengan CaCl2 sebagai baku

0,0811 gr CaCO3 Larutan NaEDTA ±


0,01 M

− Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL − Bilas buret dengan


− Ditambahkan 10-20 mL aquades larutan NaEDTA
− Ditambah HCl 1:1 tetes demi tetes − Dimasukkan ke
sampai gelagak gas berhenti dalam buret sampai
− Diencerkan sampai tanda batas tanda batas
− Dikocok sampai homogen

Larutan NaEDTA ±
Larutan baku CaCl2 ± 0,01 M
0,01 M
− Dimasukkan 10 mL ke erlenmeyer 250
mL dengan pipet gondok
− Ditambahkan 5 mL larutan buffer pH
10 dengan pipet gondok
− Ditambahkan indikator EBT 1 tetes

− Dititrasi
− Diulang 3 kali
− Dicatat volume pada buret

Larutan berwarna merah


biru
2. Penentuan Kesadahan Total Air Sumur

Air Sumur

− Dipipet 10 mL dengan pipet gondok


− Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250
mL
− Ditambahkan 2 mL larutan buffer pH
10 dengan pipet volume
− Ditambahkan 1 tetes indikator EBT

Larutan berwarna merah


anggur

− Diamati dan dicatat volume awal


NaEDTA
− Dititrasi dengan larutan NaEDTA
0,01 M dalam buret
− Dihentikan titrasi saat terjadi
perubahan warna
− Diamati dan dicatat volume akhir
NaEDTA
− Diulang sebanyak 3 kali

Larutan berwarna merah


biru
G. Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
No Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
1  Serbuk  Serbuk CaCO3  CaCO3 (s) + Dari hasil percobaan
0,0811 gr CaCO3 Larutan NaEDTA
± 0,01 M CaCO3 + H2O H2O (l)  diperoleh data
− Dimasukkan dalam labu ukur
100 mL − Bilas buret berwarna berwarna putih CaCO3 (aq) N1 NaEDTA =
− Ditambahkan 10-20 mL dengan larutan
aquades NaEDTA putih  Serbuk CaCO3  CaCO3 (aq) + 0,0216 N
− Ditambah HCl 1:1 tetes demi − Dimasukkan ke  Larutan HCl + H2O + HCl 2HCl (aq)  N2 NaEDTA =
tetes sampai gelagak gas dalam buret
berhenti sampai tanda 1:1 tidak 1:1 tidak CaCl2 (aq) + 0,0213 N
− Diencerkan sampai tanda batas batas
berwarna berwarna H2O (l) + CO2 N3 NaEDTA =
− Dikocok sampai homogen
 Larutan buffer  CaCl2 + (g) 0,0202 N
Larutan NaEDTA
Larutan baku CaCl2 ± 0,01 M pH 10 tidak larutan buffer  Ca2+ + HIn2-  Dapat disimpulkan
± 0,01 M berwarna pH 10 tidak N NaEDTA rata-
CaIn- + H+
− Dimasukkan 10 mL ke  Indikator EBT berwarna rata adalah 0,0210 N
erlenmeyer 250 mL dengan pipet merah anggur
gondok berwarna  CaCl2 +  CaIn- + H2Y2-
− Ditambahkan 5 mL larutan buffer
pH 10 dengan pipet gondok hitam larutan buffer  CaH2Y +
− Ditambahkan indikator EBT 1  Larutan pH 10 + EBT
tetes In3-
NaEDTA berwarnamerah
 In3+ + H2O 
− Dititrasi tidak anggur
− Diulang 3 kali HIn+ + OH-
− Dicatat volume pada buret berwarna  CaCl2 +
biru
 CaCO3 = larutan buffer
Larutan berwarna  In = indikator
merah biru 0,0811 gram pH 10 + EBT
 Y = EDTA
+ larutan
NaEDTA
berwarna biru
 V1 NaEDTA =
7,5 mL
 V2 NaEDTA =
7,6 mL
 V3 NaEDTA =
8 mL
Hasil Pengamatan
No Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
2  Air sumur  Air sumur  Ca2+ + HIn2-  Dari hasil percobaan
Air Sumur
tidak tidak berwarna CaIn + H+ diperoleh data
− Dipipet 10 mL dengan pipet gondok
− Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250
berwarna  Air sumur + (merah) Ppm 1 = 346,81
mL  Larutan buffer larutan buffer  CaIn- + H2Y2- ppm
− Ditambahkan 2 mL larutan buffer pH
10 dengan pipet volume pH 10 tidak pH 10 tidak  CaH2Y + Ppm2 = 357,3213
− Ditambahkan 1 tetes indikator EBT berwarna berwarna ppm
In2-
 Indikator EBT  Air sumur +  In2+ + H2O  Ppm 3 = 357,3206
Larutan berwarna merah
anggur berwarna larutan buffer HIn- + OH- ppm

− Diamati dan dicatat volume awal hitam pH 10 + (biru) Dapat disimpulkan


NaEDTA  Larutan Indikator EBT ppm rata-rata air
− Dititrasi dengan larutan NaEDTA  Menurut
0,01 M dalam buret NaEDTA berwarna permenkes ppm sumur adalah
− Dihentikan titrasi saat terjadi
tidak merah anggur maksimal 357,3206 ppm
perubahan warna
− Diamati dan dicatat volume akhir berwarna  Air sumur + adalah 500
NaEDTA
− Diulang sebanyak 3 kali larutan buffer mg/L (ppm)
pH 10 +
Larutan berwarna merah
biru
Indikator EBT
+ larutan
NaEDTA
berwarna biru
 V1 NaEDTA =
3,3 mL
 V2 NaEDTA =
3,4 mL
 V3 NaEDTA =
3,5 mL
H. Analisis Data dan Pembahasan
1. Penentuan (Standarisasi) Larutan Na-EDTA ± 0,01 M dengan CaCl2 sebagai Baku
a. Pembuatan larutan baku CaCl2
Pada penentuan (standarisasi) larutan Na-EDTA ± 0,01 M dengan Kalsium
klorida (CaCl2) sebagai baku, pertama dilakukan penimbangan Kalsium Karbonat
(CaCO3) pa sebanyak 0,0811 gram menggunakan neraca analtik. CaCO3 (padatan
berupa serbuk berwarna putih) yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam labu
ukur 100 mL. Wadah yang digunakan untuk penimbangan dibilas menggunakan air
suling. Karena dimungkinkan masih ada sisa CaCO3 yang tertinggal pada wadah
tersebut. Lalu ditambahkan air suling sampai 10 sampai 20 mL serta ditambah larutan
Asam klorida (HCl) tidak berwarna dengan konsentrasi 1:1 (6 M) tetes demi tetes
dikocok dan dibiarkan sampai gelagak gas (gelembung gas) habis. Lalu, ditambahkan
air sampai tanda batas. Labu ukur dikocok dan dibalik agar larutan bercampur merata
(homogen). Dari proses ini diperoleh larutan baku CaCl2 dengan konsentrasi 0,0081
N. Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan berdasarkan persamaan:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑎𝐶𝑂3 1000
N CaCl2 = ×
𝐴𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂3 100

Penambahan larutan HCl ke dalam larutan CaCO3 menyebabkan terjadinya


suatu reaksi yang menghasilkan larutan CaCl 2, air, dan gas Karbon dioksida (CO2)
sesuai persamaan:
CaCO3 (aq) + 2 HCl (aq) → CaCl2 (aq) + H2O (l) + CO2 (g)
Sebenarnya gelagak gas (gelembung gas) yang dihasilkan pada reaksi ini adalah
gas CO2. Gas CO2 dibiarkan lepas ke udara dan penambahan HCl ditambahkan
sedikit demi sedikit hingga tidak ada gelembung gas dalam labu ukur. Hal ini
menunjukkan bahwa CaCO3 habis bereaksi dengan HCl membentuk CaCl2.

b. Persiapan Standarisasi
Langkah selanjutnya, pada percobaan ini dilakukan persiapan standarisasi. Buret
dibilas dengan 5 mL larutan Na-EDTA (tidak berwarna) dengan tujuan
menghilangkan pengotor atau zat selain Na-EDTA yang mungkin ada dalam buret.
Buret yang telah dibilas diisi dengan Na-EDTA sampai melebihi batas 0. Kran buret
dibuka hingga tidak ada gelembung gas pada bagian bawah buret. Hal ini bertujuan
untuk meminimalisir terjadinya ketidakakuratan dalam memperoleh data titrasi. Lalu
larutan diturunkan sampai skala 0. Larutan Na-EDTA dalam buret telah siap dipakai
untuk titrasi.
c. Standarisasi larutan Na-EDTA
Larutan baku CaCl2 (tidak berwarna) dipipet dengan pipet gondok seukuran 10
mL. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan 5
mL larutan buffer pH 10 (tidak berwarna dan berbau menyengat) dengan
menggunakan pipiet gondok 5 mL. Lalu ditambahkan 1 tetes larutan indikator EBT
berwarna merah anggur (Eriochrome Black T). Lalu dititrasi dengan larutan Na-
EDTA (tidak berwarna) dari dalam buret. Titrasi dihentikan pada saat terjadi
perubahan warna analit dari merah anggur menjadi biru.
Skala awal sebelum titrasi dan skala akhir setelah titrasi dicatat untuk
menghitung berapa volume larutan Na-EDTA (titran) yang dibutuhkan untuk
menititrasi larutan CaCl2 0,0162 N (analit). Titrasi diulang sampai tiga kali
pengulangan. Data yang didapatkan pada tiap titrasi terangkum pada tabel berikut:
Titrasi ke Volume larutan Na-EDTA (mL)
1 7,5
2 7,6
3 8
Tabel 1: Volume larutan Na-EDTA (mL) yang dibutuhkan untuk menitrasi 10 mL
larutan CaCl2 0,0162 N.
Selanjutnya dilakukan perhitungan konsentrasi larutan Na-EDTA pada tiap
titrasi berdasarkan volume larutan Na-EDTA, volume larutan CaCl2, dan konsentrasi
larutan CaCl2 yang telah diketahui menggunakan prsamaan:
M CaCl2. VCaCl2 = M Na-EDTA. V Na-EDTA
Sehingga diperoleh konsentrasi larutan Na-EDTA pada tiap titrasi, seperti yang
terangkum pada tabel berikut:
Titrasi Konsentrasi larutan Na-
ke EDTA (N)
1 0,0216
2 0,0213
3 0,0202
Tabel 2: Konsentrasi larutan Na-EDTA (N) yang telah dihitung dari tiap titrasi.
Berdasarkan data tersebut diperoleh rata-rata konsentrasi larutan Na-EDTA
sebesar 0,0210 N menggunakan persamaan:
𝑁1 . 𝑁2 . 𝑁3
konsentrasi rata − rata =
3
Nilai rata-rata konsentrasi larutan Na-EDTA tersebut digunakan untuk
perhitungan pada penentuan kesadahan total.
Saat penambahan indikator terjadi reaksi antara ion Ca 2+ dan EBT (H2In)
menghasilkan kompleks Ca-EBT (CaIn) sesuai persamaan:
Ca2+ + H2In → CaIn + 2H+

(merah anggur)
Jika digambarkan secara struktural, maka reaksi akan sesuai persamaan:
Ca

O O
OH HO

-
-
O3S N N + H+
Ca2+ O3S N
+ N
2H+

NO2
NO2

EBT Ca-EBT
(merah anggur)

Gambar 1: reaksi antara ion Ca2+ dan EBT (H2In) menghasilkan kompleks Ca-EBT
(CaIn)
Saat titrasi terjadi reaksi antara ion Ca 2+ dan ion EDTA (H2Y2-) menghasilkan
kompleks Ca-EDTA (CaY2-) sesuai persamaan:
Ca2+ + H2Y2- → CaY2- + 2H+
(merah anggur) (biru)
Jika digambarkan secara struktural, maka reaksi akan sesuai persamaan:
O
O OH 2-
O C
O
O H2 O
HO N
C C
- N OH
Ca2+ + O N CH2
OH -
Ca + H+
O O N CH2
O 2H+
C C
H2 CH2
EDTA O O
C

Ca-EDTA

Gambar 2: reaksi antara ion Ca2+ dan ion EDTA (H2Y2-) menghasilkan kompleks Ca-
EDTA (CaY2-).
Tujuan penambahan indikator yaitu sebagai indikasi CaCl 2 habis bereaksi
dengan Na-EDTA sehingga kelebihan Na-EDTA bereaksi dengan indikator EBT
dengan ditandai perubahan warna dari warna larutan merah anggur menjadi biru.
Sebelum titik akhir terjadi dalam larutan masih terdapat kompleks Ca 2+ dengan
indikator EBT (CaIn). Sehingga, larutan berwarna merah anggur. Namun, saat titrasi
berlangsung perlahan warna merah anggur berubah menjadi kebiru-biruan. Hal ini
menunjukkan warna campuran antara warna yang dihasilkan CaIn (merah anggur)
dengan warna yang dihasilkan Ca-EDTA (CaY2-) yang berwarna biru. Setelah titik
akhir titrasi warna berubah menjadi biru. Karena CaIn telah habis bereaksi dengan
H2Y2- dan membetuk CaY2- yang berwarna biru.
Tujuan penambahan larutan buffer pH 10 yaitu untuk mepertahankan pH dari
larutan yang dititrasi agar tetap pada kisaran pH 10. Karena indikator yang
digunakan, yaitu EBT merupakan indikator yang dapat bekerja pada kisaran pH 10
untuk membentuk kompleks dengan ion Ca 2+. pH 10 merupakan pH optimal
indikator EBT untuk dapat membentuk kompleks Ca-EBT (Pursitasari: 2014).
Mekanisme yang terjadi pada titrasi ini, yaitu setelah Ca terikat oleh indikator
EBT (CaIn) bereaksi dengan Na-EDTA (Na2H2Y) saat titrasi selain menghasilkan
kompleks Ca-EDTA juga menghasilkan ion asam (H+). Karena adanya ion OH- dari
larutan buffer, maka ion OH- akan bereaksi dengan ion H+ yang dilepaskan pada
reaksi saat titrasi berlangsung menghasilkan H2O. Reaksi yang terjadi sesuai
persamaan:
OH-(aq) + H+(aq) → H2O(l)
Hal ini mengakibatkan pH larutan tidak berubah secara drastis atau hanya pada
kisaran pH 10. Sehingga indikator EBT akan bekerja dengan optimal.
Dalam laporan ini, senyawa Na-EDTA (Dinatrium dihidrogen
etilendiaminatetraasetat) hanya dilambangkan sebagai Na 2H2Y dengan alasan untuk
mempermudah penulisan. Struktur sebenarnya dari Na2H2Y adalah seperti pada
gambar berikut.
NaO O

HO

O N

N O

HO ONa
Sumber: Aplikasi ChemDraw.
Gambar 3: Struktur Dinatrium dihidrogen etilendiaminatetraasetat (Na 2H2Y)
Ketika Na2H2Y bereaksi dengan ion Ca2+ maka akan membentuk kompleks Ca-
EDTA (CaY2-). Struktur Ca-EDTA (CaY2-) dapat digambarkan sebagai berikut:

O
O OH 2-
O C
O
O H2 O
HO N
C C
N OH O N CH2
Ca2+ +
OH
Ca + H+
O O N CH2
O
C C
H2 CH2
EDTA O O
C

Ca-EDTA

Sumber: Pursitasari, 2014.


Gambar 4: Kompleks Logam-EDTA
Pada kompleks Ca-EDTA (CaY2-) terjadi enam ikatan kimia dari EDTA yang
mengikat Ca2+ (atom pusat), sehingga membuat kompleks yang stabil. Enam ikatan
tersebut terdiri atas empat ikatan ionik dari atom O yang bermuatan negatif dan dua
ikatan kovalen koordinasi dari pasangan elektron bebas (PEB) dari dua atom N.

2. Penentukan Kesadahan Air Sumur di Daerah Kelurahan Kalirungkut Kecamatan


Rungkut Kota Surabaya.
Dalam penentuan kesadahan air sumur daerah Kelurahan kalirungkut kecamatan
Rungkut kota Surabaya.. Pertama, sampel dipipet sebanyak 10 mL dengan
menggunakan pipet gondok kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL
kemudian ditambahkan 2 mL larutan buffer pH 10 dengan menggunakan pipet volume
dan 1 tetes indikator EBT. Setelah itu dilakukan titrasi pada larutan air sumur tersebut
dengan menggunakan larutan EDTA standar. Erlemenyer tersebut diletakkan dibawah
buret dan dibawah erlemenyer taruhlah kertas putih agar tampak dengan jelas perubahan
warna yang terjadi. Dilakukan titrasi dengan cara membuka kran buret pelan pelan
dengan satu tangan dan pegang leher erlemenyer dengan tangan yang lain sambil
digoyang dan diputar secara konstan. Setelah terjadi perubahan warna larutan yaitu
berwarna merah – biru titrasi dihentikan. Kemudian mencatat volume Na-EDTA yang
diperlukan dan menghitung kesadahan total dalam garam CaCO3 perliter air. Percobaan
diulangi sebanyak tiga kali dan didapatkan konsetrasi rata – rata kesadahan air sumur
Skala awal sebelum titrasi dan skala akhir setelah titrasi dicatat untuk menghitung
berapa volume larutan Na-EDTA (titran) yang dibutuhkan untuk menititrasi air sumur
(analit). Titrasi diulang sampai tiga kali pengulangan. Data yang didapatkan pada tiap
titrasi terangkum pada tabel berikut:
Titrasi ke Volume larutan Na-EDTA (mL)
1 3,3
2 3,4
3 3,5
Tabel 3: Volume larutan Na-EDTA (mL) 0,0210 N yang dibutuhkan untuk menitrasi
10 mL larutan Air sumur.
Selanjutnya dilakukan perhitungan kadar kesadahan dalam air sumur pada tiap
titrasi berdasarkan volume larutan Na-EDTA, konsentrasi larutan Na-EDTA, dan
volume air sumur yang telah diketahui menggunakan persamaan:

Ekivalen sampel (air sumur) = ekivalen Na-EDTA


Vsampel . Msampel = M Na-EDTA. VNa-EDTA
mmol sampel = M Na-EDTA. VNa-EDTA
mmol sampel = mmol EDTA
Sehingga diperoleh kadar kesadahan air pada tiap titrasi, seperti yang terangkum pada
tabel berikut:
Titrasi ke Kesadahan air (ppm)
1 346,81
2 357,3213
3 367,8307
Tabel 4: Kadar kesadahan air sumur pada tiap titrasi.
Berdasarkan data tersebut diperoleh rata-rata kesadahan air dari tiap titrasi sebesar
357,3206 ppm.
Saat penambahan indikator terjadi reaksi antara ion Ca 2+ dan EBT (H2In)
menghasilkan kompleks Ca-EBT (CaIn) sesuai persamaan:
Ca2+ + H2In → CaIn + 2H+

(merah anggur)
Jika digambarkan secara struktural, maka reaksi akan sesuai persamaan:
Ca

O O
OH HO

-
-
O3S N N + H+
Ca2+ O3S N
+ N
2H+

NO2
NO2

EBT Ca-EBT
(merah anggur)

Gambar 5: reaksi antara ion Ca2+ dan EBT (H2In) menghasilkan kompleks Ca-EBT
(CaIn)
Saat titrasi terjadi reaksi antara ion Ca 2+ dan ion EDTA (H2Y2-) menghasilkan
kompleks Ca-EDTA (CaY2-) sesuai persamaan:
Ca2+ + H2Y2- → CaY2- + 2H+
(merah anggur) (biru)
Jika digambarkan secara struktural, maka reaksi akan sesuai persamaan:
O
O OH 2-
O C
O
O H2 O
- HO N
C C
+ N -
OH O N CH2
Ca2+
OH +
Ca + 2HH+
O O N CH2
O
C C
H2 CH2
EDTA O O
C

Ca-EDTA

Gambar 6: reaksi antara ion Ca2+ dan ion EDTA (H2Y2-) menghasilkan kompleks Ca-
EDTA (CaY2-).

Sebelum titik akhir terjadi dalam larutan masih terdapat kompleks Ca 2+ dengan
indikator EBT (CaIn). Sehingga, larutan berwarna merah anggur. Namun, saat titrasi
berlangsung perlahan warna merah anggur berubah menjadi kebiru-biruan. Hal ini
menunjukkan warna campuran antara warna yang dihasilkan CaIn (merah anggur)
dengan warna yang dihasilkan Ca-EDTA (CaY2-) yang berwarna biru. Setelah titik akhir
titrasi warna berubah menjadi biru. Karena CaIn telah habis bereaksi dengan H2Y2- dan
membetuk CaY2- yang berwarna biru.
Prinsip yang digunakan pada aplikasi titrasi pengompleksan ini hampir sama
dengan prinsip titrasi standarisasi Na-EDTA. Baik penambahan larutan buffer pH 10,
penambahan indikator EBT, perubahan warna, titik akhir ataupun reaksi yang terjadi
hampir sama seperti pada titrasi standarisasi Na-EDTA.
Kesadahan pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/satu
persejuta bagian) kalsium karbonat (CaCO3), tingkat kekerasan (dH), atau dengan
menggunakan konsentrasi molar CaCO3. Satu satuan kesadahan Jerman atau dH sama
dengan 10 mg CaO (kalsium oksida) perliter air. Kesadahan pada umumnya
menggunakan satuan ppm CaCO3, dengan demikian satu satuan Jerman (dH) dapat
diekspresikan sebagai 17.8 ppm CaCO3. Sedangkan satuan konsentrasi molar dari 1
mili ekuivalen = 2.8 dH = 50 ppm. Berikut adalah kriteria selang kesadahan yang biasa
dipakai. Berikut adalah kriteria selang kesadahan yang biasa dipakai :
0 – 4 dH, 0 – 70 ppm : Sangat rendah (sangat lunak)
4 – 8 dH, 70 – 140 ppm : Rendah (lunak)
8 – 12 dH, 140 – 210 ppm : Sedang
12 – 18 dH, 210 – 320 ppm : Agak tinggi (agak keras)
18 – 30 dH, 320 – 530 ppm : Tinggi (keras)
Dari kriteria-kriteria tersebut, pada percobaan ini didapatkan kategori kesadahan tinggi.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih dengan Kadar
Maksimum yang diperbolehkan dalam kesadahan CaCO3 sebesar 500 ppm, dari
percobaan yang kami peroleh yaitu 357,3206 ppm sehingga air tersebut bias dikatakan
sebagai air bersih.
I. Kesimpulan
Dari percobaan titrasi pengompleksan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Dari hasil percobaan diperoleh data N1 NaEDTA = 0,0216 N, N2 NaEDTA = 0,0213
N, N3 NaEDTA = 0,0202 N dapat disimpulkan N NaEDTA rata-rata adalah 0,0210
N 2.
2. Dari hasil percobaan diperoleh data ppm 1 = 346,81 ppm, ppm 2 = 357,3213 ppm,
ppm 3 = 357,3206 ppm dapat disimpulkan ppm rata-rata air sumur adalah 357,3206
ppm.

J. Daftar Pustaka
Basset, J. et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi 4.
Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Anailik Dasar. Erlangga: Jakarta
Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Penerjemah : A. Saptorahardjo, UI-
Prees, Jakarta
Pambayun, Gita. 2015. Penentuan Kadar Kesadahan Air dengan Metode Titrasi EDTA.
Online
http://www.academia.edu/9180678/Penentuan_Kadar_Kesadahan_Air_dengan_M
etode_Titrasi_EDTA. Diakses pada tanggal 10 November 2017
Pursitasari, Indriani Dwi. 2014. Kimia Analitik Dasar. Bandung: Alfabeta.
Underwood, A.L, Dan R.A. Day, J.R. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.
Wikipedia. 2011. Kesadahan Air. Online :http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air.
Diakses pada tanggal 10 November 2017
K. Jawaban Pertanyaan
1. Carilah rumus kimia Na-EDTA, Hitam Eriokrom T!
a. Rumus kimia Na-EDTA:

b. Rumus kimia Hitam Eriokrom T

2. Berapa konsentrasi larutan CaCl2 jika dinyatakan dengan ppm CaCO3?


Diketahui :
m CaCO3 = 0,0811gram = 81,1 mg
m air = 100 mL = 0,1 L
Ditanya ppm CaCO3...?
Jawab: CaCO3   CaCl2 

CaCO3   mg 
L
CaCO3   81,1mg 
0,1 L
CaCO3   811 ppm
3. Bagaimana cara membuat larutan buffer (penyangga) ammonia + ammonia klorida
dengan pH ±10? Tunjukkan dengan perhitungan!
NH3 + HCl  NH4Cl
Cara pembuatan larutan buffer adalah dengan mereaksikan NH3 dengan HCl yang
nantinya akan menghasilkan NH4Cl.
Perhitungan :
pH =14 – pOH
pOH = 14 – pH
= 14-10
=4
basa
OH   K . garam

b

10-4 = kb.
basa
garam
basa 
10 4
garam 1,8 x10 5
basa   5,5556garam 
Larutan buffer dibuat dengan menggunakan perbandingan jumlah konsentrasi basa
dengan konsentrasi garam.
4. Mengapa pH larutan merupakan factor penting dalam pemilihan suatu indicator untuk
titrasi khelometrik?
Pemilihan indikator terkait dengan penggunaaan pH, karena dibutuhkan indikator yang
dapat renponsif terhadap pMg, pCa, pCu, dan p yang lainnya, dan karena indikator
tersebut harus dapat melepaskan ion metal pada EDTA apda sebuah nilai pM yang amat
dekat dengan nilai pM pada titik ekivalen.
5. Suatu contoh air 100 mL mengandung ion-ion Ca2+ dan Mg2+ dititrasi dengan EDTA
15,28 mL 0,01016 M dalam suatu buffer amoniak pH 10. Suatu contoh lain 100
mLdititrasi dengan NaOH untuk mengendapkan Mg(OH) 2 dan kemudian dititrasi pada
pH 13 dengan 10,43 mL larutan EDTA yang sama. Hitung berapa ppm CaCO 3 dan
MgCO3 dalam contoh?
Diketahui : V air = 100mL
V EDTA = 15,28mL
M EDTA = 0,0106M
pH=10
Ditanya : ppm CaCO3 dan MgCO3
Jawab :
mmol air = mmol EDTA
= 15,28x0,01016
= 0,1552 mmol
Mg CaCO3 = mmol air x Mr CaCO3
= 0,1552 x 100
= 15,5200 mg

ppm = 155,2000 mg L
mmol air = mmol EDTA
= 10,43 x 0,01016
= 0,1059 mmol
gr
mmol MgCO3 =
Mr
gr = 0,1059 x 84 = 8,90148 mg

ppm = 89,0148 mg L
LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Standarisasi Larutan Na-EDTA


Diketahui : - gram CaCO3 = 0,0811 gram
- Massa Molar CaCO3 =100,09
- V1 = 7,5 mL
- V2 = 7,6 mL
- V3 = 8 mL
Ditanya Na-EDTA?
𝑔𝑟𝑎𝑚
N = n × 𝑀𝑟 × 𝑉
0,0811 𝑔𝑟𝑎𝑚
=2× 100,09 ×0,1

= 0,0162 N
a) V = 7,5 mL
N1 × V1 = N2 × V2
0,0162 × 10 = N2 × 7,5 mL
N2 = 0,0216 N
b) V = 7,6 mL
N1 × V1 = N2 × V2
0,0162 × 10 = N2 × 7,6 mL
N2 = 0,0213 N
c) V = 8 mL
N1 × V1 = N2 × V2
0,0162 × 10 = N2 × 8 mL
N2 = 0,0202 N
0,0216 + 0,0213+ 0,0201
N rata-rata = 3

= 0,0210 N
2. Kesadahan Air Sumur
Diketahui -V air Sumur = 10 mL
- Massa Molar CaCO3 = 100,09
- N Na-EDTA = 0,0210 N
- V1 = 3,3 mL
- V2 = 3,4 mL
- V3 = 3,5 mL
Ditanya ppm

a) mmol ek air sumur = mmol ek Na-EDTA


= 0,0210 N × 3,3 mL
= 0,0693 mmol ekivalen
Massa CaCO3 = n × Be
100,09 𝑚𝑔
= 0,0693 × ⁄𝑚𝑚𝑜𝑙
2

= 3,4681 mg
3,4681
Ppm CaCO3 = 0,01

= 346,81 ppm
b) mmol ek air sumur = mmol ek Na-EDTA
= 0,0210 N × 3,4 mL
= 0,0714 mmol ekivalen
Massa CaCO3 = n × Be
𝑚𝑔
= 0,0714 × 100,09 ⁄𝑚𝑚𝑜𝑙

= 3, 5732 mg
3,5732
Ppm CaCO3 = 0,01

= 357,3213 ppm
c) mmol ek air sumur = mmol ek Na-EDTA
= 0,0210 N × 3,5 mL
= 0,0735 mmol ekivalen

Massa CaCO3 = n × Be
100,09 𝑚𝑔
= 0,0735 × ⁄𝑚𝑚𝑜𝑙
2
3,6783
Ppm CaCO3 = 0,01

= 367,8307 ppm
346,81 + 357,3213+ 367,8307
Ppm rata-rata = 3

= 357,3206 ppm
LAMPIRAN FOTO

No Foto Keterangan
1 Alat yang digunakan

2 Penimbangan CaCO3

3 Proses pembuatan larutan


CaCl
4 Penambahan HCl 1:1 atau
6M pada larutan CaCO3

5 Proses titrasi pada saat


standarisasi

6 Pembacaan skala pada buret


7 Hasil akhir pada saat
standarisasi

8 Proses titrasi pada saat


aplikasi pada air sumur

9 Hasil akhir titrasi pada saat


aplikasi pada air sumur

Anda mungkin juga menyukai