Anda di halaman 1dari 5

RESUME MATERI KOMPOSISI GDP (GROSS DOMESTIC PRODUCT)

TUGAS KULIAH EKONOMI MAKRO

Oleh :
Vidan Zhagara Putra Hamzah
175040100111006
Kelas B

Dosen:
Tri Wahyu Nugroho, SP., M.Si.

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
Resume Materi
1. Pengertian GDP
Suatu negara tentunya memiliki sebuah indikator dalam mengukur perekonomiannya,
apakah perekonomian tersebut berlangsung dengan baik atau buruk. Indikator dalam menilai
perekonomian tersebut harus dapat digunakan untuk mengetahui total pendapatan yang
diperoleh semua orang dalam perekonomian. Indikator yang pas dan sesuai dalam melakukan
pengukuran tersebut adalah Gross Domestic Product (GDP). Selain itu, GDP juga mengukur dua
hal secara bersamaan yaitu total pendapatan semua orang dalam perekonomian dan total
pembelanjaan negara untuk membeli barang dan jasa hasil dari perekonomian. Pengertian dari
GDP adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam
batas wilayah suatu negara (domestic) selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun (Arif,
2014).
Penghitungan GDP mempertimbangkan produksi domestic tanpa memperhatikan
kepemilikan faktor produksi. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah sama dengan
pertumbuhan GDP. GDP disajikan dalam dua konsep harga, yaitu harga berlaku dan harga
konstan. Penghitungan pertumbuhan ekonomi menggunakan konsep harga konstan (constant
prices) dengan tahun dasar tertentuk digunakan untuk mengeliminasi faktor kenaikan harga
(Darmayanti, 2014).
Darmayanti (2014) menyatakan bahwa GDP berasal dari jumlah barang konsumsi yang
bukan termasuk barang modal. Dengan meningkatnya jumlah barang konsumsi menyebabkan
perekonomian bertumbuh, dan meningkatkan skala omset penjualan perusahaan, karena
masyarakat yang bersifat konsumtif. Dengan meningkatnya omset penjualan maka keuntungan
perusahaan juga meningkat.
2. Komposisi GDP
Pertama muncul konsumsi. Konsumsi adalah barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen,
yang berkisar dari makanan hingga tiket pesawat terbang, dan seterusnya. Konsumsi sejauh ini
merupakan komponen GDP yang paling besar. Pendapat lain menyatakan bahwa nilai
perbelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhannya
dalam satu tahun tertentu disebut pengeluaran konsumsi rumah tangga. Pendapatan yang
diterima rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, pakaian, biaya jasa
pengangkutan, biaya pendidikan, sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut
dibeli rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya dan perbelanjaan tersebut dinamakan
konsumsi, sedangkan kegiatan rumah tangga untuk membeli rumah digolongkan sebagai
investasi (Arif, 2014).
Kedua muncul investasi, yang kadang-kadang disebut investasi tetap (fixed investment)
untuk membedakannya dari investasi persediaan. Investasi adalah jumlah investasi
nonresidensial, yaitu pembelian pabrik baru atau mesin baru oleh perusahaan, dan investasi
residensial yaitu pembelian rumah atau apartemen baru oleh seseorang.
Investasi (investment) adalah pembelian barang yang akan digunakan pada masa depan
untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak. Investasi adalah sejumlah pembelian
peralatan, modal, persediaan dan bangunan atau struktur. Investasi pada bangunan meliputi
pengeluaran untuk rumah baru. Pembelian rumah baru adalah salah satu bentuk pembelanjaan
rumah tangga yang dikategorikan sebagai investasi, bukan konsumsi.
Ketiga muncul pengeluaran pemerintah. Ini merupakan pembelian barang dan jasa oleh
pemerintah federal, negara bagian, dan lokal. Barangnya berkisar dari pesawat terbang hingga
peralatan kantor. Jasa meliputi jasa yang disediakan oleh karyawan pemerintahan (gaji). Perlu
diperhatikan bahwa G (government spending) tidak melibatkan transfer pemerintah
(government transfer), seperti pembayaran bunga atas utang pemerintah. Walaupun hal
tersebut jelas merupakan pengeluaran pemerintah, tetapi bukan pembelian barang dan jasa.
Pembelian pemerintah dibedakan menjadi dua bagian yaitu konsumsi pemerintah dan investasi
pemerintah. Konsumsi pemerintah adalah pembelian atas barang dan jasa yang akan
dikonsumsikan, seperti membayar gaji guru, membeli alat tulis dan membeli bensin untuk
kendaraan pemerintah. Sedangkan investasi pemerintah adalah pengeluaran untuk membangun
prasarana seperti jalan, sekolah, rumah sakit dan irigasi. Secara riil pengeluaran pemerintah juga
meningkat sejalan dengan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) (Ma’riif dan Wihastuti.
2008).
Terakhir muncul ekspor neto (net exports) sama dengan pembelian barang produksi
domestic oleh warga asing (ekspor) dikurangi dengan pembelian barang asing oleh warga
domestic (impor). Penjualan yang dilakukan oleh perusahaan domestic kepada pembeli luar
negeri akan meningkatkan ekspor neto.
Kata neto dalam istilah ekspor neto berarti bahwa impor dikurangi dari ekspor.
Pengurangan ini dilakukan karena impor barang dan jasa termasuk ke dalam komponen PDB
lainnya. Sebagai contoh, anggap bahwa sebuah rumah tangga membeli mobil dari Hyundai,
produsen mobil Korea. Transaksi tersebut meningkatkan konsumsi dalam jumlah tertentu karena
mobil tersebut merupakan barang impor. Dengan kata lain, ekspor neto mencakup barang dan
jasa yang diproduksi di luar negeri karena barang dan jasa ini termasuk ke dalam konsumsi,
investasi, dan belanja pemerintah. Dengan demikian, apabila rumah tangga, perusahaan, atau
pemerintah membeli barang atau jasa dari luar negeri, pembelian tersebut mengurangi impor.
Namun karena meningkatkan konsumsi, investasi, atau belanja pemerintah, pembelian itu tidak
mempengaruhi GDP.
3. Komponen GDP
GDP yang dilambangkan dengan Y dibagi menjadi empat kompenen yaitu konsumsi (C),
investasi (I), belanja pemerintah (G), dan ekspor neto (NX).
Y = C + I + G + NX
Y = C + I + G + (ekspor – impor)
Persamaan tersebut merupakan indentitas GDP dilihat dari komposisi yang
mempengaruhi GDP, yaitu:
1. Konsumsi, yaitu pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga.
2. Investasi, yaitu pembelian barang yang nantinya akan digunakan untuk memproduksi lebih
banyak barang dan jasa.
3. Belanja pemerintah, mencakup pembelanjaan barang dan jasa oleh pemerintah daerah,
negara bagian, dan pusat (federal).
4. Ekspor neto, sama dengan pembelian produk dalam negeri oleh orang asing (ekspor) dikurangi
pembelian produk luar negeri oleh warga negara (impor).
Daftar Pustaka

Arif, Dodi. 2014. Pengaruh Produk Domestik Bruto, Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan BI Rate
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia Periode 2007-2013. J. Ekonomi
Bisnis. 19(3):63-77.
Darmayanti, Novi. 2014. Pengaruh GDP Tergadap Inflasi di Indonesia: Tahun 2000-2012. J.
Manajemen dan Akuntansi. 3(1):80-90.
Ma’riif, A. dan Wihastuti, Latri. 2008. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Determinan dan
Prospeknya. J. Ekonomi dan Studi Pembangunan. 9(1):44-55.

Anda mungkin juga menyukai