Jawab : Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian
suka rela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan Negara seperti : menjaga keamanan
Neagara terhadap serangan musuh dari luar, membuat jalanan umum, membayar pegawai kerajaan,
dan sebagainya. Akan tetapi, setelah terbentuknya negara-negara Nasional dan terciptanya pemisahan
antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja, pada akhir abad pertengahan, pajak
mendapat tempat yang lebih mantap dimana berbagai pendapatan negara, sehubungan dengan itu
maka pemberian yang bersifat sukarela ini berubah menjadi pemberian yang ditetapkan secara sepihak
oleh negara dan dapat dipaksakan.
Jawab : UUD NRI tahun 1995 pasal 23 ayat 3, peraturan pemerintah (PP) tentang pengatursn lebih lanjut
dari muatan UU Perpajakan, Keputusan Presiden (Kep. Pres) dibidang Perpajakan (memuat materi PP
bersifat Regeling (mengatur), Keputusan Menteri Keuangan (Men.Keu) memuat materi delegasian oleh
UU atau PP.
3. a. Kemukakan definisi pajak menurut Prof. Dr. Rachat Soemitro dan Prof. Dr. M. J. Smeets!
Jawab : Menurut Prof. Dr. Rachat Soemitro: pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membiayai penggunaan umum. Sedangkan menurut Prof.
Dr. M. J. Smeets : Pajak adalah prestai kepada pemerintah yang terhutang melalui norma-norma hukum.
Jawab : iuran rakyat kepada kas negara, berdasarkan undnag-undang (dapat dipaksakan), tidak
mendapatkan jasa timbali balik (kontraprestasi), Dan langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk
membiayai penggunaan umum.
c. Kemukakan perbedaan pajak dan retribusi !
Jawab : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membiayai penggunaan umum, sedangkan retribusi adalah pungutan yang dilakukan
oleh negara sehubungan dengan penggunaan jasa-jasa yang disediakan oleh negara.
Jawab : Pajak adalah iuran yang diambil untuk mengumpulkan pendapatan negara sedangkan zakat
adalah suatu kewajiban agama dan merupakan ibadah.
Jawab :
- Equality = pembebanan pajak dianatra subjek pajak hendaknya seimbang dengan kemampuannya
yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya dibawah perlindungan pemerintah.
- Certainly = pajak yang dibayar oleh wajib pajak harus jelas dan tidak mengenal kompromi kompromis
(not arbitrary).
- Convenience of payment = pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi wajib pajak
yaitu saat sedekat-sedekatnya dengan saat diterimanya penghasilan/keuntungan yang dikenakan pajak.
- - economi of collections = pemungutan pajak dilakukan sehemat (seefisien) mungkin, jangan sampai
biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak itu sendiri.
Jawab : pajak mempunyai peranan yang sangan penting dalam kehidupan bernegara, khusunya di dalam
pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai
semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Pajak mempunyai beberapa fungsi yaitu
fungsi anggaran (budgetair), fungsi mengatur (regulerend), fungsi stabilitas dan fungsi redistribusi
pendapatan.
6. Ketentuan materil dan ketentuan formil undang-undang pajak diatur secara terpisah. Sebutkan
undnag-undnag yang mengatur ketentuan materil dan ketentuan formil masalah pajak !
Jawab :
1) UU pajak penghasilan ( UU no. 7 thn 1983 stdtd. UU no. 36 thn 2008 selanjutnya disebut UU PPh).
2) UU pajak pertabahan nilao dan pajak penjualan barang mewah ( UU No. 8 thn 1983 stdtd UU no. 42
thn 2009 selanjutnya disebut UU PPN dan PPhBM).
3) UU pajak bumi dan bangunan ( UU No. 12 thn 1985 stdtd. UU No. 12 thn 1994 selanjutnya disebut
UU PBB)
4) UU bea perolehann atas tanah dan/atau bangunan ( UU no. 21 thn 1007 stdtd. UU no. 20 tahun
2000 selanjutnya disebut UU PBHTB).
1) UU Ketentuan Umum dan Tata cara perpajakan ( UU no. 6 thn 1983 stdtd. UU 28 thn 2007
selanjutnya disebut UU KUP)
2) UU penagihan pajak dengan surat paksa ( UU no. 19 thn 1997 stdtd. UU no. 19 thn 2000 selanjutnya
disebut UU PPSP)
Jawab :
a. Pajak penghasilan
Subjek pajak dari pajak penghasilan meliputi orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu
kesatuan, badan dan bentuk usaha tetap. Sengakan objek pajak dari pajak penghasilan adalah
penghasilan (penghasilan yang diterima ata diperoleh dari pekerjaan berdsarkan hubungan kerja, dan
pekerjaan bebasm penghasilan dari usaha dan kegiatan, penghasilan dari modal dan penghasilan lain-
lain seperti hadiah, pembebasan utang dan sebagainya).
Jawab : seorang subjek pajak menjadi wajib pajak apabila ia telah memenuhi persyaratan syarat objektif.
9. Kemukakan dengan memberikan contoh perbedaan antara pemungutan pajak dengan penagih
pajak!
Jawab :
- Contoh pemungtan pajak: pemungutan pajak ditunjuk oleh Menkeu yaitu Bendaharawan
pemerintah, Badan tertentu, dll.
- Contoh penagih pajak : penagih pajak merupakan kewenangan dari Direktorat Jenderal Pajak, dengan
melakukan serangkaiam tindakan oleh jurusita pajak seperti Surat Teguran , Surat Paksa dll.
10. Kemukakan struktur pengadilan pajak di Indoneisa (baik secara yuridis maupun secara
administratif)!
Jawab:
Penghasilan pajak sebagaimana diatur dalam UU No. 14 thn 2002 ttg pengadilan pajak, merupakan
badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi wajib pajak atau penanggung pajak yang
mencari keadilan apabila terjadi sengketa pajak dengan fiscus atau pemungut pajak. Dalam Pasal 24
UUD hanya mengenal 4 lingkungan peradilan yang berada dibawah MA yaitu : peradilan umum,
peradilan agama, peradilan militer, peradilan TUN. Dalam pasal 15 UU tersebut menyatakan bahwa
peradilan pajak berada di lingkungan peradilan TUN.
11. Jelaskan sanksi pajak dalam perspektif hukum pidana dan hukum perspektif administrasi!
Jawab:
- Dalam perspektif hukum pidana mengenai sanksi pajak berupa denda pidana maupun hukum penjara
yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan seperti
sengaja tidak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.
- Dalam perspektif hukum administrasi mengenai sanksi pajak yaitu berupa sanksi administrasi berupa
bunga, denda, tambahan pokok pajak maupun kenaikan dan dijatuhkan oleh fiskus. Sanksi administrasi
ini berkaitan dengan masalah-masalah ketidaktaatan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban seperti
tidak menyampaikan surat pemberitahuan (SPT).
b. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
d. Taat Bestaad adalah rangkaian perbuatan, keadaan dan peristiwa yang dapat enimbulkan utang
pajak.
13. Kemukakan pembagian pajak menurut sifat, golongan dan menurut wewenang pemungutannya!
Jawab:
- Pajak menurut sifatnya terbagi atas pajak subjektif dan pajak objektif;
- Pajak menurut golongannya terbagi menjadi pajak langsung dan pajak tidak langsung;
- Pajak menurut wewenang pemungutannya terbagi menjadi pajak pusat/ negara dan pajak daerah.
Jawab:
Budgenter (anggaran) adalah suatu rumusan kebijakan yang dikeluarkan atau ditetapkan oleh
Pemerintah atau perkiraan/rencana pengeluaran dan penerimaan negara yang ditetapkan dengan UU
untuk jangka waktu tertentu dengan prosedur tertentu.
Jawab:
2) Penyusunan rancangan UU anggaran ke DPR = rancangan UU anggaran ini diajukan kepada panitia
anggaran di DPR untuk ditinjau.
6) Perhitungan anggaran = gambaran proyeksi kebijakan yang dilaksanakan dalam tahun anggaran
tertentu.
15. Kemukakan sifat hukum dari undang-undang APBN yang berbeda dengan undang-undang lainnya
baik dari segi formilnya maupun dari segi materilnya!
Jawab:
- Segi formilnya : UU APBN sebenarnya sama dengan UU lainnya karena dibuat oleh pemerintah
bersama-sama dengan DPR tetapi jika diteliti lebih jauh maka UU APBN memiliki 2 unsur yaitu unsur
prindisitas dan unsur kontinuitas.
- Segi materilnya : UU APBN tidak mengikat umum artinya tidak berlaku untuk semua rakyat, tetapi
hanya mengikat pemerintah beserta aparatnya.
16. Kemukakan alasannya mengapa kedudukan DPR lebih kuat dari keduudkan pemerintah dalam hal
penetapan APBN!
Jawab:
Karena dalam pasal 23 ayat 1 kedudukan DPR lebih kuat dari kedudukan pemerrintah artinya bahwa
hakekat APBN adalah kedaulatan rakyat yang diamanatkan kepada DPR untuk dilaksanakan oleh
pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah dalam pelaksanaan ABPN harus mempertanggungjawabkan
kepada DPR. Karena itu, pemerintah daam suatu enagar yang menganut paham demokrasi mengajukan
RUU APBN yang telah disusunnya kepada DPR guna memperoleh pembahasan dan pengesahan.
17. Jelaskan apa yang dimaksud dengan :
a. Otorisator
Adalah setiap pejabat yang oleh undang-undang diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang
membawa akibat pengeluaran dan penerimaan keuangan negara/daerah.
b. Ordonateur
Adalah setiap pejabat yang oleh undang-undang diberikan wewenang (hak) untuk : menerbitkan surat
penagihan ( SPN), menerbitkan surat perintah memayar uang (SPMU), menguji dan memeriksa tagihan
pihak ketiga yang diajukan terhadap negara, membuat utang atas nama negara.
c. Bendaharawan
Adalah orang atau badan-badan yang berdasarkan UU diserahi tugas: menerima, menyimpan,
membayar utang atau kertas berharga dan membuat pertanggungan jawab kepada Bdan Pemeriksa
keuangan (BPK) mengenai pengurusan yang telah dilaksanakannya.
18. Jelaskan pengertian pengawasan berdasarkan objek, sifat, dan ruang lingkup!
Jawab :
- Pengawasan berdasarkan objek : pengawasan terhadap penerimaan Negara berupa penerimaan dari
pajak bea cukai dan penerimaan dari bukan pajak. Pengawasan terhadap pengeluaran negara berupa
wetmatigheid, rechmatihead, dan doelmatighead.
- Pengawasan berdasarkan sifatnya : pengawasan preventif dan pengawasan detektif berupa
pengawasan lebih jauh dan pengawasan dari dekat.
- Pengawasan berdasarkan ruang lingkup: pengawasan Internal (dilakukan aparat yang berasal dari
internal departemen/ lembaga yang diawasi, dan pengawasan eksternal (dilakukan oleh aparat
pengawas yang berasal dari lingkungan organisasi eksekutif).
19. Pengawsan penggunaan APBN yang dilakukan BPK dan BPKP anda jelaskan fungsi maisng-masing
disertai dasar hukumnya!
Jawab :
fungsi pengawasan penggunaan APBN yang dilakukan BPK dan BPKB adalah upaya untuk memastikan
APBN dilaksanakan sesuai ketentuan UU. Fungsi pengawasan ini dijelaskan dalam Pasal 23 ayat 5 UUD
1945 sebagai dasar hukum bahwa pengawasan eksternal dilakukan oleh BPK dan BPKB.