Anda di halaman 1dari 8

Ulkus Kornea Perifer

Definisi

Ulkus perifer merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk khas yang biasanya
terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat kelainannya. Diduga dasar
kelainannya adalah suatu reaksi hipersensitifitas terhadap eksotoksin bakteri. Ulkus yang
terutama terdapat pada bagian perifer kornea, biasanya terjadi akibat alergi, toksik, infeksi dan
penyakit kolagen vascular.

Etiologi

Etiologi dari PUK sendiri banyak dan luas. Penyakit jaringan ikat dan pembuluh darah
biasanya merupakan faktor resiko tersering. Penyebab lain dari PUK termasuk kondisi
peradangan lokal atau sistemik, serta proses degeneratif. Meskipun defisiensi vitamin A biasanya
berhubungan dengan ulkus kornea sentral, tetapi kadang juga dilaporkan terdapat defisiensi
vitamin A pada pasien-pasien dengan ulkus kornea perifer tanpa disertai dengan infeksi bakteri.

Diagnosis Banding dari PUK seperti berikut (Feldman, 2000):

Noninfeksi

Sistemik – RA, SLE, RP, Sarkoidosis, Progresif Sistemik Sklerosis, WG, PAN, Juvenile
idiopatik artritis, giant cell artritis, inflammatori bowel disease, keadaan metabolik dan
kekurangan nutrisi.

o Lokal
Ulkus Mooren, keratitis marginal, blepharitis ( stafilokokus, rosacea), penggunaan lensa
kontak, trauma, trauma kimia, neuroparalisis, keratokonjunctivitis sikka, dan degenerasi.
o Pembedahan
Trabekulektomi dan operasi katarak

Infeksi
o Sistemik
-Shigella species, tuberculosis, syphilis, hepatitis, HIV, gonococcus, Salmonella species, and
bacillary dysentery
o Lokal –
Herpes simplex keratitis, varicella-zoster keratitis, bacterial keratitis, fungal keratitis,
and Acanthamoeba species
 Masquerade - Malignancy - Leukemia[20]

Patofisiologi

Reaksi peradangan pada kornea bagian perifer apapun penyebabnya baik itu invasi
mikroorganisme (bakteri), komplek imun (sistemik imun disease), trauma, keganasan, atau
kondisi dermatologis yang dapat memicu reaksi imun lokal maupun sistemik sehingga
mengakibatkan rekruit dari neutrofil dan aktifasi dari komplemen.

Aktifasi dari komplemen meningkatkan permeabilitas vaskular dan memicu pembentukan


faktor faktor kemotkasis (contoh C3a, C5a). Neutrofil menginfiltrasi daerah perifer dan
melepaskan nezim-enzim proteolitik dan kolagenase, metabolit oksidatif dan zat-zat proinflamasi
sehingga menyebabkan disolusi dan degenerasi dari kornea. Selain itu limbus yang mengalami
reaksi inflamasi juga mampu memproduksi kolagenase yang berperan dalam proses terjadinya
degenerasi stroma kornea.

Penyakit-penyakit sistemik dapat membentuk komplek imun di bagian perifer kornea


seperti penyakit kolagen vaskular, RA, Wagener Granulomatosis, Poliartritis Nodosa, relapsing
polikondritis, dan SLE. Selain penyakit sistemik, penyakit infeksi dan noninfeksi juga dapat
menyebabkan ulkus perifer.

Kesimpulannya patofisiologi dari ulkus marginal sendiri merupakan hasil dari proses
degenerasi dan nekrosis dari stroma yang diakibatkan oleh enzim-enzim degenerasi yang
dihasilkan oleh neutrofil yang tertarik ke tempat terjadinya reaksi peradangan.

Klasifikasi Ulkus Perifer

Tukak (ulkus) marginal berhubungan blefarokonjungtifitis


Tukak marginal merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk khas yang
biasanya terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat kelainannya. Sumbu
memanjang daerah peradangan biasanya sejajar dengan limbus kornea. Diduga dasar
kelainannya adalah suatu reaksi hipersensitivitas terhadap eksotoksin stafilokokus (kurang lebih
50%). Penyakit infeksi lokal dapat mengakibatkan keratitis katarak atau keratitis marginal.
Keratitis marginal biasanya terdapat pada pasien setengah umur, dengan adanya
blefarokonjungtivitis atau pada orang tua, yang sering dihubungkan dengan reumatik dan
debilitas. Tukak yang terdapat biasanya di bagian perifer kornea dan biasanya terjadi akibat
reaksi alergi, toksik, infeksi dan penyakit kolagen vaskular.

Ulkus marginal juga dapat terjadi bersama-sama dengan radang konjungtiva yang
disebabkan oleh Moraxella, basil Koch Weeks atau Proteus Vulgaris. Pada beberapa keadaan,
penyakit ini berhubungan dengan alergi makanan. Perjalanan penyakit ini bervariasi, dapat
sembuh cepat, namun dapat pula kambuh dalam waktu singkat, dengan kemungkinan
terdapatnya Streptococcus Pneumoniae, Haemophillus Aegepty pada scapping.
Infiltrat dan tukak yang terlihat diduga merupakan timbunan kompleks antigen-antibodi dan
secara histopatologi terlihat sebagai ulkus atau abses yang epitelial atau subepitelial.
Konjungtivitis angular disebabkan oleh Moraxella, menghasilkan bahan-bahan proteolitik yang
mengakibatkan defek pada epitel.

Gejala yang timbul berupa : visus yang menurun disertai rasa sakit, fotofobia dan
lakrimasi. Terdapat pada satu mata blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang
memanjang, dan dangkal. Terdapat unilateral, dapat tunggal atau multipel dan daerah jernih
antara kelainan ini dengan limbus kornea, dapat terbentuk neovaskularisasi dari arah limbus.

Pengobatan : antibiotik dengan steroid lokal, dapat diberikan setelah kemungkinan


infeksi HSV disingkirkan. Pemberian steroid sebaiknya diberikan dapat jangka waktu singkat
dengan disertai pemberian vitamin B dan C dosis tinggi.

Ulkus Marginal berhubungan reaksi imunologis

Bagian perifer kornea menadapat nutrisi dari aqueous humor, kapiler limbus dan film air
mata. Bagian ini berhubungan dengan jaringan limfoid subkonjunctival dan pembuluh-pembuluh
limfe di limbus. Konjunctiva perilimbus agaknya berperan penting dalam patogenesis lesi-lesi
kornea yang berasal dari penyakit mata lokal ataupun sistemik terutama autoimun. Terdapat
persamaan yang mencolok antara jalinan kapiler limbus dan jalinan kapiler glomeroulus ginjal.
Pada membran basal kedua jaringan itu terdapat endapan komplek imun yang menimbulkan
penyakit imunologik. Jadi kornea perifer sering terlibat pada penyakit autoimun seperti RA,
Poliartritis Nodosa, SLE, Skleroderma, WG, kolitis ulseratif, penyakit crohn dan polikondritis.
Perubahan kornea terjadi setelah peradangan dengan atau tanpa penutupan pembuluh sklera.
Tanda-tanda klinis termasuk vaskularisasi, infiltrasi dan kekeruhan, dan pembentukan lubang
perifer yang dapat berkembang sampai perforasi.

Ulkus Mooren

Ulkus Mooren adalah suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai dari tepi kornea,
dengan bagian tepinya bergaung dan berjalan progresif tanpa kecenderungan perforasi. Lambat
laun ulkus ini akan mengenai seluruh kornea. Merupakan tukak kornea idiopatik unilateral
ataupun bilateral. Penyakit ini tidak ada hubungannya dengan reaksi infeksi maupun sistemik.
Ulkus Mooren lebih cenderung idiopatik dan dihubungakn dengan reaksi terhadap parasit dan
trauma. Pada usia lanjut, sering disertai rasa sakit dan merah. Penyakit ini sering terdapat pada
wanita usia pertengahan. Pasien terlihat sakit berat dan 25% mengalami billateral.
Tukak ini menghancurkan membran Bowman dan stroma kornea, tidak terdapat neovaskularisasi
pada bagian yang sedang aktif, bila kronik akan terlihat jaringan parut dan vaskularisasi. Jarang
terjadi perforasi ataupun hipopion.Proses yang terjadi kemungkinan kematian sel yang disusul
dengan pengeluaran kolagenase.

Banyak pengobatan yang dicoba, namun belum ada yang memberikan hasil yang
memuaskan. Penyakit ini tidak responsif terhadap antibiotik maupun steroid. Tetapi terkadang
kortikosteroid masih dipergunakan untuk mengendalikan penyakit tahap lanjut.

Penatalaksanaan

Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar
tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea tergantung
penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur,
sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam
perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat
sistemik.

Infeksi pada mata harus diberikan :

 Sulfas atropine sebagai salap atau larutan,

Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.

Efek kerja sulfas atropine :

 Sedatif, menghilangkan rasa sakit.


 Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.
 Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.
 Analgetik.

Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain.

 Antibiotik

Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas diberikan
sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak
diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat
menimbulkan erosi kornea kembali.

 Anti jamur

Terapi medikamentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang


tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi :

1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B 1, 2,


5 mg / ml, Thiomerosal 10 mg / ml, Natamycin > 10 mg / ml, golongan Imidazole
2. Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazol
3. Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol
4. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis anti biotic
 Anti Viral

Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk
mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi sekunder
analgetik bila terdapat indikasi. Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-
A, PAA, interferon inducer.

Artifisial tear juga diberikan yang berfungsi sebagai lubrikasi mata. Dapat juga diberikan obat-
obatan yang menghambat kerja dari kolagenase sepetrti tetrasiklin untuk mencegah terjadinya
degenerasi stromal.

Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil. Indikasi
keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea yang
menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :

1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita


2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

Komplikasi

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

 Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat


 Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
 Prolaps iris
 Sikatrik kornea
 Katarak
 Glaukoma sekunder

Prognosis

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat
pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul.
Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea
bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta
timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama
mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan
penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika, maka dapat menimbulkan resistensi
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan dkk. 2000. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika

2. Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: FKUI

3. http://emedicine.medscape.com/article/1195980-overview#a0104

4. http://eyewiki.aao.org/Peripheral_Ulcerative_Keratitis

Anda mungkin juga menyukai