Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Dengan segala keikhlasan serta ketulusan hati yang terdalam, kami selalu memanjatkan
puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta karunia kesehatan dan kesempatan
sehingga tugas makalah ini dapat kami selesaikan.Penyusunan tugas ini kami susun dari berbagai
sumber atau referensi yaitu dari berbagai buku website dan sumber lainya.

Kamimenyadari bahwa tugas makalah ini masih terdapat kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasa dari tugas ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
menerima segala masukkan berupa saran dan kritik dari pembaca agarkami dapat memperbaiki
tugas makalah ini.

Akhir kata kami berharap, semoga tugas makalah yang berjudul tentangMiddle Rangle
Nursing Theoris (Katherine Kolcaba)ini dapat memberikan manfaat informasi maupun inspirasi
terhadap pembaca tentang dunia Pelayanan Keperawatan.

Makassar, 12 November 2019

Kelompok 7
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Bahasan Masalah 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Middle Range Theory 3
B. Konsep Teori Kenyamanan oleh Katherine Kolcaba
1. Biografi 6
2. Latar belakang pengembangan teori Kolcaba 6
C. Comfort Theory of Kolcaba 8
D. Perspektif paradigma keperawatan berdasarkan Teori Kolcaba 12
E. Penerapan Teori Kenyamanan Kolcaba 13
F. Evaluasi Teori Kenyamanan Kolcaba 14
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Kasus Manajemen 16
B. Kasus Asuhan Keperawatan 18
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 22
B. Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan adalah disiplin ilmu yang memiliki body of
knowledge.Keperawatan memiliki pandangan tersendiri dalam menjalankan tugas
profesi dan praktik keilmuannya.Hal ini selanjutnya menjadi dasar dalam
menghadapi berbagai macam permasalahan yang ada dalam masyarakat.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan yang profesional, setiap intervensi
harus dilandasi oleh keilmuan yang kokoh.Perawat dituntut untuk selalu berfikir
kritis dan logis dalam mengidentifikasi respon klien.Dalam prosesnya, hal tersebut
dapat didasari oleh berbagai model teori dan konsep keperawatan yang telah
dikembangkan oleh para ahli, dan disesuaikan dengan kebutuhan dalam praktik
keperawatan.
Konsep dan teori keperawatan yang telah diperkenalkan oleh para ahli
dikembangkan melalui pengetahuan dan pengalaman klinis.Teori dapat membantu
perawat dalam menggambarkan, menjelaskan, memprediksi, dan memperjelas
asuhan keperawatan yang diterapkan.Dimulai dari teori filosofi yang
dikembangkan oleh Nightingale, lalu beragam Grand Theory dan teori konseptual
yang dikembangkan para ahli keperawatan telah menjadi landasan dalam praktik
keperawatan.Namun, dari berbagai tingkatan teori tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan tersendiri dalam penerapannya.Para ahli ditahun berikutnya kemudian
mencoba untuk membuat teori-teori keperawatan menjadi lebih mudah dalam
penerapannya di bidang praktik dan penelitian keperawatan.Middle Range Theory
menjadi sangat berkembang dalam beberapa dekade belakangan ini.Dalam
makalah ini, kelompok akan membahas tentang Middle Range Theory, dan salah
satu teori keperawatan yang termasuk didalamnya yaitu konsep teori kenyamanan
oleh Katharine Kolcaba serta bagaimana penerapannya dalam proses keperawatan.

B. Tujuan Bahasan Masalah


Dalam makalah ini akan dibahas mengenai :
1. KonsepMiddle Range Theory.
2. Konsep Teori Kenyamanan oleh Katharine Kolcaba.
3. Tinjauan kasus dan pembahasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Middle Range Theory


Middle range theory adalah bagian dari struktur disiplin yang membahas
substansi dari ilmu pengetahuan dengan menjelaskan perkembangan dan
fenomena spesifik yang berhubungan dengan proses perawatan dan penyembuhan
(caring-healing). Teori ini digunakan dalam penelitian dan petunjuk bagi praktik
keperawatan sehingga ilmu keperawatan telah diperkaya seiring perkembangan
middle range theory.Setiap middle range theory mempunyai fondasi dalam satu
paradigma perspektif. Filosofi ini menuntun pada pandangan abstrak dari manusia,
interaksi manusia dan lingkungan, kesehatan dan perawatan yang merefleksikan
arti dari middle range theory, karena alasan ini, penting bahwa dari sebuah teori
memiliki filosofi yang berhubungan dengan paradigma.(Smith & Liehr, 2014).

Gambar 1.(Smith & Liehr, 2014)

Ilustrasi diatas yaitu struktur dari disiplin ilmu keperawatan (Smith, 1994 dalam
Smith & Liehr, 2014).Ilustrasi tersebut menggambarkan struktur dan fokus
disiplin dari sekelompok penelitian dan praktek yang berdasarkan pada paradigma
filosofi. Teori ini menjelaskan cara untuk melihat sebuah fenomena yang menjadi
pokok perhatian dari suatu disiplin.
Walker and Avant (2010) dalam Smith & Liehr (2014) mendeskripsikan level
teori ini menjadi metatheory, grand theory, middle range theory dan practice
theory. Bagan teori diatas menggambar lima level abstraksi. Bagan pertama yaitu
metaparadigma keperawatan dari disiplin ilmu keperawatan.Ini adalah
pengetahuan atau tingkat yang lebih abstrak dari teori, selanjutnya grand theory
termasuk abstrak konseptual sistem dan teori yang berfokus pada pusat dari suatu
fenomena disiplin ilmu, seperti sistem adaptasi diri, defisit perawatan
diri.Sedangkan pada middle range theory, teori ini lebih menguraikan konsep yang
konkrit dan hubungan yang tidak pasti.Middle range theory dapat secara khusus
diturunkan dari sebuah grand theory atau dapat dikaitkan langsung dengan sebuah
paradigma. Kemudian bagian terbawah dari bagan tersebut adalah penelitian dan
praktek yang berhubungan dengan grand theory dan middle range theory.
Sedangkan middle range theory sendiri berhubungan langsung dengan penelitian
dan praktek, sehingga perawat dalam prakteknya dapat menggunakan middle
range theory sebagai pedoman dalam mengembangkan praktek.
Smith dan Liehr (2014) menjelaskan bahwa beberapa konseptual model dan
grand theoryberperan sebagai landasan dalam pengembangan middle range
theory, contohnya middle range theory dari efektivitas homecare didasarkan pada
teori Roy Adaptation Model (Smith et al, 2002). Teori dari ilmu keperawatan telah
dikombinasikan dengan disiplin ilmu lain untuk membuat middle range theory.
Mercer menggunakan teori Rubin yaitu pencapaian peran seorang ibu (keterikatan
dan peran seorang ibu selama kehamilan dan awal masa kehidupan bayi) dan
peran integrasi dan teori-teori perkembangan dari psikologi untuk membuat
teorinya sendiri yaitu Theory of Maternal Role Attainment (Meighan,2006).
Contoh lain dapat dilihat pada gambar dibawahini :

Gambar 2. Pembagian Middle Range Theory (Smith & Liehr, 2014)


Gambar 3. Pembagian Middle Range Theory (Smith & Liehr, 2014)

Gambar 3. Pembagian Middle Range Theory (Smith & Liehr, 2014)


B. Konsep Teori Kenyamanan oleh Katharine Kolcaba
1. Biografi
Katharine Kolcaba, lahir di Ohio dan menjalani pendidikan diploma
keperawatan pada tahun 1965. Selama sekolah, Kolcaba juga bekerja paruh
waktu di bidang keperawatan medikal bedah, rumah perawatan jangka panjang
dan home care.Pada tahun 1987 Kolcaba menyelesaikan program Registered
Nursing (RN) dan melanjutkan sekolah pasca sarjana keperawatan di bidang
gerontology di Case Western Reserve University (CWRU) France Payne
Bolton School of Nursing. Selama menempuh pendidikan, Kolcaba juga
menjabat sebagai kepala ruangan di unit dementia.Dari sinilah Kolcaba mulai
mengembangkan teori yang berkaitan dengan kenyamanan pasien.(Alligood,
2017).
Setelah menyelesaikan studi magister, Kolcaba bergabung di University
Akron College of Nursing.Kolcaba mendapatkan sertifikasi dan keahlian di
bidang gerontology oleh American Nursing Association (ANA).Kolcaba
kemudian melanjutkan studi doctoral di CWRU dan tetap melanjutkan
profesinya sebagai seorang pengajar.Mulai dari 1991 hingga 2001, Kolcaba
mengembangkan dan menjelaskan teorinya.Pada tahun 1991, dengan dibantu
oleh suaminya yang seorang filosof, Kolcaba mempublikasikan analisa konsep
kenyamanan, diagram yang menggambarkan aspek kenyamanan (1991),
menerapkan kenyamanan sebagai hasil pelayanan (1992), konsep kenyamanan
sebagai Middle Range Theory (1994) dan mengujikan teorinya kedalam studi
kasus dan intervensi (1999) (Alligood, 2017).

2. Latar belakang pengembangan teori Kolcaba


Kenyamanan merupakan konsep dasar yang sangat dijunjung tinggi
dalam sejarah keperawatan dan secara tidak langsung diintegrasikan ke dalam
praktik keperawatan (K. Y. Kolcaba & Kolcaba, 1991).
Pada tahun 1988, Kolcaba memulai studi tentang kenyamanan.Dimana
pada saat itu, kebutuhan tentang konsep sangat dibutuhkan untuk diaplikasikan
dalam tatanan pelayanan keperawatan.Keinginan Kolcaba dalam
mengembangkan penelitian terkait kenyamanan dimulai saat sesorang bertanya
saat sedang mempresentasikan kerangka kerja asuhan keperawatan demensia,
“apakah Kolcaba telah melakukan pengkajian konsep tekait kenyamanan
pasien?”.Kolcaba lalu memulainya dengan melakukan kajian pustaka tentang
definisi kenyamanan dari berbagai bidang keilmuan, yaitu keperawatan,
kedokteran, psikiatri, ergonimics, theology, fisiologi dan kamus bahasa inggris
(Oxford English Dictionary).Kolcaba menemukan bahwa arti sebenarnya dari
kenyamanan adalah “untuk memperkuat”. Arti mendasar dari kenyamanan ini
menjadi dasar utama dalam memberikan pelayanan sehingga pasien merasa
lebih baik dan perawat pada akhirnya merasa puas (Alligood 2017.K. Y.
Kolcaba & Kolcaba, 1991; Peterson& Bredow, 2013).
Kenyamanan adalah hal mendasar yang manjadi fokus utama dalam
tindakan keperawatan.Hal ini sangat berkaitan erat dan secara konsisten selalu
di asosiasikan dengan keperawatan.Perawat berperan dalam menjamin
kenyamanan bagi pasien dan keluarganya melalui intervensi yang diberikan.
Tokoh keperawatan pertama yang memperkenalkan tentang pentingnya
kenyamanan bagi pasien adalah Nightingale.Nightingale menjelaskan
hubungan yang sangat erat antara sehat dan kenyamanan.Pada awal abad ke-20
istilah kenyamanan digunakan secara general dalam lingkungan keperawatan
dan merupakan hal yang paling penting dalam setiap intervensi
keperawatan.Selain itu, penanganan medis dalam hal ini belum
berkembang.Kenyamanan dapat diintervensi melalui aspek fisik, emosional,
dan lingkungan, namun pengkajian kenyamanan masih merupakan area
dokter.Gangguan kenyamanan pada umumnya dialami oleh pasien dengan
tirah baring, seperti rasa panas dan posisi.(Mc.Ilveen & Morse, 1995 dalam
Peterson& Bredow, 2013).
Beberapa penelitian terkaIt kenyamanan yang dilakukan oleh Harmer
(1926) dan Goodnow (1953) mengidentifikasi bahwa perawat memberikan
asuhan keperawatan yang dapat menciptakan kenyamanan pada pasien,
mencakup kebahagiaan, kenyamanan, keringanan, fisik dan mental serta
pemenuhan kebutuhan dasar.kenyamanan mental dapat tercapai melalui
pemberian kenyamanan fisik dan memodifikasi lingkungan (Alligood, 2017).
Dari berbagai definisi dasar tentang kenyamanan yang telah dikaji oleh
Kolcaba, akhirnya dapat dijelaskan bahwa kenyamanan adalah sesuatu yang
menguatkan, kenyamaan egonomis ataupun berkaitan langsung dengan
kinerja.Namun makna kenyamanan yang dimaksud masih bersifat
ambigu.(Alligood, 2017).
C. Comfort Theory of Kolcaba
Kolcaba (2001) mengembangan teori kenyamanan melalui 3 bentuk logika
pemikiran, yaitu : 1) Induksi, 2) Deduksi, 3) Retroduksi.
1) Kerangka kerja lingkungan : Fase Induksi
Fase induksi terbentuk melalui observasi yang dilakukan pada sebuah
kejadian. Ketika seorang perawat bersungguh-sungguh dalam praktik, maka
seorang perawat akan terbiasa dalam penggunaan konsep, istilah, dasar-dasar
yang implisit dan eksplisit sebagai dasar tindakan yang dilakukan. Kolcaba
mengamati kejadian pada saat menjadi kepala ruangan di unit Alzheimer.
Kolcaba mengamati beberapa istilah dalam menggambarkan proses
keperawatan di unit itu : lingkungan yang memfasilitasi, banyak keterbatasan,
dan fungsi optimal. Namun Kolcaba tidak menemukan hubungan antara ketiga
hal tersebut dan merasa ada yang hilang.(Kolcaba, 2001; Alligood, 2017;
Peterson& Bredow, 2013).
Kolcaba terus bertanya tindakan apa yang dapat diberikan pada pasien
untuk menurunkan disaibilitas (intervensi yang harus diberikan) dan
bagaimana mengevaluasi efetivitas setiap intervensi yang diberikan. Kegiatan
apa yang harus dilakukan untuk memaksimalkan fungsi dan menurunkan
disabilitas pada waktu senggang pasien? Kolcaba kemudan menemukan solusi
untuk pertanyaan-pertanyaannya.Dimana disabilitas dibagi menjadi disabilitas
fisik dan mental, dan memperkenalkan diagram kenyamanan untuk
menyampaikan keadaan yang diinginkan pada saat pasien tidak sedang
melakukan kegiatan apapun.Hal ini merupakan tahap awal dari
berkembangnya teori kenyamanan dan memikirkan kompleksitas dari sebuah
konsep. Strategi yang digunakan adalah induktif, melalui observasi menjadi
kerangka konsep yang belum sempurna dari sebuah praktik (Alligood, 2017;
Kolcaba, 2001).
Dari semua uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kenyamanan adalah
pengalaman langsung yang diperkuat oleh kebutuhan dalam mendapatkan
bantuan, kemudahan dan transendensi yang terpenuhi dalam empat konteks
(fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan). Untuk memudahkan
dalam menilai, menyusun intervensi dan mengidentifikasi item-item
pertanyaan terkait kenyamanan, maka kedua aspek ini dapat disusun ke dalam
sebuah bagan (K. Y. Kolcaba, 1991; K. Kolcaba, 2001).
Dari bagan taksonomi yang telah dikembangkan, maka dapat disusun
pertanyaan-pertanyaan terkait kenyamanan yang dapat digunakan untuk
mengukur kenyamanan pada pasien di rumah sakit atau komunitas.The
General Comfort Questionnair (GCQ) berisi 24 pertanyaan positif dan 24
pertanyaan negatif.Instrumen ini kemudian diujikan pada 206 partisipan dari
rumah sakit dan 50 orang di komunitas. GCQ menunjukkan cronbach value
0.88 dan mengindikasikan bahwa instrumen ini dapat digunakan (Kolcaba,
2001; paterson & Bredow, 2013).

Konteks dimana Jenis Kenyamanan


kenyamanan
Kelegaan Ketentraman Transendensi
terjadi

Fisik

Psikospiritual

Lingkungan

Sosial

Gambar 4. Struktur taksonomi teori kenyamanan (Kolcaba, 1991)

Menurut Kolcaba dan Fisher (1996) dalam Alligood (2017) mendefenisikan


jenis-jenis kenyamanan sebagai berikut :
1. Kelegaan : diartikan sebagai keadaan dimana kebutuhan spesifiknya
terpenuhi
2. Ketentraman : diartikan sebagai keadaan tenang atau puas
3. Transendensi : diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang berhasil
melampaui masalah atau kesakitannya.
Sedangkan Menurut Kolcaba dan Fisher (1996) dalam Alligood (2017)
mendefinisikan konteks dimana kenyamanan terjadi sebagai berikut :
1. Fisik : berhubungan dengan sensasi-sensasi yang dirasakan oleh
tubuh
2. Psikospiritual : berhubungan dengan kesadaran diri sendiri, harga diri,
konsep diri, seksualitas, dan bagaimana seseorang
memaknai hubungan seseorang dengan tatanan atau
keberadaan yang lebih tinggi.
3. Lingkungan : terdiri dari lingkungan eksternal, kondisi-kondisi dan
pengaruh disekitarnya.
4. Sosial : terdiri dari hubungan interpersonal, keluarga dan sosial.

2) Teori menengah tentang kenyamanan : Fase deduktif


Pada fase ini, sebuah teori terbentuk dari pikiran yang logis dengan
menghubungkan teori kenyamanan dengan konsep lain yang membahas
tentang kenyamanan. 3 teori yang telah ada sebelumnya digunakan sebagai
dasar dalam menentukan jenis kenyamanan.Kelegaan diperoleh melalui teori
Orlando (1961) yang menyatakan bahwa perawat memenuhi kebutuhan yang
diinginkan pasien, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kelegaan adalah
suatu keadaan seorang yang kebutuhan spesifiknya terpenuhi.Ketentraman
diidentifikasi melalui teori Handerson (1966) yang menyatakan bahwa
manusia memiliki 13 kebutuhan dasar yang harus terpenuhi selama proses
keperawatan. Sedangkan transendensi diadaptasi dari teori oleh Paterson dan
Zderad (1975) yang menjelaskan bahwa perawat berperan untuk membantu
pasien dalam mengatasi kesulitannya. Dapat disimpulkan bahwa transendensi
adalahkeadaan dimana seseorang berhasil melampaui masalah atau
kesakitannya (Alligood, 2017; K. Y. Kolcaba, 1991;Kolcaba, 2001; Paterson
& Bredow, 2013).
Selain ketiga teori diatas, Kolcaba juga menjadikan teori Murray
sebagai acuan dalam pengembangan teori kenyamanan. Teori Murray (1938)
memberikan sebuah gagasan bahwa meskipun kenyamanan bersifat spesifik
pada suatu keadaan, jika kenyamanan diberikan melalui intervensi secara
kontinyu maka pasien akan merasakan kenyamanan dari seluruh aspek.
(Alligood, 2017; Kolcaba, 2001).
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam proses deduksi,
Kolcaba melakukan tinjauan terhadap grand teori yang masih bersifat abstrak
menjadi konsep-konsep yang lebih spesifik dan dapat diaplikasikan dalam
proses keperawatan (Alligood 2017; Kolcaba, 2001).

3) Kenyamanan pasien dalam penelitian : Fase retroduksi


Retroduksi adalah sebuah fase dimana Kolcaba mencoba untuk
mengujikan teori kenyamanan kedalam sebuah fenomena.Hasil akhir yang
diharapkan adalah data-data yang dapat dijadikan acuan dalam penetapan
protokol keperawatan, medis, institusi dan komunitas. (Alligood, 2017;
Kolcaba, 2001).
Melalui retroduksi Kolcaba menambahkan konsep integritas
institusional kedalam teori kenyamanan pada level middle range theory. Bukti-
bukti berdasarkan teori menyusun dasar pengetahuan yang terbaik dalam hal
menentukan praktik dan kebijakan (Alligood, 2017; Kolcaba, 2001).

Gambar 5. Kerangka Konsep Teori Kenyamanan

Gambar 5 menggambarkan tingkatan abstrak dalam teori


Kolcaba.Proporsi dari setiap gambar diatas adalah sebagai berikut (Alligood,
2017; Kolcaba, 2001; Paterson & Bredow, 2013):
a) Perawat mengidentifikasi kebutuhan kenyamanan yang belum terpenuhi
b) Perawat merancang intervensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut
c) Variabel yang mengintervensi adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi
perencanaan dan pencapaian intervensi keperawatan, meliputi pengalaman
pasien sebelumnya, usia, sikap, status emosional, latar belakang budaya,
sistem pendukung, ekonomi, dan lain-lain.
d) Saat peningkatan rasa nyaman tercapai, maka pasien akan lebih kuat dalam
meningkatkan perilaku mencari bantuan.
e) Ketika pasien terlibat dalam perilaku mencari bantuan sebagai hasil dari
tindakan yang meningkatkan kenyamanan, maka perawat dan pasien akan
lebih puas terhadap proses perawatannya.
f) Kepuasan pasien terhadap pelayanan yang mereka peroleh dari sebuah
institusi, maka integritas institusi akan dipertahankan melalui pemberian
praktik terbaik dan menetapkan kebijakan terbaik.

Dapat terlihat bahwa teori kenyamanan telah mengalami perkembangan


dari definisi awalnya hingga dapat berpengaruh dalam perilaku mencari
bantuan bagi pasien.Perilaku ini kemudan diidentifikasi dapat membantu
dalam penurunan lama rawat, persiapan pulang pasien, dan meningkatkan
hubungan yang baik dengan keluarga pasien ketika mereka merasa puas
terhadap pelayanan yang diberikan.Konsep ini dapat diuji secara terpisah atau
utuh.Pada akhirnya teori kenyamanan dapat diaplikasikan ke semua tatanan
pelayanan, disiplin ilmu, golongan umur, baik perawatan dirumah, rumah sakit
ataupun komunitas. Konsep ini dapat didefinisikan lebih lanjut pada tingkat
abstraksi yang lebih rendah pada populasi tertentu(Alligood, 2017; Kolcaba,
2001; Paterson & Bredow, 2013).

D. Perspektif paradigma keperawatan berdasarkan Teori Kolcaba


1. Keperawatan
Proses keperawatan mencakup pengkajian kenyamanan secara menyeluruh,
menyusun intervensi untuk memenuhi kenyamanan, kemudian melakukan
evaluasi tingkat kenyamanan setelah diberikan intervensi. Pengkajian dan
evaluasi dapat berupa pertanyaan subjektif terkait dengan apa yang pasien
rasakan, maupun dengan melakukan observasi terkait respon fisiologis pasien.
Pengkajian dan evaluasi dapat menggunakan instrumen kenyamanan yang
telah dikembangkan oleh Kolcaba (Alligood, 2017).
2. Pasien
Penerima asuhan keperawatan dapat berupa individu, keluarga, institusi
ataupun komunitas.Bahkan perawat dapat menjadi subjek penerima intervensi
dalam lingkup ruang kerja (Alligood, 2017).
3. Lingkungan
Lingkungan adalah aspek yang dapat dimanipulasi oleh pemberi intevensi
(perawat atau institusi) untuk meningkatkan kenyamanan (Alligood, 2017).

4. Kesehatan
Kesehatan adalah fungsi optimal pasien, keluarga maupun pemberi
pelayanan (Alligood, 2017).

Berdasarkan 4 paradigma keperawatan, maka muncul berbagai asumsi-asumsi


sebagai berikut (Kolcaba 1994 dalam Alligood2017; Paterson& Bredow, 2013) :
1. Manusia memiliki respon yang holistik terhadap berbagai stimulus.
2. Kenyamanan adalah hasil yang ingin dicapai oleh setiap individu dan sangat
erat kaitannya dengan disiplin ilmu keperawatan.
3. Kenyamanan adalah kebutuhan dasar manusia dan harus dipenuhi oleh setiap
individu melalui usaha yang aktif.

E. Penerapan Teori Kenyamanan Kolcaba


1. Praktik keperawatan
Teori Kolcaba dapat diaplikasikan ke bidang perawatan komunitas,
Hospice,perawatan perioperatif, perawatan jangka panjang, hingga intervensi
pada kasus stress, demensia, perawatan paliatif bahkan membantu keluarga
pasien dalam menghadapi kematian anggota keluarga (Alligood 2017;
Paterson & Bredow, 2013).
2. Pendidikan
Teori kenyamanan dapat digunakan oleh para pendidik untuk meningkatkan
lingkungan yang nyaman bagi mahasiswa.Teori ini membantu mahasiswa
merasa lega dari tugas-tugas yang berat (relief) dengan memfasilitasi
pertanyaan-pertanyaan dalam menyelesaiakan masalah klinis yang dihadapi,
mempertahankan rasa tentram (ease) dengan membina hubungan saling
percaya terhadap pengajar, dan mencapai transendensi melalui teknik-teknik
kenyamanan yang mereka tentukan sendiri (Alligood 2017; Paterson &
Bredow, 2013).
3. Penelitian
Dengan menggunakan instrumen untuk mengukur kenyamanan yang telah
dikembangkan oleh Kolcaba, perawat mampu mengembangkan penelitian-
penelitian terkait kenyaman yang hasilnya dapat digunakan dalam
mengembangkan pelayanan baik di rumah sakit, komunitas bahkan
institusi.Instrumen dan instruksi penggunaanya dapat diunduh melalui website
Kolcaba (Alligood 2017; Paterson & Bredow, 2013).

F. Evaluasi Teori Kenyamanan Kolcaba


Dalam pengaplikasiannya sebuah teori tentu memiliki kelebihan dan
kekurangan. Dalam Kolcaba(2001) dijabarkan beberapa evaluasi dalam penerapan
teori kenyamanan, yaitu :
1. Konsep ini spesifik untuk keperawatan, dimana kenyamanan disebut sebagai
esensi keperawatan.
2. Konsep dan proposisi dari teori ini siap dioperasionalkan atau
diimplementasikan karena teori ini telah diuji diberbagai situasi.
3. Teori ini dapat diaplikasikan pada segala situasi, bahkan pada situasi di tingkat
yang lebih kecil.
4. Hasil dari kenyamanan dapat dioperasionalkan dengan mudah dengan
menggunakan taksonomi kenyaman sebagai panduan.
5. Asumsi sesuai dengan teori. Teori ini holistic didasarkan pada kebutuhan dan
secara teoritis dapat memberdayakan pasien untuk terlibat langsung dalam
perilaku pemenuhan kesehatan.
6. Teori ini relevan untuk pengguna yang terkait teori. Mahasiswa keperawatan
dapat mempelajari teori ini dengan mudah dan dapat mengaplikasikannya
dalam praktek dan penelitian.
7. Teori ini berorientasi pada hasil yang penting bagi pasien. Menurut penelitian
kualitatif menunjukkan bahwa pasien menginginkan dan membutuhkan
aplikasi teori ini, dan menginginkan perawat untuk membantu mereka dalam
memenuhi kebutuhan kenyamanan mereka.
8. Teori ini menyebabkan hasil yang sensitif bagi perawat, karena tujuan
keperawatan sejak dahulu adalah untuk memenuhi kenyaman pasien. Pasien
mengharapkan hal ini dari perawat dan memberikan mereka pujian apabila hal
ini terpenuhi. Melalui tindakan perawat, pasien menerima apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dari perawat mereka. Teori ini menjelaskan bagaimana
dan mengapa hal ini dilakukan.
Namun teori kenyamanan juga memiliki beberapa kekurangan yaitu Untuk
memahami teori ini secara keseluruhan, dibutuhkan tingkat pengetahuan yang baik,
sehingga teori ini akan lebih mudah dimengerti apabila diuraikan lebih sederhana
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN (MANAJEMEN)

A. Kasus
RSUDH, memiliki 12 jenis ruang perawatan berdasarkan kelas perawatan, yaitu
VVIP, VIP, Kelas 1,dan bangsal kelas 2 dan 3. Jenis model asuhan keperawatan
yang dijalankan belum murni MAKP. Model TIM dijalankan pada shift pagi,
sementara pada shiftsiang dan malam dengan metode fungsional. Setiap tingkatan
ruangan memiliki fasilitas yang berbeda-beda. Ruangan N merupakan ruangan
perawatan pasien dengan gangguan persyarapan (hipetensi, stroke, KLL) yaitu
pasien dalam keadaan sadar, maupun tidak sadar, dengan klasifikasi pasien
terbanyak dengan total care. Total tempat tidur 27, dengan rata-rata pasien perhari
19 orang. Fasilitas ruangan rawat yang tersedia, tempat tidur tidak dilengkapi
remote untuk mengatur posisi, sebagian tempat tidur tidak dilengkapi penghalan
tempat tidur, serta tidak ada bel pasien atau alat komunikasi lainnya, tidak tersedia
penyejuk ruangan di ruang rawat dan tidak ada penghalan untuk menjaga privasi
pasien. Banyaknya komplain terkait pelayanan karena komunikasi perawat yang
sering terdengar ketus dan pada shift siang dan malam, ruang nurse station sering
dampak kosong dan hanya di tempati oleh mahasiswa yang sementara berpraktik.
Ketika pasien atau keluarga yang membutuhkan perawat, mahasiswa yang bertugas
mencari keberadaan perawat shift tersebut.

B. Pembahasan
a. Pengkajian
1. Ruang perawatan untuk pasien dalam keadaan sadar dan maupun tidak sadar
2. Klasifikasi pasien terbanyak dengan total care.
3. Fasilitas ruangan rawat yang tersedia, tempat tidur tidak dilengkapi remote
untuk mengatur posisi, sebagian tempat tidur tidak dilengkapi penghalan
tempat tidur, serta tidak ada bel pasien atau alat komunikasi lainnya
4. Tidak tersedia penyejuk ruangan di ruang rawat.
5. Tidak ada penghalan untuk menjaga privasi pasien
6. Banyaknya komplain terkait pelayanan karena komunikasi perawat yang
sering terdengar ketus
7. Pada shift siang dan malam, ruang nurse station sering dampak kosong dan
hanya di tempati oleh mahasiswa yang sementara berpraktik. Ketika pasien
atau keluarga yang membutuhkan perawat, mahasiswa yang bertugas
mencari keberadaan perawat shift tersebut.

b. Menentukan masalah
Penentuan masalah yang dihadapi oleh ruang perawatan (N) dapat dilakukan
dengan panduan menggunakan bagan taksonomi kenyamanan yang telah
dikembangkan oleh Kolcaba, yaitu sebagai berikut :
Konteks Jenis Kenyamanan
dimana
kenyamanan Kelegaan Ketentraman Transendensi
terjadi
Fisik Keterbatasan Bed yang nyaman,
mobilisasi fisik dan menjaga
privacy

Psikospiritual Ansietas Kebutuhan terhadap


support sistem dan
jaminan dari tim
perawatan kesehatan
Lingkungan - Tempat tidur tidak - Ketidaknyama - Kebutuhan akan
menggunakan nan kenyamanan
penghalan, tidak - Tidak adanya - Kebutuhan
ada remot untuk privacy adanya privacy
pengaturan posisi. terhadap
pelayanan
- Ruangan panas personal
- Tidak ada
penghalan untuk
menjaga privasi
pasien
Sosial - Komunikasi Banyak komplain - Kebutuhan
perawat yang pasien adanya dukungan
dari perawat
sering terdengar - Kebutuhan
ketus adanya informasi
- Nurse station
sering kosong
pada shift siang
dan malam
c. Rencana tindakan
1) Perencanaan
Kepala ruangan membuat rencana strategi meliputi kebutuhan ruangan
meliputi peralatan yang dibutuhkan oleh ruangan (tempat tidur, penyejuk
ruangan, dll) ke bagian Alkes, Instalasi sarana dan prasarana RS.
Menyusun kebutuhan untuk penambahan perawat jika diperlukan.
2) Pengorganisasian
Penerapan metode Tim di ruang perawatan yang belum sesuai dengan
Metode MAKP murni karena masih digabungkan dengan metode
fungsional, khusus petugas siang dan malam. Menyebabkan nurse station
sering kosong pada shift-shift tersebut. Kepala ruangan menyusulkan untuk
penambahan tenaga perawat, agar dapat dijalankan metode MAKP TIM
murni
3) Pengarah
Kepala ruangan dilakukan secara berjenjang, pada saat pertemuan dan pada
saat supervisi asuhan serta pada saat pre dan post conference. Pengarahan
yang diberikan, guna memperbaiki komunikasi teraupetik yang diberikan
perawat pada pasien maupun kelurga yang terkadang ketus.
4) Pengendalian
Penilaian kinerja staf belum dilakukan dengan maksimal, hal ini
dikarenakan belum, penilaian kinerja hanya melihat kehadiran staf di
ruangan perawatan.Sehingga menyebabkan kualitas pekerjaan staf tidak
terlihat, tidak ada umpan balik dan pembinaan sehari-hari yang konsisten
tentang kinerja dan memungkinkan manajer memperbaiki
masalahsebelum menjadi serius.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah disusun, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kolcaba mengembangkan teorinya melalui pengamatan langsung dan
pengalaman saat bekerja sebagai perawat diunit demensia. Pengembangan
teori melalui 3 tahap, yaitu induksi, deduksi dan retroduksi.
2. Kenyamanan adalah pengalaman holistik yang dirasakan oleh seseorang dan
memberikan kekuatan jika terpenuhi.Kenyamanan meliputi 4 aspek, yaitu
fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial. Jenis kenyamanan yang dapat
dipenuhi yaitu kelegaan, ketentraman dan transendensi.
3. Jika kebutuhan akan kenyamanan telah terpenuhi, maka akan meningkatkan
kemampuan pasien dalam perilaku kesehatan, sedangkan bagi perawat akan
memberikan kepuasan kerja. Selain bagi pasien dan perawat, kepuasan pasien
akan kenyamanan juga akan berpengaruh terhadap integritas institusional dan
menghasilkan kebijakan terbaik dalam pelayanan.
4. Melalui taksonomi kenyamanan, Kolcaba mengembangkan beberapa
instrumen dalam mengukur kenyamanan yang dapat digunakan pada berbagai
setting pelayanan.

B. Saran
1. Kenyamanan merupakan dasar dalam setiap intervensi keperawatan, oleh
karena itu teori Kolcaba sebaiknya selalu diaplikasikan dalam proses
keperawatan.
2. Teori Kenyamanan Kolcaba dapat diaplikasikan bukan hanya dalam lingkup
praktik keperawatan, namun juga dalam area pendidikan dan penelitian.
3. Instrumen untuk mengukur kenyamanan yang telah dikembangkan oleh
Kolcaba dapat terus digunakan dalam praktik pelayanan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. (2017). Pakar Teori Keperawatan dan Karya Mereka.8th Indonesia


Edition.Singapore : Elsevier Mosby.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (Eds.). (2013). Nursing
Intervention Classification (NIC) (6th Editio). USA: Elsevier Mosby.
Kolcaba, K. (2001). Evolution of the mid range theory of comfort for outcomes research.
Nursing Outlook, 49(2), 86–92. https://doi.org/10.1067/mno.2001.110268
Kolcaba, K. Y. (1991). A Taxonomic Structure for the Concept Comfort. Image: The Journal
of Nursing Scholarship, 23(4), 237–240. https://doi.org/10.1111/j.1547-
5069.1991.tb00678.x
Kolcaba, K. Y., & Kolcaba, R. J. (1991). An analysis of the concept of comfort. Journal of
Advance Nursing, 16, 1301–1310.
NANDA International. (2018). Nursing diagnoses: definitions and classification 2018-2020.
11th Ed. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (11th Editi). New York: Thieme
Publisher.
Peterson, S. J. & Bredow, T. S. (2013). Middle Range Theory, Application to Nursing
Research. 3rd Edition. China : Wolters Kluwer Health, Lippincott Williams & Wilkins.
Smith, M. J. & Liehr, P. R. (2014). Middle Range Theory for Nursing. 3rd Edition. New York :
Springer Publishing Company, LLC.

Anda mungkin juga menyukai