Jl Raya Rancaekek – Cipacing KM 20 DEMAM TIFOID 1. Pengertian (definisi) Penyakit endemis di indonesia yang disebabkan oleh infeksi sistemik Salmonella Typhi. 2. Anamnesis 1. Demam naik secara bertahap setiap hari 2. Delirium, malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala 3. Nyeri perut, diare atau konstipasi, muntah, perut kembung 4. Kasus berat; penurunan kesadaran, kejang,ikterus 3. Pemeriksaan Fisik 1. Tifoid tounge 2. Meteorismus 3. Hepatomegali 4. Kadang-kadang terdapat ronki pada pemeriksaan paru 5. Rose spot pada 50% kasus (dada bawah & abdomen bagian atas) 4. Kriteria Diagnosis 1. Demam lebih dari 3 hari 2. Leukopenia 3. Widal+ 5. Diagnosis Kerja Demam Tifoid 6. Diagnosis Banding Stadium dini : influenza, gastroenteritis, bronkitis 1. bronkopenumonia 2. Tuberkulosis, infeksi jamur sistemik, malaria 3. Demam tifoid berat ; sepsis, leukemia, limfoma 7. Pemeriksaan penunjang 1. Darah tepi; anemia, leukopenia, limfositosis relatif, trombositopenia 2. Widal ; Kenaikan titer S. Typhi O 1;200 atau kenaikan 4x titer fase akut ke kovalesens 8. Terapi Tifoid tanpa komplikasi (rawat jalan) 1. Antibiotik per oral ; kloramfenikol, amoksisilin, kotrimoksasol 2. Simptomatik;PCT 3. Kontrol 3 Hari 4. Rujuk balik PPK 1
Tifoid dengan komplikasi (rawat inap)
1. Tirah baring selama demam, diet makanan lunak 2. Cairan ; RL 3. Antibiotik IV (Cefotaxim)3-5 hari 4. Kortikosteroid pada kasus berat dengan gangguan kesadaran. Deksametason 1- 3mg/kgbb/hari IV dibagi 3 dosis sampai kesadaran membaik 9. Edukasi 1. Higiene perorangan dan lingkungan Imunisasi aktif terutama bila terjadi kontak dengan pasien demam Tifoid 2. Vaksin polisakarida pada usia 2 tahun IM diulang tiap 3 tahun 3. Vaksin tifoid oral pada usia >6 tahun dengan interval selang sehari (hari 1,3,5) ulangan tiap 3-5 tahun 10. Prognosis Ad vitam : ad bonam Ad sanationam : ad bonam Ad fungsionam : ad bonam 11. Standing Order - 12. Kepustakaan Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak . Hardiono Puponegoro dkk, penyunting. Departemen Kesehatan RI 1. IDAI.Jakarta.2004. DEMAM BERDARAH DENGUE 1. Pengertian (definisi) Penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus genus flavivirus,famili flaviridae yang mempunyai 4 jenis serotipe yaitu den-1,den-2,den-3 dan den-4, ditularkan melalui perantara nyamun Aedes aegepty atau Aedes albopyctus. 2. Anamnesis 1. Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari 2. Malaise, anoreksia, vomitus’Nyeri kepala, nyeri otot, nyeri perut 3. Diare kadang-kdang dapat ditemukan 4. Perdarahan paling sering dijumpai adalah perdarahan kulit dan mimisan 3. Pemeriksaan Fisik 1. Nyeri kepala, nyeri retro orbital, mialgia, atharalgia 2. Hepatomegali 3. Perdarahn berupa petekiae, epistaksis, melena maupun hematuria 4. Tanda-tanda syok ; Anak gelisah sampai terjadi penurunan kesadarn, sianosis, nafas cepat, nadi teraba lembut, kadang-kadang tidak teraba. Tekanan darah turun, tekanan nadi <10 mmHG. Akral dingin,CRT menurun. Diuresis menurun sampai anuria. 4. Kriteria Diagnosis 1. Kriteria klinis ; Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, terdapat manifestasi perdarahan, hepatomageli,syok 2. Kriteria laboraturium; trombositopenia, (WHO tahun 1997) hemokonsentrasi; dilihat dari peningkatan hematokrit 20% menurut standar umur dan jenis kelamin 3. Dua kriteria klinis pertama + trombositopenia dan hemaglutasi 5. Diagnosis kerja Demam berdarah dengue 6. Diagnosis Banding Selama fase akut : Demam dengue,campak,rubella,chikungunya 1. Leptospirosis, malaria, demam tifoid 2. Penyakit infeksi lain seperti sepsis, meningitis meningokokus 3. Penyakit darah seperti ITP, leukemia atau anemia aplastik 7. Pemeriksaan penunjang 1. Darah tepi ; kadar Hb, leukosit dan hitung jenis,Ht,Tc. 8. Terapi 1. Rawat jalan DBD tanpa syok (derajat I dan II ) a. Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan parasetamol bukan aspirin DEMAM BERDARAH DENGUE b. Supportif; cairan,elektrolit per oral 2. Rawat inap a. DBD dengan komplikasi b. Trombosit kurang dari 100.000 c. Cairan IV ; RL,HES d. Simptomatik; PCT e. DSS dengan kebutuhan PICU rujuk PPK 3 9. Edukasi (Hospital Melakukan tindakan 3 M, yaitu : Health Promotion ) 1. Mneguras tempat-tempat penmpungan air secara teratur seminggu sekali atau menaburkan bubuk larvasidae (abate) 2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air 3. Mengubur / menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air 10. Prognosis Ad vitam : ad bonam Ad sanationam: ad bonam Ad fungionam : ad bonam 11. Standing order DBD 1. RL 10-20ml / kgbb secara bolus diberikan dengan syok (DSS) dalam 30 menit. Bila syok belum teratasi tetap berikan RL 20ml/kgbb ditambah koloid 20- 30ml/kgbb/jam 2. Volume cairan diturunkan menjadi 7ml/kgbb/jam dan selanjutnya 5ml dan 3ml apabila tanda vital baik 3. Jumlah urine 1ml/kgbb/jam merupakan indikasi bahwa sirkulasi membaik 4. Pada umumnya cairan tidak perlu diberikan lagi 48 jam setelah syok teratasi 5. Oksigenasi 2-4 liter / menit pada DBD syok 6. Koreksi asidosis metabolik dan elektrolit pada DBD syok 7. Konsul SpA 12. Kepustakaan 1. Standar medis pelayanan kesehatan anak. Hardiono Pusponegoro dkk, penyunting, departemen kesehatan RI-IDAI.Jakarta.2004 KEJANG DEMAM 1. Pengertian (definisi) Kejang yang berhubungan dengan demam (suhu rektal>38,4 C), tanpa adanya infeksi SSP atau ganguan elektrolit akut, terjadi pada anak berusia >1 bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. Terjadi pada 2-5% anak berusia 6 bulan -3tahun, insidens tertinggi pada umur 18 bulan. 2. Anamnesis 1. Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum / saat kejang, frekuensi, intreval, pasca kejang, penyebab demam di luar SSP Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, riwayat 2. Epilepsi dalam keluarga 3. Singkirkan penyebab kejang lainnya 3. Pemeriksaan Fisik 1. Kesadaran 2. Suhu tubuh 3. Rangsang meningeal 4. Tanda peningkatan tekanan intrakranial 5. Tanda infeksi di luar SSP 4. Kriteria Diagnosis 1. Kejang demam kompleks Kejang bersifat fokal atau kejang umum yang didahului kejang fokal Lamanya 10-15 menit atau berulang dalam 24 jam 2. Kejang demam sederhana Kejang bersifat umum, singkat dan hanya terjadi sekali dalam 24 jam
5. Diagnosis Kerja Kejang demam
6. Diagnosis banding 1. Meningitis 2. Encephalitis 3. Epilepsi 7. Pemeriksaan penunjang 1. Darah tepi ; kadar Hb, leukosit dan hitung jenis,Ht,Tc 8. Terapi 1. Rawat jalan a. Antipretik Antikonvulsan (pengobatan intermitten ) ; diazepam 0,3-0,5mg/kgbb tiap 8 jam p.o KEJANG DEMAM b. Antibiotik per oral ; Cefadroxil syrup 2. Rawat inap Pengobatan kejang (anak datang dalam keadaan kejang); a. Stesolid 5 mg perrektal jika BB<10 kg atau stesolid 10 mg perrektal jika BB>10 kg b. Antipiretik ; PCT per oral c. Antibiotik ; Cefotaksim d. Cairan ; RL
(Hospital Health 1. Jelasakan pada orangtua bahwa kejang
Promotion) demam sebagian besar tidak bebahaya 2. Jelasakan pada orang tua cara menangani kejang demam di rumah 10. Prognosis Ad vitam : ad bonam Ad sanationam: ad bonam Ad fungsionam : ad bonam 11. Standing Order Status 1. Phenytoin 20mg/kgbb dalam 100 cc Konvulsivus Nacl 0,9% atau dextrosa 5% 50cc, guyur habiskan dalam 20 menit 2. Bila masih kejang, selang 15 menit kemudian berikan Phenytoin 10 mg/kgbb dalam 100cc Nacl 0,9% . Guyur, habiskan dalam 20 menit 3. Selanjutnya berikan sibital 2x30mg IV 12. Kepustakaan 1. Standar pelayanan medis kesehatan anak. Hardiono Pusponegoro dkk, penyunting. Departemen kesehatan RI-IDAI.Jakarta.2004 Buku pedoman pelaksanaan sistem rujukan pelayanan kesehatan 2. Privinsi Jawa Barat 2012 DIARE AKUT 1. Pngertian (Definisi) BAB dengan konsistensi lebiih cair dari biasanya,>3x/hari dapat / tidak disertai darah/lendir yang timbul secara mendadak dan berlangsung <2 minggu. 2. Anamnesis 1. BAB lebih cair dari biasanya 2. Frekuensi >3x/hari 3. Bila disertai darah disebut disentri 4. Dapat disertai muntah, nyeri perut 3. Pemeriksaan Fisik 1. Kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen 2. Ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau tidak 3. Ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir, lidah 4. Menimbang berat badan 4. Kriteria Diagnosis 1. Diare tanpa dehidrasi 2. Dehidrasi ringan-sedang 3. Dehidrasi berat 5. Diagnosis kerja Diare Akut 6. Diagnosis banding 1. Diare akut e.c Rotavirus 2. Diare akut e.c E. Coli 3. Disentri amoeba 4. Disentri basiler 7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah rutin ; Hb, leukosit 2. Faeses rutin 3. Mikroskopis ; eritrosit, leukosit, parasit 8. Terapi 1. Rawat jalan (diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi ringan) a. Tidak boleh diberikan obat anti diare b. Antibiotik kotrimokdazole c. Antiparasit; metronidazole d. Cairan dan elektrolit per oral 2. Rawat inap (diare dehidrasi sedang) a. Cairan;RL b. Antibiotik; cefotaxim c. Simptomatik; anrti piretik, anti emetik (Hospital Health 1. Upayakan ASI tetap diberikan Promotion) 2. Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan 3. Kebersihan lingkungan, BAB di jamban 4. Imunisasi campak 5. Penyediaan makanan dan air minum yang bersih 9. Prognosis Ad Vitam : ad bonam Ad sanationam : ad bonam Ad fungsionam : ad bonam 10. Standing order Dehidrasi dengan cairan RL 100cc/kg BB cara pemberian : 1. Usia < 1 th ; 30 cc / kgbb dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70cc/kgbb dalam 5 jam berikutnya 2. Usia > 1 th ; 30cc/kgbb dalam setengah jam Diare dehidrasi berat pertama dilanjutkan 70cc/kgbb dalam 2,5 jam selanjutnya 3. Minum diberikan jika pasien sudah mau minum, 5cc/kgbb selama proses dehidrasi 11. Kepustakaan 1. Standar pelayanan medis kesehatan anak. Hardiono puponegoro dkk, penyunting. Departemen kesehatan RI-IDAI.Jakarta.2004 2. Buku pedoman pelaksanaan sistem rujukan pelayanan kesehatan provinsi jawa barat 2012. HIPERBILIRUBINEMIA NEONATAL 1. Pengertian (Definisi) Peningkatan kadar bilirubin total pada minggu pertama kelahiran 2. Anamnesis 1. Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus 2. Golongan darah ibu dan ayah 3. Riwayat ikterus hemolitik, defisiensi G6PD, inkompatibilitas faktor rhesus atau golongan darah ABO pada kelahiran sebelumnya 4. Rimayat anemia, pembesaran hati atau limpa pada keluarga 3. Pemeriksaan fisik 1. Bayi tampak berwarna kuning 2. Tekan kulit dengan ringan dengan jari tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan sub kutan 3. Hari pertama ; tekan pada ujung hidung / dahi, hari ke 2 ; lengan / tungkai, hari ke 3 dst; tangan dan kaki 4. Kriteria Diagnosis 1. - 5. Diagnosis Kerja Hiperbilirubinemia Neonatal 6. Diagnosis Banding 1. Ikterus hemolitik 2. Ikterus pada prematuritas 3. Ikterus karena sepsis 4. Ensefalopati bilirubin (kern ikterus) 5. Ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice) 7. Pemeriksaam penunjang 1. Darah rutin 2. Kadar bilirubin total, direk, indirek 3. Preparat apusan darah 8. Terapi Rawat Inap 1. Terapi sinar 2. Periksa kadar bilirubin 3. Terapi suportif; ASI/PASI, infus cairan dengan dosis rumatan ; RL Rawat Jalan (kontrol post ranap) 1. Periksa ulang kadar bilirubin 9. (Hospital Health Promotion) 2. Pemeriksaan ante natal yang baik dan teratur 3. Bila memungkinkan skrining golongan darah ibu dan ayah sebelum lahir 4. Bila ada riwayat bayi kuning dalam keluarga periksa kadar G6PD 5. Mencegah infeksi neonatal 10. Prognosis Ad vitam : ad bonam Ad sanationam: ad bonam Ad fungionam : ad bonam 11. Standing order 12. Kepustakaan 1. Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak. Prof.Henry Garna dr.SpA (K) Ph.D,dkk, penyunting. Bagian ilmu kesehatan anak. FK UNPAD-RSHS.Bandung.2005 2. Standar pelayanan medis kesehatan anak. Hardiono Pusponegoro dkk, penyunting. Departemen kesehatan RI-IDAI. Jakarta . 2004 SINDROMA NEFROTIK 1. Pengertian (Definisi) Keadaan klinis dengan gejala proteinuria masif, hipoalbuninemia, edema dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang disertai dengan hematuria, hipertensi 2. Anamnesis 1. Bengkak di kedua kelopak mata, perut atau tungkai atau seluruh tubuh 2. Penurunan jumlah urine 3. Dapat juga ditemukan urine berwarna kemerahan 3. Pemeriksaan fisik 1. Edema palpebra, tungkai 2. Asites, edema skrotum / labia 3. Kadang-kadang hipertensi ditemukan 4. Kriteria diagnosis 1. Edema 2. Protenuria masif 3. Hipolabuminemia 5. Diagnosis kerja Sindroma nefrotik 6. Diagnosis banding 1. Glomemlonefritis 2. Edema nutritional 3. Edema hepatal 7. Pemeriksaan penunjang 1. Urine ; protein kuaitatif, kuantitatif, kreatinin,ureum 2. Albumin, protein total, kolestrol 8. Terapi 1. Prednison 2 mg/kgbb/hari (maksimal 80mg/hari) dalam dosis terbagi selama 4 minggu 2. Dilanjutkan dengan 2/3 dosis awal (dosis tunggal pagi selang sehari ) selama 4-8 minggu 3. Bila ada edema anasarka diperlukan tirah baring 4. Diet nefrotik dan diuretik 9. (Hospital Health Promotion 1. Mengatur pola makan pasien ) 2. Mencegah kemungkinan terjadinya infeksi lain akibat menurunnya sistem imun akibat penggunaan steroid 10. Prognosis Ad vitam : ad bonam Ad sanationam : ad bonam Ad fungsionam : ad bonam 11. Standing order 12. Kepustakaan 1. Standar pelayanan medis kesehatan anak. Hardiono Pusponegoro, dkk, penyunting. Departemen kesehatan RI-IDAI.Jakarta.2004 2. Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak. Prof Herry Garna,dr.SpA (K) Ph.D,dkk, penyunting. Bagian ilmu kesehatan anak FK UNPAD AD-RSHS GAGAL NAFAS AKUT 1. Pengertian (Definisi) Suatu keadaan sistem respirasi melakukan kompensasi untuk memperbaiki pertukaran gas yang menurun dalam paru serta mempertahankan oksigenasi dan ventilasi. Gagal nafas merupakan suatu keadaan sistem respirasi gagal memenuhi kebutuhan metabolik tubuh untuk mengabsobsi O2, membuang CO2 dan berhubungan 2. Anamnesis 1. Riwayat asma, bronkhitis, obstruksi saluran nafas atas 2. Over dosis obat 3. Penyakit susunan saraf pusat, penyakit neuromuskuler 3. Pemeriksaan Fisik 1. Tachypneu, tachycardia, retraksi dinding dada, suara nafas melemah 2. Sianosis, penurunan kesadaran 3. Pulsus paradoksus 4. Kriteria diagnosis 5. Diagnosis kerja Gagal nafas akut 6. Diagnosis banding 7. Pemeriksaan penujang 1. Analisis gas darah 2. Pemeriksaan radiologis 8. Terapi Pembebasan jalan nafas dan bantuan pernafasan dengan 1. Ventilasi tekanan positif 2. Suplementasi oksigen 3. Obat (salbutamol, terbutalin, epinefrin, aminifilin, metil prednisolone) 4. Mengatasi penyebab 9. (Hospital Health Promotion) 10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam 11. Standing order 12. Kepustakaan 1. Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak. Prof Herry Garna, dr.SpA (K) . PhD,dkk penyunting. Bagian ilmu kesehatan anak FK UNPAD-RSHS. Bandung 2005 Standar pelayanan medis kesehatan anak Hardiono 2. Puponegoro,dkk penyunting. Departemen kesehatan RI-IDAI SEPSIS NEONATORUM 1. Pengertian (definisi) Sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama 1 bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur dan protozoa dapat menyebabkan sepsis pada neonatus. Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak spesifik sehingga skrining sepsis dan pengelolaan terhadap faktr resiko perlu dilakukan. 2. Anamnesis 1. Riwayat ibu mengalami infeksi intra uterin 2. Riwayat persalinan tindakan, penolong persalinan, lingkungan persalinan 3. Riwayat lahir asfiksia berat, bayi kurang bulan, berat lahir rendah 4. Riwayat air ketuban keruh, purulen atau bercampur mekonium 3. Pemeriksaan fisik 1. Tachypneu, tachycardia, respiratory distress 2. Iritabilitas, penurunan kesadaran, kejang, ubun- ubun menonjol 3. Kaku kuduk sesuai dengan meningitis 4. Kriteria diagnosis SIRS 1. Respirasi >60x/mnt atau <30x/mnt atau apnoe 2. Suhu tubuh tidak stabil 3. CRT > 3detik 4. Leukositosis (>34.000x10 pangkat 9/L) 5. Diagnosis kerja Sepsis neonatorum 6. Diagnosis banding 1. Pneumonia congenital 2. Respiratory distress syndrom 3. Meconium aspiration syndrom 7. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis, peningkatan CRP 2. AGD 3. Pemeriksaan LCS 4. Pemeriksaan radiologis 8. Terapi 1. Antibiotik gol ampisilin 200 mg/kgBB/24 jam IV & Netylmycin/ Aminoglikosida 2. Pengobatan suportif meliputi termoregulasi, terapi, O2, terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi / hiperglikemi 3. Transfusi darah / plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar 4. Transfusi komponen jika diperlukan, tunjangan nutrisi adekuat 9. (Hospital Health Promotion ) 1. Mencegah dan mengobati ibu dengan kecurigaan infeksi berat atau 2. Mencegah dan mengobati ibu dengan ketuban pecah dini 3. Perawatan ante natal yang baik 4. Mencegah persalinan prematur 5. Melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman 6. Mencegah asfiksia neonatorum 10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanatonam : ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam 11. Standing order 1. Standar pelayanan medis kesehatan anak. Hardiono Puponegoro, dkk, penyunting. Departemen RI-IDAI. Jakarta.2004 2. Volpe II Postnatal sepsus, neokrotizing enterocotilis, and the critical 3. Role of sysemic inflamation in white matter injury in fremature infant 4. J Prediatr Any 2008 ; 153 (2) ; 160 - 3 ENSEFALITIS 1. Pengertian (definisi) Infeksi jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, penyebab yang tersering dan terpenting ialah virus. Berbagai jenis virus dapat menimbulkan ensefalitis dengan gejala yang sama. 2. Anemia 1. Suhu mendadak naik, sering ditemukan hiperpireksia Kesadaran cepat menurun, anak agak besar seringkali 2. Mengeluh nyeri kepala sebelum kesadarannya menurun 3. Kejang dapat bersifat umum, fokal atau hanya twiching saja 3. Pemeriksaan fisik 1. Hiperpireksa 2. Penurunan kesadaran, kejang 3. Gejala serebral lain beraneka ragam misalnya paresis atau paralisis, afasia dsb 4. Kriteria Diagnosis 5. Diagnosis kerja Ensefalitis 6. Diagnosis banding 1. Meningitis 7. Pemeriksaan penunjang 1. Darah perifer,GDS,elektrolit darah 2. LP 3. CT Scan 8. Terapi 1. Perawatan di ruang rawat intensif 2. Mengatasi kejang, hiperpireksia, ganguan keseimbangan elektrolit 3. Pasang jalur IV 4. Mengatasi Oedema otak Dengan mannitol 20% per drip 0,5- 1 gr/kgbb selama 30 menit setiap 8 jam 5. Metil prednisolon 1-2 mg/kgbb/hari 6. Bila disebabkan oleh virus herpes simpleks dapat diberikan asiklivir 10mg/kgbb tiap 8 jam 1. Vaksinasi MMR 9. (Hospital Health Promotion) 2. Penyemrotan terhadap vektor serangga 10. Prognosis Ad vitam : dubia ad malam Ad sanationam : ad bonam Ad fungsionam : dubia ad malam 11. Standing order 12. Kepustakaan 1. Standar pelayanan medis kesehatan anak. Hardiono Puponegoro,dkk, penyunting. Departemen kesehatan RI-IDAI.Jakarta.2004 2. Buku pedoman pelaksanaan sistem rujukan pelayanan kesehatan provinsi jawa barat 2012 CEREBRAL PALSY 1. Pengertian (Definisi) Kelainan dalam otak yang kekal dan non progresif yang mengakibatkan ganguan motorik pada masa bayi dengan gejala khas beruupa perubahan tonus otot. Kelainan tersebut terjadi sebelum SSP mencapau kematangan. 2. Anamnesis 1. Ganguan perkembangan motorik 2. Ganguan belajar dan komunikasi 3. Ganguan pertumbuhan, gangguan mental 4. Kejang / epilepsi 3. Pemeriksaan fisik 1. Tipe spatik; hemiparesis, diplegia, kuadriparesi 2. Tipe diskinetik; atetoid, distoni, korea, balismus, tremor 3. Tipe rigid, ataksik dan campuran 4. Kriteria diagnosis 1. Riwayat kehamilan, persalinan dan pasca persalinan 2. Ganguan perkembangan 3. Ganguan neurologik (dibedakan berdasarkan usia) <1th; terutama perubahan refleks postural 1-3th; tonus dan perubahan refleks 5. Diagnosis kerja 4. Cerebral palsy 6. Diagnosis banding 1. Kelainan SSP progresif 7. Pemeriksaan penunjang 1. Darah perifer,GDS,elekrolit darah 2. LP 8. Terapi 1. Multidisipliner terdiri dari ; dokter anak (neouropediantri ) , regabilitasi medis 2. Gerakan abnormal; haloperidol 0,05-0,1 mg/kgbb/hari 3. Mengurangi spastisitas; baklofen, benzodiazepin, toksin botulinium 9. (Hospital Health Promotion) 1. Imunisasi H Influenza tipe B 2. Imunisasi N Meningitis 10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : ad bonam Ad fungsionam : ad malam 11. Standing order 12. Kepustakaan 1. Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak, baian ilmu kesehatan anak FK UNPAD- RSHS bandung 2005 2. Buku pedoman pelaksanaan sistem rujukan pelayanan kesehatan provinsi jawa barat 2012 THALASEMIA 1. Pengertian (definisi) Golongan penyakit yang bersifat keturunan (herediter ) ditandai dengan adanya defisiensi pembentukan rantai globin spesfik dari HB 2. Anamnesis 1. Pucat 2. Ganguan nafsu makan, ganguan tumbuh kembang 3. Perut membesar karena pembesaran limpa dan hati 3. Pemeriksaan fisik 1. Anemis, bentuk muka mongoloid (facies cooley) 2. Dapat ditemukan ikterik, ganguan pertumbuhan 3. Splenomegali, hepatomegali 4. Kriteria Diagnosis 1. Anemia berat 2. Morfologi erotrosit; gambaran hemolitik 3. Dapat terjadi leukopenia dan trombositipenia 4. Peningkatan retikulosit, MCV rendah 5. HbF atau Hb A2 meningkat 5. Diagnosis kerja Thalasemia 6. Diagnosis banding 1. Hemoglobinopathly 2. Anemia defisiensi besi 3. Anemia deseritropoetik kongenital 7. Pemeriksaan penunjang 1. Hb,MCV,MCH,SADT,retikulosit,fragilitas osmotik 2. Hb F,Hb A2, kadar besi, saturasi tarnsferin dan feritin 8. Terapi 1. Desferoxamine (kelasi besi ) diberikan bila feritin serum mencapai 1000mg/l. Desferoxamine diberikan secara subkutan 25- 50mg/kgbb dalam waktu 8-12 jam selama % hari berturt-turt tiap selesai transfusi darah 2. Vitamin C 100-250mg/hari selama pemberian kelas besi 3. Asam folat 2-5mg/hari 4. Vit E 200 5. Transfusi PRC 3 ml/kgbb untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl 9. (Hospital Health Promotion) 10. Prognosis Ad vitam : ad bonam Ad sanationam : ad bonam Ad fungsionam : ad malam` 11. Satnding order 12. Kepustakaan 1. Standar pelayanan medis kesehatan aka. Departemen kesehatan RI-ADAI. Jakarta 2004 2. Buku pedoman pelaksanaa sistem rujukan pelayanan kesehatan provinsi jawa barat 2012 EPILEPSI 1. Pengertian (definisi) Suatu kondisi ganguan kronik yang ditandai dengan berulangnya bangkitan epilepsi 2. Anamnesis 1. Kejang tanpa demam, sensasi, gerakan / kelainan psikis abnormal tegantung daerah yang terkena 2. Terdapat perasaan tidak enak (aura) sebelum terjadi demam 3. Ganguan penglihatan sementara 4. Tidak tergigit, inkontinesia virine 3. Pemeriksaan fisik 1. Apakah terdapat gigitan di lidah pada saat kejang berlangsung 2. Defisit neurologis seperti hemiparese, distonia, disfasis 3. Ganguan lapang pandang, nistagmus, dipopia 4. Kriteria diagnosis Adanya gejala dan tanda klinik dalam bentuk bangkitan epilepsi berulang (minimal 2x) yang ditunjang gambaran epiletiform pada EEG 5. Diagnosis banding Epilepsi 6. Diagnosis banding 1. Psendo seizzure 2. TIA 3. Narkolepsi, Hipoglikemia 7. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan elektrolit darah, glukosa 2. Calsium, magnesium, BUN, Kreatinin 3. EEG 4. CT Scan, MRI 8. Terapi 1. Karbamazepin 10-25mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis 2. Asam valproat 20-60/kgbb/hari/dibagi 2-3 dosis 3. Fenitoin 4-8mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis 4. Etosuksim 5. Klobazam 0,25mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis 6. Klonazepam; 0,1-03mg/mg/kgbb/hari 7. Fenobarbital : 4-8mg/kgbb dibagi 2 dosis 8. Topiramat 6-9mg/kgbb/hari/ dibagi 2 dosisi 1. Edukasi konsumsi obat epilepsi yang teratur 2. Edukasi pertolongan pertama saat kejang misalkan tidak memasukan sendok ke dalam mulut saat pasien pulang 10. Prognosis Ad vitam : ad bonam Ad sanationam : ad bonam Ad fungsionam : ad malam 12. Status epileptikus 1. 1-5 menit : diazepam 0,3mg/kg/IV 2. Bila kejang berhenti dalam 5-10 menit, ulangi dengan dosis 4 cara yang sama 3. 15 menit ; fenitoin 20mg/kg IV maks 1 gram, did rip 20 menit dalam 50 ml Nacl 4. 30 menit ; fenobarbital 20 mg / kg IV bolus 5-10 menit (1mg/kg/mnt) 5. Bila masih kejang setelah 10 menit pemberfian fenobarbital tetai sebagai status epileptikus rerakter 6. 45-50 mnt; midazolam IV 7. Bolus 0,2 mg/kg dilanjutkan drip 0,02-0,4 mg’kg/jam 12. Kepustakaan 1. Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak , bagian ilmu kesehatan anak FK UNPAD- RSHS bandung 2005 2. Buku pedoman pelaksanaan sistem rujukan pelayanan kesehatan privinsi jawa barat 2012 TUBERKULOSIS 1. Pengertian (definisi) Penyakit akibat mycobacterium tuberculosis 2. Anamnesis 1. Nafsu makan berkurang, BB sulit naik 2. Demam kronik, batuk kronik 3. Pembesaran KGB superfisial di leher, axilla, inguinal atau tempat lain 4. Keluhan spesifik organ terjadi apabila TB mengenal organ ekstra pulmonal misalnya; gibbus, sklofuloderma 3. Pemeriksaan fisik 1. Suara napas bronkial, amforeik, suara nafas melemah 2. Ronki basah, pembesaran KGB 3. Tanda penarikan paru, diagfragma, mediastinum 4. Kriteria diagnosis 1. Kontak erat dengan penderita TB sputum BTA+ 2. Reaksi kemerahan 3-7 hari setelah penyuntikan BCG 3. Gejala umum TB 4. Gejala spesisfik pada TB ekstra paru 5. Tes tiberkulin + 6. Gambaran radilologis sugestif TB 7. Diagnosis pasti berdasarkan pemeriksaan bakteriologis (M.TB)+ 5. Diagnosis kerja Tuberkolosis 6. Diagnosis banding 1. Bronkiektasisi 2. Bronkitis kronis 3. Asma, Ca Paru 7. Pemeriksaan penunjang 1. Tes mantoux 2. Pemeriksaan BTA 3. Rontgen thorax 8. Terapi 1. Fase intensif ; 2 RHZ 2. Fase lanjutan ; 4 RH 3. Rifampisin 15mg/kgbb, Pyrazinamide 25- 35mg/Kgbb, INH 10mg/kgbb 9. (Hospital Health Promotion) 1. Imunisasi BCG 2. Asupan Gizi yang baik 3. Mencari orang dewasa sebagi sumber penularan TB 10. Prognosis Ad vitam : ad bonam Ad sanationam : ad bonam Ad fungsionam : ad malam 11. Standing order 12. Kepeustakaan 1. Standar pelayan medis kesehatan anak. Departemen kesehatan RI=IDAI . Jakarta. 2004 2. Buku pedoman pelaksanaan sistem rujukan pelayanan kesehatan provivnsi jawa barat 2012