Anda di halaman 1dari 3

DUDUK DI ATAS BANTAL MENYEBABKAN BISULAN

Kebanyakan masyarakat Indonesia terutama Jawa, memiliki


pantangan-pantangan, di antaranya dilarang untuk duduk di
atas bantal. Mereka berpandangan, duduk di atas bantal adalah
tingkah laku yang tidak baik.

Duduk di atas bantal dianggap sebagai hal yang pamali, tidak


elok dan tak baik dilakukan. Konon dipercaya, penyebabnya
adalah duduk di atas bantal bisa membuat pantat jadi bisulan.

"Enggak sopanlah, bantal itu tempat menaruh kepala, bukan


bokong," ujar Tokoh Masyarakat Jawa, Samini (65 tahun), Kamis
(24/3).

Sejauh ini tak ditemukan adanya penelitian atau pembuktian


medis yang mendukung anggapan tersebut. Yang pasti, tegas
dia, banyak orang Jawa beranggapan tak elok duduk di atas
bantal. Bahkan orang-orang Jawa melarang keras anak-anaknya
duduk di atas bantal.

Tak ada kaitan 'magis' antara duduk di atas bantal dengan bisul
yang tumbuh di pantat. Namun, secara medis bisulan akibat
duduk di atas bantal bisa saja terjadi. Salah satunya disebabkan
oleh kebersihan bantal yang digunakan untuk duduk.

Menurut Dr Arhtur Tucker, seorang ahli kesehatan dari Barts dan


London NHS Trust, bantal di rumah adalah tempat yang paling
ideal bagi berkembangnya kuman, bakteri, kutu debu, dan
kotoran lainnya. Bantal bisa menjadi sarang minyak, kulit mati
manusia, dan banyak hal lainnya. Karena itu permukaan bantal
bisa menjadi tempat yang sangat kotor, meski tak terlihat.
Apalagi bantal duduk yang terkadang tak diperhatikan
kebersihannya.
Bantal tidur yang tak sering dibersihkan dan diganti bisa
menyebabkan jerawat pada wajah. Sementara itu, tentu banyak
orang yang tak memperhatikan kebersihan bantal yang mereka
gunakan untuk duduk, atau bantal hias di ruang tamu. Kuman
dan bakteri yang menempel pada permukaan bantal duduk ini
bisa menyebabkan munculnya bisul, terutama bagi mereka yang
memiliki kulit sensitif atau mudah ditumbuhi jerawat atau bisul.
Disadari atau tidak, larangan duduk di atas bantal masih
berkembang khususnya pada masyarakat Jawa. Walaupun tak
sedikit orang Jawa yang tahu alasan ilmiahnya, mereka melarang
anak-anaknya duduk di atas bantal kawatir terkena penyakit
bisul.

"Duduk di atas bantal diperingatkan orang tua karena menjaga


kesopanan. Masak bantal untuk naruh kepala dibuat untuk
pantat," ucap Samini.

Menurut saya sendiri “larangan duduk diatas bantal” merupakan


bentuk implementasi dari kesadaran, pemahaman dan
keyakinan akan sesuatu. Jadi mitos tersebut sesungguhnya
adalah pengetahuan lokal yang mengandung unsur kebenaran
sehingga terus dimplementasikan secara turun temurun atau
berkelanjutan. Istilah “bisul” hanya simbul atau bahasa sederhana
agar anak-anak mudah memahami atas “sanksi” atau larangan
yang dimaksud.

Bantal adalah tempat kepala kita saat tidur, “kepala” diyakini


sebagai “hulu”. Hulu adalah sumber, pedoman, tertinggi, utama,
terhormat, agung, mengayomi, pemberi hidup dan sumber
kehidupan, dan sebagainya. Jadi orang tua selalu menanamkan
pengetahuan itu kepada anak-anak agar selalu menghormati
hulu sebagai sumber atau pedoman kehidupan. Jika dilanggar
maka kita bisa “tulah” (pamali) atau bertentangan (melanggar)
dari pedoman/aturan dasar kehidupan yang paling hakiki. Jika
melanggar pedoman/aturan, diyakini hidup tidak akan sejahtera
atau selalu mengalami petaka atau kerugian harta benda.

Menurut saya ada baiknya mitos tersebut tetap dipertahankan


karena secara langsung mengingatkan kita tentang etika
kehidupan. Etika hidup terjadi akibat dimanapun hukum alam
akan tetap berlaku. Kita tidak bisa lepas dari pengaruh hukum
alam, karena kita semua berada ditengah alam semesta raya.

Dengan demikian, mitos atau legenda rakyat yang diwariskan


secara turun temurun pada dasarnya mengajak kita untuk
selalu “eling”/ingat dengan pedoman atau hukum alam itu
sendiri.

NAMA : FANNI NINDIYA ENDIKA . F


PROD I : D3 KEPERAWATAN
NIM : 192102010

Daftar pustaka :

https://www.merdeka.com/peristiwa/kenapa-nggak-boleh-duduk-di-atas-bantal.html

Anda mungkin juga menyukai