Anda di halaman 1dari 16

RADIOFOTOGRAFI DASAR

EKSPOSI SCREEN DAN NON SCREEN


1. Latar belakang :

 Sinar-X
Adalah sinar yang dihasilkan dari tabung hampa udara, dari arus tegangan tinggi yang mengeluarkan elektron
pada saat pemanasan filamen pada katoda, elektron tersebut akan menuju anoda dan akan terjadi tumbukan pada
saat dilakukan eksposi, dan dari hasil tumbukan tersebut, akan mengeluarkan Sinar-X.

 Pemanfaatan Sinar-X di bidang kesehatan


Sinar-X digunakan sebagai alat untuk menyelidiki penyebab dan gejala pada penyakit pasien / mendiagnosa
suatu penyakit.
Dapat membantu mengkonfirmasi ada atau tidaknya suatu. penyakit atau cedera pada seorang pasien.
Sebagai Radioterapi untuk membunuh sel-sel tumor dan kanker.
Mensterilkan peralatan medis.
 Sinar-X sebagai pencitraan medis / penggunaan dalam pemeriksaan radiografi

Sinar-X atau sinar Rontgen adalah salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan
panjang gelombang berkisar antara 10 nanometer ke 100 picometer (mirip dengan frekuensi
dalam jangka 30 PHz to 60 EHz). Sinar-X umumnya digunakan dalam diagnosis gambar
medikal dan Kristalografi sinar-X. Sinar-X adalah bentuk dari radiasi ion dan dapat
berbahaya. Dalam ilmu kedokteran, sinar x dapat digunakan untuk melihat kondisi tulang,
gigi serta organ tubuh yang lain tanpa melakukun pembedahan langsung pada tubuh pasien.
Biasanya, masyarakat awam menyebutnya dengan sebutan ‘’FOTO RONTGEN’’.
 Proses terjadinya citra radiografi

 Gambaran laten (pada film rontgent)


Apabila objek yang kerapatannya tinggi, bila ditembus sinar X maka intensifying screen memendarkan
fluoresensi sedikit sekali bahkan hampir tidak ada. Akibatnya perak halogen hampir tidak mengalami perubahan.
Apabila objek yang kerapatannya rendah, fluoresensi tinggi, maka terjadi perubahan pada perak halogen.

 Gambaran tampak
Gambaran tampak terjadi setelah film sinar X dibangkitkan pada larutan pembangkit. Gambaran laten setelah
masuk pembangkit (cairan developer) akan menghasilkan gambaran radioopak. Gambaran laten (1b) bila
diproses pada cairan pembangkit akan menimbulkan gambaran radiolusen.
 Prinsip kerja Intensifying screen dalam pembentukan citra radiografi

Foton sinar-X yang mengenai kristal fosfor, dapat menghasilkan beribu foton cahaya yang diemisikan
kristal fosfor. Proses perubahan sinar-X menjadi cahaya tampak oleh screen disebut dengan luminisensi
(perpendaran cahaya). Energi radiasi diserap (penyerapan fotolistrik oleh atom-atom dari material fosfor). Ada
dua jenis luminisensi, yaitu :

 Fosforisensi, yaitu cahaya yang dipancarkan setelah terjadinya penyerapan energi dari radiasi
gelombang pendek (sinar-X), pemancaran akan diteruskan walaupun radiasi gelombang pendek
sudah berhenti menyinarinya. Istilah ini disebut afterglow. Waktu terjadinnya pencahayaan lebih
besar dar 10⁻⁸ detik.

 Fluoresensi, yaitucahaya yang dipancarkan setelah terjadi penyerapan energi dari radiasi gelombang
pendek, cahaya dipancarkan hanya selama adanya radiasi gelombang pendek tersebut. Waktu
terjadinnya pencahayaan kurang dari 10⁻⁸ detik.
2. Tujuan :

 Untuk mengetahui definisi intensifying screen


 Mampu menjelaskan proses terjadinya gambaran laten
 Untuk mengetahui pengaruh kecepatan screen terhadap nilai
densitas film radiografi
A. Intensifying screen

a) Jenis intensifying screen :


Struktur dan bahan intensifying screen
Struktur :
 Lapisan Supercoat
Lapisan supercoat terbuat dari bahan selulosa asetat yang tipis dan kuat, tebalnya sekitar 5-10
μm. Fungsinya untuk melindungi seluruh permukaan lapisan bahan fluoresensi, serta tahan
terhadap goresan.
 Lapisan Phosphor Layer
Lapisan ini mengandung kristal bahan fluoresensi yang diikat oleh suatu bahan tebalnya
sekitar 100-200 μm. Bahan fluoresensi yang dapat digunakan adalah kalsium tungsten, barium
lead sulfat atau rare earth.
 Lapisan Substratum
Digunakan untuk menempelkan lapisan fosfor dengan lapisan dasar. Lapisan ini dibuat
setipis mungkin untuk menghasilkan perlekatan yang cukup antara kedua lapisan. Tebalnya
sekitar 10-20 μm. Ada 2 jenis lapisan substratum yaitu lapisan reflektive dan lapisan
absorptive. Lapisan reflektif berfungsi untuk memantulkan kembali cahaya menuju ke film.
Sedangkan bila menggunakan lapisan absorptive cahaya akan diserap oleh zat warna pada
lapisan ini.
 Lapisan Base
Lapisan dasar yang berfungsi sebagai penyokong untuk lapisan lain. Terbuat dari polyester,
cardboard dan plastik. Tebalnya sekitar 200-400 μm. Sifatnya tidak mempengaruhi bahan
fluoresensi, tidak berkerut dan tembus sinar-X.
Bahan :

 Wolfram adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang W dan nomor atom 74.
Nama unsur ini diambil dari bahasa Latin wolframium dan sering juga disebut tungsten. Logam transisi yang
sangat keras dan berwarna kelabu sampai putih ini ditemukan pada mineral seperti wolframit dan schelit.
Wolfram memiliki titik lebur yang lebih tinggi dibandingkan zat non-aloy lainnya. Bentuk murni Wolfram
digunakan terutama pada perangkat elektronik
 Barium adalah unsur kimia dengan simbol Ba dan nombor atom 56. Unsur logam beralkali yang berwarna
putih keperak-perakan ini digunakan dalam pembuatan tiub hampagas dan aloi. Barium memiliki sedikit
kegunaan industri, tetapi logam ini telah digunakan bagi menghapus udara dalam tiub vakum.
 Zinc sulfide (atau seng sulfida) adalah senyawa anorganik dengan rumus kimia ZnS. Ini adalah bentuk
utama dari seng yang ditemukan di alam, di mana ia terutama terjadi sebagai sfalerit mineral. Meskipun
mineral ini biasanya berwarna hitam karena berbagai kotoran, bahan murni putih, dan secara luas digunakan
sebagai pigmen
 Zinc kadmium sulfida adalah campuran seng sulfida (ZnS) dan kadmium sulfida (CdS). Hal ini digunakan
untuk properti neon nya.
Warna yang dihasilkan

Material Emisi Cahaya I maks (nm) Keterangan

CaWo4 Violet – blue 430 Detail, par speed

BaSrSO4 Violet 390 Regular

GdO2S : Tb Green 545 Rare – Earth

LaOBr : Tb Violet – blue 350 – 500 Rare – Earth

BaPbSO4 Violet 370 High Speed

Y2O2S : Tb Blue – Green 350 – 600 Mammografi

BaFCl : Eu2+ Violet – blue 390 High Speed

(ZnCd)S: Ag Blue – Green 530 Image Intensifier

CsI : Na Blue – Green 420 Image Intensifier


Kecepatan IS

 Fast Screen
Mempunyai butiran-butiran phospor yang kasar, gambaran yang dihasilkan dengan detail
yang rendah, tetapi dengan hanya sedikit eksposi dapat menghitamkan film. Sehingga bisa
mengurangi dosis radiasi kepada pasien.

 Medium Screen / Standard


Butiran phospor yang sedang menggambarkan bayangan dengan detail sedang.

 Slow Screen
Mempunyai butiran-butiran phospor yang kecil, sehingga menghasilkan bayangan dengan
detail tinggi, memerlukan eksposi yang lebih banyak.
b) Proses terjadinya gambaran laten

 Apabila objek yang kerapatannya tinggi, bila ditembus sinar X maka


intensifying screen memendarkan fluoresensi sedikit sekali bahkan hampir
tidak ada. Akibatnya perak halogen hampir tidak mengalami perubahan.

 Apabila objek yang kerapatannya rendah, fluoresensi tinggi, maka terjadi


perubahan pada perak halogen
Kecepatan screen : Fast Kecepatan screen : Medium

I II III RATA RATA


I II III RATA RATA

0,05 0,05 0,05 0,05


0,02 0,02 0,02 0,02
0,06 0,07 0,07 0,15
0,03 0,02 0,02 0,02
0,12 0,13 0,14 0,13
0,04 0,04 0,04 0,04
0,19 0,23 0,25 0,22
0,16 0,14 0,13 0,14

0,29 0,28 0,25 0,27 0,35 0,41 0,41 0,39

0,55 0,55 0,49 0,53 0,59 0,69 0,70 0,66

0,97 0,96 0,93 0,95 0,99 1,11 1,06 1,05

1,69 1,51 1,53 1,57 1,57 1,63 1,63 1,61

2,40 2,15 2,32 2,29 2,30 2,12 2,22 2,21

2,97 2,76 2,88 2,87 2,90 2,69 2,72 2,77

3,31 3,28 3,27 3,28 3,24 3,12 3,12 3,16


Chart Title
3,5

2,5

2
Densitas

I
II
III
1,5
Rata - Rata

0,5

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Stepwadge Medium
3,5

2,5

Column1
2
Column3
Axis Title

Column4
Rata - Rata
1,5

0,5

0
Stepwadge Fast
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai