BAB 2
2.1. Pendahuluan
Dalam pertemuan ini Anda akan mempelajari beberapa pandangan tentang
sifat-sifat bahan teknik melalui proses pengujian yang bersifat merusak (destruktif test)
maupun tidak merusak (non destruktif test). Dari beberapa pandangan ini akan
membantu anda dalam mengikuti perkuliahan berikutnya tentang pengujian material
teknik di Laboratorium mekanik dan perancangan elemen mesin. Pada akhir
perkuliahan ini anda diharapkan dapat; (1) Membedakan tujuan pengujian merusak
dan tidak merusak, (2) Menjelaskan metode pengujian yang besifat merusak dan tidak
merusak, (3) Menghitung nilai kekuatan tarik maupun regangan bahan, kekerasan, dan
usaha untuk mematahkan bahan melalui uji impak, (4) Mengetahui jenis-jenis
kerusakan bahan melalui pengujian tidak merusak.
2.2. Penyajian
Sifat-sifat khas bahan industri dikenal secara baik karena bahan tersebut
dipergunakan untuk berbagai macam keperluan dalam berbagai keadaan. Sifat-sifat
bahan yang diinginkan sangat banyak, termasuk sifat-sifat mekanik (kekuatan,
kekerasan, kekakuan, keliatan, keuletan, kepekaan takikan atau kekuatan impak, dsb),
sifat-sifat listrik, sifat-sifat magnet, sifat-sifat thermal, sifat-sifat kimia, sifat-sifat fisik,
sifat-sifat teknologi dan masih banyak lainnya. Kebanyakan sifat-sifat tersebut
ditentukan oleh jenis perbandingan atom yang membentuk bahan, yaitu unsur dan
komposisinya. Sebagai contoh kadar suatu yang sangat rendah terabaikan dalam suatu
ketidakmurnian bahan memberikan pengaruh terhadap sifat-sifatnya.
Metode pengujian yang sering digunakan ada dua yaitu pengujian yang
bersifat merusak (destructive test) dan pengujian yang bersifat tidak merusak (non
destructive test). Tujuan pengujian yang bersifat merusak adalah untuk mengetahui
sifat mekanik bahan dalam suatu angka. Pengujian bersifat merusak meliputi;
pengujian tarik, pengujian tekuk , pengujian tekan, pengujian bending, pengujian
kekerasan, dan uji pukulan takik. Sedangkan tujuan pengujian yang bersifat tidak
Pada bab ini kita membatasi pembahasan pada pengujian bersifat merusak yang
meliputi; pengujian tarik, kekerasan, dan impak. Sedangkan pada pengujian bersifat
tidak merusak meliputi; penelitian magnetic, tembus, ultrasone, dan rontgen.
Pada alat tarik, batang-batang uji tarik tersebut ditarik sampai putus. Pada
penarikan sampai putus ini dicatat gaya dan perpanjangan. Gaya dan perpanjangan ini
dapat digambarkan pada diagram gaya perpanjangan. Jika gaya dibagi dengan luas
penampang batang uji tarik diperoleh tegangan yang disebut tegangan nominal .
Begitu pula panjang awal lo, jika dinyatakan perpanjangan itu dalam perbandingan
dengan panjang ukur sehingga mempunyai ukuran yang obyektif, yang disebut
regangan spesifik .
l l − lo
= x100% = x 100%
lo lo
Keterangan;
= regangan spesifik atau perpanjangan tiap stuan panjang tanpa
dimensi (%)
l = perpanjangan absoulut (mm)=l-lo
lo = panjang ukur awal (mm)
Yang istimewa adalah bila beban dihilangkan maka baja tersebut mengepir kembali.
• Maka pada beban 3 kN perpanjangannya adalah 0,3 mm.
• Maka pada beban 2 kN perpanjangannya adalah 0,2 mm.
• Maka pada beban 1 kN perpanjangannya adalah 0,1 mm.
• Maka pada beban 0 kN perpanjangannya adalah 0,0 mm.
Keadaan ini disebut perpanjangan elastisitas.
E=
Keteranga : E = modulus elastisitas dalam N/mm2
= tegangan elastis dalam N/mm2
= regangan yang bersangkutan (tanpa dimensi)
Orang pertama yang merumuskan gejala ini adalah Hooke dengan melakukan
beberapa percobaan pada kawat-kawat logam dan berbagai jenis pegas.
B
Batas elastis
akhir regangan elastis penuh
A
Batas
keseimbangan
akhir hukum Hooke
Gaya
Perpanjangan
Pernyataan batas lumer mempunyai kaitan dengan beban yang paling rendah
pada waktu pelumeran. Pada suatu uji tarik titik ini mudah diamati dan menentukan
untuk batas lumer terendah Re.
Fv
Re = e =
Ao
Re
Perpanjangan
Gambar 2.6. Kurva tarik dari baja lunak.
𝑅𝑝0,2 adalah tegangan pada batang uji tarik pada saat terjadinya perpanjangan
tetap sebesar 0,2% dari panjang ukur semula.
Perpanjangan total pada titik A ialah 6 mm, yang 3,5 mm adalah elastis
(mengepir kembali) dan yang 2,5 mm tetap; 0,2% dari 100 mm = 0,2 mm. Sekarang
kita mencari titik dari kurva tarik itu dimana perpanjangan tetapnya 0,2 mm. Kita
temukan ini pada skala horizontal pada titik B. Beban pada saat terjadinya perpajangan
tetap sebesar 0,2 mm, kita temukan dengan menarik garis lurus sejajar dengan garis
modulus dari titik B. Titik potong dengan kurva adalah C. sekarang kita dapat
membaca bebannya pada titik C yaitu 5800 N.
F 5800 N
R p 0, 2 = = = 73,8 N / mm 2
Ao
x10 2 mm 2
Dari sini diperoleh 4
Fm
m =
AO
Dimana : 𝜎𝑚 = Kekuatan tarik (N/mm2)
Kita dapat mengatakan bahwa kekuatan tarik ini merupakan beban maksimal
yang boleh terjadi pada sebuah konstruksi. Akan tetapi hal itu tidak benar. Seandainya
kita bebani sebuah konstruksi sampai kekuatan tariknya, pada konstruksi itu sudah ada
perubahan bentuk yang tetap. Tariklah dalam Gambar 2.8 sebuah garis dari M, sejajar
dengan garis modulus. Kita akan melihat bahwa bahan itu berubah bentuk yang tetap.
Penerapan Rm pada sebuah konstruksi akan mengakibatkan perubahan bentuk yang
kuat.
Ao − Au
Z= x 100%
atau : Ao
Di mana:
Z = pelentikan dalam %;
Ao = penampang asal dalam mm2 ;
Au = penampang ditempat yang putus dalam mm2.
Gambar 2.9 Perubahan-perubahan bentuk yang jelas terlihat pada konstruksi gang
tambang, berguna bagi peringatan-peringatan optis untuk pekerja-pekerja
tambang.
lu − lo
A= x 100%
lo
Dimana;
A = regangan patah, regangan setelah patah dalam %;
lo = panjang ukur semula dalam mm;
lu = panjang ukur setelah patah dalam mm.
Regangan patah dianggap sebagai ukuran untuk keliatan bahan; yang berarti;
bahan yang liat memiliki regangan patah yang tinggi.
Sebab sebagian besar dari perpanjangan plastis terjadi ketika dan pada tempat
pelentikan . Daerah ini di mana pelentikan itu terjadi adalah adalah lebih kecil pada
batang uji tarik yang panjang (dp 10) terhadap panjang ukur lo daripada yang pendek
(dp 5)
a) Modulus elastis (modulus kenyal) adalah ukuran kekakuan suatu bahan. Suatu
bahan dengan modulus elastis yang lebih besar kita sebut lebih kaku. Suatu
bahan dengan modulus elastis lebih kecil kita sebut lebih lemah.
b) Batas regang adalah ukuran untuk kekokohan suatu bahan. Suatu bahan dengan
batas regang yang lebih tinggi kita sebut lebih kokoh. Suatu bahan dengan
batas regang yang lebih rendah kita sebut kurang kokoh.
c) Kekuatan tarik adalah ukuran kekuatan suatu bahan pada gaya tarik terbesar.
Suatu bahan dengan kekuatan tarik lebih tinggi kita sebut lebih kuat. Suatu
bahan dengan kekuatan tariklebih rendah kita sebut lebih lemah.
d) Regangan adalah ukuran untuk sifat dapat dibentuk dari suatu bahan. Suatu
bahan dengan regangan yang lebih besar kita sebut lebih dapat dibentuk. Suatu
bahan dengan regangan yang lebih kecil kita sebut kurang dapat dibentuk.
e) Bahan a lebih kuat, lebih kokoh, dan lebih kaku, akan tetapi lebih kurang dapat
dibentuk dari bahan b.
f) Bahan c lebih lemah, kurang kokoh dan lebih lunak, akan tetapi lebih dapat
dibentuk dari bahan b.
a.11 Ringkasan
tegangan elastis
Modulus elastisita s = =E=
regangan spesifik bahan
beban terendah pada pelumeran F
Batas lumer = = Re = v
penampang asal AO
beban maksimum F
Kekua tan tarik = =m = m
penampang asal AO
pengurangan penampang terbesar setelah patah
Penggentingan = x100%
penampang asal
A − AU
=Z = O x100%
AO
pada saat itu 0,28%. Batas regangan R dicapai dengan gaya 25kN. Kekuatan tarik
B dicapai dengan gaya 31.4kN. Batang percobaan putus pada gaya 23 kN. Batang
percobaan mempnyai garis tengah terkecil 3,5 mm dan panjang ukur lu =132 mm.
Ditanyakan:
p
a. Batas proporsionallitas
b. Modulus elastisitas E
c. Batas regangan R
d. Kekuatan tarik
m
e. Kekuatan putus B
f. Regangan patah atau A
g. Penggentingan Z.
h. Diagram tegangan regangan
Penyelesaian;
𝐹𝑝 22𝐾𝑁 22000𝑁
a. 𝜎𝑝 = 𝐴 = 1 = 78,5 𝑚𝑚2 = 280 𝑁/𝑚𝑚2
𝑜 𝑥3.14𝑥102𝑚𝑚2
4
𝜎𝑝 280 𝑁/𝑚𝑚2
b. 𝐸 = = = 100.000 𝑁/𝑚𝑚2
𝜀 0,0028
𝐹 25 𝐾𝑁 2500 𝑁
c. 𝜎𝑅 = 𝐴𝑅 = 1 = 78,5 𝑚𝑚2 = 320 𝑁/𝑚𝑚2
𝑜 𝑥3.14𝑥102 𝑚𝑚2
4
𝐹𝑚 31,4 𝐾𝑁 31400 𝑁
d. 𝜎𝑚 = =1 = 78,5 𝑚𝑚2 = 400 𝑁/𝑚𝑚2
𝐴𝑜 𝑥3,14𝑥102 𝑚𝑚2
4
𝐹 23 𝐾𝑁 23000 𝑁
e. 𝜎𝐹 = 𝐴𝐹 = 1 = 9,6 𝑚𝑚2 = 2400 𝑁/𝑚𝑚2
𝑢 𝑥3,14𝑥3,52 𝑚𝑚2
4
𝑙𝑢 −𝑙𝑜 132 𝑚𝑚−100 𝑚𝑚
f. 𝛿 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐴 = 𝑥100% = 𝑥100% = 32%
𝑙𝑜 100 𝑚𝑚
1 1
𝐴𝑜 −𝐴𝑢 𝑥3,14𝑥102 𝑚𝑚2− 𝑥3,14𝑥3,52𝑚𝑚2
4 4
g. 𝜓 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑍 = 𝑥100% = 1 𝑥100% = 87,7%
𝐴𝑢 𝑥3,14𝑥102 𝑚𝑚2
4
Tugas 1.1.
1. Apa perbedaan antara pengujian yang bersifat merusak dan pengujian yang
bersifat tidak merusak?
2. Apa perbedaan tujuan pengujian pada pengujian yang bersifat merusak dan
pengujian yang bersifat tidak merusak?
3. Dalam kategori apa pembagian sifat-sifat bahan. Berilah beberapa contoh dari tiap
kategori.
4. Mengapa batang-batang uji tarik dinormalisasikan?. Apa yang dimaksud dengan
batang uji dp 10?.
5. Bagaimana cara memperoleh diagram gaya perpanjangan?.
6. Apa yang dimaksud dengan garis modulus? Apa artinya garis ini pada sebuah
diagram?.
7. Bilamana sebuah bahan itu disebut keras?.
8. Apa yang dimaksud dengan batas keseimbangan?
9. Apa yang dimaksud dengan batas elastisitas? Mengapa ia merupakan batas yang
penting?.
10. Apa yang dimaksud dengan pelumeran dari baja?.
11. Apa yang dimaksud dengan kekuatan tarik suatu bahan?.
12. Bilamana sebuah bahan disebut liat?.
13. Bilamana sebuah bahan disebut kaku?.
14. Pada uji tarik dengan sebuah batang dp 10 yang berdiameter 20 mm kita
memperoleh keterangan-keterangan seperti berikut; gaya tarik terbesar 185 kN;
gaya pada batas keseimbangan 92,4kN; gaya pada batas perpanjangan 0,2 ialah
123,2 kN; dan gaya p[ada waktu patah 154 kN; Diameter pada tempatnya patah
ialah 14 mm dan panjang ukuran setelah patah ialah 240 mm. Pada batas
keseimbangan terukur rengan sebesar 0,15%. Pada gaya tarik terbesar terukur
perpanjangan sebesar 28 mm.
Ditanyakan;
a) Diagram gaya-perpanjangan.
b) Batas keseimbangan.
c) Modulus elastisitas.
d) Batas regangan.
e) Kekuatan tarik.
f) Penggentingan.
g) Perpanjangan dalam %.
b. Pengujian Kekerasan
Kekerasan adalah tahanan yang dilakukan oleh bahan terhadap desakan
kedalam yang tetap, disebabkan oleh sebuah alat pendesak dengan bentuk tertentu di
bawah pengaruh gaya tertentu; suatu desakan yang kecil (atau tidak dalam)
menunjukkan kekerasan yang besar.
Keterangan;
HB = nilai kekerasan menurut Brinnel (N/mm2)
F = gaya desakan (N/kgf)
A = luas segmen bola dari desakan (mm2)
D = diameter bola (mm)
d = diameter segmen bola dari desakan (mm)
0,102 = faktor konversi dari kgf ke Newton
Diameter bola baja dapat brbeda-beda, tetapi ada beberapa ukuran menurut
peraturan yaitu; 10, 5, 2.5, dan 1 mm. Gaya pendesakannya harus dipilih sedemikian
besarnya, sehingga diameter dari pendesakannya terletak antara 0,2D dan 0,6D
sehingga pengukurannya dapat diandalkan.
kuningan tuang
Aluminium murni, magnesium
Bahan-bahan bantalan
Pada baja bukan paduan seperti St-37 terdapat hubungan antara kekerasan
HB dan kekuatan tarik, yaitu menurut persamaan berikut;
m = Rm 3,4 HB
0,102.F F
HV = N / mm2 = kgf / mm2
A A
Keterangan;
HV = nilai kekerasan menurut Vickers (N/mm2)
F = gaya desakan (N/kgf)
A = luas segmen bola dari desakan (mm2)
0,102 = faktor konversi dari kgf ke Newton
Keterangan:
250 = nilai kekerasan (kgf/mm2).
HV = Simol metode kekerasan Vickers.
30 = beban dalam kgf.
10 = lama pembebanan dalam detik.
Keuntungan-keuntungan dari metode vickers adalah;
• Dengan pendesak yang sama, baik kekerasan bahan yang keras maupun yang
lunak dapat ditentukan.
• Pendesakan yang kecil (kira-kira 0,5 mm) pada benda kerja yang harus
diukur, hanya menyebabkan kerusakan kecil.
• Penentuan kekerasan pada benda-benda kerja tipis adalah mungkin dengan
memilih gaya yang kecil.
Kerugian-kerugian dari metode ini adalah;
• Bahan-bahan yang tidak homogen, seperti besi tuang dan perunggu tidak
dapat dipertanggung jawabkan untuk diukur dengan metode vickers.
• Dibandingkan dengan pengukuran kekerasan menurut Rockwell, metode ini
cukup memakan waktu lama karena adanya dua penanganan yang terpisah.
• Permukaannya harus dikerjakan licin, sehubungan dengan pendesakan yang
kecil.
b.3 Pengujian kekerasan menurut Rockwell
Pada metode Rockwell sebuah pendesak ditekankan dalam dua tingkat pada
benda kerja yang dikerjakan licin seperti pada Gambar 2.15. Kedalaman pendesakan
yang tetap merupakan ukuran untuk kekerasan, yang sekaligus dapat dibaca pada jam
ukur.
Mula-mula bahan diberi beban awal 10 kgf, kemudian beban utama sebesar 90
kgf. Penunjuk jam ukur berputar kembali. Setelah beberapa lama, beban utamnya
ditarik kembali; jam ukur menunjukkan berpa mm pelurunya masuk kedalam bahan.
keilmuan metode ini hampir tidak pernah dipergunakan karena tidak begitu
teliti.
Tugas 1.2
1. Apa yang dimaksud dengan kekerasan?.
2. Metode-metode apa yang anda ketahui tentang pengukuran kekerasan?.
3. Mengapa benda uji pada pengujian kekerasan harus cukup tebal?.
4. Paparkan prinsip pengukuran kekerasan menurut Brinnel?.
5. Mengapa diameter pendesakan pada pengukuran Brinnel harus berada pada
perbandingan tertentu dengan diameter pelurunya?.
6. Apa arti catatan: 62 HB 5/62,5/120?. Jenis bahan apakah ini?.
7. Apa keuntungan dan kerugian dari metode Brinnel?.
8. Jelaskan prinsip dari pengukuran kekerasan menurut metode Vickers?.
9. Bagaimana kita menentukan kekerasan HV pada metode Vickers?.
10. Sebutkan keuntungan dan kerugian dari pengukuran kekerasan menurut Vickers?.
11. Jelaskan prinsip pengukuran kekerasan menurut Rockwell?
12. Apa keuntungan dan kerugian dari metode Rockwell?.
13. Jika diketahui gaya yang digunakan untuk menekan sebuah baja sebesar 187 kgf;
diameter bola baja yang digunakan 5 mm dan diameter rata-rata hasil penekanan
0,850 mm. Maka tentukan nilai kekerasan baja tersebut.
14. Jika diketahui gaya yang digunakan untuk menekan sebuah aluminium sebesar
30 kgf dan diameter rata-rata hasil penekanan 0,55 mm. Maka tentukan nilai
kekerasan baja tersebut.
c. Pengujian Impak.
Penggunaan baja untuk konstruksi besar sering terjadi gejala yang
menghawatirkan. Jembatan-jembatan, kapal, bejana-bejana tekan, dan Derek-derek
pecah secara mendadak seolah-olah terbuat dari kaca. Yang aneh adalah bahwa
tegangan-tegangan pada konstruksi itu tidak tinggi. Selain dari itu bahan-bahan
tersebut ternyata bersifat liat dan keretakan-keretakan pada bejana-bejana itu justru tak
diragukan lagi kelihatannta getas. Setelah beberapa waktu kita menemukan bahwa
beberapa factor mempengaruhi gejala ini, diantaranya;
• Suhu kontruksi pada waktu retak (gejala ini terutama terjadi pada musim dingin.
• Kecepatan, dengan mana terjadinya keretakan atau perubahan bentuk.
• Adanya takikan-takikan pada permukaan bahan, dalam bentuk ketidakrataan
atau alur-alur.
W
K=
AO
Keterangan:
K = Nilai pukulan takik dalam Joule/mm2.
W = kerja pukulan dalam N.m = Joule
AO = luas takikan dalam mm2.
Batang uji yang digunakan dapat memiliki berbagai ukuran, bentuk dan takikan.
Ukuran dan bentuk takikan yang standar dapat dilihat pada Gambar 2.20.
a) Keretakan getas atau keretakan bersuara (Gambar 2.21) adalah rata dan
mempunyai permukaan yang mengkilap. Kalau potongan potongan ini
disambungkan, ternyata keretakan (patahan ini) tidak dibarengi dengan deformasi
bahan. Tipe ini mempunyai nilai pukulan takik yang rendah.
Gambar 1,24. Pengaruh suhu pada nilai pukulan takik pada baja.
Tugas 1.3.
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi bahan yang liat tiba-tiba mengalami retak atau
pecah?
2. Paparkan prinsip kerja dari pengujian impak. Jelaskan jawaban anda dengan
sebuah gambar sketsa.
3. Ukuran apa yang menentukan untuk uji pukulan takik?
4. Jenis-jenis patahan apa yang anda ketahui pada pengujian impak?.
5. Berikan penjelasan singkat mengenai tiap jenis patahan ini.
Metode ini pada garis besarnya sama dengan metode rontgen, dengan
perbedaan bahwa pada penyelidikan isotop kita mempergunakan sinar gamma yang
diperoleh dari isotop-isotop radioaktif, seperti kobalt 60 atau iridium 192. dalam
penembusannya jauh lebih besar, umpamanya untuk baja 200 mm. selain dari tiu
peralatannya lebih sederhana.
C. Tugas
1. Apakah ciri dari penyelidikan bukan destruktif?.
2. Kelompok-kelompok utama apakah yang terdapat dalam penyelidikan tidak
merusak?.
3. Sebutkan beberapa metode yang ditangani dalam kelompok-kelompok utama
penyelidikan tidak merusak.
4. Berikan ulasan prinsip kerja dari setiap metode ini dan sebutkan daerah
penerapannya.