MLKLKL
MLKLKL
1.1 Episiotomi
Salah satu hal yang paling banyak ditakuti oleh para ibu hamil pada saat proses
melahirkan adalah episiotomi. Saat ini banyak pandangan di masyarakat bahwa proses
persalinan harus dilakukan melalui episiotomi. Bayangan akan rasa sakit yang tak terkira
pada saat proses episiotomi selalu menghantui para ibu hamil. Kadang ketakutan yang
berlebih ini, justru membuat proses persalinan itu sendiri menjadi tidak berjalan lancar.
Untuk menghindarkan hal tersebut, ada baiknya para ibu hamil mengenal lebih jauh apa
itu episiotomi.
Episiotomi adalah pengguntingan kulit dan otot antara alat kelamin dan anus.
Tujuan nya untuk melebarkan jalan lahir. Biasanya dokter akan memberikan anestesi lokal
untuk menghilangkan nyeri. Namun, dalam keadaan darurat episotomi dilakukan tanpa
anestesi lokal. Episiotomi dilakukan untuk melebarkan jalan lahir, jika dokter
memperkirakan memang diperlukan, misalnya jika bahu bayi tersangkut dan dokter atau
bidan memperkirakan bahu tetap tersangkut jika tidak dibantu dengan episiotomi, janin
dalam keadaan stres dan dokter menginginkan persalinan berlangsung lebih cepat.
Episiotomi merupakan bagian dari persalinan yang dibantu dengan forsep atau
vakum. Daerah otot-otot perineum sangat kaku, sehingga akan dilakukan luka yang lebih
luas diperineum atau labia (lipatan disisi kanan dan kiri alatkelamin) jika tidak dilakukan
episiotomi.
Meskipun tindakan episiotomi adalah intervensi yang umum, tapi sebenarnya
tindakan ini harusnya bukan menjadi tindakan /intervensi rutin disetiap pertolongan
persalinan pervagina, sekitar lebih dari 70% dari semua persalinan per vagina tidak perlu
episiotomi. Memotong memperbesar lubang vagina dan membantu dalam melahirkan
bayi . Jika memerlukan forsep atau pengiriman vakum, maka panjang sayatan akan lebih
panjang dari yang seharusnya jika bayi lahir tanpa dibantu instrumen. Setelah bayi dan
plasenta lahir, maka jalan lahir akan diperiksa untuk setiap robekan yang perlu perbaikan.
Menurut Arief Mansjoer,Kapita selekta kedokteran2001 Episiotomi adalah insisi
pada perineum yang menyebabkan terpotongnyaselaput lender vagina,cincin
hymen,jaringan septum rektovaginal, otot-otot danfasia perineum,serta kulit sebelah
depan perineum untuk melebarkan jalan lahirsehingga mempermudah kelahiran.
Episiotomi adalah suatu tindakan operatif berupa sayatan pada perineum meliputi
selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot
dan fascia perineum dan kulit depan perineum.Episiotomi biasanya dikerjakan pada
hampir semua primipara atau pada perempuan dengan perineum kaku.
1.2 Tujuan dan manfaat episiotomi
Episiotomi bertujuan mencegah rupture perineum dan mempermudah pemulihan
perineum kaku.Episitomi dlakukan saat perineum telah menipis dankepala janin tidak
masuk kembali ke dalam vagina.(Arief Mansjoer,Kapita selektaKedokteran 2001)
a. Mempercepat kelahiran pada waktu janin mengalami kegawatan.
b. Mempercepat proses kelahiran.
c. Memfasilitasi kelahiran pada kasus-kasus tertentu.
d. Melindungi kepala bayi premature
A. Indikasi
B. Kontra indikasi
a. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
b. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit
kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina.
Menurut Benson dan Pernoll (2009), sekarang ini hanya ada dua
jenisepisiotomi yang di gunakan yaitu Episiotomi pada garis tengah
(midlineepuisiotomy) dan Episiotomi mediolateral.
a. Episiotomi pada garis tengah (midline epuisiotomy) atau median
Sayatan yang di buat di garis tengah, dimana Insisi atau sayatan
dimulaidari ujung terbawah introitus vagina atau pada garis tengah
komissura posterior sampai batas atas otot- otot sfingter ani (tidak
sampai mengenai serabutsfingter ani).
Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah:
1. Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh
karenadaerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh
darah.
2. Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan
kembali lebihmudah dan penyembuhan lebih memuaskan.
3. Tidak akan mempengaruhi keseimbangan otot dikanan kiri
dasar pelvis.
4. Insisi akan lebih mudah sembuh, karena bekas insisi tersebut
mudahdirapatkan.
5. Tidak begitu sakit pada masa nifas yaitu masa setelah
melahirkan.
6. Dispareuni jarang terjadi.
Kerugiannya adalah terjadi perluasan laserasi ke
sfingter ani (laserasimedian sfingter ani) sehingga terjadi
laserasi perinei tingkat III inkompletatau laserasi menjangkau
hingga rektum (laserasi dinding rektum), sehinggaterjadi
ruptur perineii komplit yang mengakibatkan kehilangan darah
lebih banyak dan lebih sulit dijahit.
b. Episiotomi Modiolateral
Sayatan yang di buat dari garis tengah kesamping menjauhi anus
yangsengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah
ruptura perineitingkat III, dimana insisi dimulai dari ujung terbawah
introitus vagina menuju ke belakang dan samping kiri atau kanan
ditengah antara spina ischiadica dan anus. Dilakukan pada ibu yang
memiliki perineum pendek, pernah ruptur grade3, dengan Panjang
sayatan kira-kira 4 cm dan insisi dibuat pada sudut 45 derajat terhadap
forset posterior pada satu sisi kanan atau kiri tergantung padakebiasaan
orang yang melakukannya.
Keuntungan dari epistomi mediolateral adalah perluasan laserasi
akanlebih kecil kemungkinannya mencapai otot sfingter ani dan rektum
sehingga dapatmencegah terjadinya laserasi perinei tingkat III ataupun
laserasi perineum yanglebih parah yang sampai pada rectum.
Kerugian episiotomi mediolateral :
1. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah
yang banyak pembuluh darahnya. Daerah insisi kaya akan
fleksus venosus.
2. Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih
sukar dan penyembuhan terasa lebih sakit dan lama.
3. Insisi lateral akan menyebabkan distorsi (penyimpangan)
keseimbangandasar pelvis.
4. Otot – otot nya agak lebih sulit untuk disatukan secara benar
(aposisinya sulit), sehingga terbentuk jaringan parut yang
kurang baik.
5. Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari dan
kadang – kadang diikuti dispareuni (nyeri saat berhubungan).
6. Hasil akhir anatomi tidak selalu bagus ( pada 10% kasus) dan
pelebaran introitus vagina.
Adakah cara lain yang bisa dilakukan oleh ibu hamil, agar pada saat
prosesmelahirkan nanti terhindar dari episiotomi? jawabannya adalah
ada yaitu denganmelakukan pijatan perineum pada 2 bulan terakhir
menjelang persalinan ataulatihan Kegel (terutama pada fase relaksasi)
dapat menghindari episiotomi.Kadang digunakan kompres hangat untuk
membantu perineum relaks. Ketika bayiakan keluar, dokter atau bidan
akan menahan perineum dengan jari mereka.Kemungkinan paling
efektif menghindari tindakan episiotomi adalah denganmelakukan
proses persalinan yang benar, misal perlahan mengeluarkan kepala
bayi sesuai dengan tingkatan pembukaan alat kelamin. Tunggulah
refleksmenekan secara alamiah yang akan Anda alami. Hindarilah
tekanan yang terlaludipaksakan.
6. Asfiksia perinatal
Asfiksia perinatal adalah kondisi ketika bayi tidak mendapatkan cukup
oksigen di dalam kandungan selama proses melahirkan berlangsung. Asfiksia
perinatal juga bisa terjadi saat oksigen yang diperoleh bayi tidak memadai setelah
kelahirannya.
Asfiksia perinatal merupakan salah satu komplikasi melahirkan yang
menjadi penyebab kematian pada bayi baru lahir. Selain karena kadar oksigen
yang rendah, bayi juga bisa mengalami asfiksia perinatal karena peningkatan
kadar karbon dioksia.
Terlalu banyak jumlah asam di dalam darah (asidosis) dan adanya masalah
organ tubuh juga bisa mengakibatkan munculnya asfiksia pada bayi. Kondisi ini
biasanya disebabkan oleh proses persalinan yang terhambat, sehingga membuat
bayi tidak kunjung keluar. Atau dalam kasus lainnya, bayi mungkin sudah hampir
keluar tapi terhambat di tengah jalan ketika persalinan. Dokter biasanya melakukan
penanganan segera untuk kasus asfiksia perinatal dengan memberikan oksigen
kepada ibu, dan operasi caesar. Setelah melahirkan, pengobatan juga akan tetap
dilakukan. Misalnya dengan memberikan pernapasan mekanis maupun perawatan
lainnya pada bayi.
7. Distosia bahu
Distosia bahu adalah komplikasi melahirkan ketika kepala bayi sudah keluar dari
vagina, tapi salah satu bahu masih berada di dalam vagina. Komplikasi persalinan
yang satu ini memang tidak terlalu umum atau jarang terjadi. Namun, kebanyakan
kasus distosia bahu dialami oleh wanita yang belum pernah melahirkan
sebelumnya dengan pintu panggul yang sempit atau berat bayi yang terlalu besar.
Sebagai penanganannya, dokter dan tim medis biasanya melakukan beberapa
tindakan ini untuk mempermudah kelahiran bayi:
1) Mengubah posisi tubuh ibu saat proses persalinan.
2) Memutar bahu bayi secara manual.
3) Memperbesar vagina melalui pembedahan dengan cara mengguntingnya
(episiotomi), guna memberikan ruang bagi bahu bayi untuk keluar.
Jika berbagai cara di atas tidak berhasil, mungkin dokter akan
merekomendasikan operasi caesar. Adanya komplikasi pada proses melahirkan
akibat distosia bahu umumnya dapat segera ditangani. Akan tetapi, jika denyut
jantung bayi tampak tidak terdengar, bisa mengindikasikan adanya masalah medis
lainnya.
8. Rahim robek (rupture uteri)
Rahim robek saat melahirkan kemungkinan bisa terjadi jika Anda
sebelumnya pernah melakukan operasi caesar, kemudian bekas luka tersebut
terbuka di persalinan normal berikutnya. Di samping mengakibatkan perdarahan
hebat pada ibu, bayi di dalam kandungan juga berisiko mengalami kekurangan
oksigen.
Bukan hanya karena pernah menjalani operasi caesar. Berikut beberapa
faktor risiko lain yang bisa menyebabkan rahim robek:
1) Mendapatkan induksi persalinan.
2) Ukuran tubuh bayi terlalu bersar.
3) Usia ibu di atas 35 tahun saat hamil dan melahirkan.
4) Alat yang digunakan saat proses persalinan normal.
Dalam kondisi ini, dokter biasanya akan menganjurkan untuk
segera melakukan operasi melahirkan caesar. Itu sebabnya, ibu
yang berencana untuk melahirkan normal setelah caesar sebaiknya
selalu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Dokter dapat melakukan serangkaian pemeriksaan, dan
kemudian menentukan keputusan terbaik setelah melihat kondisi ibu
dan bayi. Ada berbagai tanda-tanda rahim robek yang merupakan
salah satu komplikasi melahirkan, seperti:
a. Detak jantung bayi tidak normal.
b. Ibu mengalami nyeri atau sakit perut.
c. Proses persalinan tidak kunjung mengalami kemajuan.
d. Perdarahan pada vagina.
e. Detak jantung cepat dan tekanan darah rendah pada ibu.
Dengan rutin melakukan pemeriksaan dan perawatan yang
tepat, setidaknya dapat menurunkan risiko terjadinya komplikasi
persalinan yang serius karena rahim robek.
9. Berat badan lahir rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah termasuk satu dari sekian macam komplikasi
melahirkan, khususnya pada bayi prematur. Bayi dikatakan prematur ketika lahir
sebelum usia kehamilan 37 minggu.
Selain itu, bayi dengan berat badan lahir rendah juga bisa dialami oleh
kelahiran kembar dua, tiga, atau lebih. Normalnya, berat badan bayi yang lahir
tergolong rendah jika kurang dari 2,5 kilogram atau 2.500 gram.
Selain kelahiran prematur, berat badan lahir rendah pada bayi juga bisa
disebabkan oleh:
1) Adanya masalah pada plasenta.
2) Komplikasi saat proses melahirkan atau persalinan.
3) Cacat lahir pada bayi.
4) Asupan zat gizi yang buruk pada ibu.
5) Ibu merokok, minum alkohol, maupun konsumsi obat-obatan selama
kehamilan.
Kondisi BBLR yang dialami bayi baru lahir berisiko
menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Meliputi perkembangan
yang terhambat, munculnya komplikasi pada kesehatan, serta
kematian dini.
Kontraksi uterus atau rahim yang lemah tersebut tidak mampu memberikan
tekanan yang cukup pada pembuluh darah. Khususnya tempat di mana plasenta
menempel pada rahim. Perdarahan yang berlebihan juga bisa disebabkan oleh
adanya bagian plasenta yang masih tersisa dalam rahim dan infeksi pada dinding
rahim. Kesemua hal ini dapat mengakibatkan pembuluh darah terbuka, sehingga
dinding rahim terus mengeluarkan darah.
1) Pemberian obat-obatan.
2) Pengangkatan plasenta yan tertinggal.
3) Perawatan pada rahim.
4) Melakukan tindakan pada pembuluh darah agar dapat
menghentikan perdarahan.
Perdarahan saat melahirkan yang terlalu banyak berisiko
mengancam nyawa ibu. Namun, penanganan segera dari dokter
dan tim medis dapat membantu memperbaiki kondisi kesehatan ibu,
sekaligus mencegahnya bertambahnya parah.
B. Kegawat daruratan
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi
secara tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan,
2011).
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang
mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah
persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan
dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya
(Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).
1. Idntifikasi kasus kegawat daruratan maternal masa persalinan kala I dan
kala II
Yang dapat menyebabkan keadaan gawat darurat dalam hal ini adalah penyulit
persalinan yaitu hal – hal yang berhubungan langsung dengan persalinan yang
menyebabkan hambatan bagi persalinan yang lancar.
Kategori dalam penyulit persalinan kala I dan kala II adalah sebagai berikut :
a) Emboli air ketuban
Merupakan sindrom dimana cairan ketuban memasuki sirkulasi darah
maternal, tiba – tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan shock.
Tanda gejala :
Sesak nafas
Wajah kebiruan
Terjadi gangguan sirkulasi jantung
Tekanan darah mendadak turun
Nadi kecil/cepat
Faktor resiko
Multifara
Solusio plasenta
IUFD
Partus presipitatus
Suction curettahge
Terminasi kehamilan
Trauma abdomen
Versi luar
Amnios sentesis
b) Distosia bahu
Adalah tersangkut nya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah
kepala janin dilahirkan.
Tanda dan gejala
Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan
atau dicegah.
Adanya kehamilan yang melebihi 5000 gram atau dugaan
berat badan janin yang di kandung oleh penderita diabetes
lebih dari 4500 gram.
Etiologi
Maternal
Kelainan bentuk panggul
Diabetes gestasional
Kehamilan post mature
Riwayat persalinan dengan distosia bahu
Ibu yang pendek
Fetal
Dugaan macrosomia
d) Partus lama
Adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primigravida, dan lebih dari 18 jam pada multigravida
Etiologi
Menurut saifudin AB , (2007, h 185) pada prinsif nya persalinan
lama dapat disebabkan oleh :
1. His tidak efisien (in adekuat)
2. Faktor janin ( malpresentasi , malposisi, janin besar)
3. Faktor jalan lahir (panggul sempit , kelainan serviks,
vagina, tumor)
e) Preeklamsi
Preeklamsia adalah sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai
dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan
organ, misalnya kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar
protein pada urine (proteinuria).
Etiologi
Primigravida
Grande multigravida
Janin besar
Distensia rahim berlebihan ( hidromnion, hamil kembar ,
mola hidatidosa)
Tanda dan gejala
Gejala preeklamsia biasanya muncul saat usia kehamilan
memasuki minggu ke-20 atau lebih (paling umum usia kehamilan
24-26 minggu), sampai tak lama setelah bayi lahir. Preeklamsia
yang tidak disadari oleh sang ibu hamil bisa berkembang
menjadi eklamsia, kondisi medis serius yang mengancam
keselamatan ibu hamil dan janinnya.
Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah
yang terus meningkat. Oleh karena itu, memonitor tekanan darah
secara rutin menjadi hal penting untuk dilakukan selama masa
kehamilan. Jika tekanan darah wanita hamil mencapai 140/90
mm Hg atau lebih, segeralah berkonsultasi dengan dokter
kandungan, terutama bila ditemukan nilai tekanan darah yang
tinggi dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang terpisah.
Selain hipertensi, tanda klinis dan gejala lainnya dari
preeklamsia adalah:
1. Sesak napas akibat cairan di paru-paru.
2. Sakit kepala parah.
3. Berkurangnya volume urine.
4. Gangguan penglihatan, misalnya pandangan hilang
secara sementara, menjadi kabur, atau sensitif terhadap
cahaya.
5. Mual dan muntah.
6. Rasa nyeri pada perut bagian atas (biasanya di bawah
tulang rusuk sebelah kanan).
7. Meningkatnya kandungan protein pada urine
(proteinuria).
8. Gangguan fungsi hati.
9. Pembengkakan pada telapak kaki, pergelangan kaki,
wajah, dan tangan.
10. Menurunnya jumlah trombosit dalam darah
(trombositopenia).
Penyebab preeklamsia
1. Kehamilan pertama.
2. Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan
sebelumnya.
3. Kekurangan nutrisi.
4. Sedang menderita beberapa penyakit tertentu, seperti
sindrom antifosfolipid, diabetes, lupus, hipertensi, atau
penyakit ginjal.
5. Mengandung lebih dari satu janin.
6. Bayi pada kehamilan saat ini memiliki ayah yang
berbeda dengan kehamilan sebelumnya.
7. Hamil setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan
sebelumnya.
8. Hamil di bawah usia 20 tahun atau di atas usia 40
tahun.
9. Obesitas saat hamil dengan indeks massa tubuh 25
atau lebih.
10. Memiliki keluarga dengan riwayat preeklamsia.
Diagnosis preeklamsi
1. Adanya kandungan protein dalam urine atau gejala
gangguan ginjal lainnya.
2. Gangguan penglihatan.
3. Adanya cairan dalam paru-paru.
4. Sakit kepala.
5. Rendahnya jumlah trombosit.
6. Gangguan fungsi hati.
Jika dokter mencurigai adanya preeklamsia dari hasil
pemeriksaan tekanan darah, maka pasien biasanya
akan diminta untuk menjalani beberapa pemeriksaan,
seperti:
1. Ultrasonografi (USG). Dalam tes ini, dokter
akan memeriksa berat janin dan jumlah air
ketuban. Kurangnya air ketuban adalah salah
satu tanda rendahnya suplai darah ke janin.
2. Pemeriksaan darah. Dari pemeriksaan ini
dapat diketahui kinerja organ hati dan ginjal,
serta jumlah trombosit dalam darah.
3. Analisis urine. Dari sampel urine kolektif
selama 24 jam dapat diperiksa kandungan
protein, sementara dari sampel urine tunggal
(sewaktu) dapat diperiksa perbandingan
kadar protein dan kreatinin.
4. Nonstress test atau NST. Pada pemeriksaan
ini diukur detak jantung bayi saat bergerak di
dalam kandungan.
Penutup
A. Kesimpulan
Episiotomi adalah tindakan pencegahan kerusakan yang hebat pada jaringanlunak
akibat daya regang yang melebihi kapasitas atau elastisitas jaringan.Episiotomi harus
mengacu pada penilaian klinik yang tepat dan tehnik yang sesuaidengan kondisi yang
sedang dihadapi. Saat ini episiotomi tidak selalu dilakukan,karena episiotomi secara
bebas dan kurang tepat dapat meningkatkan jumlah perdarahan yang terjadi pada
persalinan. Upaya yang dilakukan untuk mencegah robekan perinium antara lain :
B. Saran
I. Untuk tenaga medis
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai panduan untuk
melakukan tindakan serta meningkatkan kualitas dari pelayanan tenaga
medis.
II. Untuk pembaca
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan referensi
untukmenambah pengetahuan dari pembaca.
III. Untuk pendidikan
Di harapkan makalah ini dapat dijadikan pembelajaran tentang
episiotomi persalinan pda masa kuliah Asuhan komprehensif evidence
based dan bermanfaat bagi semua pihak khususnya bgi mahasiswa
yang menggali pendidikan di Universitas Aisyah Prengsewu .