Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK ( PPOK )

OLEH :

NI KETUT CHANDRA FEBRIYANTI

NIM. PO7120319057

PRODI NERS

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

PROFESI NERS

TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK ( PPOK )

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) merupakan suatu istilah yang
sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama
dan ditandai dengan peningkatan retensi terhadap aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya yang merupakan bentuk kesatuan dari
penyakit bronkitis kronis dan emfisema paru ataupun asma bronkial. (Sylvia
A. Price , 2005 : 784).
Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan
gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang
disebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak
mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu.
Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan
dengan kondisi sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah
kejadian akut dalam perjalanan alami penyakit dengan karakteristik adanya
perubahan basal sesak napas, batuk, dan/atau sputum yang diluar batas
normal da lam variasi hari ke hari (GOLD, 2009).
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik
adalah sebagai berikut:
a. Bronkitis kronis
Didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan
dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. (Bruner & Suddarth, 2002)
b. Emfisema
Didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara diluar
bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. (Bruner &
Suddarth, 2002)
c. Asma
Adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
(Bruner & Suddarth, 2002)

2. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini dikaitkan dengan factor
faktor risiko yang terdapat pada penderita antara lain:
a. Merokok
b. Polusi udara
c. Infeksi paru-paru berulang
d. Umur (semakin tua semakin berisiko)
e. Jenis kelamin
f. Ras
g. Pemajanan tempat kerja ( batu bara, kapas, padi-padian)
3. Pathway

Pencetus Rokok dan Polusi


Asma, Bronkitis, emfisema

Inflamasi
PPOK

Sputum meningkat
Perubahan anatomis
parenkim paru
Batuk

Perbesaran Alveoli Bersihan Jalan Nafas tdk


Efektif

Hipertiroid kelenjar mukosa


Inflamasi
Penyempitan salurran udara
Leukosit meningkat

Ekspansi paru Gg. Pertukaran Gas Imun menurun


menurun
Kuman patogen &
endogen difagosit
Suplay O2 tidak adekuat Frekuensi pernafasan makrofag
cepat
Hipoksia Anoreksia
Kontraksi otot pernafasan
Sesak Penggunaan energi untuk
pernafasan meningkat Defisit Nutrisi

Pola Nafas Tidak


Efektif Intoleransi Aktifitas
4. Gejala Klinis
Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:
a. Mempunyai gambaran klinik dominan kearah bronchitis kronis (blue
bloater).
b. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).
Tanda dan gejalanya adalah sebagi berikut:
a. Kelemahan badan
b. Batuk
c. Sesak napas
d. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi
e. Mengi atau wheeze
f. Ekspirasi yang memanjang
g. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.
h. Penggunaan otot bantu pernapasan
i. Suara napas melemah
j. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
k. Edema kaki, asites dan jari tabuh.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
1) Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang
parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut
adalah bayangan bronkus yang menebal.
2) Corak paru yang bertambah
Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:
1) Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia
dan bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema
panlobular dan pink puffer.
2) Corakan paru yang bertambah.
b. Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang
bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat
penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal)
atau MEFR (maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR,
sedangkan KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada
stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran
napas kecil (small airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun
karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang.
c. Analisis gas darah.
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul
sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan
eritropoesis. Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin
sehingga menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun
polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan
merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
d. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah
terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal
pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih
dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.
e. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
f. Laboratorium darah lengkap

6. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
a. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada
fase akut, tetapi juga fase kronik.
b. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
c. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut :
a. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan
merokok, menghindari polusi udara.
b. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
c. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas
atau pengobatan empirik.
d. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
controversial.
e. Pengobatan simtomatik.
f. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
g. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan
dengan aliran lambat 1 – 2 liter/menit.
h. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
1) Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret
bronkus.
2) Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernapasan yang paling efektif.
3) Latihan dengan beban olahraga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaran jasmani.
4) Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita
dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula.
5) Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri
penderita dengan penyakit yang dideritanya.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway (jalan napas)
Kaji adanya sumbatan jalan napas. Terjadi karena adanya penurunan
kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan suplai oksigen ke otak.
b. Breathing (pernapasan)
Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal – sengal , sianosis.
c. Circulation (sirkulasi)
Kebas , kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi,
nadi lemah, tekanan darah menurun.
d. Disability (kesadaran)
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak.

2. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit PPOK atau penyakit – penyakit lain
yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,
jantung.
4) SAMPLE
S : tanda dan gejala yang dirasakan klien
A: alergi yang dipunyai klien
M : tanyakan obat yang dikonsumsi untuk mengatasi masalah
P : riwayat penyakit yang diderita klien
L : makan minum terakhir, jenis yang dikonsumsi, penurunan dan
peningkatan napsu makan
E : pencetus atau kejadian penyebab keluhan
5) Pengkajian nyeri
P : pencetus nyeri
Q: kualitas nyeri
R: arah perjalanan nyeri
S: skala nyeri
T: lamanya nyeri sudah dialami klien
c. Tanda tanda vital
Tekanan darah, irama dan kekuatan nadi, irama kedalaman
pernapasan, dan penggunaan otot bantu pernapasan, suhu tubuh
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
2) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
5) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen.
6) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
7) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
8) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi
e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini:
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
napas, batuk tidak efektif, dan sekresi yang tertahan.
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen dan kelemahan.
e. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi
nutrien, ketidakmampuan untuk mencerna makanan, Faktor psikologi
3. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA


INTERVENSI
HASIL
1 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Respirasi
Penyebab : keperawatan selama ….. x 24 jam  Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
 Ketidakseimbangan ventilasi- diharapkan pertukaran gas pasien upaya nafas
perfusi meningkat dengan kriteria hasil :  Monitor pola nafas (seperti bradypnea,
 Perubahan membran alveolus- Pertukaran Gas: takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
kapiler  Tingkat kesadaran Cheyne-stokes, biot, ataksis)
Gejala dan Tanda Mayor meningkat  Monitor kemampuan batuk efektif
Subjektif  Dispnea menurun  Monitor adanya produksi sputum
 Dispnea  Bunyi nafas tambahan  Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Objektif menurun  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 PCO2 meningkat/ menurun  Pusing menurun  Auskultasi bunyi nafas
 PO2 menurun  Penglihatan kabur menurun  Monitor saturasi oksigen
 Takikardia  Diaforesis menurun  Monitor nilai AGD
 pH arteri meningkat/ menurun  Gelisah menurun  Monitor hasil x-ray toraks
 bunyi napas tambahan  Nafas cuping hidung  Atur interval pemantauan respirasi sesuai
Gejala dan Tanda Mayor menurun kondisi pasien
Subjektif  PCO2 membaik Terapi Oksigen
 Pusing  PO2 membaik  Monitor kecepatan aliran oksigen
 Penglihatan kabur  Takikardia membaik  Monitor posisi alat terapi oksigen
Objektif  pH arteri membaik  Monitor aliran oksigen secara periodic
 Sianosis  Sianosis membaik dan pastikan fraksi yang diberikan cukup
 Diaforesis  Pola nafas membaik  Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.
 Gelisah  Warna kulit membaik Oksimetri, Analisa gas darah)
 Napas cuping hidung  Monitor kemampuan melepaskan oksigen
 Pola napas abnormal saat makan
 Warna kulit abnormal  Monitor tanda-tanda hipoventilasi
 Kesadaran menurun  Monitor tanda dan gejala toksilasi
Kondisi Klinis Terkait oksigen dan atelectasis
 Penyakit Paru Obstruktif Kronis  Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
(PPOK) oksigen
 Gagal jantung kongestif  Monitor integritas mukosa hidung akibat
 Asma pemasangan oksigen
 Pneumonia  Bersihkan secret pada mulut, hidung dan
 Tuberkulosis paru trakea
 Penyakit membran hialin  Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Asfiksia  Siapkan dan atur peralatan pemberian
 Persistent pulmonary oksigen
hypertension of newborn (PPHN)  Berikan oksigen tambahan
 Infeksi saluran napas  Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
 Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas pasien
 Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen
 Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur
2 Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan Latihan Batuk Efektif
Penyebab : keperawatan selama ….. x 24 jam  Identifikasi kemmapuan batuk
Fisiologis diharapkan pasien dapat  Monitor adanya retensi sputum
 Spasme jalan napas meningkatkan bersihan jalan nafas  Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
 Hipersekresi jalan napas dengan kriteria hasil : nafas
 Disfungsi neuromuskuler  Atur posisi semifowler atau fowler
 Benda asing dalam jalan napas Bersihan Jalan Nafas  Anjurkan Tarik nafas dalam melalui hidung
 Adanya jalan napas buatan  Batuk efektif meningkat selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
 Sekresi yang tertahan  Produksi sputum menurun kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
 Hiperplasia dinding jalan napas  Suara nafas mengi menurun mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
 Proses infeksi  Suara nafas wheezing menurun  Anjurkan mengulangi Tarik nafas dalam
 Respon alergi  Dispnea menurun hingga 3 kali
 Efek agen farmakologi  Ortopnea menurun  Anjurkan batuk dengan kuat langsung
Situasional  Sianosis menurun setelah Tarik nafas dalam yang ke-3
 Merokok aktif  Sulit bicara menurun  Kolaborasi pemberian mukolitik atau
 Merkok pasif  Gelisah menurun ekspektoran jika perlu
 Terpajan polutan  Frekuensi nafas membaik
Gejala dan Tanda Mayor  Pola nafas membaik Manajemen Jalan Nafas
Objektif  Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan
 Batuk tidak efektif jalan nafas
 Identifikasi faktor pencetus dan Pereda nyeri
 Tidak mampu batuk  Monitor kualitas nyeri (mis. Terasa tajam,
 Sputum berlebih tumpul, diremas-remas, ditimpa beban berat)
 Mengi, wheezing dan/atau ronchi  Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
kering  Monitor intensitas nyeri dengan
Gejala dan Tanda Minor menggunakan skala
Subjektif  Monitor durasi dan frekuensi nyeri
 Dispnea
 Sulit bicara Pemantauan Respirasi
 Ortopnea  Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
Objektif upaya nafas
 Gelisah  Monitor pola nafas (seperti bradypnea,
 Sianosis takipnea, hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-
 Bunyi napas menurun stokes, biot, ataksis)
 Frekuensi napas berubah  Monitor kemampuan batuk efektif
 Pola napas berubah  Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan nafas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi nafas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray toraks
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
Terapi Oksigen
 Monitor kecepatan aliran oksigen
 Monitor posisi alat terapi oksigen
 Monitor aliran oksigen secara periodic dan
pastikan fraksi yang diberikan cukup
 Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.
Oksimetri, Analisa gas darah)
 Monitor kemampuan melepaskan oksigen
saat makan
 Monitor tanda-tanda hipoventilasi
 Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen
dan atelectasis
 Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
oksigen
 Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
 Bersihkan secret pada mulut, hidung dan
trakea
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Siapkan dan atur peralatan pemberian
oksigen
 Beriakn oksigen tambahan
 Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas pasien
 Tetap berikan oksigen saat pasien di
transportasi
 Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen
 Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur
3 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Nafas
Penyebab : keperawatan selama ….. x 24 jam  Mengidentifikasi dan mengelola
 Depresi pusat pernapasan diharapkan pola napas pasien kepatenan jalan nafas
 Hambatan upaya napas efektif dengan kriteria hasil :  Identifikasi faktor pencetus dan Pereda
 Deformitas dinding dada nyeri
 Deformitas tulang dada Pola napas tidak efektif  Monitor kualitas nyeri (mis. Terasa
 Gangguan neuromuskular  Ventilasi semenit meningkat tajam, tumpul, diremas-remas, ditimpa
 Gangguan neurologis  Kapasitas vital meningkat beban berat)
 Imaturitas neurologis  Diamater thoraks anterior-  Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
 Penurunan energi posterior meningkat  Monitor intensitas nyeri dengan
 Obesitas  Tekanan ekspirasi menggunakan skala
 Posisi tubuh yang menghambat meningkat  Monitor durasi dan frekuensi nyeri
ekspansi paru  Tekanna inspirasi
 Sindrom hipoventilasi meningkat Pemantauan Respirasi
 Kecemasan  Dispnea menurun  Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
 Penggunaan otot bantu upaya nafas
Gejala dan Tanda Mayor nafas menurun  Monitor pola nafas (seperti bradypnea,
Subjektif  Pemanjangan fase ekspirasi takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
 Dispnea menurun Cheyne-stokes, biot, ataksis)
Objektif  Ortopnea menurun  Monitor kemampuan batuk efektif
 Penggunaan otot bantu  Pernapasan purse-lip  Monitor adanya produksi sputum
pernapasan menurun  Monitor adanya sumbatan jalan nafas
 Fase ekspirasi memanjang  Pernapasan cuping hidung  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Pola napas abnormal menurun  Auskultasi bunyi nafas
Gejala dan Tanda Minor  Frekuensi nafas membaik  Monitor saturasi oksigen
Subjektif  Kedalaman nafas membaik  Monitor nilai AGD
 Ortopnea  Ekskursi dada membaik  Monitor hasil x-ray toraks
Objektif  Atur interval pemantauan respirasi sesuai
 Pernapasan cuping hidung kondisi pasien
 Ventilasi semenit menurun
 Kapasitas vital menurun
 Tekanan ekspirasi menurun
 Tekanan inspirasi menurun
4. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi
keperawatan selama …. X 24 jam Observasi
Penyebab : diharapkan toleransi aktivitas  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
 Ketidakseimbangan antara meningkat dengan kriteria hasil : mengakibatkan kelelahan
suplai dan kebutuhan oksigen  Frekuensi nadi meningkat  Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Tirah baring  Saturasi oksigen meningkat  Monitor pola dan jam tidur
 Kelemahan  Kemudahan dalam  Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
 Imobilisasi melakukan aktivitas sehari- selama melakukan aktivitas
 Gaya hidup monotom hari meningkat Terapeutik
 Kecepatan berjalan  Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
Gejala dan Tanda Mayor meningkat stimulus (ms. Cahaya, suara, kunjungan)
Subjektif  Jarak berjalan meningkat  Lakukan latihan rentang gerak pasif
 Mengeluh lelah  Kekuatan tubuh bagian atas dan/atau aktif
Objektif meningkat  Berikan aktivitas distraksi yang
 Frekuensi jantung meningkat  Kekuatan tubuh bagian menenangkan
>20% dari kondisi istirahat bawah meningkat  Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
 Toleransi dalam menaiki tidak dapat berpindah atau berjalan
Gejala dan Tanda Minor tangga meningkat Edukasi
Subjektif  Keluhan lelah menurun  Anjurkan tirah baring
 Dispnea saat/setelah aktivitas  Dispnea saat aktivitas  Anjurkan melakukan aktivitas secara
 Merasa tidak nyaman setelah menurun bertahap
beraktivitas  Dispnea setelah aktivitas  Anjurkan menghubungi perawat jika
 Merasa lemah menurun tanda dan gejala kelelahan tidak
Objektif  Perasaan lemah menurun berkurang
 Tekanan darah berubah >20%  Aritmia saat aktivitas  Ajarkan strategi koping untuk
dari kondisi istirahat menurun mengurangi kelelahan
 Gambaran EKG menunjukkan  Aritmia setelah aktivitas Kolaborasi
aritmia vsaat/setelah aktivitas menurun  Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
 Gambaran EKG menunjukkan  Sianosis menurun meningkatkan asupan makanan
iskemia  Warna kulit membaik
 Sianosis  Tekanan darah membaik Terapi Aktivitas
Kondisi Klinis Terkait  Frekuensi napas membaik Observasi
 Anemia  EKG iskemia membaik  Identifikasi defisit tingkat aktivitas
 Gagal jantung kongestif  Identifikasi kemampuan berpatisipasi
 Penyakit jantung koroner dalam aktivitas tententu
 Penyakit katup jantung  Identifikasi sumber daya untuk aktivitas
 Aritmia yanng diinginkan
 Penyakit paru obstruktif kronis  Identifikasi strategi meningkatkan
(PPOK) partisipasi dalam aktivitas
 Gangguan metabolik  Identifikasi makna aktivitas rutin (mis.
 Gangguan muskuloskeletal Bekerja) dan waktu luang
 Monitor respon emosional, fisik, sosial,
dan spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik
 Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan
defisit yang dialami
 Sepakati komitmen untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang aktivitas
 Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis, dan sosial
 Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai
usia
 Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi transportasi untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
 Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis.
Ambulansi, mobilisasi, dan perawatan
diri), sesuai kebutuhan
 Fasilitasi aktivitas pengganti saat
mengalami keterbatasan waktu, energi,
atau gerak
 Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
 Tingkatkan aktivitas fisik untuk
memelihara berat badan, jika sesuai
 Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasikan otot
 Fasilitasi aktivitas dengan komponen
memori implisit dan emosional (mis.
Kegiatan keagamaan khusus) untuk
pasien demensia, jika sesuai
 Libatkan keluarga dalam aktivitas, bila
perlu
 Fasilitasi mengembangkan motivasi dan
penguatan diri
 Fasilitasi pasien dan keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk mencapai
tujuan
 Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas
sehari-hari
 Berikan penguatan positif dalam aktivitas
Edukasi
 Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
 Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih
 Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
sosial, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
 Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika sesuai
 Anjurkan keluarga untuk memberi
penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
 Rujuk pada pusat atau program aktivitas
komunitas, jika perlu
5. Resiko Defisit Nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen gangguan makan
keperawatan selama …. X 24 jam Observasi
Faktor Resiko diharapkan status nutrisi membaik  Monitor asupan dan keluarnya makanan
 Ketidakmampuan menelan dengan kriteria hasil : dan cairan serta kebutuhan kalori
makanan  Porsi makanan yang Terapeutik
 Ketidakmampuan mencerna dihabiskan meningkat  Timbang berat badan secara rutin
makanan  Kekuatan otot mengunyah  Diskusikan perilaku makan dan jumlah
 Ketidakmampuan meningkat aktivitas fisik (termasuk olahraga) yang
mengabsorbsi nutrien  Kekuatan otot menelan sesuai
 Peningkatan kebutuhan meningkat  Lakukan kontrak perilaku (mis. Target
metabolisme  Serum albumin meningkat berat badan, tanggung jawab perilaku)
 Faktor ekonomi (mis. Finansial  Verbalisasi keinginan untuk  Dampingi kekamar mandi untuk
tidak mencukupi) meningkatkan nutrisi pengamatan perilaku memuntahkan
 Faktor psikologis (mis. Stres, meningkat kembali makanan
keengganan untuk makan)  Pengetahuan tentang pilihan  Berikan penguatan positif terhadap
makanan yang sehat keberhasilan target dan perubahan
Kondisi Klinis Terkait meningkat perilaku
 Stroke  Pengetahuan tentang pilihan  Berikan konsekuensi jika tidak mencapai
 Parkinson minuman yang sehat target sesuai kontrak
 Mobius syndrome meningkat  Rencanakan program pengobatan untuk
 Cerebral palsy  Pengetahuan tentang standar perawatan dirumah (mis. Medis,
 Cleft lip asupan nutrisi yang tepat konseling)
 Cleft palate meningkat Edukasi
 Amyotropic lateral sclerosis  Penyiapan dari  Anjurkan membuat catatan harian tentang
 Kerusakan neuromuskular penyimpanan makanan yang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran
 Luka bakar aman meningkat makanan (mis. Pengeluaran yang
 Kanker  Penyiapan dari disengaja, muntah, aktivitas berlebih)
 Infeksi penyimpanan minuman  Ajarkan pengaturan diet yang tepat
 AIDS yang aman meningkat  Ajarkan keterampilan koping untuk
 Penyakit crohn’s  Sikap terhadap menyelesaikan masalah perilaku makan
 Enterokolitis makanan/minuman sesuai Kolaborasi
 Fibrosis kistik dengan tujuan kesehatan  Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target
meningkat berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan
 Perasaan cepat kenyang makanan
menurun Manajemen nutrisi
 Nyeri abdomen menurun Observasi
 Sariawan menurun  Identifikasi status nutrisi
 Rambut rontok menurun  Identifikasi alergi dan toleransi makan
 Diare menurun  Identifikasi makanan yang disukai
 Berat badan membaik  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
 Indeks massa tubuh (IMT) nutrien
membaik  Identifikasi perlunya penggunaan selang
 Frekuensi makan membaik nasogastrik
 Nafsu makan membaik  Monitor asupan makanan
 Bising usus membaik  Monitor berat badan
 Tebal lipatan kulit trisep  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
membaik Terapeutik
 Membran mukosa membaik  Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogatrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, dkk. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.


Lynda, Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
______. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tidakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
______. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Price, Sylvia Anderson dan Wilson L. McCarty. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 1. Alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai