Anda di halaman 1dari 23

PSIKOLOGI WANITA SEBAGAI LANSIA

Wanita sebagai lansia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa
ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya
perubahan yang bersifat fisik dan psikologi yang semakin menurun.
Pembagian umur lansia menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) :
1 . Usia pertengahan (middle age) 45-49 tahun
2 . Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun
3 . Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
4 . Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

1 . Masa tua :
 Primary aging : bahwa aging merupakan proses penurunan atau kerusakan fisik yang terjadi
secara bertahap dan bersifat inevitable (tidak dapat dihindarkan)
 Secondary aging :proses aging merupakan hasil dari penyakit, abuse, disuse pada tubuh yang
seringkali lebih dapat dihindari dan dikontrol oleh individu dibandingankan dengan primary
aging, misalnya dengan pola baik, menjaga kebugaran fisik dan lain-lain.
Masalah umum pada lansia (Hurlock, 1980)
 Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus tergantung dengan orang lain.
 Status ekonominya terancam sehingga cukup beralasan untuk melakukan berbagai
perubahan besar pada pola hidupnya.
 Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik.
 Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah.
 Belajar memperlakukan anak yang sudah besar menjadi orang dewasa.
 Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan untuk orang
dewasa.

2 . KLIMAKTERIUM
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi, berakhir pada awal
senium dan terjadi pada wanita umur 40-65 tahun.
1) Periode-periode Pada Masa Klimakterium
a. Tahun-tahun dimana saat haid/menstruasi sudah tidak teratur, sering terganggu, atau sudah
terhenti sama sekali.
b. Tahap kedua menampilkan gejala keberhentian secara defenitif organisme yang membentuk
sel-sel telur, yaitu berhentinya organisme tersebut sebgai lembaga kehidupan.
Nb: Pada periode klimakterium terjadi penurunan kadar Estrogen dalam tubuh dan perubahan
pola menstruasi.

Periode Klimakterium (Baziad,2003)


1 . Pra Menopause (<2 bulan sebelum menstruasi terakhir) terjadi pada usia 40 tahun
2 . Perimenopause (2-12 bulan sejak menstruasi terakhir) terjadi pada usia 45-46 tahun
3 . Menopause (perdarahan haid terakhir) terjadi pada usia 40-56 tahun
4 . Pasca menopause (>12 bulan sejak menstruasi terakhir) terjadi pada usia 60-65 tahun
Ada 3 Periode Menopause
1. Klimakterium : peralihan antara masa reproduksi dan masa senium/pra menopause.
2. Menopause : saad haid terakhir, sesudah menopause/pasca menopause
3. Senium : periode sesudah pasca menopause, ketika individu mampu menyesuaikan
kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik.
Tanda-tanda Menopause
 Menstruasi tidak teratur, menjadi lebih lambat atau lebih awal dari biasanya
 Darah yang keluar banyak sekali ataupum sedikit sekali
 Gangguan vasomotoris (penyempitan/pelebaran pembuluh darah)
 Pusing-pusing/sakit kepala
 Neuralgia/nyeri syaraf terus menerus
 Hot flushes, dada berdebar-debar

Keluhan fisik pada klimakterium


1 . Ketidakteraturan siklus haid
2 . Gejolak rasa panas
3 . Kekeringan vagina
4 . Perubahan kulit
5 . Keringat berlebih
6 . Sulit tidur/insomnia
7 . Perubahan mulut
8 . Kerapuhan tulang
Perubahan psikologis pada lansia:
 Ingatan menurun
 Kecemasan
 Mudah tersinggung
 Stress
 Depresi
Aspek-aspek psikologis (Marie Bakburn dan Kate Davidson,1990)
 Suasana hati (kesedihan, kecemasan, mudah marah)
 Berpikir (hilang konsentrasi, lambat, ragu-ragu)
 Motivasi (minat kerja kurang, menekuni hobi, hindari kegiatan sosial, ketergantungan)
 Perilaku gelisah dan gerakan yang lamban
 Sintom biologis (hilang nafsu makan, hilang hasrat seksual, tidur terganggu, gelisah)
Sebab utama wanita lansia Defresi
 Mengingkari dan memprotes proses biologis yang mengarah pada ketuaan.
 Menganggap dramatis proses penuaan.
 Kemunduran jasmani diartikan sebagai tidak ada gunanya lagi hidup karena sudah mendekati
kematian.
 Hidupnya sudah dianggap tidak ada harapan, penuh kepedihan dan dilupakan semua orang,
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosialnya di masa lampau.

Cara mengatasi gangguan psikologi


1. Dukungan informatif
 Memberikan konseling bahwa berhentinya haid adalah hal yang fisiologis dan akan
dialami oleh semua wanita.
 Memberikan nasehat agar wanita tersebut mau dan bisa menerima status.
 Memberi nasehat agar dapat menerima keadaannya dengan lapang dada.
 Memberikan informasi agar selal mengkomunikasikan setiap masalah atau perubahan
yang terjadi kepada suaminya.

2. Dukungan Emosional
 Mempunyai rasa empati terhadap hal yang dialami oleh wanita menopause.
 Melibatkan anggota keluarga terutama suami dalam memahami kondisi istrinya.
 Memberikan perhatian dan kepedulian kepada wanita tersebut.
 Menciptakan lingkungan keluarga yang nyaman, tenang, harmonis dan saling
pengertian.

3. Dukungan penghargaan

 Memberi penghormatan sehingga wanita tersebut merasa dihargai.


 Memberi dorongan/support sehingga wanita tersebut bisa percaya diri.

4. Dukungan instrumental

 Memberi bantuan tenaga terhadap apa yang dibutuhkan oleh wanita menopause.
 Memberi bantuan materi (yang dilakukan keluarga)

Perilaku aneh pada periode klimakterium


 Masa pra-klimakteris mirip dengan masa pubertas, maka disebut dengan puber kedua.
 Misal : wanita kaya dan gemuk memakai rok mini atau rok panjang merah belah pinggir
tinggi.

Tingkah laku yang berlebihan tersebut bermasuk untuk:


 Mengingkari ketuaannya dan ingin mengulangi kembali pola kebiasaan dimasa muda.
 Menimbuni dirinya denganpakaian dan perhiasan warna-warni serta macam-macam bahan
kosmetik, agar kelihatan lebih remaja.

kondisi psikis wanita setengah baya

perubahan psikologis
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika premenopause dan menopause adalah mudah

tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang, cemas dan depresi.

Ada juga wanita yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual,

mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan

femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang.

Dalam menyikapi perubahan-perubahan diatas para wanita mempunyai pandangan

masing-masing dan peran suami juga sangat dibutuhkan disini yaitu:

a) Pandangan positif atau negatif


Dalam segi kehidupan apapun tanggapan sesuatu baik atau buruk sifatnya bisa sangat

unifersal atau individual, dalam menyikapi dirinya yang akan memasuki masa premenopause

beberapa wanita menyambutnya dengan biasa.

b) Peran suami

Bagaimana caranya agar masa transisi ini dapat berjalan mulus, bagaimana teman hidup atau

anggota keluarga yang lain dapat memberi dukungan pada masa transisi dalam kehidupan

seorang wanita. (Hurlock, 2008)

c. Pengobatan yang tersedia

1) Dixarit

Untuk muka kemerahan dan sakit kepala yang ringan yang menyebapkan kemungkinan

terjadinya kemerahan itu.

2) Ky jelly

Untuk kekeringan vagina, jelly ini dapat dibeli ditoko obat tanpa resep.

3) obat penenang

Anti depresi (yang diberikan untuk mengangkat depresi) dan obat tidur, Obat-obat tersebut

disaat mereka mengalami hari-hari kelabu dan memerlukan alat untuk menolong mereka

mengatasinya kadang anti depresi dapat membantu untuk sementara tetapi tidak membantu

menghilangkan gejala-gejala menopause.

4) Vitamin

Beberapa mengatakan bahwa vitamin telah membantu mereka salama menopause.

3.Masa Nenek-Nenek

Ada 3 tipe nenek yang baik hati :


1. Wanita yang memiliki sifat keibuan sejati
2. Berjiwa muda ( fungsi kenenekannya sebagai salah satu pengalaman baru, dan sebagai satu
periode baru)
3. Nenek yang ungu ( bersifat sabar, sumarah dan sumereh hatinya, artinya dia sudah meletakan
dan menyesuaikan dirinya dengan segala kondisi yang dihadapinya).
masa nenek-nenek

A. MASA TUA
1. Pengertian masa tua (lanjut usia)
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai
dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan
yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi
fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian masa tua :
- Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu
masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
- Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan
proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia
banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu
: usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia
tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
- Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constantinides, 1994).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
a) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
b) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, lanjut usia merupakan
periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta
telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat
mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal.

2. Ciri - ciri masa tua


a. Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :
• Usia lanjut merupakan periode kemunduran.
• Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas.
• Menua membutuhkan perubahan peran.
• Penyesuaian yang buruk pada lansia.
3. Karakteristik masa tua
Menurut Butler dan Lewis (1983) serta Aiken (1989) terdapat berbagai karakteristik
lansia yang bersifat positif. Beberapa di antaranya adalah:
• keinginan untuk meninggalkan warisan;
• fungsi sebagai seseorang yang dituakan;
• kelekatan dengan objek-objek yang dikenal;
• perasaan tentang siklus kehidupan;
• kreativitas,
• rasa ingin tahu dan kejutan (surprise);
• perasaan tentang penyempurnaan atau pemenuhan kehidupan, dll.

B. PERUBAHAN FISIK PADA MASA TUA


Perkembangan fisik pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan fisiologis
yang bisa dikatakan mengalami kemunduran, perubahan perubahan biologis yang dialami
pada masa lansia yang terlihat adanya kemunduran tersebut sangat berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan dan terhadap kondisi psikologis.
Perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut, membawa penurunan fisik yang
lebih besar dibandingkan dengan periode periode usia sebelumnya. Kita akan mencatat
rentetan perubahan perubahan dalam penurunan fisik yang terkait dengan penuaan, dengan
penekanan pentingnya perkembangan perkembangan baru dalam penelitian proses penuaan
yang mencatat bahwa kekuatan tubuh perlahan lahan menurun dan hilangnya fungsi tubuh
kadangkala dapat diperbaiki.
Terdapat sejumlah perubahan fisik yang terjadi pada periode lansia menurut Elida
Prayitno yaitu:

 Perubahan fisik bukan lagi pertumbuhan tetapi pergantian dan perbaikan sel-sel
tubuh.
 Pertumbuhan dan reproduksi sel-sel menurun.
 Penurunan Dorongan Seks.
Pada umumnya perubahan pada masa lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampai
kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria,
endokrin dan integumen.
a. Sistem pernafasan pada lansia.
Kapasitas pernafasan pada lansia akan menurun pada usia 20 hingga 80 tahun
sekalipun tanpa penyakit. Paru paru kehilangan elatisitasnya, dada menyusut, dan diafragma
melemah. Meskipun begitu berita baiknya adalah bahwa orang dewasa lanjut dapat
memperbaiki fungsi paru paru dengan latihan latihan memperkuat diafragma.
b. Perubahan Sistem persyarafan.
1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa
lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
5) Otak dan sistem syaraf. Aspek yang signifikan dari proses penuaan mungkin adalah bahwa
neuron neuron itu tidak mengganti dirinya sendiri. Meskipun demikian otak dapat cepat
sembuh dan memperbaiki kemampuannya, hanya kehilangan sebagian kecil dari
kemampuannya untuk bisa berfungsi di masa dewasa akhir.
6) Perkembangan Sensori.
Perubahan sensori fisik masa dewasa akhir melibatkan indera penglihatan,pendengaran,
perasa, pembau, dan indera peraba. Pada masa dewasa akhir penurunan indera penglihatan
bisa mulai dirasakan dan terjadi mulai awal masa dewasa tengah. Adaptasi terhadap gelap
lebih menjadi lambat, yang berarti bahwa orang rang lanjut usia membutuhkan waktu lama
untuk memulihkan kembali penglihatan mereka ketika keluar dari ruangan yang terang
menuju ke tempat yang agak gelap.
c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
Ciri – ciri perubahan pada indra masa lansia salahsatunya sekresi saliva berkurang
mengakibatkan pengeringan rongga mulut. Papil-papil pada permukaan lidah mengalami
atrofi sehingga terjadi penurunan sensitivitas terhadap rasa terutama rasa manis dan asin.
Keadaan ini akan mempengaruhi nafsu makan, dan dengan demikian asupan gizi juga akan
terpengaruh. Keadaan ini mulai pada usia 70 tahun. Perubahan indera penciuman, penglihatan
dan pendengaran juga mengalami penurunan fungsi seiring dengan bertambahnya usia.
d. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
Tidak lama berselang terjadi penurunan jumlah darah yang dipompa oleh jantung
dengan seiringnya pertambahan usia sekalipun pada orang dewasa yang sehat.
Bagaimanapun, kita mengetahui bahwa ketika sakit jantung tidak muncul, jumlah darah yang
dipompa sama tanpa mempertimbangakan usia pada masa dewasa. Kenyataannya para ahli
penuaan berpendapat bahwa jantung yang sehat dapat menjadi lebih kuat selama kita menua
dengan kapasitas meningkat bukan menurun.
e. Sistem genito urinaria.
1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %,
penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya
kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya
+ 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai
200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan
pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi vulva.
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi
halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmati berjalan terus.
f. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah
dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat, dll.
g. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur
30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera
pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis,
asin, asam & pahit.
3) Esofagus melebar,dll.
h. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1) Perubahan sistem reprduksi.
a) selaput lendir vagina menurun/kering.
b) menciutnya ovarium dan uterus.
c) atropi payudara.
d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.
e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2) Kegiatan sexual.
Pada masa usia lanjut khususnya pada wanita salah satu ciri perubahannya yaitu
mengalami fase menopause. Akibat berhentinya haid, berbagai organ reproduksi akan
mengalami perubahan. Rahim mengalami antropi (keadaan kemunduran gizi jaringan),
panjangnya menyusut, dan dindingnya menipis. Jaringan miometrium (otot rahim) menjadi
sedikit dan lebih banyak mengandung jaringan fibriotik (sifat berserabut secara berlebihan).
Leher rahim (serviks) menyusut tidak menonjol kedalam vagina bahkan lama-lama akan
merata dengan dinding vagina, dsb.
1) Hot flushes (perasaan panas)
Adalah rasa panas yang luar biasa pada wajah dan tubuh bagian atas (seperti leher dan dada).
Dengan perabaan tangan akan terasa adanya peningkatan suhu pada daerah tersebut. Gejolak
panas terjadi karena jaringan-jaringan yang sensitif atau yang bergantung pada esterogen
akan terpengaruh sewaktu kadar estrogen menurun. Pancaran panas diperkirakan merupakan
akibat dari pengaruh hormon pada bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengatur
temperatur tubuh.
2) Keringat Berlebihan
Cara bekerjanya secara persis tidak diketahui, tetapi pancaran panas pada tubuh akibat
pengaruh hormon yang mengatur termostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya,
suhu udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak menjadi terlalu panas dan tubuh mulai
menjadi panas serta mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri. Selain itu, dalam
kehidupan seorang wanita, jaringan-jaringan vagina menjadi lebih tipis dan berkurang
kelembabannya seiring dengan kadar estrogen yang menurun. Gejala lain yang dialami
wanita adalah berkeringat dimalam hari.
3) Vagina Kering
Perubahan pada organ reproduksi, diantaranya pada daerah vagina sehingga dapat
menimbulkan rasa sakit pada saat berhubungan intim. Selain itu, akibat berkurangnya
estrogen menyebabkan keluhan gangguan pada epitel vagina, jaringan penunjang, dan
elastisitas dinding vagina. Padahal, epitel vagina mengandung banyak reseptor estrogen yang
sangat membantu mengurangi rasa sakit dalam berhubungan seksual.
4) Tidak dapat menahan air seni
Ketika usia bertambah, air seni sering tidak dapat ditahan pada saat bersin dan batuk. Hal ini
akibat estrogen yang menurun sehingga salah satu dampaknya adalah inkonsitensia urin
(tidak dapat mengendalikan fungsi kandung kemih). Perlu diketahui, dinding serta lapisan
otot polos uretra perempuan juga mengandung banyak reseptor estrogen. Kekurangan
estrogen menyebabkan terjadinya gangguan penutupan uretra dan perubahan pola aliran urin
menjadi abnormal sehingga mudah terjadi infeksi pada saluran kemih bagian bawah.
5) Hilangnya jaringan penunjang
Rendahnya kadar estrogen dalam tubuh berpengaruh pada jaringan kolagen yang berfungsi
sebagai jaringan penunjang pada tubuh. Hilangnya kolagen menyebabkan kulit kering dan
keriput, rambut terbelah-belah, rontok, gigi mudah goyang dan gusi berdarah, sariawan, kuku
rusak, serta timbulnya rasa sakit dan ngilu pada persendian.
6) Penambahan berat badan
7) Gangguan mata
8) Nyeri tulang dan sendi
i. Perubahan otot
Penurunan berat badan sebagai akibat hilangnya jaringan otot dan jaringan lemak
tubuh. Presentasi lemak tubuh bertambah pada usia 40 tahun dan berkurang setelah usia 70
tahun. Penurunan Lean Body Mass ( otot, organ tubuh, tulang) dan metabolisme dalam sel-sel
otot berkurang sesuai dengan usia. Penurunan kekuatan otot mengakibatkan orang sering
merasa letih dan merasa lemah, daya tahan tubuh menurun karena terjadi atrofi.
Berkurangnya protein tubuh akan menambah lemak tubuh. Perubahan metabolisme lemak
ditandai dengan naiknya kadar kolesterol total dan trigliserida.
Ciri – ciri perubahan fisik masa usia lanjut akan berpengaruh juga pada kondisi
kesehatannya, seperti berikut :
 Keadaan tubuh: Kadar lemak dalam tubuh meningkat akibat penurunan aktivitas fisik dan
kurang makanan berserat. Daya motorik otot menurun membuat orang sulit bergerak. Jumlah
air di dalam tubuh berkurang. Massa tulangpun menurun karena kondisi tulang mulai rapuh,
sementara pertumbuhan tulang sudah berhenti.
 Pencernaan: Gangguan pada gigi dan perubahan bentuk rahang mengakibatkan sulitnya
mengunyah makanan. Daya penciuman dan perasa menurun, hal ini menyebabkan turunnya
selera makan yang berakibat kekurangan gizi. Menurunnya produksi asam lambung dan
enzim pencernaan, mempengaruhi penyerapan vitamin dan zat-zat lain pada usus. Penurunan
perkembangan lapisan otot pada usus, melemahkan dinding usus, dan menurunkan daya
cerna usus. Fungsi hati yang memproses racun, seperti obat-obatan dan alkohol pun
melemah.
 Kekebalan tubuh: Akibat berkurangnya kemampuan tubuh memproduksi antibodi pada
masa lansia, sistim kekebalan tubuhpun menurun. Hal ini membuat lansia rentan terhadap
berbagai macam penyakit.
 Jantung: Daya pompa jantung menurun karena elastisitas pembuluh arteri melemah, semua
ini akibat perubahan kolagen dan elastin dalam dinding arteri.
 Pernafasan: Fungsi paru-paru menurun akibat berkurangnya elastisitas serabut otot yang
mempertahankan pipa kecil dalam paru-paru tetap terbuka. Penurunan fungsi ini akan lebih
berat jika orang bersangkutan memiliki kebiasaan merokok dan kurang berolahraga.
 Otak dan syaraf. Menurunnya kemampuan fungsi otak melemahkan daya ingat. Akibatnya,
orang lansia suka sering lupa makan atau minum obat, yang pada akhirnya akan
menimbulkan penyakit, dll.
C. PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA MASA TUA
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi
fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu
cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa
secara khusus pada lansia.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-
faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua
mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat
mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:
a. Penurunan Kondisi Fisik
b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :

 Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
 Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi
dan budaya.
 Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
 Pasangan hidup telah meninggal.
 Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya
misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

c. Perubahan Aspek Psikososial


Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi
makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa
lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan
aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan
tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:

1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini


tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
2. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia
tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu
harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi
jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak
keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga
menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain
atau cenderung membuat susah dirinya.

d. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan


Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal
pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam
kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan
penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang
memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya.
e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya
badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan
sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan
selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar
tidak merasa terasing atau diasingkan.
Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan
orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan
menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
I. PENYESUAIAN DIRI PADA MASA TUA (ADJUSTMENT)
Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang
yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan atau konflik akibat perubahan – perubahan
fisik, maupun sosial – psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai
keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai
dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat
memenuhi kebutuhan – kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.
Penyesuaian diri lanjut usia pada kondisi psikologisnya berkaitan dengan dimensi
emosionalnya dapat dikatakan bahwa lanjut usia dengan keterampilan emosi yang
berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan,
menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat
menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosinya akan mengalami pertarungan batin
yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi ataupun untuk memiliki pikiran
yang jernih. Ohman & Soares (1998) melakukan penelitian yang menghasilkan kesimpulan
bahwa sistem emosi mempercepat sistem kognitif untuk mengantisipasi hal buruk yang
mungkin akan terjadi. Stimuli yang relevan dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa hal
buruk akan terjadi. Terlihat bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk antisipasi
datangnya hal tidak menyenangkan yang mungkin akan terjadi. Secara otomatis individu
akan bersiap menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi bila muncul rasa takut. Ketika
individu memasuki fase lanjut usia, gejala umum yang nampak yang dialami oleh orang
lansia adalah “perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan tersebut bersumber dari penurunan
kemampuan yang ada dalam dirinya. Kemunduran mental terkait dengan penurunan fisik
sehingga mempengaruhi kemampuan memori, inteligensi, dan sikap kurang senang terhadap
diri sendiri.
1. PENYESUAIAN TERHADAP KARIER(PEKERJAAN)
Pria lanjut usia biasanya lebih tertarik pada jenis pekerjaan yang statis daripada
pekerjaan yang bersifat dinamis dan menantang. Dampak yang mereka peroleh adalah
pekerjaan yang memberi kepuasan pada dirinya walaupun pekerjaan itu jelas berbeda dengan
pekerjaan orang yang lebih muda atau pekerjaan pada masa mudanya. Bahkan mereka
mengetahui bahwa sebentar lagi akan pensiun, atau bagi yang sudah pensiun akan berhenti
bekerja, sehingga apa yang dilakukan tidak mempengaruhi sikap mereka terhadap
pekerjaannya jika mereka memang menikmati apa yang mereka kerjakan.
a. Sikap
Pada masa lanjut usia, yang juga terjadi pada tingkat usia lain selama rentang hidup masa
dewasa, orang mempunyai alasan yang berbeda terhadap pekerjaan yang diinginkan, seperti
yang diungkapkan oleh Havighurst Hurlock(1992:414), bahwa sikap terhadap kerja
merupakan dasar terhadap pekerjaan yang diinginkan.
b. Kesempatan Kerja
Selama usia madya kesempatan bekerja berkurang dengan cepat. Pada usia madya sangat
sulit bahkan sering tidak mungkin memperoleh pekerjaan baru. Bagi lansia yang masih
mendapat pekerjaan tentu sangat beruntung, hanya saja jenis pekerjaan yang diperoleh
umumnya lebih banyak bersifat monoton, pekerjaan yang statis dan kurang berkembang dan
mungkin juga tidak sesuai dengan tingkat kemampuan dan latihan yang pernah diterima. Hal
itu mengakibatkan mereka merasa tidak puas. Secara relatif, hanya ada beberapa pekerjaan
yang terbuka bagi orang lanjut usia yang berketrampilan tinggi atau jenis pekerjaan yang
memerlukan tanggung jawab tinggi atau juga pekerjaan profesional yang sangat diperlukan di
masyarakat. Dalam dunia usaha dan industri hanya pekerjaan yang ringan dan menyenangkan
saja yang tersedia bagi pekerja lanjut usia.
c. kinerja
Penelitian tentang pekerja lanjut usia menekankan pada kualitas kerja yang menyumbang
keberhasilan mereka dalam kerja. Pekerja lanjut usia, misalnya karena mereka banyak
memiliki pengalaman, cenderung bekerja dengan gerak yang lamban daripada pekerja muda
yang kurang berpengalaman. Kelebihan ini dapat menutupi kelemahan mereka dalam bekerja.
Pertambahan beban masalah yang berhubungan dengan kehidupan pribadinya juga berkurang
daripada pekerja muda yang keinginannya biasanya lebih dipusatkan pada cinta keluarga,
sementara bagi lansia yang penting adalah rasa aman untuk bekerja dan tidak dikejar-kejar
waktu, sehingga dapat bekerja dengan tenang.
2. PENYESUAIAN DIRI DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
A. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial
yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat
klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise iu seperti : lansia lebih senang
mempertahankan pendadapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain. Menua
membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan
atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
B. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang
buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
C. Perubahan sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun
pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan
dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement
theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi
fisik dan sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002, h.239)
3. PENYESUAIAN DIRI TERHADAP KELUARGA
A. Perubahan kehidupan keluarga
Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang
disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa memiliki
kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak dan orang tua. Lansia
tidak akan merasa terasing jika antara lansia dengan anak memiliki hubungan yang
memuaskan sampai lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun.
Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada dirinya sendiri
maka secara emosional lansia tersebut kurang tergantung pada anaknya dan sebaliknya.
Umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam hal keuangan. Karena lansia sudah tidak
memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya pun tidak
semua dapat menerima permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka penuhi.
Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan
kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan
sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari.

4. HUBUNGAN SOSIO-EMOSIONAL LANSIA


Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia, namun begitu pula
sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau tidak memberikan ruang
hidup atau ruang interaksi bagi mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi
kelangsungan hidup lansia.
Menurut teori aktivitas (activity theory), semakin orang dewasa lanjut aktif dan
terlibat, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar kemngkinan
mereka merasa puas dengan kehidupannya. Dalam hal ini penting bagi para dewasa lanjut
untuk menemukan peran-peran pengganti untuk tetap menjaga keaktifan mereka dan
keterlibatan mereka didalam aktivitas kemasyarakatan. Dengan adanya aktivitas pengganti ini
maka dapat menghindari individu dari perasaan tidak berguna, tersisihkan, yang membuat
mereka menarik diri dari lingkungan.
Dalam teori rekonstruksi gangguan sosial (social breakdown-reconstruction theory)
(Kuypers & Bengston, 1973) menyatakan bahwa penuaan dikembangkan melalui fungsi
psikologis negative yang dibawa oleh pandangan-pandangan negatif tentang dunia sosial dari
orang-orang dewasa lanjut dan tidak memadainya penyediaan layanan untuk mereka.
Rekonstruksial dapat terjadi dengan merubah pandangan dunia sosial dari orang-orang
dewasa lanjut dan dengan menyediakan sistem-sistem yang mendukung mereka.
Ketersediaan layanan bagi dewasa lanjut dapat mengubah pandangan mereka mengeanai
lingkungan sosialnya. Mereka akan tetap mampu untuk berperan aktif dengan layanan yang
ada dan juga mereka akan mengubah pandangan dunia sosial yang negatif dan meniadakan
pemberian label sebagai seseorang yang tidak mampu (incompetent). Dorongan untuk
berpartisipasi aktif orang-orang dewasa lajut di masyarakat dapat meningkatkan kepuasan
hidup dan perasaan positif mereka terhadap dirinya sendiri.

II. GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA MASA TUA


a. Gangguan persepsi
b. Proses berpikir
c. Gangguan Sensorik dan kognitif
d. Gangguan Kesadaran
e. Gangguan Orientasi
Gangguan orientasi terhadap waktu, tempat dan orang berhubungan dengan gangguan
kognisi. Gangguan orientasi sering ditemukan pada gangguan kognitif, gangguan kecemasan,
gangguan buatan, gangguan konversi dan gangguan kepribadian, terutama selam periode stres
fisik atau lingkungan yang tidak mendukung. Pemeriksa dilakukan dengan dua cara: Apakah
penderita mengenali namanya sendiri dan apakah juga mengetahui tanggal, tahun, bulan dan
hari.
f. Gangguan Daya ingat
g. Gangguan Fungsi intelektual
Didalam buku “Psikologi Agama” yang ditulis oleh Bambang Syamsul Arifin,
mengatakan bahwa manusia dari masa ke masa selalu bergerak melakukan kegiatan untuk
meraih harapan kesempurnaan dalam hidup dan terhindar dari kekawatiran mereka, hal
demikian tentu juga masih dirasakan oleh golongan orang-orang lanjut usia.

PSIKOLOGI-DIAN HUSADA
 Beranda
 relasi ibu dan anak
 ibu tiri dan ibu angkat
 Wanita sebagai lansia
 periode klimaterium
 perilaku aneh pada periode klimakterium
 kondisi psikis wanita setengah baya
 masa nenek-nenek

perilaku aneh pada periode klimakterium

ASPEK MENTAL DAN PERILAKU PADA KLIMAKTERIUM

Hurlock (1980) membagi tahap perkembangan kehidupan manusia menjadi prenatal, masa
bayi baru lahir, masa bayi, awal masa anak, akhir masa anak, masa pubertas,, masa remaja,
masa dewasa dini, masa dewasa madya, dan masa dewasa lanjut atau lansia. Masa dewasa
dini dimulai umur 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun, saat mulai perubahan-perubahan fisik
dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa madya
dimulai umur 40 tahun sampai 60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan
psikologis yang jelas pada setiap orang, dan masa dewasa lanjut yang dimulai usia 60 tahun
sampai kematian.
Seperti halnya setiap periode dalam rentang kehidupan, usia dewasa madya ( masa paruh
baya/ half life period) mempunyai karakteristik tertentu yang membuatnya berbeda yaitu :
1. Masa yang “ditakuti” karena pada masa ini terjadi klimakterium pada wanita maupun pria,
menurunnya kemampuan seksual, berbagai mithos berhentinya produksi, kerusakan mental,
dll.
2. Masa transisi : pria mengalami perubahan keperkasaan dan wanita perubahan kesuburan,
dari cirri-ciri dan perilaku dewasa ke lansia.
3. Masa stress : penyesuaian radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, disetai
berbagai perubahan fisik. Stres somatik, stress budaya, stress ekonomi, dan stress psikologik.
4. Masa “berbahaya” : orang berusia madya berusaha mencari kegiatan atau pengalaman
baru, missal hubungan ekstramarital, penggunaan zat adiktif, kekerasan mumpung belum tua.
5. Masa berprestasi : menurut erikson, selama usia madya orang akan lebih sukses sampai ke
puncak prestasi hidupnya, atau sebaliknya akan berheti dan tidak mengerjakan sesuatu
apapun lagi.
6. Masa evaluasi : karena sampai masa puncak prestasinya, orang mengevaluasi diri apakah
sesuai dengan cita-citanya atu harapan orang lain terhadapnya.
7. Masa sepi (sindrom kehampaan, emptiness syndrome) : dengan keluarnya anak terakhir di
rumah, orang merasa sepi dan hampa. Juga orang dalam kesibukan penuh di puncak
prestasinya, sering mengalami kesepian dan kehampaan.
8. Masa jenuh : pada usia 40 an pria merasa jenuh degan pekerjaan rutin dan kehidupan
bersama keluarga yang hanya memberikan sedikit hiburan. Wanita juga jenuh dengan
kesibukan memelihara keluarga dan membesarkan anak-anaknya.

Suatu periode penting yang terjadi pada masa dewasa madya ini adalah periode
klimakterium, yang terjadi pada pria maupun wanita (menopause).

PERIONE KLIMAKTERIUM PADA WANITA (MENOPAUSE)

Setelah mengalami menstruasi sejak usia pubertas dan berlangsung terus selama masa subur
(produktif), wanita akan sampai pada penurunan fungsi hormonal yang mengakibatkan
menurun dan berhentinya menstruasi. Dengan berakhirnya haid, proses ovulasi dan
pembuahan sel telur juga berhenti. Segenap aparat kelenjar mengalami hambatan
pengurangan aktivitasnya. Organ kelamin turut mengalami proses atrofi, menjadi kisut dan
mundur fungsinya. Akhirnya, segenap bagian tubuh lambat laun menampakkan gejala
ketuaan. Fese demikian ini pada wanita disebut menopause (men = bulan, pause = berhenti).

Fase menopause disebut pula sebagai periode klimakterium (climacter = tahun


perubahan/pergantian tahun yang berbahaya). Menopause merupakan peristiwa fisiologis
alamiah. Terjadi setelah berhentinya menstruasi selama 1 tahun. Biasanya, menstruasi mulai
berkurang (taper off) selama 2-5 tahun, paling sering antara umur 48 – 55 tahun, rata-rata
pada umur 51,4 tahun. Kaplan & Sadock (1991) menyebutkan berbagai gejala psikologis
menopause, seperti kecemasan (anxietas), lemah (fatique),ketegangan, labilitas emosional,
iritabilitas, depresi, pusing-pusing, dan sukar tidur (insomnia).Tanda dan gejala fisik adalah
berkeringatan malam hari (night sweats), flushes dan hot flashes. Yaitu persepsi mendadak
rasa panas di leher dan tubuh yang disertai keringatan atau perubahan warna kulit kemerahan.
Penyebab dari hot flashes ini kemungkinan karena menurunnya sekresi luteinizing hormone
(LH).
Menopaus secara alamiah terjadi karena menurunnya sekresi hormone kewanitaan, terutama
hormon oestrogen. Penurunan ini menyebabkan atrofi (pengisutan) dan pengeringan mukosa
vagina, sehingga sering terjadi vaginitis (radang vagina), pruritus (gatal-galat), dispareuni
(nyeri waktu hubungan seksual), dan stenosis. Perubahan-perubahan system hormonal ini
mempengaruhi segenap konstitusi psiko-fisiologik sehingga berlangsung proses
kemunduruan yang progresif. Karena itu periode klimakterium atau menopause disebut
“periode krisis” karena perubahan dan kemunduran yang terjadi mengakibatkan krisis-krisis
dal kehidupan psikis pribadi seseorang.

Menurut Helena (1973), klimakterium ini diawali dengan satu fase pendahuluan atau fase
preliminer yang menandai satu proses “pengahiran”. Munculah tanda-tanda abtara lain :
1. Menstruasi menjadi tidak lancer atau tidak teratur, datang dalam interval waktu yang lebih
lambat atau lebih awal.
2. Haid yang keluar banyak sekali, atau malah sedikit sekali.
3. Muncul gangguan vasotoris berupa penyempitan atau pelebaran pembuluh darah.
4. Merasa pusing-pusing, sakit kepala terus menerus.
5. Berkeringat terus-terusan.
6. Neuralgia atau nyeri syaraf terus-terusan.

Semua gejala ini adalah fenomena klimakteris, akibat perubahan fungsi kelenjar hormonal.
Terjadi pula erosi kehidupan spikis, sehingga terjadilah krisis yang terwujud dalam gejala-
gejala psikologis seperti : depresi (kemurungan), mudah tersinggung dan meledak marah,
banyak kecemasan, sulit tidur, sukar tidur karena bingung dan gelisah. Gejala-gejala ini dapat
dianggap sebagai “jeritan minta tolong” agar wanita tersebut masih diperbolehkan
meneruskan aktivitasnya.

Klimakterium dapat dibagi menjdi dua tahap, yaitu :


1. Tahun-tahun dimana menstruasi sudah tidak teratur, sering terganggu, atau terhenti sama
sekali , namun organ endrokrin seksual masih terus berfungsi.
2. Tahap kedua adalah berhentinya secara definitif organ pembentuk sel telur. Berhentinya
lembaga kehidupan.

Tahap pertama disebut masa pra-klimakteris, biasanya dibarengi aktivitas-aktivitas pra-


klimakteris. Ditandai dengan gejala meningkatnya nafsu hubungan sesual. Sekaligus muncul
kegairahan berjuang yang menyala-nyala seperti dimasa puber. Karena itu dimasa ini sering
timbul tingkah laku yang aneh-aneh, atau tidak sesuai dengan atribut ketuaan. Masa pra-
klimakteris ini mirip sekali dengan masa pubertas, karena itu disebut pubertas kedua. Sedang
periode klimakterium sendiri banyak kemiripannya dengan periode pubertas . Tingkah laku
orang pada periode ini sering lucu, aneh-aneh, janggal atau tidak pada tempatnya. Misalnya
wanita kaya dan gemuk memakai rok mini atau rok panjang merah belah pinggir tinggi.
Tingkah laku yang ”berlebihan” tersebut bermaksud untuk :
1) Mengingkari ketuaannya dan ingin mengulangi kembali pola kebiasaan di masa muda.
2) Menimbuni dirinya dengan pakaian dan perhiasan warna-warni serta macam-macam bahan
kosmetik, agar kelihatan masih ”remaja”.

Kemunduran aktivitas organ endrokrin menyebabkan lapisan lemak dibawah kulit jadi
menebal, kulit kehilangan gaya regangnya jadi mengeriput. Tidak hanya pada segi jasmani
saja terjadi kemunduran, tapi juga fungsi-fungsi psikis dan kepribadian, seperti daya pikir,
daya ingat, vitalitas, pendengaran, penglihatan, toleransi terhadap stres, dll.
BEBERAPA GANGGUAN PADA PERIODE KLIMAKTERIUM
Seperti juga pada usia pubertas , pada periode klimakterium ini sering terjadi gangguan
lambung dan alat pencernaan, kepekaan kelenjar gondok (hyperthyroidisme), gangguan
pigmentasi kulit, gangguan penyempitan/ pelebaran pembuluh darah, dermatis (eksim),dll.

Stressor psikososial yang dialami wanita masa ini :


• Takut kehilangan fungsi dan ekssistensi sebagai wanita
• Kehilangan gairah dan menurunnya fungsi seksual
• Takut tidak bisa memuaskan atau melayani suami
• Takut kehilangan kasih sayang atau suami mencari wanita lain
• Kehilangan kepercayaan diri dan rendah diri
• Tidakbisa tampil baik mendampingi suami yang meningkat kariernya
• Minder ketemu orang, cenderung ingin dirumah saja
• Ingin mengingkari dan memprotes proses biologis yang mengarah pada ketuaan
• Terlampau mendramatisir proses ketuaan
• Merasa hidupnya kini tak mengandung harapan dan dilupakan orang
• Kemunduran biologis dirasakan sebagai mendekatnya kematian, sehingga tak ada gunanya
lagi terus hidup

Stressor yang bersifat ”kehilangan” dan ”tidak berguna lagi” akan menimbulkan gangguan
depresi, yang bisa bertaraf sedang sampai berat dengan gejala : murung atau sedih
berkepanjangan, merasa hancur, putus asa, tak bergairah, merasa tidak tertolong lagi,
nihilistik, lungrah/berat di pagi hari, nafsu makan kurang, terbangun 2 jam lebih awal tak bisa
tidur lagi, rendah diri dan menarik diri, tak bisa menikmati hidup (anhedonia), tak bergairah
hidup, mudah curiga dan mudah tersinggung.

Stressor ini bisa dipersepsi pula sebagai ”akan hilang” atau ”takut kehilangan” dan ini akan
menimbulkan anxietas, atau gangguan cemas menyeluruh, yang ditandai dengan gejala-gejala
was-was terus akan terjadi musibah, tegang, berdebar-debar, berkeringat banyak, tangan kaki
dingin-dingin, mual-mual, kerongkongan seperti tersumbat, gemetaran, lemas, selalu ingin
kencing, sakit perut terus-terusan, sulit tidur dan mimpi-mimpi buruk. Depresi dan
kecemasan ini bisa berlangsung berbulan-bulan, dan akan bisa mereda sendiri bila individu
telah mencapai taraf adaptasi baru, yaitu sebagai wanita yang telah menopause.

Jika pada usia pubertas sudah pernah muncul predisposisipsikosomatik, gangguan


kepribadian dan nafsu petualangan, atau kecenderungan histeris, maka pada usia klimakteris
ini predisposisi itu dapat muncul kembali. Biasanya dalam bentuk ide-ide delirius (tidak
realistis). Ada kalanya juga timbul semacam kegairahan seksual yang luar biasa. Banyak
wanita yang dulu selama periode produktif dingin secara seksual, pada masa klimakteris
malah menjadi mengebu-gebu. Tapi ada pula wanita yang selama periode produktif memiliki
seksualitas yang normal, pada usia klimakteris mengaji dingin –beku secara seksual.

Semua gejala yang mengganggu itu pada umumnya diiringi suasana hati yang cepat berubah-
ubah. Ia menjadi sangat sulit, banyak menuntut, rewel, gelisah, cerewet, jorok, tidak
bertanggung jawab, egosentris, arogan, dan menjadi beban sosial di sekelilingnya. Hubungan
sosial wanita-wanita klimakteris seringkali juga mengalami perubahan. Persahabatan yang
dulunya harmonis, menjadi retak berantakan oleh rasa iri hati, cemburu, ketakutan-ketakutan
atau panik tanpa sebab yang jelas. Wanita-wanita itu suka mencari setori, menggugah
pertengkaran dimana-mana sehingga relasi sosial menjadi patologik sifatnya. Ada kalanya
terjadi ledakan-ledakan emosional yang paranoid sifatnya, sebagai produk dari semakin
intensifnya konflik-konflik intrapsikis pada periode klimakterium.

Muncul pendapat bahwa sekalipun proses strerilitas pada masa klimakteris sudah
berlangsung, rupanya wanita tersebut dengan gigih ingin mempertahankan kapasitas
reproduksi dan ”kemudaannya”. Mose-mode terbaru , alat kosmetik dan bedah plastik yang
mahal serta kekayaan nempaknya banyak mendorong wanita-wanita setengah tua ini
bertingkah laku seperti seperti anak puber. Delusi-diri ( citra diri yang distortif) yang narsistis
seakan-akan ingin menampilkan ”keremajaan diri”nya. Sikap memberontak terhadap proses
ketuaan membuat diri menjadi naif dan lupa daratan.

Pada masa klimakterium, tendensi-tendensi feminitas yang selama ini ditekan kuat, mulai
menampilkan ”haknya”. Terjadilah konflik batin antara tendensi feminitas melawan
kecenderungan maskulinitas. Jika pertentangan ini semasa kehidupan purbertas dan produktif
tersublimasikan dengan baik, pada masa klimakterium sering gagal. Wanita tersebut sering
sakit-sakitan karena berkurangnya daya tahan terhadap konflik, sedang katahanan fisik dan
psikis menurun.

PERIODE KLIMAKTERIUM PADA PRIA

Pada pria periode ini adalah masa transisi dari dewasa ke tua dimana produksi hormon
testoterum mulai menurun, tetapi sulit untuk memperkirakan secara tepat kapan sebenarnnya
produksinya benar-benar telah mulai menurun. Menurut Bowskill & Linacre (1978) yang
dimaksud dengan klimakterium adalah masa dimana gejala-gejala klimakterium terjadi dan
juga dimana terjadi perubahan penyesuaian intelektual dan emosional dari maturitas ke usia
lanjut. Pada banyak pria mulai ada reaksi neurotik seperti impotensi dan gangguan subyektif
yang semuanya tidak bisa diobati dengan androgen.

Kebanyakan pria menjali masa transisi ini tidak karena kekurangan hormon, perubahan yang
utama adalah pengaruh kebiasaan berpikirnya yaitu khawatir tentang ambisi yang tidak bisa
dicapainya, khawatir tentang hasrat seksualnya yang menurun dan khawatir tentang istri
mereka yang menopause. Menurut Hurlock (1980) masa ini adalah masa transisi, masa
penyesuaian kembali, masa equilibrium-disequilibrium. Masa yang ditakuti karena mendekati
masa tua. Nama untuk masa ini cukup banyak, antara lain usia pertengahan, paruh baya,
dewasa madya, male-menopause, tahap varilitas, dan menut istilah awam masa ”puber
kedua” atau ”remaja ke dua”.

Batasan umur masa ini juga bervariasi antara 40 -65 tahun, atau menurut Montgomery masa
ini terjadi pada usia sekitar 55 – 65 tahun, jarang pada usia yang lebih muda. Sedang menurut
Rumke kurang lebih berkisar antara 40 – 55 tahun. Pada hakekatnya periode ini merupakan
masa krisis kejiwaan yang disebabkan adanya peralihan dari periode dewasa yang penuh
kemantapan (dalam pekerjaan, kedudukan, kesehatan, ekonomi, kehidupan keluarga) ke
periode tua yang serba tidak jelas, meragukan, dan kadang mengerikan (menghadapi pensiun,
anak-anak mulai dewasa dan meninggalkan orang tua, mulai sakit-sakitan, dsb).

Gejala-gejala yang mungkin terjadi pada pria dalam masa ini :


1. Vasomotor : hot flushes, kedingan , berkeringat, berdebar-debar, denyut nadi bertambah,
nyeri kepala.
2. Psikis : gelisah, mudah marah, insomnia, depresi, rendah diri, tendensi antisosial, mudah
menangis, keinginan bunuh diri, anorexia.
3. Konstitusi : lekas capai, nyeri otot, kejang otot, arthralgia, mual muntah, nyeri perut,
konstipasi, berat badan menurun.
4. Saluran kencing : kekuatan dan besar pancaran berkurang.
5. Seksual : berkurang libido.

Gejala-gejala yang sering terjadi adalah depresi, impotensi dan libido menurun. Sebagai
akibat dari penolakan masa tua ini, mungkin mereka akan malakuakan perbuatan/perilaku
antara lain :

• Menjadi lebih senang berdandan (pesolek, mematut-matut diri)


• Suka mengagumi diri sendiri
• Minta banyak perhatian dan dukungan orang-orang sekitarnya
• Ingin membuktikan kejantananya (pada wanita-wanita lain)

PENATALAKSANAAN DISTREESS MENOPAUSE


Psikoterapi individual dan terapi kelompok

Psikoterapi individual analistis-supportif dikerjakan supaya wanita bisa mengeluarkan


seluruh konflik-konfliknya di masa krisis menopause, untuk meredakan ketegangan-
kecemasan, bisa memandang problem-problemnya sendiri, dan bisa menerima keadaan
alamiahnya. Terapi kolompok dilaksanakan dimana sekelompok wanita dengan problem yang
sama bisa saling berdiskusi dan berbagi rasa, dipandu oleh seorang terapis
(psikolog/psikiater).

Tujuan utama penatalaksanaan ini pada prinsipnya \, adalah :


• Upaya regisnasi, yang berarti sumeleh, pasrah, sumarah, tawakal, yang merupakan cara
menghadapi krisis klimakterium tanpa proses dan kecemasan/ketegangan.
• Upaya penyadaran untuk mau dan mampu menerima kondisi alamiah menopause sebagai
hal yang harus dialami setiap insan wanita
• Supaya wanita bisa melihat segi-segi positif kehidupannya, dan mengapresiasi nilai-nilai
positif pengalaman hidupnya sampai saat itu.
• Meningkatkan maturitas (kematangan) kepribadian, untuk mampu mengendalikan diri,
mampu mengatasi gangguan-gangguan fisik dan psikis yang muncul dengan menyalurkan
keresahan batin pada tidakan-tindakan intelektual produktif dan kreatif,

Terapi organobiologik-medikamentosa

Bila diperlukan untuk menetralisir depresi dan kecemasan secara cepat, obat-obat psikotropik
antridepresan dan anti cemas (anxiolitik) bisa diberikan dalam 2 minggu sampai 3 bulan,
dengan dosis semakin diturunkan. Diharapkan setelah itu wanita bisa bereaksi secara normal
dalam kehidupan keseharian dan menjalani masa klimakteriumnya secara wajar dan nyaman.

Terapi hormonal bisa diberikan oleh dokter spesialis kandungan/ kebidanan, berupa
Oestrogen Cream untuk membasahi mukosa vagina yang kering sehingga tidak nyeri dalam
hubungan seksual, bisa pula diberikan hormon stimulan.

Mencegah Distress Menopause secara pribadi dalam keluarga

1. Menyadari sepenuhnya dan bisa menerima dengan ikhlas menopause/klimakterium sebagai


hal alamiah yang harus dialami setiap manusia.
2. Penyesuaian diri yang sebaik-baiknya masa klimakterium dan masa mulai tua.
3. Dialog penuh pengertian suami- istri tentang masa klimakterium dan masa tua sehat lahir –
batin.
4. Mempertahankan tetap berlangsungnya hubungan suami istri sesuai usia agar tetap
harmonis.
5. Menjaga kesehatan, kondisi fisik yang prima sesuai usia, senam kebugaran, olah raga
untuk dewasa madya dan lansia.
6. Menyalurkan konflik intrapsikis dalam berbagai kegiatan sosial dan intelektual, aktif
dalam organisasi sosial, terjun dibidang politik, dll.
7. Menyadari sudah bebas dari kehamilan dan mengasuh balita, bisa menggali kembali
interest dan bakat artistik di masa muda, seperti melukis, foto grafi, menulis
cerpen/novel/puisi, main musik, paduan suara, desain dan menjahit, ketering/masak-
memasak/, home handicraft, membaca buku filsafat/ kebudayaan,keagamaan.
8. Karena Freud memandang pubertassebagai ”edisi ketiga dari periode infantil”, maka pada
masa ini hubungan keakraban dengan anak-anak yang sudah dewasa ditingkatkan dan
kelahiran cucu-cucu disambut dengan penuh kegembiraan.
9. Menjaga perawatan diri supaya meski mulai menua tetap tampil anggun dan cantik untuk
menjaga kepercayaan diri.
10. Penghayatan keagamaan dengan kepasrahan diri pada Tuhan, atau dengan falsafah jawa :
rilo, sabar, narima, andhap-asor, dan prasaja untuk menghilangkan depresi karena
menopause/klimakterium.

Anda mungkin juga menyukai