Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUTORIAL SGD 2

“GIGI KU PATAH KARENA KECELAKAAN”

Dosen Pembimbing Tutorial :


Drg. Budiono, M.Pd
Disusun oleh:
1. Zulfah Aghnia Hurin(Moderator) J2A016045
2. Emilia Nurul S (Scriber Ketik) J2A016039
3. Dewi Yunita Sari (Scriber Tulis) J2A016046
4. Lukman Sikha P J2A016016
5. Isnaini Indana Z J2A016017
6. Widi Rabiulsani K J2A016019
7. Kurnia Bagas Triwibowo J2A014029
8. Dyah Nur Fitria Munawaroh J2A016038
9. Satriyo Atmojo P J2A016040
10. Elrizkha Adinda A J2A016043
11. Maghfira Sekar A.D J2A016048
12. Yusril Akhmad D J2A016049
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan laporan scenario yang berjudul “Gigi ku patah karena kecelakaan
”.
Laporan scenario ini kami susun karena merupakan sebagian tugas yang telat diberikan
dan pada kesempatan ini kami ucapkan terimakasih kepada beberapa pihak dan drg. Budiono,
M.Pd selaku dosen tutorial blok 20 yang senantiasa membantu dan membimbing dalam
pembuatan laporan scenario ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini pula kami susun untuk memperluas dan menambah wawasan para pembaca
khususnya mahasiwa. Untuk menunjang pemahaman dan melatih ketrampilan mahasiwa,
kami lampirkan beberapa jurnal dan buku. Dalam pembuatan laporan ini telah disadari
terdapat beberapa kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami
mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menyampaikan saran dan kritik guna
penyempurnaan laporan tutorial ini.

Semarang, 10 november 2019

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ……………………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..3

BAB I ……………………………………………………………………………………5

PENDAHULUAN ………………………………………………………………………5

Latar Belakang ………………………………………………………………………….5

Rumusan Masalah……… ……….. …………………………………………………….6

Tujuan……………………..……………………………………………………………6

BAB II……………………………………………………………………………………7

TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………………………8

Fraktur Gigi……………………………………………………………………….8

Definisi……………………………………………………………………………8

Klasifikasi Fraktur Gigi…………………………………………………………..8

Pulpitis Irreversibel ………………………………………………………………9

BAB III……….………..………………………………………………………………..10

PEMBAHASAN…………………………………………………………………………10

Klasifikasi dari fraktur ……………………………………………………………………..11

Faktor predisposisi fraktur………………………………………………………………….12

Patofisiologi pulpitis ireversibel e.c fraktur………………………………………………...13

Control of pain pada kasus scenario………………………………………………………...14

Hadist ……………………………………………………………………………………….15

BAB IV …………………………………………………………………………………..16

PENUTUP……………………………………………………………………………. ….16

Kesimpulan……………………………………………………………………….16

Saran………………………………………………………………………………16

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gigi mempunyai 4 fungsi pokok yaitu: (1) fungsi mastikasi, (2) fungsi estetik, (3) fungsi
bicara, (4) fungsi perlindungan terhadap jaringan pendukungnya. Keempat fungsi tersebut
dapat optimal apabila gigi dalam kondisi normal dan oklusi yang baik. Trauma pada wajah
atau kepala seringkali diikuti oleh trauma pada gigi. Trauma yang terjadi pada gigi dapat
menimbulkan berbagai akibat pada gigi tergantung derajat keparahan trauma. Akibat yang
terjadi dapat berupa infraksi korona, fraktur korona tanpa komplikasi, fraktur korona dengan
komplikasi, fraktur korona akar, fraktur akar, luksasi, hingga avulsi gigi. Bila mahkota atau
akar mengalami fraktur, dapat terjadi beberapa kemungkinan yaitu pulpa dapat sembuh dan
tetap vital, dapat segera mati, atau dapat mengalami degenerasi progresif dan akhirnya mati.
Fraktur Ellis Kelas III merupakan fraktur dengan pulpa terbuka. (Pary & Kristanti, 2015)

Fraktur gigi adalah suatu kondisi gigi geligi yang memperlihatkan hilangnya atau
lepasnya fragmen dari suatu gigi utuh. Fraktur gigi merupakan salah satu dari penyebab
utama kerusakan pada gigi setelah karies dan penyakit jaringan periodontal. Gigi retak atau
fraktur dapat menyebabkan rasa nyeri dengan intensitas yang bervariasi. Rasa sakit yang
terus menurus pada saat digunakan merupakan keluhan yang paling sering terjadi, selain ini
gejala yang sering timbul berupa ketidaknyamanan. Fraktur gigi dapat terjadi secara
horizontal maupun vertical. (Fauziah & Soenawan, 2013)

Trauma pada gigi dapat juga menyebabkan cedera pulpa, dengan atau tanpa kerusakan
mahkota atau akar, dan hilangnya perlekatan antara gigi dengan soketnya,dalam hal ini bias
terjadi fraktur gigi. Bila mahkota atau akar mengalami fraktur ,pulpa dapat tetap dalam
kondisi vital diikuti dengan degenerasi progresif dan akhirnya nekrosis. (Marisa Edyans,
2006). Trauma pada wajah atau kepala seringkali diikuti pleh trauma pada gigi. Trauma yang
terjadi pada gigi dapat menimbulkan berbagai akibat pada gigi tergantung derajat keparahan
trauma. Akibat yang terjadi dapat berupa infraksi korona,fraktur korona, dengan
komplikasi,fraktur korona akar, fraktur akar ,luksasi,hingga avulsi gigi. (Marisa Edyans,
2006)

4
Gigi yang sering mengalami kerusakan akibat fraktur adalah gigi incisivus rahang atas.
Fraktur mahkota dan fraktur mahkota akar merupakan hal yang sering terjadi dati kasus
cedera gigi. Fraktur mahkota menunjukkan 26-76% dari seluruh factor gigi, sedangkan
fraktur mahkota-akar hanya 0,3 -5%. faktur yang melibatkan pulpa, diindikasikan untuk
perawatan endodontik.perawatan definitive seperti pin retaned amalgam, bonded amalgam,
bonded komposit, restorasi overlay dan mahkota penuh. Gigi yang mengalami fraktur gigi
yang luas disertai pulpa terbuka memerlukan perawatan saluran akar dan restorasi yang
diperkuat dengan inti pasak. Perawatan saluran akar (PSA) dapat dilakukan dengan satu
kunjungan maupun beberapa kali kunjungan. PSA satu kunjungan memberikan beberapa
keuntungan antara lain mengurangi resiko kontaminasi mikroorganisme dalam saluran akar
di antara waktu kunjungan dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk perawatan.
(Priyatama, Rahajoe, & Rahardjo, 2015)

5
SKENARIO 1

“GIGIKU PATAH KARENA KECELAKAAN”

Seorang pasien laki-laki berusia 35 tahun datang ke RSGM dengan keluhan gigi depan atas
sakit pasca kecelakaan kemarin. Nyeri terasa meningkat sehingga sulit tidur. Sebelumnya
pasien telah mengonsumsi obat pereda nyeri namun sakit tidak mereda dan sulit umtuk tidur
dan makan. Pasien ingin dilakukan perawatan agar giginya tidak sakit dan dapat berfungsi
seperti sebelumnya.

EO= tidak ada kelainan

IO= fraktur enamel dentin dan ruang pulpa, perkusi(+), druk (+), tes vitalitas : CE (+) EPT
skor 2, gingivak sekitar gigi normal tidak ada pembengkakan

Penunjang: tidak dilakukan radiografi

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan scenario kasus serta latar belakang yang telah diuraikan
sebelumnya,maka terdapat beberapa permasalahan pokok dalam penulisan laporan
ini:
1. Apa saja klasifikasi dari fraktur?
2. Apa saja faktor predisposisi fraktur?
3. Jelaskan patofisiologi pulpitis ireversibel e.c fraktur!
4. Bagaimana control of pain pada kasus scenario?
5. Hadist
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan klasifikasi dari fraktur
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan apa saja faktor predisposisi fraktur
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan patofisiologi pulpitis irreversibel
e.c fraktur
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan control of pain kasus skenario

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fraktur Gigi

Definisi

Fraktur gigi merupakan salah satu dari penyebab utama kerusakan pada gigi setelah karies
dan penyakit jaringan periodontal. Fraktur gigi adalah suatu kondisi gigi geligi yang
memperlihatkan hilangnya atau lepasnya fragmen dari suatu gigi utuh. Kondisi ini biasanya
disebabkan oleh trauma pada bagian wajah atau gigi geligi seperti olahraga yang melakukan
kontak fisik atau terlibat dalam kecelakan mobil Fraktur gigi merupakan salah satu dari
penyebab utama kerusakan pada gigi setelah karies dan penyakit jaringan periodontal.
Fraktur gigi adalah suatu kondisi gigi geligi yang memperlihatkan hilangnya atau lepasnya
fragmen dari suatu gigi utuh. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh trauma pada bagian wajah
atau gigi geligi seperti olahraga yang melakukan kontak fisik atau terlibat dalam kecelakan
mobil.

B. Klasifikasi Fraktur Gigi

Klasifikasi Menurut Ellis dan Davey (1970) menyusun klasifikasi fraktur pada gigi anterior
menurut banyaknya struktur gigi yang terlibat,yaitu :

a. Kelas 1: fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan email. Ini adalah
fraktur relatif tidak berbahaya melibatkan terluar permukaan gigi. Hal ini biasanya
tidak menimbulkan rasa sakit
b. Kelas 2: fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan dentin tetapi
belum melibatkan pulpa.fraktur ini menembus lapisan kedua gigi yang cenderung
sensitif terhadap suhu panas atau dingin.
c. Kelas 3 : fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan menyebabkan
terbukanya pulpa
d. Kelas 4: fraktur pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan atau
tanpa kehilangan struktur mahkota
e. Kelas 5: fraktur pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi
f. Kelas 6: fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota
g. Kelas 7: fraktur pada gigi yang menyebabkan perubahan posisi atau displacement
gigi.
h. Kelas 8 : kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi sulung.

7
Menurut Ellis dan Davey (1970) menyusun klasifikasi fraktur pada gigi anterior menurut
banyaknya struktur gigi yang terlibat :

a. Kelas I  fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan email. Hal ini
biasanya tidak menimbulkan rasa sakit
b. Kelas II  fraktur mahkota yang lebih luas telah melibatkan jaringan dentin tetapi
belum melibatkan pulpa. Cenderung sensitive terhadap suhu panas / dingin
c. Kelas III  fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan menyebabkan
terbukanya pulpa
d. Kelas IV  fraktur pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan /
tanpa kehilangan struktur mahkota
e. Kelas V  fraktur pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi / avulsi
f. Kelas VI  fraktur akar dengan / tanpa kehilangan struktur mahkota
g. Kelas VII  fraktur pada gigi yang menyebabkan perubahan posisi / displacement
gigi
h. Kelas VIII  kerusakan gigi akibat trauma / benturan pada gigi sulung

C. Pulpitis irreversibel
a. Pulpitis irreversibel merupakan perkembangan dari pulpitis reversibel. Kerusakan
pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif,
terganggunya aliran darah pada pulpa akibat trauma, dan pergerakan gigi dalam
perawatan ortodonsi dapat menyebabkan pulpitis irreversibel. Pulpitis irreversibel
merupakan inflamasi parah yang tidak akan dapat pulih walaupun penyebabnya
dihilangkan. Nyeri pulpitis irreversibel dapat berupa nyeri tajam, tumpul, lokal, atau
difus dan berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam. Aplikasi stimulus
eksternal seperti termal dapat mengakibatkan nyeri berkepanjangan. Jika inflamasi
hanya terbatas pada jaringan pulpa dan tidak menjalar ke periapikal, respon gigi
terhadap tes palpasi dan perkusi berada dalam batas normal.

8
BAB III

PEMBAHASAN

Trauma

Pemeriksaan objektif ,subyektif,radiolografi

Gejala Klinis

Diagnosis (pulpitis irreversible ed causa


fraktur ellis keas 3

Rencana perawatan

Perawatan Pendahuluan (PSA)

Perawatan restorasi (PFM Crown)

Prognosis

KIE Pasien

9
1. Apa saja klasifikasi dari fraktur?

Menurut Ellis dan Davey (1970) menyusun klasifikasi fraktur pada gigi anterior menurut
banyaknya struktur gigi yang terlibat :

i. Kelas I  fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan email. Hal ini
biasanya tidak menimbulkan rasa sakit
j. Kelas II  fraktur mahkota yang lebih luas telah melibatkan jaringan dentin tetapi
belum melibatkan pulpa. Cenderung sensitive terhadap suhu panas / dingin
k. Kelas III  fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan menyebabkan
terbukanya pulpa
l. Kelas IV  fraktur pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan /
tanpa kehilangan struktur mahkota
m. Kelas V  fraktur pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi / avulsi
n. Kelas VI  fraktur akar dengan / tanpa kehilangan struktur mahkota
o. Kelas VII  fraktur pada gigi yang menyebabkan perubahan posisi / displacement
gigi
p. Kelas VIII  kerusakan gigi akibat trauma / benturan pada gigi sulung

Organisasi Kesehatan Dunia WHO (1978) memakai klasifikasi dengan nomor kode yang
sesuai dengan ICD (International Classification of Diseases), sebagai berikut:

a. 873.60: Fraktur email. Meliputi hanya email dan mencakup gumpilnya email, fraktur
tidak menyeluruh atau retak pada email.
b. 873.61: Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin tanpa
c. terbukanya pulpa. Fraktur sederhana yang mengenai email dan dentin, pulpa tidak
terbuka.
d. 873.62: Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa. Fraktur yang rumit yang
mengenai email dan dentin dengan disertai pulpa yang terbuka.

10
e. 873.63: Fraktur akar. Fraktur akar yang hanya mengenai sementum, dentin, dan
pulpa. Juga disebut fraktur akar horizontal.
f. 873.64: Fraktur mahkota-akar. Fraktur gigi yang mengenai email, dentin, dan
sementum akar. Bisa disertai atau tidak dengan terbukanya pulpa.
g. 873.66: Luksasi. Pergeseran gigi, mencangkup konkusi (concussion), subluksasi,
luksasi lateral, luksasi ekstruksi, dan luksasi intrusi.
h. 873.67: Intrusi atau ekstrusi.
i. 873.68: Avulsi. Pergeseran gigi secara menyeluruh dan keluar dari soketnya.
j. 873.69: Injuri lain, seperti laserasi jaringan lunak

Klasifikasi menurut Andreasen (1981). Injuries to the hard dental tissues and pulp.

1. Crown infarction N873.60. An incomplete fracture (crack) of the enamel without loss
of the tooth substance.

2. Uncomplicated crown fracture. A fracture contained to the enamel (N 873) or


involving enamel and dentin, but not exposing the pulp (N 873.61)

3. Complicated crown fracture N873.62. A fracture involving enamel and dentin and
exposing the pulp.

4. Uncomplicated crown root fracture. N873.64. A fracture involving enamel, dentin and
cementum but not involving the pulp.

5. Complicated crown root fracture N873.64. A fracture involving enamel, dentin and
cementum and exposing pulp.

6. Root fracture N873. A fracture involving dentin, cementum and the pulp.

2. Apa saja faktor predisposisi fraktur?

Beberapa faktor predisposisi fraktur gigi anterior :

 Posisi dan keadaan gigi tertentu misalnya kelainan dentofasial seperti maloklusi kelas
I tipe 2, kelas II divisi 1 / yang mengalami overjet ≥3mm

 Keadaan yang memperlemah gigi seperti hypoplasia email, kelompok anak penderita
cerebral palsy, dan anak dengan kebiasaan mengisap ibu jari yang menyebabkan gigi
anterior protrusif

11
Ada pula faktor predisposisi fraktur menuru (Fauziah, Eva; PERAWATAN FRAKTUR KELAS TIGA
ELLIS PADA GIGI TETAP INSISIF SENTRAL ATAS ; Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia; Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15 (2):169-174; ISSN
1693-9697) yaitu :

a. Bad habbit
b. Kehilangan sebagian besar struktur gigi
c. Suhu ekstrim
d. Gigi pasca perawatan endodontic
e. Penyebab dari trauma itu sendiri dapat terjadi langsung atau tidak langsung. Dan
didukung oleh faktor predisposisi yang meliputi
f. faktor eksternal, karena adanya trauma.
g. faktor internal, karena posisi gigi anterior yang protusif

3. Jelaskan patofisiologi pulpitis ireversibel e.c fraktur!

b. Pulpitis irreversibel merupakan perkembangan dari pulpitis reversibel. Kerusakan


pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif,
terganggunya aliran darah pada pulpa akibat trauma, dan pergerakan gigi dalam
perawatan ortodonsi dapat menyebabkan pulpitis irreversibel. Pulpitis irreversibel
merupakan inflamasi parah yang tidak akan dapat pulih walaupun penyebabnya
dihilangkan. Nyeri pulpitis irreversibel dapat berupa nyeri tajam, tumpul, lokal, atau
difus dan berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam. Aplikasi stimulus
eksternal seperti termal dapat mengakibatkan nyeri berkepanjangan. Jika inflamasi

12
hanya terbatas pada jaringan pulpa dan tidak menjalar ke periapikal, respon gigi
terhadap tes palpasi dan perkusi berada dalam batas normal.

c. Secara klinis, pulpitis irreversibel dapat bersifat simtomatik dan asimtomatik. Pulpitis
irreversibel simtomatik merupakan salah satu jenis pulpitis irreversibel yang ditandai
dengan rasa nyeri spontan. Spontan berarti bahwa stimulus tidak jelas. Nyeri spontan
terus menerus dapat dipengaruhi dari perubahan posisi tubuh. Pulpitis irreversibel
simtomatik yang tidak diobati dapat bertahan atau mereda jika sirkulasi dibuat untuk
eksudat inflamasi. Sedangkan pulpitis irreversibel asimtomatik merupakan tipe lain
dari pulpitis irreversible dimana eksudat inflamasi yang dengan cepat dihilangkan.
Pulpitis irreversibel asimtomatik yang berkembang biasanya disebabkan oleh paparan
karies yang besar atau oleh trauma sebelumnya yang mengakibatkan rasa sakit dalam
durasi yang lama.

4. Bagaimana control of pain pada kasus scenario?

Penatalaksanaan Pulpitis Ireversibel Akut Gigi dengan diagnosis pulpitis ireversibel akut
sangat responsif terhadap rangsang dingin, rasa sakit berlangsung bermenit-menit sampai
berjam-jam, kadangkadang rasa sakit timbul spontan, mengganggu tidur atau timbul bila
membungkuk. Perawatan darurat yang lebih baik dilakukan adalah pulpektomi daripada
terapi paliatif untuk meringankan rasa sakit. Tehnik pulpektomi.

a. Dengan anestesi. Anestesi yang dilakukan adalah infiltrasi pada bagian labial gigi 21
dan intrapulpa setelah anestesi infiltrasi bekerja,

b. Asepsis : segala usaha yang dapat dilakukan untuk meniadakan mikroorganisme


pathogen yang dapat menyebar ke dalam apeks, jaringan periradikuler, jaringan
periodontal. Asepsis dapat dilakukan dengan penggunaan rubber dam yang dapat
melindungi gigi yang sedang dirawat dari saliva yang memungkinkan membawa
mikroorganisme pathogen, penggunaan desinfektan pada gigi, pembuangan jaringan,
dan irigasi dengan H2O2.

c. Preparasi saluran akar dan irigasi saluran akar dengan NaCl / H2O2. preparasi
berfungsi untuk membuang jaringan keras yang mengandung bakteri dan menyisakan
jaringan keras yang sehat. Tujuannya adalah untuk menghilangkan hambatan pada
saluran akar yang kecil.

13
5. Hadist

diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma beliau berkata:

1. ْ ‫َة ِم‬
ِ‫ن‬ ُِ ‫شم‬ ِ ‫س َت ْو‬ ْ ‫َة و‬
ُ ‫َال‬
ْ ‫م‬ ُِ ‫شم‬ ْ ‫َة و‬
ِ ‫َالوَا‬ ُِ ‫َمص‬ ْ ‫َة و‬
ُ ‫َال‬
ِ ‫م َتن‬ ُِ ‫ة وَال َّنا ِمص‬
ُِ َ‫صل‬
ِ ‫س َت ْو‬ ْ ‫ة و‬
ُ ‫َال‬
ْ ‫م‬ ُِ َ‫صل‬ ِِ ‫لُ ِع َن‬
ِ ‫ت ْالوَا‬
.ِ‫َغ ْي ِِر دَاء‬
"Dilaknat: wanita yang menyambung rambut dan yang minta disambungkan
rambutnya, wanita yang mencukur alis dan yang dicukur alisnya dan wanita
yang mentato dan yang minta ditato, jika tidak ada penyakit”4.
Hadits ini menunjukkan bahwa hal-hal tersebut jika dilakukan karena adanya
penyakit, maka hukumnya diperbolehkan, seperti seseorang yang memiliki
penyakit kulit di alisnya dan mengharuskan untuk mencukur alisnya agar bisa
sembuh, maka tidak mengapa dia melakukannya.
Ada jenis mengubah ciptaan Allah yang disyariatkan untuk diubah, dan itu
disyariatkan di dalam syariat kita, seperti: memendekkan kumis, mencabut
bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, berkhitan (sunat) bagi laki-laki dan
perempuan dan memotong kuku. Hal-hal tersebut diperintahkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fraktur gigi merupakan penyebab utama kerusakan pada gigi setelah karies dan penyakit
periodontal. Fraktur gigi diklasifikasikan beberapa yaitu: Ellis dan davey (1970),
klasifikasikan dengan nomor kode yang sesuai dengan ICD (internasional Classification of
Disease), Klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health Organization(WHO) dalam
Application of International Classification of Diseases to Dentistry and Stomatology
diterapkan baik gigi sulung dan gigi tetap, yang meliputi jaringan keras gigi, jaringan
pendukung gigi dan jaringan lunak rongga mulut. Penggantian yang sesuai dengan anatomi
gigi yang patah ketika kecelakaan. dengan fraktur ellis kelas 3 dengan perawatan
pendahuluan dengan perawatan saluran akar terlebih dahulu. Lalu dengan restorasi akhir
menggunakan PFM (Porcelain fused to metal), dengan prognosis gigi yang mengalami
pulpitis irreversible et causa fraktur ellis kelas 3 dan mempunyai keberhasilan 80% setelah
dilakukan restorasi.

B. Saran
1. Mahasiswa harus lebih serius dalam tutorial
2. Mahasiswa menyiapkan materi sebelum dilakukan kegiatan tutorial
3. Mahasiswa lebih aktif berpendapat dalam diskusi tutorial

15
DAFTAR PUSTAKA

Fauziah, E., & Soenawan, H. (2013). Perawatan Fraktur Kelas Tiga Ellis pada Gigi Tetap
Insisif Sentral Atas. Journal of Dentistry Indonesia, 15(2), 169–174.
https://doi.org/10.14693/jdi.v15i2.75

Marisa Edyans, E. S. (2006). Perawatan Fraktur Ellis Kelas Ii Akibat Trauma Gigi Insisif
Sentral Atas Permanen. PERAWATAN FRAKTUR ELLIS KELAS II AKIBAT TRAUMA
PADA GIGI INSISIF SENTRAL ATAS PERMANEN ANAK LAKI.LAKI USIA 9 TAIIUN.

Pary, F. C., & Kristanti, Y. (2015). Perawatan Gigi Insisivus Lateralis Kanan Maksila Fraktur
Ellis Kelas III. Majalah Kedokteran Gigi Klinik, 1(2), 155.
https://doi.org/10.22146/mkgk.11988

Priyatama, A., Rahajoe, P. S., & Rahardjo, R. (2015). Intrusi Berat dengan Keterlibatan
Multipel Gigi Insisivus Maksila akibat Trauma pada Anak. Majalah Kedokteran Gigi
Indonesia, 20(2), 155. https://doi.org/10.22146/majkedgiind.7677

Pagadala, Sasikala and Tadikonda, D.C. 2015. An overview of classification of dental


trauma. International Archives of Integrated Medicine, Vol 2, Issue 9, September 2015.
p: 157-164.

Kasyruddin, Musdalifa. 2014. Frekuensi Fraktur Mahkota Gigi Anterior Pada Usia 9-25
Tahun di Beberapa Rumah Sakit Kota Makassar. FKG Universitas Hasanuddin. Skripsi.

16

Anda mungkin juga menyukai