Anda di halaman 1dari 2

“Role Play”, Tingkatkan Character Building Siswa

Pembelajaran bahasa Jawa di SMP meliputi bidang


kebahasaan dan kesusastraan. Materi kebahasaan yang
diajarkan bertujuan untuk memperoleh kompetensi
komunikatif siswa. Sedangkan materi kesusastraan
diajarkan dengan tujuan untuk menanamkan budi pekerti
luhur. Materi tentang kesususastran ini mendesak dilakukan
mengingat begitu dasyatnya budaya luar yang tidak sesuai
bahkan bertentangan dengan budaya kita. Dengan harapan
generasi muda tidak terpengaruh pada kebudayaan asing dijaman globalisasi ini yang
mengakibatkan berubah dan punahnya nilai-nilai moral warisan dari leluhur kita.

Salah satu karakteristik pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum 2013 adalah


penekanan terhadap character building. Siswa tidak hanya harus memiliki pengetahuan yang
luas dan ketrampilan yang cukup, namun juga harus memiliki karakter yang baik. Pembelajaran
sastra selama ini belum menyentuh materi –materi yang berkaitan dengan pembentukan budi
pekerti anak. Proses pembelajaran cenderung kearah hafalan yang tidak dipahami siswa dan
tidak bermanfaat dalam kehidupan. Oleh karena itu diperlukan desain pembelajaran yang efektif
yang dapat memandu kegiatan belajar mengajar sastra sesuai yang diharapkan. ‘Role play’
menjadi salah satu cara yang dianggap cukup efektif dalam melatih character building.

‘Role play’ atau bermain peran merupakan pembelajaran berbasis permainan, salah satu
teknik pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk menyeimbangkan pengetahuan,
ketrampilan dan juga karakter atau sikap siswa. Model pembelajaran ini siswa dituntut
melakukan kegiatan bermain peran atau sandiwara. Teknik ini cocok digunakan dalam belajar
materi cerita rakyat atau cerita inspiratif. Teknik ini dapat digunakan di semua mata pelajaran,
tidak hanya pada matematika atau ilmu pengetahuan saja, tetapi juga pada pembelajaran bahasa.
Titik fokus dari model pembelajaran ini adalah keterlibatan emosional serta pengamatan indera
ke dalam situasi masalah nyata yang dihadapi. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan oleh siswa dengan memerankan tokoh hidup ataupun benda mati. Harapan dari model
pembelajaran ini siswa dapat mengeksplorasi perasaannya, mendapatkan wawasan tentang nilai,
sikap dan mengembangkan sikap serta ketrampilan dalam memecahkan masalah yang sedang
dihadapi.

Teknik pembelajaran ini membantu pembelajaran sastra yang diharapkan mampu


mengefektifkan pembentukan kepribadian siswa. Siswa diajak untuk mengapresiasi karya sastra
dengan cara mendemonstrasikan dalam situasi tiruan. Siswa diajak untuk berkreasi mencari atau
membuat skenario drama. Kemudian membagi kelompok untuk memilih peran-peran yang ada
dalam skenario. Mereka diajak berlatih untuk menghayati peran tokoh dalam cerita rakyat baik
yang bersifat antagonis (jahat) atau protagonist (baik ). Selama pembelajaraan mereka dapat
memilah dan memilih serta membedakan perilaku yang harus diteladani dan dihindari dari watak
pelaku yang diperankannya. Guru dapat mengevaluasi pemahaman siswa melalui pengamatan
pada waktu melakukan permainan.

Pembelajaran dengan metode ini merupakan pengalaman belajar nyata yang sangat
menyenangkan bagi anak. Karena mereka dapat mengeksplore dalam memerankan tokoh dengan
sebaik-baiknya. Kekompakan, kerjasama, disiplin, kreatifitas, tenggang rasa, akan terbiasa
dilakukan siswa karena mereka banyak berlatih secara bersama-sama untuk mendapatkan hasil
yang Diakhir pembelajaran melalui “Role Play” atau bermain peran ini diharapkan siswa dapat
menemukan pesan moral atau amanat yang ada dalam cerita dan menerapkan nya dalam
kehidupan sehari- hari. Dapat memupuk jiwa kebersamaan, kekompakan, kerjasama, disiplin,
kreatifitas , tenggang rasa, akan terbiasa dilakukan siswa karena mereka banyak berlatih secara
bersama-sama untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Model pembelajaran dengan metode
ini merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa.

Anda mungkin juga menyukai