Anda di halaman 1dari 8

Penyakit Busuk Pucuk Kelapa :

Sejarah, Penyebab dan Penyebarannya


Hiasinta F.J. Motulo
Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain

RINGKASAN different to damage caused by Brontispa


longissima or Oryctes rhinoceros pests. Bud rot
epidemic was first recorded in Luzon Island
Penyakit busuk pucuk kelapa (BPK) (Philippine) in 1919 and later in West Africa
merupakan penyakit penting pada tanaman in 1984. In Indonesia, bud rot disease was
kelapa karena menyebabkan kematian initially found in coconut hybrid PB 121
tanaman. Gejala serangan yang dimulai dari demonstration plot at Pandu (North
terkulainya daun tombak nampak sangat jelas Sulawesi) in 1984. Bud rot disease was caused
bila dibandingkan dengan gejala serangan by Phytophthora palmivora belong to
hama Brontispa longissima atau Oryctes Stramenopila or Chromista. P. palmivora could
rhinoceros. Kejadian epidemik penyakit BPK be distinguished from fungi especially from
pertama kali dilaporkan terjadi di Pulau several factors viz have two flagella and
Luzon (Filipina) tahun 1919, setelah itu mulai diploid mycelium. Spreading. P. palmivora by
dilaporkan di Pantai Gading (West Afrika) mycelium, sporangia, chlamydospore,
tahun 1984, dan pada pertanaman kelapa PB- zoospore and oospore were used to penetrate
121 di Desa Pandu, Minahasa (Sulawesi the coconut palms. High rainfall and relative
Utara) tahun 1984. Penyebab penyakit busuk humidity cause its rapid development in the
pucuk kelapa adalah Phytophthora palmivora field.
yang tergolong dalam Stramenopila atau
Chromista. P. palmivora dibedakan dari Keywords : Coconut bud rot disease, history, P.
cendawan terutama oleh beberapa faktor, palmivora, characteristics
yaitu memiliki dua jenis flagela dan miselium
yang diploid. Dalam penyebarannya, P.
palmivora memiliki lima propagul, yaitu
miselium, sporangium, klamidospora,
PENDAHULUAN
zoospora dan oospora yang digunakan untuk
menginfeksi tanaman kelapa. Curah hujan
dan kelembaban yang tinggi mempercepat Perkebunan kelapa sering meng-
proses perkembangan penyakit di lapangan. alami berbagai gangguan diantara-nya
adalah gangguan kondisi iklim dan
Kata kunci : Penyakit busuk pucuk kelapa (BPK), hama serta penyakit tanaman. Salah satu
sejarah, karakteristik P. palmivora,
gangguan penting yang perlu mendapat
penularan
penanganan serius adalah penyakit
ABSTRACT busuk pucuk kelapa (BPK).
Saat ini penyakit BPK merupakan
penyakit yang terpenting dan menjadi
Coconut Bud Rot Disease : epidemik dalam budidaya kelapa Dalam
History, Cause Agent and its Lokal di Sulawesi Utara khususnya
Distribution Kabupaten Minahasa Selatan. Penyakit
tersebut mengakibatkan kematian
Coconut bud rot disease that caused death tanaman, terutama pada umur tanaman
plant is an important disease in coconut produktif. Tulisan ini bertujuan untuk
plantation. The early symptom of bud rot was
wilting out of the spear and comparatively
memberikan informasi tentang sejarah
penyakit busuk pucuk kelapa, identifi- persatu helaian anak daun tombak mulai
kasi Phytophthora palmivora yang terkulai dan pinak daun yang terkulai
mendasar, penyebab penyakit dan akan berubah warna menjadi kuning lalu
penyebarannya. kuning kecoklatan. Keseluruhan daun
tombak akan patah dan terlepas dari
GEJALA PENYAKIT BUSUK tanaman kelapa diikuti oleh daun-daun
PUCUK yang berada di bawah daun tombak
(Gambar 1). Apabila pinak daun tombak
Sepintas sulit membedakan telah terkulai maka hal itu menandakan
tanaman kelapa yang terserang penyakit tanaman kelapa tidak dapat diselamat-
BPK, hama Brontispa longissima atau kan lagi karena bagian titik tumbuh
Oryctes rhinoceros bagi orang yang belum tanaman telah busuk dan hancur. Jika
berpengalaman, sehingga perlu kecer- tanaman ditebang dan dibuka bagian
matan dan pengalaman untuk dapat pucuknya, maka akan terlihat jaringan
membedakan gejala serangan penyakit berbecak coklat yang lembek dan berbau
atau hama pada tanaman kelapa. busuk (Gambar 2). Penyakit busuk
Pengenalan dan penentuan gejala serta pucuk umumnya menyerang tanaman
penyebab kerusakan sangat penting yang sudah berbuah dan hampir tidak
karena dapat menentukan tindakan pernah ditemukan pada tanaman muda
pengendalian yang akan dilakukan. ataupun bibit kelapa.
Gejala serangan penyakit busuk
pucuk dimulai dari daun tombak. Satu

Gambar 2. Bagian dalam pucuk kelapa yang


Gambar 1. Gejala serangan penyakit BPK terserang BPK
Figure 1. Symptom of coconut bud rot Figure 2. Internal symptom of coconut bud rot
disease disease
B

A
A

Gambar 3. P. palmivora : Sporangium (A), klamidospora (B) dan miselium (C).


Figure 3. P. palmivora : Sporangia (A), Chlamydospore (B), Mycelium (C).

SEJARAHPENYAKITBUSUKPUCUK Epidemik penyakit dilaporkan


terjadi lagi di dataran tinggi Quezon dan
Penyakit busuk pucuk kelapa Laguna (Filipina) tahun 1976 serta di
pertama kali dilaporkan terjadi di Pulau negara lain seperti Pantai Gading
Luzon (Filipina) tahun 1919 (Reinking, (Afrika) tahun 1984 (Quillec dan Renard,
1923). Penelitian tentang serangan 1984). Pada tahun 1984 dilaporkan
penyakit BPK pada tanaman kelapa adanya epidemik penyakit BPK yang
pernah dilaporkan oleh Dr. Reyne pada diikuti oleh penyakit gugur buah yang
salah satu kebun di Sulawesi Utara tahun terjadi di lokasi demonstrasi plot kelapa
1933. Kebun yang dilaporkan tersebut Hibrida PB 121 di Desa Pandu (Sulawesi
sering mengalami banjir sehingga Utara). Di tahun yang sama juga
menyebabkan kematian 600 tanaman dilaporkan epidemik penyakit BPK pada
kelapa umur 1-3 tahun, namun setelah populasi kelapa GKN di kebun
dilakukan isolasi pada jaringan yang percobaan Balitka Desa Paniki (Sulawesi
sakit tidak ditemukan patogen P. Utara) (Bennett et al., 1985). Di Jamaica
palmivora. Patogen P. palmivora berulang tahun 1986 mulai dilaporkan penyakit
kali diinokulasi ke tanaman kelapa sehat busuk pucuk menyerang kultivar kelapa
(Postulat Koch) namun tidak menunjuk- Malayan Dwarf (Steer dan Coates-
kan gejala penyakit BPK (Reyne, 1948) Beckford, 1990).
dan setelah itu tidak pernah dilaporkan Serangan penyakit BPK me-
lagi adanya serangan penyakit BPK nyerang kelapa Hibrida PB 121 mulai
hingga masuknya kelapa Hibrida PB 121 dilaporkan oleh Unit Pelaksana Per-
ke Indonesia. kebunan (UPP) Proyek Pengembangan
Kelapa Rakyat di Kecamatan Airmadidi,
Dimembe, Tenga, Poigar, juga UPP yang P. palmivora membentuk oogonium
berada di luar Sulawesi Utara seperti dan anteridium secara alami atau buatan.
Aceh, Lampung, Sulawesi Selatan, Oogonium dibentuk secara lateral atau
Sulawesi Tengah dan Maluku terminal, berdinding tipis dan tidak
(Mangindaan et al., 1992). berwarna waktu masih muda. Setelah
matang oogonium akan berdinding tebal
PENYEBAB PENYAKIT BPK DAN dan berwarna coklat keemasan.
KARAKTERISTIKNYA Anteridium juga dibentuk secara lateral
atau terminal, tidak berwarna pada waktu
Penyakit busuk pucuk bukan muda tetapi akan berwarna kuning hingga
disebabkan oleh serangga, virus, bakteri, coklat keemasan apabila telah matang.
nematoda ataupun cendawan, tetapi Pada kelas Oomycetes terdapat dua tipe
disebabkan oleh Stramenopila yang anteridium, yaitu amphigynous dan
tergolong dalam spesies Phytophthora paragynous (Hefler et al., 2002). Apabila
palmivora. Secara umum P. palmivora oogonium dan anteridium dari P. palmivora
mempunyai ciri-ciri yang istimewa berpasangan maka terjadi fertilisasi antara
dibandingkan dengan cendawan tingkat kedua tipe kawin tersebut sehingga
tinggi, yaitu seluruh kehidupan terbentuk Oospora (Gambar 4) (Brassier
Phytophthora spp. adalah diploid (Erwin dan Griffin, 1979). Oospora merupakan
dan Ribeiro, 1996), dinding selnya terdiri propagul yang sangat menentukan
atas selulosa dan β 1,3-glucan (Bartnicki- terjadinya variasi genetik dari P. palmivora
Garcia dan Wang, 1983). Phytophthora yang dapat mempengaruhi perubahan
spp. tidak menghasilkan sterol tetapi tingkat virulensi patogen pada tanaman.
memerlukan β-hidroksi sterol untuk
sporulasinya, selain itu organisme ini
tahan terhadap antibiotik seperti
pimaricin.
Miseliumnya tidak bersepta,
tumbuh menembus ke dalam sel-sel
tanaman inang dan membentuk
haustorium untuk mengabsorbsi nutrisi.
Sebanyak 20 sporangium dapat dihasil-
kan dalam satu tangkai sporangium.
Bentuk sporangium, klamidospora dan
miselium P. palmivora ditampilkan dalam
Gambar 3.
Setiap sporangium mengandung
banyak zoospora yang akan keluar dari
sporangium yang telah matang.
Zoospora merupakan salah satu
inokulum penting bagi penyebaran Gambar 4. Oospora dari P. palmivora.
penyakit. Selain zoospora dan Figure 4. Oospore of P. palmivora
sporangium P. palmivoraa juga mem-
bentuk klamidospora yang terletak di
ujung atau di tengah miselium.
Klasifikasi Phytophthora patogen penyebar penyakit pada bagian
atas tanaman seperti penyakit busuk
pucuk kelapa. Setiap propagul dari P.
Awalnya Phytophthora spp. yang
palmivora, yaitu miselium, sporangium,
tergolong dalam kelas Oomycetes di- zoospora, klamidospora dan oospora
masukkan dalam kelompok alga merupakan alat propagasi yang sangat
(Pringsheim 1858 dalam Alexopoulus et potensial untuk infeksi dan penyebaran
al., 1996). Beberapa sifat yang dimiliki penyakit busuk pucuk kelapa.
oleh kelas Oomycetes seperti menyerap Di lapangan, faktor lingkungan
nutrisi dan mempunyai miselium, para yang sangat menentukan terjadinya
ahli penyakit memasukkannya dalam infeksi adalah curah hujan (>2000
kelompok cendawan. Selanjutnya Kreisel mm/tahun) dan kelembaban yang tinggi
(1969) dan Shaffer (1975) mengeluarkan (>94%) (Juan-Bachiller, 2004). Pada
Oomycetes dari cendawan dan menge- daerah iklim basah lahan basah siklus
lompokkannya kembali ke dalam alga. penyakit P. palmivora seakan-akan tidak
Saat ini Oomycetes digolongkan dalam dapat diputuskan karena inokulum
Kingdom Stramenopila atau Chromista selalu tersedia dan dapat bertahan
berdasarkan sifat yang dimiliki oleh sepanjang tahun. Di Bangun Purba
zoospora yang mempunyai dua jenis (Sumatera Utara) dengan curah hujan
flagela (Patterson dan Sogin, 1992). >2013 mm/tahun, kejadian penyakit
Menurut Rossman dan Palm busuk pucuk mencapai 59% pada
(2006), beberapa sifat yang membedakan kultivar MYD x Renel, 63% pada MRD x
kelas Oomycetes dari cendawan yaitu WAT dan 70% pada MYD x WAT
semua genus dari kelas Oomycetes (Mangindaan et al., 1992). Inokulum
memiliki fase sexual yang menghasilkan
primer dari P. palmivora seperti spora-
oospora, sedangkan cendawan tidak
memiliki oospora tetapi zigospora, ngium, zoospora dan miselium bertahan
basidiospora, dan askospora. Miselium pada buah kelapa muda yang terinfeksi,
Oomycetes adalah diploid sedangkan sisa-sisa bunga yang tertinggal pada
cendawan adalah haploid atau ketiak daun, pucuk tanaman yang
dikariotik. Sifat yang lain dari kelas terinfeksi yang belum dibakar dan tanah.
Oomycetes adalah dinding sel terdiri dari Jika ada hujan, inokulum P. palmivora
ß-glukan dan selulosa sedangkan (zoospora, sporangium, miselium) akan
cendawan mengandung kitin. Krista terbawa oleh aliran air permukaan dan
mitokondria Oomycetes berbentuk dapat menginfeksi buah yang ada di
silinder sedangkan cendawan berbentuk
bagian bawahnya.
datar. Kelas Oomycetes memiliki
zoospora dengan dua flagela, yaitu: tinsel Aktifitas manusia, serangga
dan whiplash (Desjardins et al., 1969) penyerbuk, dan O. rhinoceros dapat juga
sedangkan cendawan, jika memiliki menjadi pembawa patogen P. palmivora
flagela hanya terdiri dari whiplash flagela. dari tanah ke pucuk tanaman. O.
rhinocerous dan Plesispa reichei yang
PENYEBARAN Phytophthora spp. dikurung dalam cawan petri yang
mengandung miselium P. palmivora,
Pada dasarnya Phytophthora spp. kemudian serangga tersebut dipindah-
adalah organisme tular tanah meskipun kan ke permukaan buah kelapa sehat
beberapa spesis Phytophthora termasuk P. maka buah tersebut akan terinfeksi
palmivora sangat potensial sebagai
P. palmivora dengan menampakkan bergerak dalam beberapa jam, namun
bercak-bercak coklat (Thevenin, 1994). secara umum akan berubah menjadi sista
Umumnya inokulum yang berada dalam waktu 30 menit apabila zoospora
di tanah akan terangkat ke atas melalui telah menemukan inang tanaman. Dalam
percikan air hujan dan diterbangkan oleh proses menjadi sista, zoospora akan
adanya turbulensi angin pada saat hujan. melepaskan flagela dan dengan cepat
Hasil penelitian Thevenin (1992) membentuk dinding sel pada zoospora.
menunjukkan bahwa percikan air hujan Sista kemudian berkecambah mem-
dari tanah sampai pada ketinggian 75 cm bentuk tabung kecambah yang merupa-
masih mengandung propagul P. kan alat penarik menuju ke bagian
palmivora. Jumlah propagul lebih banyak penetrasi. Enkerli (1997) melakukan
pada percikan air hujan dengan analisis ultrasuktur pada proses infeksi
ketinggian 25 cm dibandingkan 50 cm awal ternyata penetrasi P. palmivora
dan 75 cm. Inokulum yang terbawa dilakukan dengan tabung kecambah di
angin berpindah ke bagian pucuk antara dua sel epidermis tanpa mem-
tanaman terutama pada ketiak daun bentuk appresorium. Sporangium dapat
yang banyak terperangkap sisa-sisa juga langsung berkecambah (konidios-
bahan tanaman seperti bunga kelapa. porangium) membentuk tabung ke-
Sisa-sisa bahan tanaman tersebut cambah. Jika tabung kecambah tidak
menjadi tempat hidup awal dari P. mendapatkan inang maka akan tumbuh
palmivora untuk melakukan infasi ke sporangium baru pada tabung kecambah
dalam pucuk tanaman. tersebut.
Laju perbanyakan inokulum dan
keberhasilan P. palmivora dalam me- PENUTUP
nyebabkan infeksi yang baru sangat
menentukan kemiringan garis linear Miselium, sporangium, zoospora,
kurva perkembangan penyakit. Sebagai klamidospora dan oospora P. palmivora
contoh infeksi pada tanaman kakao, jika merupakan alat propagasi yang sangat
ada satu zoospora melakukan infasi ke potensial untuk infeksi dan penyebaran
dalam jaringan buah kakao maka setelah penyakit busuk pucuk pada tanaman
seminggu bercak akan menyebar dan kelapa. Pengendalian penyakit busuk
akan melepaskan 4 juta sporangia dari pucuk dianjurkan melalui pembersihan
satu buah yang terinfeksi (Medeiros, bahan-bahan organik yang ada pada
1976.) ketiak daun kelapa, menggunakan agens
Sporangia akan terlepas dari hayati dan pestisida sekecil mungkin
tangkainya jika ada air, angin atau serta melakukan monitoring secara
kontak dengan vektor vertebrata atau periodik. Sanitasi kebun dan drainase
invertebrata. Sporangia dapat berke- yang baik harus dilakukan untuk
cambah jika ada air bebas baik di tanah
mengurangi perkembangan patogen P.
dan pada butiran air yang ada diper-
palmivora. Pucuk dan buah kelapa yang
mukaan tanaman dan dapat melepaskan
terinfeksi P. palmivora segera dikeluarkan
10-40 zoopora (Holliday, 1980). Zoospora
dari lokasi kebun. Sisa-sisa tanaman
dapat berenang dan akan tertarik secara
tersebut dibenamkan dalam tanah
kimiawi maupun elektrolit ke tempat
sedalam satu meter dan sebelum ditutup
penetrasi tanaman. Zoospora dapat
dengan tanah ditaburi terlebih
dahulu dengan pupuk kandang atau Hefler V., Powelson M.R., Johnson K.B.
EM4 untuk mempercepat proses 2002. Oomycetes. The Plant Health
pengomposan agar P. palmivora ter- Instructor.
hambat pertumbuhannya oleh aktifitas www.apsnet.org/education/LabE
mikroorganisme lainnya. xercises/oomycetes/Top.html (29
Januari 2008).
DAFTAR PUSTAKA Holliday P. 1980. Fungus Diseases of
Tropical Crops. Cambridge UK :
University Press.
Bartnicki-Garcia S, Wang M.C. 1983.
Juan-Bachiller N.S. 2004. Distribution
Biochemical aspects of and progression of Phytophthora
morphogenesis in Phytophthora. Di
bud rot Disease of coconut in
dalam Erwin DC, Bartnicki-Garcia
selected areas in the Philippines.
S, Tsao PH, editor. Phytophthora :
Di dalam : Drénth A & Guest DI.
Its Biology, Taxonomy, Ecology,
editor. Diversity and Management
and Pathology. St. Paul Minn :
of Phytophthora in Southeast Asia.
American Phytopatological Society.
ACIAR Monograph No.114. hlm
Hlm 121-137.
124-135.
Bennett C.P.A., Sitepu G, Roboth O. 1985.
Kreisel H. 1969. Grunzuge eines
Aspects of the control of
naturlichen system der pilze. Di
premature nutfall disease of
dalam : Alexopoulos CJ, Mims
coconut, Cocos nucifera L., caused
CW, Blackwell M. 1996.
by Phytophthora palmivora (Butler).
Introductory Mycology 4th
Butl. Coconut Plant Protection
Edition. John Wiley & Sons, Inc.
Seminar, Bogor 8-10 Mei 1985.
Mangindaan H.F., Thevenin J.M., Kharie
Brassier C.M, Griffin MJ. 1979. S., Motulo H.F.J. 1992. The
Taxonomy of Phytophthora
susceptibility of coconut varieties
palmivora fungi on cocoa. Trans.
to Phytophthora in Indonesia : the
Br. Mycol. Soc. 72 (1) : 111-143.
effect of environmental factors.
Desjardins P.R., Zentmyer G.A., Coconut Phytophthora Workshop
Reynolds D.A. 1969. Electron
Proc. Manado 26-30 Oktober 1992.
microscopic observation of the
Medeiros A.G. 1976. Sporulation of
flagellar hairs of Phytophthora
Phytophthora palmivora Butl. (Butl.)
palmivora zoospores. Canadian
in relation to epidemiology and
Journal of Botany 47 : 1077-1079.
control of cacao black pod disease.
Enkerli K., Han M.G., Mims C.W. 1997. Di dalam : CEPLAC, editor.
Ultrastructure of compatible and Ceplac Publicao Especial, Illheus,
incompatible interaction of Bahia Brazil.
soybean roots infected with the
Patterson D.J., Sogin M.L. 1992.
plant pathogenic Oomycete Eukaryote origins and Protistan
Phytophthora sojae. Can. J. Bot. 75 : diversity. Di dalam Hartman H
1493-1508. dan Matsuno K, editor. The Origin
Erwin D.C., Ribeiro O.K. 1996. and evolution of the cell. Word
Phytophthora Diseases Worldwide. Scientific, Singapore.
St Paul Minnesota, APS Press.
Hlm 97-144.
Pringsheim N. 1858. Beitrage zur Shaffer R.L. 1975. The major group of
Morphologie und Systematik der Basidiomycetes. Mycologia 67:1-18.
Algen. Di dalam : Alexopoulos CJ, Di dalam : Alexopoulos CJ, Mims
Mims CW, Blackwell M. 1996. CW, Blackwell M. 1996.
Introductory Mycology 4th Introductory Mycology 4th
Edition. John Wiley & Sons, Inc. Edition. John Wiley & Sons, Inc.
Quillec G., Renard J.L. 1984. Phytophthora Steer J., Coates-Beckford P.L. 1990. Role
rot of coconut. Oléagineux 39 (3): of Phytophthora katsurae, P.
143-147. palmivora, Thielaviopsis paradoxa
Reinking, O.A. 1923. Comparative study and Enterobacter sp. in bud rot
of Phytophthora palmivora on disease of coconut uin Jamaica.
coconut and cacao in the Philipine Oléagineux 45: 539-545.
Island. J. Agric. Res. 25:267-284. Di Thevenin J.M. 1992. Coconut
dalam Erwin dan Ribeiro. 1996. Phytophthora diseases in Indonesia
Phytophthora Diseases Worldwide. etiological aspects. Coconut
APS Press. Phytophthora Workshop Proc.
Reyne A. 1948. Kelapa. Semangun H dan
Manado 26-30 Oktober 1992.
Lahiya A.A, penerjemah. Thevenin J.M. 1994. Studies of coconut
Yogyakarta : Lembaga Pendidikan
Phytophthora diseases,
Perkebunan. Terjemahan dari : De
characterization of implicated
Cocopalm.
species, epidemiology-control
Rossman A.Y., Palm M.E. 2006. Why are strategies. (Report of Activities
Phytophthora and other Oomycota
1990-1994). Coconut Research
not true fungi. USDA Agriculture
Institute-Centre Manado dan De
Research Service, USDA Animal
Cooperation Internationale en
and Plant Health Inspection
Recherche Agronomique Pour le
Service, Systematic Botany &
Development Monpellier.
Micology Laboratory, Beltsville,
Maryland 20705.
www.apsnet.org/education/Intro
PlantPath/Pathogen
Group/oomycetes/default.htm
(29 Januari 2008).

Anda mungkin juga menyukai