Toward Philosophy and Auditing
Toward Philosophy and Auditing
OLEH
ZULFAKAR DAN ICHSAN
MAHASISWA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SYIAH KUALA
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
BANDA ACEH
Abstraksi
Berbicara tentang auditing pastinya tidak terlepas dari filosopi yang dimilikinya,
karena hal ini terkait bagaiman kita menganalisis serta melihat suatu permasalahan dari
berbagai sisi, berpikir kreatif, kritis, dan independen, mampu mengatur waktu dan diri, serta
mampu berpikir fleksibel di dalam menata kehidupan yang terus berubah seiring
perkembangan globalisasi dizaman sekarang ini. Filosofi Auditing juga memiliki peran
penting guna membentuk karakteristik para akuntan dalam melaksanakan praktik auditnya,
sehingga memberikan hasil audit yang berkualitas tanpa intervensi dari pihak manapun.
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini sejauh mana peran fungsi Auditor
dalam melaksanakan fungsi auditing, serta me-refresh kembali pentingnya memahami filosofi
auditing. Dalam penulisan makalah ini juga akan memberikan penjelasan tentang konsep
dan jenis auditing serta profesi akuntan dan lembaga yang menaunginya
Kata Kunci : Filosofi Auditing, Konsep, Fungsi dan Jenis Audit, Profesi dan Lembaga
Auditor
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut “tabayyun” sebagaimana yang dijelaskan
dalam Surah Al-Hujuraat ayat 6 yang berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Sementara didalam Al Quran disampaikan bahwa kita harus mengukur secara adil,
jangan dilebihkan dan jangan dikurangi. Kita dilarang untuk menuntut keadilan ukuran dan
timbangan bagi kita, sedangkan bagi orang lain kita menguranginya. Dalam hal ini, Al Quran
menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam surah Asy-Syu’ara ayat 181-184 yang
berbunyi: ”Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
1
Toward Philosophy and Auditing
2
merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan
manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat
kerusakan dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang
dahulu.”
Sebagai sebuah disipilin ilmu pengetahuan, sebagian besar orang cenderung berpikir bahwa
auditing merupakan bagian dari akuntansi karena secara empiris para auditor adalah para
akuntan. Namun, semua disiplin ilmu berbasis bukti seperti ilmu hukum dan auditing berbasis logika, logika
berada dalam teori pengetahuan, untuk memperoleh kepercayaan. Hakikat filosofi auditing adalah analisis
atau studi yang dilakukan secara kritis untuk merumuskan masalah, mencari solusi dengan argumen yang
kuat dan melalui proses dialog dalam rangka menemukan roh atau jati diri ilmu auditing. Pendapat dalam
audit tergantung pada kualitas dari keyakinan yang diperoleh melalui pengumpulan
dan pengembangan bukti-bukti.
Bagi auditing, eksistensi teori akan bermanfaat sebagai landasan berpijak yang menawarkan
penjelasan, baik dukungan ataupun pengingkaran dan juga akan menjadi penuntun bagi pengembangan,
penciptaan, dan inovasi terhadap standar, praktik, prosedur, metode, maupun teknik auditing
yang baru ,sementara itu, pengumpulan dan pengembangan bukti-bukti dimaksud memerlukan
upaya analisis atas fakta-fakta yang terjadi yang melatar belakangi asersi yang sedang diaudit.
Keyakinan hanya dapat didukung atas dasar sejauhmana seorang auditor dapat menjelaskannya dari bukti-
bukti yang berhasil diurai. Makin kuat penguraian nya, maka makin kuat pembuktiannya, dan
karenanya kesimpulan (judgment) yang diambil akan semakin handal.
Secara filosofis, auditing tidak hanya menyajikan kepada para pemakai mengenai informasi yang
dibutuhkan untuk melakukan tindakan. Akan tetapi, auditing juga merangsang setiap yang berkepentingan
untuk bertindak, memberi inspirasi dan mendefinisikan tujuan yang harus dicapai. Jadi, filsafat merupakan
suatu alat yang sangat penting dalam mengintegrasikan auditing sebagai instrumen kehidupan sosial.
Wattimena, (2008) menyebutkan bahwa Filsafat mengajak anda untuk memahami dan
mempertanyakan ide-ide tentang kehidupan, tentang nilai-nilai hidup, dan tentang
pengalaman kita sebagai manusia. Berbagai konsep yang akrab dengan hidup kita, seperti
tentang kebenaran, akal budi, dan keberadaan kita sebagai manusia, juga dibahas dengan
kritis, rasional, serta mendalam.
Filsafat mengajarkan kita untuk melakukan analisis, dan mengemukakan ide dengan
jelas serta rasional. Filsafat mengajarkan kita untuk mengembangkan serta mempertahankan
pendapat secara sehat, bukan dengan kekuatan otot, atau kekuatan otoritas politik semata. Dan
tidak tertutup kemungkinan bagaiman kita menggunakan filsafat dalam melakukan auditing
(pemeriksaan) sehingga kita dapat memecahkan persoalan-persoalan secara tepat, akurat dan
II. PEMBAHASAN
Sistematika Filsafat
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dengan belajar filsafat semakin
menjadikan orang mampu untuk menjawab pertanyaan - pertanyaan mendasar manusia yang
tidak terletak dalam wewenang metode-metode ilmu khusus. Jadi, filsafat membantu untuk
mendalami pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan ruang lingkupnya.
Kemampuan itu dipelajari melalui dua jalur, yaitu secara sistematik dan secara historis
(Surajiyo: 2005, hal. 17).
Pertama, secara sistematik. Artinya filsafat menawarkan metode-metode mutakhir
untuk menangani permasalahan-permasalahan mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran
dan pengetahuan, baik pengetahuan biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab, keadilan,
dan sebagainya.
Kedua, secara historis. Melalui sejarah atau historis filsafat kita belajar untuk
mendalami, menanggapi serta mempelajari jawaban yang ditawarkan oleh para pemikir dan
filsuf terkemuka.
Kegunaan filsafat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kegunaan secara umum dan
kegunaan secara khusus. Kegunaan secara umum dimaksudkan manfaat yang dapat diambil
oleh orang yang belajar filsafat dengan mendalam sehingga mampu memecahkan masalah-
masalah secara kritis tentang segala sesuatu. Kegunaan secara khusus dimaksudkan manfaat
khusus yang bisa diambil untuk memecahkan khususnya suatu objek di Indonesia. Jadi,
khusus diartikan terikat oleh ruang dan waktu, sedangkan umum dimaksudkan tidak terikat
oleh ruang dan waktu (Surajiyo: 2005, hal. 17).
Menurut Mautz dan Sharaf (dalam Pusdiklatwas BPKP, 2007:12), Pendekatan filosofi
mempunyai empat karakteristik yang diuraikan sebagai berikut, yaitu:
a. Komprehensif , menyiratkan adanya pemahaman secara menyeluruh. Berhubung seorang filsuf
berminat untuk memahami kehidupan manusia dalam arti yang luas, maka ia menggunakan konsep-
konsep generalisasi seperti “perihal (matter), pikiran (mind), bentuk (form), entitas, dan proses,” yang
komprehensif dalam artian bahwa kesemuanya ini diterapkan terhadap keseluruhan lingkup pengalaman
manusia. Jika diterapkan dalam auditing, kita harus mencari ide yang cukup umum dalam disiplin
auditing. Hal ini mengarahkan kita untuk mempertimbangkan konsep-konsep umum seperti pembuktian
(evidencing), kecermatan profesi (professional due care), keterungkapan (disclosure), dan independensi.
Studi terhadap konsep-konsep yang bersifat umum tersebut mengarahkan kita pada
pengembangan body of knowledge yang komprehensif dan koheren yang didasari atas
interpretasi auditing sebagai suatu disiplin ilmu yang secara sosial bermanfaat.
b. Perspektif, sebagai suatu komponen dari pendekatan filosofi, mengharuskan kita untuk meluaskan
pandangan untuk menang- kap arti penting dari benda - benda. Jika hal ini diterapkan pada
pengembangan filosofi auditing, kita akan melihat kebutuhan akan pengesampingan
kepentingan pribadi.
c. Insight (Wawasan), elemen ketiga dari pendekatan filosofi, menekankan dalamnya penyelidikan
yang diusulkan. Pencarian wawasan filosofi adalah jalan lain untuk mengatakan bahwa
filsuf berupaya untuk mengungkapkan asumsi dasar yang mendasari pandangan manusia
akan setiap gejala kehidupan alam. Asumsi dasar dimaksud sesungguhnya merupakan dasar atau alasan
manusia untuk berbuat, walaupun alasan itu cenderung atau acap kali tersembunyi sehingga tingkat
kepentingannya tidak dikenali.
d. Visi, menunjukkan jalan yang memungkin- kan manusia berpikir dalam kerangka yang sempit ke
kemampuan untuk memandang gejala dalam kerangka yang lebih luas, ideal, dan imajinatif (conceived).
Dengan sendirinya auditing mengacu pada pendekatan analitis dalam aspek-aspek tertentu juga
pada pendekatan penilaian moral. Contohnya, penilaian audit berdasarkan pada kualitas kepercayaan yang
didapat melalui pengumpulan dan pembuktian bukti audit. Kepercayaan dapat dinilai sejauh
mana orang dapat memberikan alasan dari bukti yang ada. Semakin tepat alasannya, semakin akurat
kesimpulannyadan demikian pula halnya dengan peranan nilai moral dan etis dalam audit sebagai
konsekuensi kehormatan (privilege) yang diperolehnya dari masyarakat. Jadi, filsafat merupakan suatu alat
yang sangat penting dalam mengintegrasikan auditing sebagai instrumen kehidupan sosial.
Enjang (2005) menyatakan bahwa filosofi auditing berguna dalam hal:
1. Menjadi pegangan bagi lembaga penyusun standar auditing dalam menyusunnya
2. Memberikan kerangka rujukan untuk menyelesaikan masalah auditing dalam hal tidak
adanya standar resmi
3. Menentukan batas dalam hal melakukan “judgment” dalam penyusunan strategi dan
program audit
4. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pelaku audit terhadap pelaksanaan audit
5. Meningkatkan Kualitas Audit
Pendekatan filosofis atas auditing seyogyanya menciptakan kemungkinan kinerja
profesional yang seragam, yang sangat penting untuk merekatkan profesi organisasi dan
tingkah laku yang efektif dari anggota profesi. Filsafat tidak saja memungkinkan para auditor
menjadi profesional dalam wilayah aktivitas yang diembannya, tetapi juga mendorong mereka
untuk mencapai kinerja profesional yang memuaskan, memberikan mereka inspirasi dan
mendefinisikan tujuan yang akan dicapai. Jadi, filsafat juga merupakan alat yang penting
untuk menyatukan profesi, bahkan untuk mendefinisikan secara jelas profesi auditor itu
sendiri. (Pusdiklatwas BPKP, 2007:12)
Pengertian Auditing
Auditing dalam kegiatannya memang harus mempertimbangkan kejadian dan kondisi
bisnis. Tugas auditing adalah untuk mereviu pengukuran atau pengkomunikasian akuntansi
untuk tujuan penilaian kelayakannya. Oleh karena itu, auditing bersifat analitis, bukan
konstruktif. Auditing bersifat kritis dan investigatif terhadap segala bentuk asersi, termasuk
informasi akuntansi.
Boynton, Johnson, dan Kell yang diterjemahkan oleh Budi, I.S., & Wibowo.H (2003),
“Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting
Association” (Accounting Review, Vol. 47) memberikan definisi auditing sebagai: "Suatu
proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian
antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan." (Boynton dkk.,
2003:5)
Menurut Arens dkk. (2008:4), auditing adalah “Auditing is the accumulation and
evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of
correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by
a competent, independent person.” Auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang
informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria
yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh seorang yang kompeten, orang independen.
Proses sistematis untuk mempelajari dan mengevaluasi bukti secara objektip mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan
(Mulyadi & Kanaka Puradiredja ; 1999)
III. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa auditing adalah merupakan
bidang ilmu pengatahuan yang khusus dimana auditing membutuhkan jenis studi. Auditing
merupakan disiplin ilmu tersendiri yang berbeda dengan akuntansi. Auditing tidak dipandang
sekedar ilmu, akan tetapi sebuah teori yang paling tidak bisa menjelaskan suatu fenomena.
Maka auditing bisa dikatakan satu konsep kajian keilmuan namun sangat sedikit yang
menjelaskan sebagai teori karena sarat akan nuansa praktis.
Pengembangan dari suatu filosofi yang baik dari auditing adalah suatu tantangan yang
sesuai dengan pikiran terbaik yang dimiliki profesi. Auditing berhubungan dengan ide-ide
abstrak, auditing mempunyai pondasi dalam tipe-tipe pembelajaran yang paling mendasar,
auditing mempunyai struktur yang rasional dari postulat-postulat, konsep-konsep teknik dan
persepsi, yang dapat dimengerti dengan baik dan akhirnya akan memberikan hasil audit yang
berkualitas tanpa intervensi dari pihak manapun.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, 2003. Auditing 1 Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan, Unit Penerbit dan
Percetakan AMP YKPN.
Arens, Alvin A., Elder, Randal J. dan Beasley, Mark S. 2008. Auditing and Assurance
Services. New Jersey : Pearson Education, Inc.
Boynton, W.C., Johnson, R.N., Kell, G.W. 2003. Modern Auditing. (edidi 7). Jakarta,
Erlangga.
BPKP, 2007. Filosofi Auditing, Edisi Kedua, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan
BPKP
Mulyadi & Kanaka Puradiredja, 1999. Auditing, Buku I, Salemba Empat Jakarta
Pramono, Sigit, dkk, 2009. Auditing & Profesi Akuntan Publik; Sebuah Pengantar. Sekolah
Tinggi Ekonomi Islam (SEBI)
Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, 2010, Auditing : Konsep Dasar dan Pedoman
Pemeriksaan Akuntan Publik
Wattimena , Reza,A.A, 2008. Mengapa Kita Perlu Belajar Filsafat, Fakultas Filsafat,
UNIKA Widya Mandala, Surabaya, dikutip dari (http://rumahfilsafat.com/mengapa-
kita-perlu-belajar-filsafat1/, diakses pada tanggal 13 Agustus 2014 Pukul 23.07 Wib)
__________, (http://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthur-andersen/,
diakses pada tanggal 20 Agustus 2014 pukul 23.00 wib)