Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS ARTIKEL

The strength within: Tengku Puteri Iman Afzan opens up to NST about
mental health

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah bimbingan
konseling

(Dosen Pengampu Mata Kuliah BK I: Dr. Yulianti, S.Psi.I., M.Pd., M.M.Pd.)

Oleh
RAKA PRASETYO
1171040121

BANDUNG
2019 M/1441 H
Link Artikel:
Yubaca.com

Hasil Analisis

Dari hasil bacaan saya terhadap artikel tersebut dapat mengambil pelajaran mengenai
kesehatan mental. Kesehatan mental yang masih dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang
membuat orang-orang kurang peduli terhadap kesehatan mental. Ketidakpedulian terhadap kondisi
mental baik dirinya sendiri dan kondisi mental orang lain menimbulkan permasalahan yang begitu
kompleks. Contohnya seseorang yang sedang mengalami masalah fsikis namun masalah tersebut
dianggap hal sepele dan tidak perlu dikonsultasikan dengan orang lain karena menganggap hal tersebut
dapat diselesaikan oleh dirinya, namun masalah tersebut tak kunjung terselesaikan. Masalah fsikis yang
dianggap kecil jika tidak terselesaikan lama kelamaan akan memberikan dampak yang cukup besar bagi
kondisi mentalnya. Hal itulah yang tidak disadari oleh orang yang berpandangan demikian.

Ketidakpedulian terhadap kondisi mental ini akan lebih berbahaya jika dialami orang-orang yang
berusia muda. Karena pada masa remaja seseorang dalam fase dimana orang tersebut sedang
berhadapan dengan dinamika kehidupan yang sangat kompleks. Permasalahan-permasalahan yang
dihadapi remaja dengan kondisi mental yang masih labil mengakibatkan rentan mengalami gangguan
mental. Gangguan mental yang dialami biasanya diakibatkan hubungan personal dengan orang lain
ditambah kondisi ruang sosialisasi yang meluas mengakibatkan bertambahnya permasalahan
permasalahan yang dihadapi.

Sosialisasi yang dilakukan oleh remaja tidak hanya bersifat offline tetapi juga online. Disini pula
pengaruh media social terhadap kesehatan mental remaja. Karena masa kini remaja tidak mungkin
dijauhkan dengan yang namanya media sosial, media sosial bagi remaja saat ini sudah menjadi
kebutuhan primer dalam bersosialisasi atau hanya sebatas memunculkan eksistensi. Yang menjadi
bahaya ketika media sosial hanya digunakan sebagai eksistensi belaka dengan mempertontonkan
kondisi kehidupan yang sepengal-sepenggal seperti memposting foto dengan caption yang selalu
bahagia, kondisi ekonomi yang melimpah atau pencapaian kesuksesan-kesuksesan semata.
Mempertontonkan kondisi yang sepenggal-sepenggal tersebut membuat orang membangingkan dirinya
dengan orang lain di media sosial. Membandingkan diri dengan orang lain itulah yang dapat
mempengaruhi kesehatan mental. Sifat pesimis atau mengeluh tehadap diri sendiri karena dibandingkan
dengan kesuksesan orang lain membuat kesehatan mentalnya terganggu.

Namun tidak hanya itu tanggapan masyarakat terhadap kesehatan mental juga berdampak
pada kondisi mental seseorang. Misalnya masyarakat yang menganggap orang yang mengungkapkan
permasalahan hidupnya atau orang yang berkeluh kesah dianggap memiliki mental yang lemah.
Tanggapan orang lain itu lah yang membuat orang yang memiliki permasalahan enggan untuk
mengkonsultasikan kepada orang lain, dan lebih memilih untuk menimpannya sendiri. Permasalahan
yang kecil sekalipun jika ditimbun oleh diri sendiri lama kelamaan akan memiliki efek yang cukup besar
terhadap kondisi mentalnya.

Oleh karena itu seyogyanya kita harus peduli terhadap kondisi mental diri sendiri atau kondisi
mental orang lain. Dengan system dukungan orang orang disekitar kita seperti keluarga, teman sebaya,
atau lingkungan pekerjaan yang memiliki niat baik untuk saling memahami kondisi mental diri sendiri
dan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai