Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARET

PENGUJIAN MUTU SHEET

OLEH:

NAMA :AJENG PANGESTUTI


NIM :3032017532

DOSEN PENGAMPU :
IRIANTO SASTRO PRAWIRO, S. ST. M. MA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


JURUSAN PENGELOLAAN HASIL PERKEBUNAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL
PERKEBUNAN
POLITEKNIK NEGERI KETAPANG
2018
I. TUJUAN
- Mahasiswa mengetahui cara pengujian mutu sheet angin yang dihasilkan
bardasarkan nilai kadar air dan kadar abu.

II. DASAR TEORI


Lateks mempunyai pH 6,9 - 7,2 terdapat dalam bentuk cair karena bermuatan negatif,
tetapi bila ditambahkan asam organik atau anorganik misal asam asetat dan asam
format sampai pH mendekati titik isoelektrik (pH 3,8 - 5,3 atau 4,2) maka terjadi
penggumpalan lateks dimana dengan adanya penambahan asam asetat dan asam format yang
berlebihan atau sekaligus diberikan maka akan terjadi penambahan muatan positif sehingga
terjadi kekuatan saling tolak-menolak antara partikel atau lateks masih dalam keadaan
cair.(Siregar, HS 1995).
Lateks yang baik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Disaring dengan saringan berukuran 40 mesh.
2. Tidak terdapat kotoran atau benda lain seperti daun atau kayu.
3. Tidak bercampur dengan bubur lateks, air ataupun serum lateks.
4. Warna putih dan berbau lateks segar.
5. Lateks kebun bermutu 1 mempunyai kadar karet kering 28% dan lateks kebun
bermutu 2 mempunyai kadar karet kering 20% (Penebar swadaya, 1992).
Kadar Karet Kering (KKK) adalah kandungan padatan karet per satuan berat (%).
(Juliasari, dkk., 2014) menyatakan KKK merupakan salah satu data yang diperlukan untuk
menghitung asam formiat dalam proses penggumpalan. KKK menjadi salah penentu kualitas
mutu produk karet.
Komponen terbesar dari dalam lateks adalah partikel karet dan air. Tingginya nilai
KKK menyatakan kandungan air dalam lateks semakin rendah (Sulasri dkk., 2014). Menurut
Purbaya, (2011) K3 adalah kandungan padatan karet per satuan berat (%). Umumnya lateks
kebun hasil penyadapan mempunyai kadar kering karet (K3) 20-35%. Berdasarkan
Maspanger (2005) membagi klasifikasi mutu lateks kebun didasarkan kadar kering yaitu
mutu I dengan kadar kering minimal 28% dan mutu II dengan kadar kering minimal 20%
atau di bawah 28%. Dalam pengolahan karet sheet nilai KKK digunakan untuk sebagai dasar
untuk menentukan jumlah kebutuhan air pada proses pengenceran lateks sampai diperoleh
Kadar Karet Baku (Kadar Karet Standar). Proses pengenceran yang terlalu encer akan
mengakibatkan koagulum (bekuan) yang terlalu lunak, sehingga mudah robek pada saat
penggilingan. Sebaliknya jika koagulum terlalu keras, akan mengakibatkan pemakaian tenaga
gilingan yang lebih besar dan memerlukan waktu pengeringan terlalu lama. Kondisi ini akan
mempengaruhi mutu karet sheet berdasarkan green book yang diterbitkan oleh International
Rubber Quality and Packing Conference (IRQPC), (IS 15361, 2003).
Kadar air merupakan persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah atau berat kering. Kadar air berdasarkan berat basah adalah
perbandingan antara berat air dalam suatu bahan dengan berat total bahan, sedangkan kadar
air berdasarkan berat kering adalah perbandingan antara berat air dalam suatu bahan dengan
berat kering bahan tersebut. Di dalam analisis bahan pangan biasanya kadar air bahan
dinyatakan dalam persen berat kering. Hal ini disebabkan perhitungan berdasarkan berat
basah mempunyai kelemahan yaitu berat basah bahan selalu berubah-ubah setiap saat,
sedangkan berat bahan kering selalu tetap (Syarif, 2000).
Abu merupakan residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen
organik bahan pangan. Kadar abu dari suatu bahan pangan menunjukkan kandungan mineral
yang terdapat dalam bahan tersebut, kemurnian, serta kebersihan suatu bahan yang
dihasilkan. Analisis kadar abu dengan metode pengabuan kering dilakukan dengan cara
mendestruksi komponen organik sampel dengan suhu tinggi di dalam suatu tanur pengabuan
(furnace), tanpa terjadi nyala api, sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan dan berat
konstan tercapai. Oksigen yang terdapat di dalam udara bertindak sebagai oksidator. Residu
yang didapatkan merupakan total abu dari suatu sampel .(Andarwulan, 2011).
III. METODELOGI
3.1. ALAT
- Cawan Porselen
- Oven
- Timbangan Analitik
- Pisau
- Tanur

3.2. BAHAN
- Kreb

3.3. PROSEDUR KERJA


3.3.1. Kadar Air
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Konstankan terlebih dahulu cawan porselen.
3. Potong-potong sampel hingga setipis mungkin.
4. Timbang sampel sebanyak 10 gram.
5. Masukan sampel kedalam cawan porselen yang sudah konstan dan
timbang.
6. Masukan kedalam oven dengan suhu 105oC selama 2-3 jam.
7. Masukan kedalam desikator selama 15 menit.
8. Lakukan penimbangan hingga konstan.
9. Hitung nilai kadar air.

3.3.2. Kadar Abu


1. Siapkan alat dan bahan.
2. Masukan bahan hasil kadar air yang telah konstan kedalam cawan
porselen.
3. Panaskan dengan hotplate sampai hangus.
4. Biarkan hingga asap menghilang.
5. Masukan kedalam tanur.
6. Pastikan tanur dalam keadaan baik.
7. Sambungkan tanur kealiran listrik.
8. Nyalakan tombol power.
9. Tekan setting untuk mengatur Time 1 (Pengarangan) dan time 2
(Pengabuan).
10. Atur suhu 550oC selama 4 jam.
11. Tekan star sampai berbunyi “klik” pada tanur.
12. Tunggu selama 4 jam.
13. Masukan sampel kedalam desikator selama 15 menit.
14. Lakukan penimbangan sampai konstan 0,2 mg.
15. Hitung nilai kadar abu.
3.4. SKEMA
3.4.1. Kadar Air
Disiapkan alat dan bahan

Dikonstankan terlebih dahulu cawan porselen

Dipotong-potong sampel hingga setipis mungkin

Ditimbang sampel sebanyak 10 gram

Dimasukan sampel kedalam cawan porselen yang sudah konstan

Ditimbang

Dimasukan kedalam oven dengan suhu 105oC selama 2-3 jam

Dimasukan kedalam desikator selama 15 menit

Dilakukan penimbangan hingga konstan

Dihitung nilai kadar air


3.4.2. Kadar Abu
Disiapkan alat dan bahan

Dimasukan bahan hasil kadar air yang telah konstan kedalam cawan porselen

Dipanaskan dengan hotplate sampai hangus

Dibiarkan hingga asap menghilang

Dimasukan kedalam tanur

Dipastikan tanur dalam keadaan baik

Disambungkan tanur kealiran listrik

Dinyalakan tombol power

Ditekan setting untuk mengatur Time 1 (Pengarangan), time 2 (Pengabuan)

Diatur suhu 550oC selama 4 jam

Ditekan star sampai berbunyi “klik” pada tanur

Ditunggu selama 4 jam

Dimasukan sampel kedalam desikator selama 15 menit

Dilakukan penimbangan sampai konstan 0,2 mg

Dihitung nilai kadar abu

Anda mungkin juga menyukai