putri dan suaminya bernama Hengki. Ibu saritem bekerja di sebuah rumah orang kaya sebagai pengasuh
anak kecil bernama Ajeng. Setiap pagi tepatnya jam 05.00 dia sudah berangkat ke rumah majikannya
dan membuatkan bekal untuk Ajeng.
Bibi : Nak ini bekalmu, bibi sudah memasakan makanan yang kamu suka.
Ayah : Ajeng ayo berangkat ini sudah siang dan jangan lupa berpamitan ke nenek.
Pada malam hari tepatnya jam 07.00 Saritem pulang kerumah karena jam kerjanya sudah selesai.
Hengki : kamu dari mana saja? Aku sudah lapar cepat kamu masakan makanan yang enak.
Saritem : iya tadi aku mampir dulu buat beli bahan makanan.
Hengki : ohh iya kamu ada uang gak aku mau pinjem dulu uangnya.
Hengki : Jangan bohong kamu! (Plaakk…) Nah ini apa katanya gak ada uang.
Saritem : jangan ambil semuanya itu nanti buat bayar sekolah anak kita.
Hengki : aku tidak peduli, cepat kamu masaka aku sudah lapar.
Pada suatu hari Saritem tidak berangkat ke rumah majikan nya karena dia merasa sakit.
Ayah : dia tadi menelpon ayah katanya dia tidak bisa bekerja karena sakit.
Hari berikutnya
Nenek : Lohh Saritem kamu kok pucat sekali ? apa kamu sedang sakit ? Ajeng cepat panggil ayahmu