ATAU TOLERANSI
Makalah Individu
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tamadun Dan Tunjuk Ajar Melayu Islam
Semester V (Kls.5a) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UMRAH
TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU
disusun oleh:
قح هفرع نمل تانجلا نكسأو * هلاضفا ركشل بصتنا نمل تاكربلا حتفو * هللاجل ضفخنا نمل تاجردلا عفر يذلا لله دمحلا
ىلع مهلاوحأ اونب نيذلا هباحصأو هلآ ىلعو * هلك قلخلا لضفأ هنأب مزج نم ىلع ملاسلاو ةلاصلاو * هتفرعم
* هيف نوعجري موي ىلا ناسحإب مهعبت نمو * هتنس عابتا
Segala puji dan syukur, Al-Hamdu Lillah kami persembahkan kehadirat Allah SWT
pengatur alam semesta yang karena Rahmat, Taufiq, hidayahnya, Nikmat, KaruniaNya,
sehingga dapat menyelesaikan dan menyusun Sifat Pemalu Atau Penyegan Dan Sifat Suka
Damai Atau Toleransi yang sangat sederhana ini untuk menambah kelengkapan bahan
bacaan mahasiswa dan masyarakat yang ingin mempelajari Tamadun dan Tunjuk Ajar
Melayu.
Penyusunan makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang berjudul Sifat
Pemalu Atau Penyegan Dan Sifat Suka Damai Atau Toleransi ini disajikan dengan segala
kekurangan, kelemahan dan kahilafan, untuk itu diharapkan kepada para pembaca
memberikan ,tanggapan dan kritikan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan makalah
yang sangat sederhana ini.
Semoga Allah SWT meberkahi usaha ini serta bermanfaat bagi mahasiswa khususnya
dan masyarakat pembaca pada umumnya.
i
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3
D. PERMASALAHAN ........................................................................................................ 3
BAB II ........................................................................................................................................ 5
PENUTUP ................................................................................................................................ 13
A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 13
B. SARAN-SARAN ........................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sifat pemalu juga bertolak dari sifat tahu diri, sadar diri, tahu diuntung, dan
harga diri. Sifat pemalu merupakan sifat yang menjaga harga diri (martabat). Orang
yang tidak tahu malu berarti tidak tahu diri dan tidak menghargai diri sendiri. Sifat
pemalu tercermin dalam sikap dan tingkah-laku, seperti segan meminta bantuan, segan
menonjolkan diri, segan mengadukan kesusahan, segan mengambil muka, segan
berebut (tamak), segan mendahului orang tua, dan sebagainya.
Oleh karena itu, orang Melayu tampak acuh tak acuh. Bagi yang tidak mengenal
watak orang Melayu, tentu berpendapat bahwa orang Melayu kurang berambisi atau
kurang bergairah. Oleh karena sifat pemalunya, orang Melayu tidak mau ditegur,
dimaki, dan dicerca di hadapan orang banyak, dihina di hadapan orang banyak,
dipermalukan di hadapan orang, dan dihina tanpa sebab.
C. PENGERTIAN JUDUL
Malu ialah kata yang mengekspresikan perasaan yang tidak menyenangkan yang
dialami seseorang dalam situasi tertentu. Jenis perasaan ini muncul mungkin karena
reaksi dari tindakan diri sendiri atau tindakan orang lain yang dianggap tidak pantas
atau menyimpang dari norma yang berlaku dalam masyarakat. Jadi, rasa malu terle-tak
dalam pikiran seseorang dan orang yang malu biasanya mengeta-hui situasi yang
menyebabkan timbulnya rasa malu itu.
D. PERMASALAHAN
1. Apa saja pembahasan yang menyakut mengenai Sifat Pemalu Atau Penyegan Dan
Sifat Suka Damai Atau Toleransi?
2. Mengapa pentingnya mengetahui tentang mengenai Sifat Pemalu Atau Penyegan
Dan Sifat Suka Damai Atau Toleransi?
3. Apa saja kita alam menguasai pembahasan mengenai Sifat Pemalu Atau Penyegan
Dan Sifat Suka Damai Atau Toleransi?
E. JAWABAN MASALAH
1. Pada makalah ini penulis lebih membahas mengenai Sifat Pemalu Atau Penyegan
Dan Sifat Suka Damai Atau Toleransi tercermin dalam sikap dan tingkah-laku,
seperti segan meminta bantuan, segan menonjolkan diri, segan mengadukan
3
kesusahan, segan mengambil muka, segan berebut (tamak), segan mendahului
orang tua, dan sebagainya.
2. Pentingnya untuk membahas materi ini karena agar kita bisa memaham dan
mengerti mengenai Sifat Pemalu Atau Penyegan Dan Sifat Suka Damai Atau
Toleransi.
3. Manfaat yang didapati dalam menguasai pembahasan ini ialah wawasan ilmu yang
semakin bertambah, mengenai.
4
BAB II
5
kepribadian yang dimiliki oleh orang Melayu. Kebudayaan memiliki fungsi sebagai alat
komunikasi, pemersatu dan pencarian jati diri sehingga kebudayaan merupakan dasar
didalam pergaulan. Sebagai makhluk berbudaya tentunya tidak terlepas dari aturan yang
berlaku yang dikenal dengan norma dan nilai-nilai hukum. Karena orang Melayu identik
dengan islam, maka nilai-nilai islami menjadi pondasi dasr bagi orang Melayu.
Sebagai warga Negara dari suatu kedaulatan bangsa orang Melayu merupakan salah
satu suku dinegara ini, mengikuti warisan adat budaya yang dijunjung tinggi sejak dulu
serta berkepribadian dan bertingkah laku sesuai dengan adat istiadat yang diperlakukan.
Dengan demikian adat yang berlaku dalam kehidupan orang melayu tidak menyimpang
dari aturan dan hukum islam
Disisi lain, orang Melayu memantangkan malu dalam hal hal yang baik, mialnya malu
menuntut ilmu, malu mengakui kesalahan, malu melakukan pekerjaan kasar yang halal,
malu emminta petuah dan amanah. Orang tua tua mengatakan :
Kalau malu berbuat ibadat, dunia akhirat hidupnya tersesat
Kalau malu bekerja, hidup pun sengsara
Kalau malu emminta nasehat, dunia akhirat hidup sengsara
Kalau malu beramal, alamat mati tak bebekal
Merujuk pada acuan tersebut, maka orang Melayu melarang malu di jalan kebaikan
dan menyuruh malu berbuat keburukan.
Dalam kehidupan orang Melayu, orang tidak beraib maka alamatlah hina. Orang ini
dianggap rendah, hina, dan disamakan dengan hewan. Oleh karenanya, orang Melayu
berusaha memelihara sifat malusepanjang hayatnya.
Pandangan orang Melayu terhadap sifat malu dapat dilihat dari ungkapan tunjuk ajar
berikut :
Apa tanda Melayu jati,
Malu berbuat yang tidak terpuji
7
Orang melayu selalu mengidamkan anaknya menjadi “ orang “, dalam pengertian
menjadi orang yang berhasil, baik lahir maupun batin. Oleh sebab itu, mereka sangat
memperhatikan pendidikan anak – anak sejak dini . berbagai cara mereka gunakan sebagai
media untuk menyampaikan ajaran agama, adat istiadat tersebut didalam sanubari anak –
anak mereka. Tetapi orang melayu juga tidak lupa memberikan didikan kepada anaknya
untuk memiliki sifat yang penyegan ataupun pemalu.
Ada pepatah orang tua menyatakan bahwa “kalo malu sudah hilang, hidupnya sama
dengan binatang “ artinya sifat pemalu adalah sifat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat
melayu dan merupakan cerminan masyarakat melayu.
Adapun pun contoh – contoh sifat pemalu yang mencerminkan masyarakat melayu:
a. Malu berbuat kejahatan
b. Malu pekerjaan tercela
c. Malu berkata kasar
d. Malu menyombong
e. Malu menipu
f. Malu berkhianat
g. Malu berduhaka
Disisi lain malu tidak digunakan ketika kita ingin :
a. Mengakui kesalahan dan kebodohan diri sendiri
b. Malu menuntut ilmu
c. Berterus terang
d. Bertanggung jawab
e. Melakukan pekerjaan kasar yang halal
Ada sebuah petuah yang menyatakan bahwa :
Kalau malu bekerja hidup pun sengsara
Kalo malu meminta nasehat, dunia akhirat hidup sengsara
Kalo malu beramal, alamat mati berkelah
Contoh tunjuk ajar melayu dalam sifat malu :
Apa tanda melayu terbilang
Malu mengumpat dari belakang
Malu hidup diketiak orang
Malu menolong menagih hutang
Malu melanggar pantang dan larang
Malu menjalani hukum dan undang – undang.
8
bersangka baik terhadap sesama mahluk. Orang tua-tua mengatakan, “adat orang baik-
baik, selalu bersangka baik”. Mereka menjelaskan, bahwa dengan bersangka baik
persatuan dan kesatuan masyarakat dan bangsa serta kerukunan dalam kehidupan
sehari-hari akan terpelihara. Sebaliknya, bila hidup penuh dengan kecurigaandan
bersangka buruk hanya akan menumbuhkan fitnah memfitnah, tomah menomah, iri
mengiri, dengki mendengki, dan sebagainya yang dapat menimbulkan perpecahan dan
permusuhan. Hal ini dapat pula menggoyahkan persatuan, kesatuan dan kerukunan
masyarakat.
Orang Melayu tahu diri. Ia selalu menghargai orang lain, sebagaimana menghargai
dirinya sendiri. Oleh karena itu, ia selalu terbuka dan berlapang dada. Setiap orang yang
datang ke kampung halamannya selalu diberi pertolongan. Mereka beranggapan, orang
tidak boleh tidur di jalan atau minum di sumur. “Biar rumah sempit, tapi hati lapang”.
Orang yang dapat menghargai orang lain adalah orang yang berhati mulia. Kebaikan
hati akan meningkatkan harga atau martabat diri, sekaligus martabat kampung
halamannya.
Akibat dari sifat toleransi ini, orang Melayu sangat senang bertolak ansur, tidak
cerewet atau banyak cing-cong, dan gampang berurusan. “Cincai-cincailah”, kata orang
Cina. Sifat suka bertolak ansur dan tidak cerewet itu menyebabkan orang Melayu
disegani para pendatang. Sifat ini juga menyebabkan orang Melayu suka mengalah,
karena orang Melayu tidak mau ribut dan berselisih paham, yang akan menyebabkan
harga dirinya luntur.
Mereka menjelaskan lagi bahwa kehidupan bersangka baik menyebabkan tali
persaudaraan antara sesama bangsa, kaum, dan sahabat tetap kokoh. Bersangka baik
mencerminkan perilaku terpuji yang menjadi darah daging orang Melayu. Mereka
dengan ikhlas menyambut siapa saja yang tiba. Sikap inilah yang sejak dahulu
menyebabkan orang Melayu dikenal ramah tamah dan terbuka. Sikap bersangka baik ini
pula kadangkala dimanfaatkan orang lain untuk “ menipu” orang Melayu.
Orang tua-tua mengingatkan, walaupun orang bersangka buruk, tetapi orang
Melayu hendaklah tetap bersangka baik tanpa memandang suku dan bangsa. Ungkapan
adat mengatakan,” apa tanda orang mulia, berbaik sangka sesama manusia”. Dalam
ungkapan lain dikatakan, “ siapa hidup berbaik sangka, dunia akhirat hidup sentosa”.
Sebaliknya, orang yang selalu bersangka buruk terhadap orang lain alamatlah dibenci
dan dipantangkan. Orang tua-tua mengatakan,” siapa hidup bersangka buruk, dunia
akhirat kena kutuk “.
Acuan diatas menyebabkan orang Melayu selalu bersangka baik kepada siapa saja.
Mereka dengan ikhlas dan berlapang dada menyambut kedatangan orang lain dan
berusaha untuk membantu dan menyenangkannya.
Sikap orang Melayu ini dapat dilihat dari ungkapan tunjuk ajar berikut:
9
Apa tanda Melayu jati,
Bersangka baik berlurus hati
Apa tanda Melayu jati,
Bersangka buruk ia jauhi
Orang tua-tua melalui tunjuk ajarnya mengingatkan pula tentang keburukan sifat
orang yang bersangka buruk dan berhati jahat terhadap sesama manusia. Dalam ungkapan
dikatakan:
Siapa suka bersangka buruk,
Budinya jahat hatinya busuk
10
dengan berdada lapang, pemaaf, pemurah dan bertenggang rasa untuk menjauhkan
munculnya bibit permusuhan antarsesama. Oleh karenanya, setiap terjadi perbedaan
pendapat atau perselisihan hendaklah cepat diredam dengan cara saling memaafkan.
Secara arif, orang Melayu mengatakan,” bunga api janagn dibiarkan merebak
membakar negri”, maksudnya bibit permusuhan ataupun dendam kesumat jangan
dibiarkan berkembang didalam kehidupan bermasyarakat supaya tidak menimbulkan
kebiasaan buruk bagi kehidupan masyarakatnya.
Acuan ini menyebabkan sifat pemaaf, sikap pemurah, sikap tenggang rasa, dan
sikap kesetiakawanan amat dimuliakan. Sebaliknya, sifat yang membangkang, tidak
mau bermaafan, mau menang sendiri, dan keras kepala dianggap sebagai sifat sifat
buruk dan menyalahi ajaran agama serta adat istiadatnya. Tunjuk ajar Melayu
mengatakan :
Apa tanda Melayu jati,
Dendam kesumat ia jauhi
Tulus ikhlas bermurah hati
Kesalahan orang ia ampuni
Tunjuk ajar Melayu mengatakan pula keburukan orang yang tidak mau memaafkan
orang lain, pendendam, dan tidak mau menyadari kesalahan sendiri. Dalam ungkapan
dikatakan:
Siapa tak mau memaafkan orang,
11
Tanda akalnya masih kurang
Orang tua-tua selalu menyampaikan tunjuk ajarnya agar anggota masyarakat
menjauhi sifat loba, tamak, kedekut, serakah dan sejenisnya. Hal ini dilakukan supaya
mereka dapat hidup tolong-menolong, rasa-merasa, tenggang-menenggang, dan maaf-
memaafkan. Cara inilah yang mampu mewujudkan kehidupan yang aman, tertib dan
sejahtera. Dalam ungkapan dikatakan :
Adat hidup Melayu jati,
Elok pemurah elok pekerti
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Malu adalah sifat yang dijunjung tinggi oleh orang Melayu. Orang tua-tua
mengatakan “kalau malu sudah hilang, hidupnya sama dengan binatang “. Dalam
tunjuk ajar Melayu, sifat malu adalah cermin moral. Malu yang dimaksud disini adalah
malu berbuat kejahatan, malu mengerjakan pekerjaan tercela, malu berkata kasar,
malu menyombong, malu menipu, malu berkhianat, malu berdurhaka, malu menjilat,
malu mengambil muka, malu merampas hak orang lain, malu berbuat semena mena,
malu melepaskan kewajiban dan tanggungjawab, malu membuka aib orang.
Orang Melayu tahu diri. Ia selalu menghargai orang lain, sebagaimana
menghargai dirinya sendiri. Oleh karena itu, ia selalu terbuka dan berlapang dada.
Setiap orang yang datang ke kampung halamannya selalu diberi pertolongan. Mereka
beranggapan, orang tidak boleh tidur di jalan atau minum di sumur. “Biar rumah
sempit, tapi hati lapang”. Orang yang dapat menghargai orang lain adalah orang yang
berhati mulia. Kebaikan hati akan meningkatkan harga atau martabat diri, sekaligus
martabat kampung halamannya.
B. SARAN-SARAN
Dalam penulisan makalah ini saya meyadari bahwa masih banyak kekeliruan
dan kesalahan dalam hal penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu,saya menantikan saran dan kritikan yang sifatnya membangun untuk
pembuatan makalah selanjutnya. Dan saya juga mengharapkan mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat.
13
DAFTAR PUSTAKA
Maswardi Muhammad Amin, Prof. Dr. H MPd. 2012. Memasyaratkan Budi Pekerti Yang
Terkandung Dalam Gurindam Dua Belas (Raja Ali Haji), Yogyakarta: Absoulute
Media.
Muhammad Idris DM, H. Drs. MM, Msi, dkk. 2017. Tamadun dan Tunjuk Ajar Melayu.
Tanjungpinang: Milaz Grafik, cet. I
Tenas Effendy, 1994. Tunjuk Ajar Melayu. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan
Budaya Melayu.
Tenas Effendi, 2004. Tunjuk Ajar Melayu ( Pantun Nasehat). Yogyakarta: Adicita Group.
Tenas Effendy, 2013b. Tunjuk Ajar Melayu tentang Wakil. Pekanbaru: Lembaga Adat Melayu
Riau.
http://nurnazans.blogspot.com/2010/06/manusia-berbudi-luhur.html
https://republika.co.id/berita/kolom/resonansi/o7dorm319/akhlak-mulia-budi-pekerti-luhur-
dan-pendidikan
14