Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH “RED FLAGS”

Daftar Isi
Kata Pengantar
Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Pembahasan
Pembahasan
Penutup
Kesimpulan
Pesan/Kesan

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan ekonomi di Indonesia bahkan di dunia, mengalami banyak perubahan
yang sangat besar. Sehingga berdampak besar pada tatanan kehidupan manusia, dari segi
kebutuhan akan pangan, papan, hingga sandang yang menggambarkan gaya hidupnya. Tuntutan
untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup itulah yang biasanya menjadi cambuk terbesar bagi
setiap individu. Pencapaian yang besar dalam hal ekonomi inilah yang secara besar
mempengaruhi timbulnya kebutuhan yang besar, dan selalu diiringi oleh kejahatan dengan
bentuk-bentuk yang beragam, baik pada bidang sosial maupun ekonomi itu sendiri.
Kejahatan yang terjadi memiliki karakteristik yang berbeda-beda, namun dalam hal
pemenuhan kebutuhan dan gaya hidup, biasanya berupa penipuan yang diikuti dengan kekerasan
fisik, kejahatan terselubung, hingga kejahatan dalam lingkup besar. Contoh-contoh penipuan,
seperti penyuapan, penyelewengan asset, hingga korupsi yang dilakukan berjamaah. Penipuan-
penipuan tersebut terjadi karena adanya beberapa kemungkinan, yang berupa tekanan atau
motivasi dalam diri, etika individual, pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman sebelumnya
atau melihat dari pengalaman orang lain. Serta faktor dominan yaitu adanya peluang dan
kesempatan.
Kesempatan dan peluang muncul cenderung dikarenakan adanya kelemahan dalam
system pengendalian perusahaan, baik dalam prosedur, peraturan berupa perangkat hukum, tata
kerja, etika perusahaan dan para pegawai, hingga lemahnya pengawasan perusahaan. Berbagai
cara dilakukan untuk mendeteksi dan mencegah adannya penipuan. Namun, pengenaan sanksi
yang sepadan dengan kejahatan tersebut, cenderung belum dapat dilakukan. Sehingga risiko-
risiko munculnya kecurangan masih besar untuk terjadi.
Gejala kecurangan atau sidik jari kecurangan yang biasa disebut red flags dapat
diidentifikasi oleh pihak manajemen agar menjadi sebuah cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi kemugkinan kecurangan yang akan terjadi. Dilihat dari berbagai kecurangan yang
pernah terjadi, seharusnya pihak manajemen dan internal auditor dapat menangani secara dini.
Pada makalah ini, akan dibahas red flags yang dimaksud sebagai jejak-jejak sidik jari
yang ditinggalkan oleh pelaku kejahatan, dapat berupa dokumen-dokumen maupun berkas-
berkas tertulis yang berada di sekitar tempat kejadian perkara (tkp) tersebut. Red flags mencakup
beberapa skema penipuan, baik skema individu maupun skema kelompok. Adanya pembahasan
terkait red flags ini, diharapkan dapat membantu untuk memahami bentuk-bentuk skema
penipuan dan sidik jari penipuan yang mungkin ditinggalkan oleh pelaku kejahatan.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat rumusan masalah pada penelitian
ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan red flags ?
2. Apakah standar professional untuk red flags penipuan dan tanggung jawab professional ?
3. Bagaimanakah red flags secara umum ?
4. Bagaimanakah red flags secara khusus ?

TUJUAN PEMBAHASAN
Berikut tujuan dari pembahasan masalah diatas, yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi dari red flags.
2. Untuk mengetahui standard dan tanggung jawab professional untuk red flags.
3. Untuk memahami penjelasan terkait red flags secara umum.
4. Untuk memahami penjelasan terkait red flags secara khusus.
PEMBAHASAN
1. Definisi Red Flags
Untuk memiliki kemungkinan yang tinggi dalam mendeteksi kecurangan, seorang auditor
kecurangan atau akuntan forensik perlu memahami sebanyak mungkin bendera merah dari
kecurangan. Auditor penipuan, dan terutama auditor internal, perlu memahami bendera umum
yang menunjukkan penipuan tetapi tidak selalu terkait dengan skema penipuan tertentu. Bendera
ini termasuk perubahan gaya hidup atau perilaku karyawan dan tip atau keluhan dari karyawan
lain bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Tetapi identifikasi dari bendera-bendera merah yang
terkait dengan penipuan spesifik

2. Standar Profesional
Organisasi professional akuntansi sebagian besar telah menggabungkan konsep red flags
penipuan dengan mengadopsi beberapa standar teknis dan menjadikan red flags sebagai kunci
pedoman. Tiga contoh kelompok profesional dan standar adalah Institut Akuntan Publik
Amerika (AICPA), American Association of Audit and Control Association (ISACA), dan
Institute of Internal Auditor (IIA) yang berperan dalam audit untuk penipuan.

a. American Institute of Certified Public Accountants (AICPA)


AICPA dalam Standar Audit (SAS) No. 99, Pertimbangan Penipuan dalam Audit
Laporan Keuangan. Identifikasi bendera merah itu terkait dengan pekerjaan Asosiasi Penguji
Penipuan Bersertifikat (ACFE) dan pendiri Joe Wells pada khususnya. Wells dan ACFE
berkontribusi pada pengembangan bendera merah yang terkandung dalam lampiran SAS No. 99.
Matrik ”Red Flags” berdasarkan atas Triangle Tree
Red flags terdaftar menggunakan matrix yang terdiri dari three legs, fraud triangle, and tree
fraud. Lampiran SAS No. 99 mengidentifikasikan bendera merah yang berupa :
a. tekanan dan terkait dengan penipuan laporan keuangan,
b. bendera merah yang berupa peluang terkait dengan penipuan penyelewengan aset,
c. bendera merah rasionalisasi untuk skema korupsi, dan seterusnya, untuk total sembilan
sel dalam matriks.

b. The Information System Audit and Control Association (ISACA)


ISACA menyediakan daftar serupa dalam literatur teknisnya. Panduan “Ketidakberesan
dan Tindakan Ilegal (Irregularities and Illegal Acts)'' (Standar 030.020.010) untuk '' Prosedur
untuk Sistem Informasi Audit (Procedures for Information Systems Auditing) '' yang menjadi
efektif pada 1 November 2003. Bagian 4.1 memberikan daftar '' Pertimbangan Audit (Audit
Consideration)'' yang mencakup bendera merah (red flags), di antara masalah lain, terutama
dalam segmen '' Penerapan CAAT (Application of CAATs)''.

c. The Institute of Internal Auditors (IIA)


Literatur IIA penuh dengan standar teknis dan profesional IIA yang juga menangani penipuan.
Standar Internasional IIA untuk Praktek Profesional Audit Internal menyatakan di bagian
1210.A2 bahwa :
“Auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk mengidentifikasi indikator-
indikator kecurangan tetapi tidak diharapkan memiliki keahlian dari seseorang yang tanggung
jawab utamanya mendeteksi dan menyelidiki kecurangan.”

Tanggung Jawab Profesional


Berdasarkan ketiga organisasi diatas, dapat disimpulkan bahwa auditor diharapkan dapat :
a. Mengidentifikasi indikator utama penipuan dalam proses melakukan layanan
professional, sehingga perlu dilatih dalam aspek identifikasi dan pendeteksian
kecurangan menggunakan bendera merah.
b. Menggunakan pelatihan, artikel, seminar, pendidikan, dan cara lain untuk
mengembangkan pemikiran yang efektif.
c. Mengatur faktor-faktor terkait dengan penipuan dan terutama untuk red flags.
d. Memiliki probabilitas yang tinggi untuk mengenali red flags yang jelas jika mereka temui
tanda-tanda kecurangan.

3. “Red Flags” Umum


Secara umum, beberapa red flags terjadi pada semua penipuan, atau pada umumnya
terjadi untuk kategori utama penipuan yang berada di pohon penipuan.
a. Penipuan Laporan Keuangan
Kecurangan utama penipuan yang ada pada pohon penipuan adalah penipuan finansial.
Penipuan ini umumnya dilakukan oleh manajemen senior, baik untuk keuntungan organisasi
(setidaknya sebagian atau tidak langsung), atau untuk keuntungan organisasi dan pelaku
penipuan. Tetapi tetap saja, pada akhirnya, itu tidak akan menguntungkan organisasi. Untuk
penipuan kategori ini, beberapa red flags umumnya berbeda dari yang terkait dengan penipu
yang melakukan penipuan penyelewengan aset atau penipuan korupsi. Umumnya, red flags
dikaitkan dengan laporan keuangan yang mencakup:
 Anomali akuntansi
 Pertumbuhan cepat
 Laba tidak normal
 Kelemahan pengendalian internal
 Agresivitas manajemen eksekutif
 Obsesi dengan harga saham oleh manajemen eksekutif
 Manajemen mikro oleh manajemen eksekutif
Red flags untuk kategori ini yang paling umum dapat dilihat dari gaya manajemen atau
karakteristik para eksekutif kunci. Biasanya, manajer senior memiliki kelemahan yang sulit
diamati dalam etika pribadinya, tetapi juga dapat menunjukkan sifat agresif yang terlalu
mencolok dan sulit untuk dikendalikan.
 eksekutif dapat terus menghasilkan dan menyetujui tujuan keuangan yang terlalu optimis.
 mendominasi dengan karyawan, berusaha untuk menjaga orang di bawah jempolnya.
 mengarahkan auditor internal dan eksternal di sekitar atau menjauh dari daerah-daerah di
mana penipuan kemungkinan besar akan ditemukan.
 menjadi rahasia atau menyimpan informasi keuangan tertentu dekat dengan rompi.

b. Penyelewengan Aset
Pada kategori penipuan penyelewengan aset biasanya dilakukan oleh karyawan, terhadap
organisasi, untuk keuntungan karyawan itu sendiri. Menurut Lux dan Fitiani, red flags perilaku
umum meliputi:
 Perubahan tingkah laku
 Ketidakmampuan untuk menatap mata orang lain
 Peningkatan lekas marah
 Riwayat pekerjaan yang tidak teratur
 Masalah karakter
 Kemarahan yang konsisten
 Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain
 Perubahan gaya hidup
Pada orang yang memiliki kode etik pribadi yang lebih tinggi, perubahan perilaku
cenderung lebih mungkin terjadi dimana hati nurani mereka akan mulai mengganggu mereka.
Red flags terakhir, yaitu perubahan gaya hidup, cenderung yang paling umum dalam daftar ini.
Para pelaku penipuan yang tertangkap, sebagian besar cenderung meningkatkan kejahatan
mereka dengan mengambil lebih banyak skema yang sama setiap tahun sehingga tidak terdeteksi
atau dengan menambahkan skema lain.
Adapun red flags lain yang ditunjukkan oleh karyawan adalah :
 Ketidakpuas karyawan dengan atasan
 Tidak pernah berlibur atau mengambilnya dalam jangka waktu yang singkat
(kemungkinan dalam skema pemecatan dan hantu karyawan)
 Memiliki masalah keuangan atau masalah hutang
 Adanya masalah psikotik yang muncul dalam perilaku mereka
 Mempertunjukkan karakteristik perilaku yang terkait dengan egosentrik
 Adanya keluhan untuk atasan yang mengendalikan segalanya
 Tolak transfer, promosi, atau tawaran pekerjaan lainnya
c. Korupsi
Kategori selanjutnya adalah penipuan korupsi dilakukan oleh para karyawan kepada
organisasi, untuk keuntungan karyawa itu sendiri. Korupsi biasanya terjadi ketika seseorang di
dalam perusahaan bekerja dengan seseorang di luar sedemikian rupa sehingga hubungan itu
merugikan organisasi. Identifikasi hubungan ini sangat penting untuk pencegahan dan deteksi
penipuan. Sebagai red flags biasanya ditunjukkan dengan perilaku umum dan perubahan gaya
hidup, tetapi perlu juga memperhatikan hal-hal berikut :
 Hubungan antara karyawan kunci dan vendor resmi
 Kerahasiaan di sekitar hubungan pihak ketiga ini
 Kurangnya ulasan tentang persetujuan manajemen untuk mencari tahu hubungan pihak
ketiga yang mungkin ada Anomali dalam mencatat transaksi
 Anomali dalam menyetujui vendor

4. “Red Flags” Khusus


Red flags khusus merupakan bentuk red flags lain untuk bentuk penipuan tertentu. Pada
bagian ini mengilustrasikan beberapa red flags yang diketahui untuk masing-masing skema
penipuan yang terbilang besar. Red flags ini telah ditambahkan dengan beberapa pengembangan
metode detektif yang berpotensi efektif untuk mendeteksi penipuan tertentu.
a. Skema Laporan Keuangan
Pada kategori skema penipuan ini telah terbagi menjadi enam penipuan yang spesifik.
Keenam skema ini telah dibahas dalam SAS 99. Berikut red flags untuk semua jenis skema
laporan keuangan (sebagian besar diambil dari SAS No. 99) :
 Stabilitas keuangan atau profitabilitas oleh ekonomi, industri, atau kondisi operasional
internal yang terancam tidak stabil.
 Tekanan berlebihan pada manajemen untuk memenuhi persyaratan keuangan yang sangat
agresif dan terbilang tinggi.
 Bukti bahwa eksekutif atau anggota dewan memiliki ketergantungan finansial pribadi
pada kinerja entitas
 Transaksi atau hubungan yang sangat kompleks kepada pihak ketiga
 Pemantauan yang tidak efektif terhadap eksekutif
 Struktur organisasi yang kompleks atau tidak stabil
 Kontrol internal yang defisien, terutama defisiensi signifikan atau kelemahan material
 Peningkatan margin kotor yang tidak wajar, terutama jika dibandingkan dengan rata-rata
industri
 Arus kas negatif berulang dari operasi, terutama ketika digabungkan dengan laba yang
meningkat dan arus kas positif secara keseluruhan
 Laba tidak biasa, terutama jika jauh di atas rata-rata industri
 Pertumbuhan cepat, laba di atas rata-rata Standard & Poor's (S&P)
 Transaksi signifikan dengan pihak-pihak terkait, terutama ketika pihak lain tidak diaudit
atau diaudit oleh perusahaan audit yang berbeda
 Transaksi yang signifikan, tidak biasa, atau sangat rumit pada akhir tahun fiskal
 Volume penjualan yang signifikan ke entitas yang substansi dan pemiliknya tidak
diketahui
 Pertumbuhan pendapatan yang tidak biasa oleh minoritas unit bisnis
Perbedaan Waktu (Perlakuan Tidak Tepat pada Penjualan)
Penipuan model ini berpusat pada pemesanan penjualan yang terlalu dini atau akan
bergerak dalam beberapa minggu atau bulan. Red flags untuk skema ini berpusat pada cara
transaksi yang tidak benar tersebut akan dilakukan. Misalnya mengenai penjualan yang
berpotensi tidak sah seperti pengurusan saluran (channel suffing), red flags nya adalah penjualan
yang dicatat sebelum ditransaksikan (pelanggaran GAAP). Channel suffing red flags nya yaitu
pengembalian barang dagangan yang berlebihan, disertai dengan kredit penjualan, terutama pada
hari-hari awal periode pelaporan keuangan baru (yaitu, beberapa hari pertama dari kuartal baru
atau tahun fiskal baru).
Pendapatan Fiktif
Pendapatan fiktif diciptakan hanya dengan mencatat penjualan yang tidak pernah terjadi.
Red flags yang terkait dengan jenis transaksi ini atau hasilnya meliputi :
 Peningkatan aset yang tidak biasa (sisi lain dari entri untuk menciptakan pendapatan yang
menguntungkan)
 Pelanggan dengan data yang hilang (terutama alamat fisik dan nomor telepon)
 Perubahan yang tidak dijelaskan dalam hubungan tertentu atau tren rasio (seperti
pendapatan tumbuh tetapi piutang tidak)
Concealed Liabilities (Pencatatan Kewajiban yang Tidak Benar)
Pelanggaran yang dilakukan dengan memindahkan liabilitas dari satu buku entitas ke
entitas lainnya untuk mendapatkan keuntungan dengan cara yang tidak etis. Kewajiban juga
dapat disembunyikan dengan tidak mencatat kewajiban yang sah. Red flags yang terkait dengan
jenis transaksi tersebut meliputi :
 Transfer yang tidak wajar dan tidak dapat dijelaskan antar entitas terkait dalam transaksi
tersebut.
 Penggunaan perusahaan audit yang berbeda-beda untuk setiap entitas cabang.
 Faktur oleh vendor atau kewajiban-kewajiban lainnya yang tidak ada dalam dokumen.
 Transfer berlebihan dari satu entitas ke entitas terkait (seperti, anak perusahaan).
Pengungkapan yang Tidak Memadai
Pengungkapan yang tidak benar bisa menjadi taktik oleh para penipu untuk
menyembunyikan penipuan. Red flags nya meliputi :
 Catatan pengungkapan yang sangat membingungkan sehingga sulit untuk menentukan
sifat sebenarnya dari peristiwa atau transaksi tersebut
 Penemuan kontinjensi hukum yang tidak diungkapkan, atau peristiwa penting lainnya
 Penemuan penipuan yang tidak diungkapkan
Penilaian Aset yang Tidak Benar
Peningkatan nilai asset dapat meningkatkan keuntungan. Peningkatannya dapat berupa
penambahan nilai pada biaya awal atau dengan mengurangi akun kontra yang masuk dengan aset
yang dapat didepresiasi. Red flags nya meliputi:
 Kenaikan nilai buku aset yang tidak biasa atau tidak dijelaskan (inventaris, piutang, aset
berumur panjang)
 Tren rasio atau hubungan aset yang tidak biasa dengan bagian lain dari laporan keuangan
(misalnya, peningkatan konsisten dalam jumlah hari dalam rasio piutang, perubahan rasio
piutang terhadap pendapatan)
 Pelanggaran GAAP dalam mencatat biaya sebagai aset
 Kecenderungan manajemen menjadi tidak responsif ketika auditor internal melaporkan
aset yang perlu dihapus dari neraca (karena mereka diduga sudah pensiun, atau
dipindahkan ke entitas bisnis yang berbeda)
b. Skema Penyelewengan Aset
Kategori skema penyelewengan aset ini adalah jenis penipuan yang paling umum terjadi.
Pencurian atau penyalahgunaan aset, biasanya melibatkan uang tunai. Secara keseluruhan, total
32 skema penipuan individu berbeda terkandung dalam kategori utama ini. Skema atau
kelompok skema yang akan dibahas dipilih karena probabilitas kemunculannya (yaitu, terjadi
lebih sering daripada yang lain) atau biaya yang lebih tinggi (skema mencakup 14 skema
individu teratas).
Kekurangan Uang Tunai
Pencabutan uang tunai hanyalah pencurian uang tunai dari majikan, yang terjadi setelah
itu dicatat dalam pembukuan. Ini termasuk uang tunai dan cek. Red flags meliputi:
 Penurunan yang tidak biasa atau tidak dijelaskan dalam tingkat simpanan di bank
 Perbedaan yang tidak biasa atau tidak dijelaskan antara rekening atau laporan kegiatan
dan informasi laporan bank
 Perubahan gaya hidup karyawan yang terlihat mencolok
Skema Penagihan
Skema penagihan ini adalah salah satu dari jenis penyalahgunaan aset yang paling umum
ditemui, berdasarkan statistik dari berbagai laporan ACFE report to the nation. Kategori ini juga
mengandung sejumlah skema berbeda, seperti :
1. Perusahaan Shell
Skema perusahaan shell ini, dengan menggunakan perusahaan fiktif, para penipu mendirikan
perusahaan resmi sebagai sarana untuk mengalihkan cek dari sumber daya perusahaan
(atasan) ke penipu untuk keuntungan dirinya sendiri. Biasanya vendor fiktif ini adalah nama
yang dibuat-buat, dan seringkali alamatnya adalah kotak pos kantor. Terkadang pelakunya
akan menggunakan derivasi dari nama vendor yang sah, sehingga dapat membingungkan
orang-orang yang mungkin melihat cek atau nama vendor yang fiktif itu. Red flags nya
meliputi :
 Penggunaan kotak pos kantor (POB) untuk satu-satunya alamat vendor, atau sebagai
pengganti alamat fisik
 Kurangnya data kontak yang memadai: nomor telepon tidak ada, dan sebagainya
 Penggunaan faktur yang dihasilkan Excel oleh vendor
 Sequential nomor faktur dari vendor
 Alamat yang cocok dengan alamat karyawan
 Vendor yang hanya menagih untuk layanan
 Menggunakan angka bulat untuk jumlah pada faktur
 Menggunakan deskripsi yang tidak dapat dipahami pada faktur
 Item aneh yang dibeli (misalnya, kerikil untuk pengacara)
 Kurang detail pada faktur
 Lipatan tidak teratur pada faktur dari vendor yang sama (misal, sepertinya dikirim dalam
saku baju!)
 Tidak ada nomor identifikasi pemberi kerja (EIN) atau yang tidak patut (misalnya, tidak
sesuai format format suatu EIN yang tepat)
 Tidak ada nomor identifikasi pajak penjualan atau yang tidak tepat
 Peningkatan harga barang yang tidak biasa
 Rasio irasional
 Vendor yang secara konsisten dibayar lebih cepat dari vendor lain
 Tip dan keluhan yang berlaku, terutama dari karyawan siapa yang dapat mengamati
penipuan atau bukti penipuan dan Notasi untuk biaya ‘‘ ekstra ’atau‘ ‘khusus’

2. Vendor Pass-Through
Model dari skema vendor pass-through mirip dengan skema perusahaan shell. Dalam
skema pass-through vendor, vendor benar-benar mengirimkan produk kepada majikan, tetapi
harga yang dibayarkan kepada vendor terlalu tinggi. Pelaku penipuan membuat vendor fiktif
untuk tujuan menipu pengusaha atau karyawan perusahaan agar membayar dengan harga yang
lebih tinggi untuk mengambil kelebihan untuk dirinya sendiri. Red flags nya sama dengan skema
milik perusahaan shell, dan ditambah dengan :
 Tips dari karyawan bahwa entitas membayar terlalu banyak untuk barang atau jasa
tertentu
 Bukti bahwa harga tinggi dibayar untuk produk atau layanan tertentu
 Menurunnya laba, meningkatkan harga barang yang dijual
 Kontrol internal yang buruk, terutama kurangnya pemisahan antara menambahkan vendor
dan menyetujui kontrak atau faktur. (Jika orang yang sama dapat melakukan keduanya,
itu adalah bendera merah.)
 Jumlah faktur tepat di bawah tingkat persetujuan, terutama jumlah faktur berlebihan di
bawah jumlah tersebut oleh vendor atau karyawan yang menyetujui transaksi
3. Vendor Tidak Bertindak
Skema ini melibatkan vendor yang sah atau menjadi peserta yang tidak bersalah. Para
pelaku biasanya mengirim tagihan kepada perusahaan dengan menggunakan faktur vendor,
penipu membujuk vendor yang sah untuk mengirimkan cek, biasanya untuk pengembalian uang
kepada atasan. Penipu itu menyadap yang memeriksa dan memalsukan dukungan untuk
menguangkannya demi keuntungannya sendiri. Red flags meliputi:
 Penggunaan nomor faktur di luar kisaran urutan normal
 Tingkat pembelian yang tidak biasa atau tidak dijelaskan dari vendor
 Pembelian barang tertentu yang tidak biasa atau tidak dijelaskan
4. Pembelian Pribadi
Penipuan pembelian pribadi ini, biasanya dilakukan penipu hanya untuk meminta
perusahaan membayar barang-barang pribadinya. Perkembangan teknologi memudahkan
pendeteksian skema seperti ini.
Contoh kasus : Kantor Akuntansi Umum (GAO) pembelian e-procurement.
Auditor tidak dapat memeriksa catatan dengan baik karena kurangnya detail yang cukup
dalam catatan mereka. Auditor menghubungi perusahaan kartu kredit dan memperoleh salinan
data mereka dari database lembaga keuangan, kemudian mengurutkan data dengan melihat kode
barang dagangan dan menariknya yang tidak sesuai dengan penggunaan normal. Ribuan dollar
dari pengeluaran tidak sah terdeteksi dengan cara ini. Pengeluaran tidak sah ini dapat dilakukan
untuk pedagang normal (seperti, maskapai penerbangan, hotel, penyewaan mobil), dan mereka
mungkin tidak akan terdeteksi menggunakan prosedur audit khusus ini. Red flags nya meliputi :
 Kegiatan atau aktivitas yang tidak biasa atau tidak dijelaskan pada kartu kredit
perusahaan
 Pembelian barang-barang yang tidak biasa
 Karyawan yang terlalu banyak menganggur
 Pola pembelian di bawah ulasan atau berlebihan, seperti biaya yang berlebihan (over-
budget)
5. Skema Penggajian
Skema penggajian ini membuat perusahaan untuk membayar upah yang seharusnya tidak
diperoleh. Cara penipuan semacam itu bervariasi, tetapi semuanya mengarah pada orang yang
tidak berwenang, seperti kenaikan gaji atau periode gaji yang tidak sah. Skema tertentu termasuk
karyawan hantu, upah yang dipalsukan, komisi, dan kompensasi pekerja palsu.
6. Karyawan Hantu atau Fiktif
Skema karyawan fiktif ini dilakukan oleh penipu yang menambahkan seseorang,
langsung atau nyata, ke file daftar gaji dengan mencegat cek atau mengirimkannya ke kaki
tangan atau POB-nya sendiri.
Contoh : manajemen properti perusahaan telah memutuskan untuk memperluas ke negara
tetangga. Para manajer dari bisnis milik keluarga menugaskan manajemen dari fasilitas yang
baru saja dibuka untuk memberikan pekerjaan kepada mereka, seorang wanita yang telah bekerja
untuk mereka selama beberapa tahun, memiliki kepribadian yang hebat, dan sangat loyal. Dia
dikirim ke properti baru sebagai satu-satunya karyawan penuh waktu di bisnis ini dan
dianugerahi seorang pria paruh waktu. Ketika dia memutuskan, dia memutuskan untuk
memberikan upahnya pada jam kerja, melanjutkan pembayaran pada waktunya, mencegat gaji
ketika kembali, memalsukan tanda tangannya, dan dengan demikian meningkatkan penghasilan
pribadinya. Dalam kasus ini, hantu itu orang yang nyata — mantan karyawan. Penipuan
karyawan hantu lainnya menggunakan orang yang beriman. Fakta di balik bagaimana penipuan
ini dilakukan mengarah pada bendera merah, yang mengarah pada cara yang efektif untuk
mendeteksi penipuan.
Red flags meliputi :
 Kenaikan upah yang tidak dapat dijelaskan atau tidak biasa
 Cek gaji untuk karyawan yang :
 Tidak pernah mengambil cuti,
 Tidak pernah mengambil cuti sakit,
 Tidak memiliki pajak yang ditahan,
 Tidak memiliki pemotongan,
 Tidak memiliki nomor Jaminan Sosial (SSN) atau yang tidak valid,
 Memiliki POB dan tidak ada alamat fisik
 Miliki alamat yang digandakan oleh karyawan lain, atau itu adalah alamat kerabat atau
teman
 Tidak memiliki nomor telepon, atau nomor telepon rangkap, atau nomor telepon itu
adalah telepon kantor dari majikan daripada tempat tinggal
 Memiliki nomor setoran langsung rangkap
 Memiliki tanggal gaji setelah pemutusan hubungan kerja dengan karyawan
7. Skema Komisi
Komisi melibatkan manipulasi penipuan dari komisi yang dibayarkan, baik kurs atau
penjualan. Red flags meliputi:
 Kenaikan biaya komisi yang tidak dapat dijelaskan atau tidak biasa
 Perubahan tarif komisi seiring waktu
 Tingkat pengembalian atau kredit yang lebih tinggi untuk satu tenaga penjual
8. Upah yang Dipersempit
Skema ini terdiri dari karyawan yang sah yang mencatat data penggajian tidak sah (jam
kerja, jumlah gaji, dll.) Red flags meliputi:
 Jumlah lembur yang tidak dapat dijelaskan atau tidak biasa
 Perubahan tarif upah yang tidak biasa
 Jumlah jam pembayaran yang tidak biasa atau tidak dijelaskan
9. Check-Tampering
Skema check-tampering atau kliring cek elektronik merupakan penipuan yang paling
mahal. Adanya aturan kliring cek elektronik (Pemeriksaan 21), banyak red flags (terutama yang
terkait dengan pengesahan) menjadi lebih sulit untuk diamati, dikarenakan adanya pemotongan
cek oleh sistem pihak perbankan, maka baiknya memilih bank entitas dengan teliti dan hati-hati.
Pilih bank yang memindai bagian depan dan belakang cek, dan memberi pelanggan akses ke
gambar cek tersebut melalui Internet. Red flagsnya meliputi :
 Jumlah cek berlebih yang dibatalkan
 Cek yang hilang
 Cek yang tidak dibayar dibuat untuk karyawan
 Perubahan ke penerima pembayaran atau jumlah pada cek yang dibatalkan
 Perubahan atau dukungan ganda pada cek yang dibatalkan
 Penerima yang ditanyai atau alamat penerima pembayaran (seperti, POB)
 Duplikat nomor cek atau out-of-sequence
10. Skimming
Penipuan skimming terjadi sebelum entri pemesanan dibuat dan masuk ke dalam system
akuntansi perusahaan. Penipuan ini terjadi di luar buku, sehingga sulit untuk dideteksi.
Metodologi pendeteksian skimming :
- Navigasi
- Invigilasi, yaitu penciptaan lingkungan yang murni dan bebas penipuan untuk tujuan
pembandingan total penerimaan yang seharusnya normal, diciptakan oleh investigasi
profil tinggi, agar semua orang tahu bahwa auditor penipuan siap mencari penipuan.
- Tambahkan kamera untuk pengawasan untuk meningkatkan tingkat perhatian
terhadap audit kecurangan.
- Menciptakan tingkat pendeteksian yang tinggi sehingga penipu menutup skimming
mereka dan auditor penipuan dapat menentukan tingkat penjualan normal.
- Skema skimming individual terkait dengan penjualan (penjualan tidak tercatat,
penjualan sederhana), piutang (skema penghapusan, skema lapping, skema yang tidak
tersembunyi), dan pengembalian uang.
Red flags meliputi :
 Pendapatan lebih rendah dari yang diharapkan
 Laba aktual yang lebih kecil dari proyeksi
 Margin kotor jauh lebih kecil dari proyeksi

11. Lapping
Lapping adalah peipuan dengan pembayaran skimming piutang (AR) sebelum diposkan,
dan dapat terjadi jika bagian pencatatan piutang merangkap sebagai bagian penerimaan kas dari
pelanggan dan penipuan ini tidak dapat terjadi, jika perusahaan menjual barang secara kredit.
Red flags nya meliputi :
 Keluhan pelanggan tentang pembayaran yang diposting lama setelah cek dikirimkan
 Tumbuhnya kenakalan dalam piutang atau pelanggan tertentu, kenaikan bertahap dari
waktu ke waktu dalam jumlah hari dalam piutang.
 Karyawan yang melakukan banyak waktu setelah jam kerja
 Karyawan yang tidak pernah berlibur panjang
Skema Korupsi
Skema penipuan kategori korupsi ini memiliki empat sub-kategori, enam mikrokategori,
dan total delapan skema individu yang berbeda. Skema korupsi selalu melibatkan dua pihak atau
lebih, dan membentuk sebuah sitem tersendiri. Skema korupsi yang paling umum adalah konflik
kepentingan, penyuapan, dan pemerasan.
Konflik Kepentingan
Penipuan dalam benntuk konflik kepentingan ini melibatkan karyawan yang memiliki
hubungan dengan pihak ketiga dimana karyawan dan atau pihak ketiga mendapatkan keuntungan
finansial. Para penipu memberi pengaruh untuk keuntungan pihak ketiga karena adanya minat
pribadi terhadap pihak ketiga. Red flags nya meliputi :
 Sejumlah besar transaksi dengan vendor tertentu
 Penemuan hubungan antara karyawan dan pihak ketiga yang sebelumnya tidak dikenal
 Pemisahan tugas yang lemah dalam menetapkan kontrak dan menyetujui faktur
Penyuapan
Proses penyuapan biasanya melibatkan pembayaran untuk memengaruhi karyawan demi
untuk mengirim bisnis ke vendor yang melakukan pembayaran. Kecurangan dalam grup ini
mencakup kickbacks, tender rigging, dan lainnya.
Kickback adalah pembayaran yang tidak diungkapkan yang dilakukan oleh vendor
kepada karyawan perusahaan pembelian untuk meminta pengaruh mereka dalam mendapatkan
bisnis dengan entitas, atau dalam memungkinkan vendor untuk membayar terlalu banyak.
Red flags nya meliputi :
 Perubahan gaya hidup karyawan
 Penemuan hubungan antara karyawan dan vendor
 Pemisahan tugas yang lemah dalam menyetujui vendor dan faktur
Pemerasan Ekonomi
Pada dasarnya, berbanding terbalik dengan penipuan penyuapan. Alih-alih vendor
menawarkan suap, karyawan menuntut pembayaran dari vendor untuk mendukung vendor. Red
flags dan metode deteksi sama dengan untuk penyuapan.

Model Deteksi Penipuan


Temuan auditor :
 transaksi, catatan akuntansi, atau data akuntansi yang kurang tepat, yang merupakan
pengecualian dari beberapa jenis.
 penyimpangan adalah pengecualian untuk kebijakan, prosedur, atau kontrol internal.
 gangguan kecil dalam pencatatan peristiwa akuntansi, yang sebenarnya bukti penipuan.
Auditor keuangan dapat menghadapi risiko jika :
 memeriksa suatu transaksi dan menemukan kecurigaan penipuan,
 memilih untuk memperluas sampel,
 mengabaikan transaksi karena tidak material dari transaksi tunggal.
 membawa ahli materi pelajaran (SME) ketika terjadi kecurangan,
 meninggalkan pemengambilan salah satu dari dua opsi lainnya, rekomendasi dari ahli
akuntansi forensik dalam akuntansi public.
Pengenalan tanda-tanda penipuan (red flags) pada awalnya sulit karena sifatnya yang
ramah, terutama ketika mempertimbangkan transaksi, dokumen, atau peristiwa tunggal.
Contoh : seorang auditor internal sedang melakukan tinjauan terhadap vendor dan mengambil
faktur dan menemukan POB sebagai alamat dan tidak ada alamat fisik pada faktur. Banyak
vendor menginginkan cek dan pengiriman uang dikembalikan ke POB. Tetapi juga benar bahwa
POB dan tidak ada alamat fisik pada faktur adalah red flags untuk skema penagihan.
Catatan penting :
 Satu anomali atau fakta dapat menyatukan untaian keadaan lain bersama-sama dalam
menjelaskan penipuan.
 model akumulasi dan klasifikasi anomali (pengecualian) akan bermanfaat bagi auditor
dan masalah anti-penipuan.
 Tanggapan yang direkomendasikan dalam situasi semacam ini didasarkan pada konsep
yang mirip dengan materialitas dalam audit keuangan.
 Tujuan akumulasi adalah untuk menentukan apakah salah saji material dalam agregat.
 Proses dan tujuan yang sama harus diterapkan pada audit dan anomali penipuan
(khususnya red flags).
 faktor dan bukti individual harus dipertimbangkan dalam konteks bagaimana mereka
selaras dengan dan berkontribusi pada bukti dan kemungkinan kumulatif.
 Jika sejumlah auditor terlibat dalam audit, dapat dibayangkan bahwa masing-masing dari
mereka mengamati satu atau dua bendera merah tetapi memecat mereka.
 Alasan mereka akan sangat valid berdasarkan individu.
 Jumlah Buta anomali yang lebih besar dari siapa pun dapat diberhentikan.
 Tidak ada cara untuk mengetahui tanpa proses formal dalam audit untuk
mengakumulasikan anomali.
Skema (konteks yang lebih besar dari bukti yang berlaku dan teori penipuan) bahkan
lebih penting. Mereka sangat penting untuk mendeteksi kecurangan dalam kehidupan auditor
dalam kegiatan sehari-hari mereka, apakah mereka auditor internal atau keuangan. Pemahaman
dan analisis menyeluruh dari ladang merah yang diketahui adalah dasar penyusun metode
pencegahan dan deteksi penipuan yang efektif.

PENUTUP
Kesimpulan
1. Red flags adalah
2. Standard dan tanggung jawab professional untuk red flags adalah
3. Red flags secara umum adalah
4. Red flags secara khusus adalah

Pesan dan Kesan

Anda mungkin juga menyukai