Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Perdarahan uterus abnormal adalah salah satu alasan paling umum bagi
perempuan untuk mencari perawatan. Sekitar setengah dari wanita dengan
perdarahan uterus abnormal berada pada usia reproduksi. Hal ini adalah masalah
baik medis maupun sosial.1,2
Perdarahan uterus abnormal adalah penyebab anemia defisiensi besi paling
umum di negara maju dan penyebab paling umum bagi penyakit kronis di negara
berkembang. Prevalensi perdarahan uterus abnormal dalam kelompok usia
reproduksi berkisar antara 9% sampai 30%.1,2 Angka kejadian perdarahan uterus
abnormal di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2015 terbanyak
pada usia 41-50 tahun, dengan PUA-L merupakan jenis tersering. 3
Perdarahan uterus abnormal meliputi semua kelainan haid baik dalam hal
jumlah maupun lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak,
sedikit, siklus haid yang memanjang atau tidak beraturan.4
Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO), terdapat 9 kategori utama pendarahan uterus abnormal yang disusun
sesuai dengan akronim PALM COEIN yakni polip, adenomiosis, leiomioma,
malignancy dan hiperplasia, coagulopathy, ovulatory dysfunction, endometrial,
iatrogenik, dan not yet classified. Perdarahan uterus abnormal adalah diagnosis
eksklusi. Riwayat menstruasi dan pemeriksaan fisik digunakan sebagai evaluasi
pertama. Tes laboratorium, pencitraan dan pemeriksaan histologis dapat juga
diindikasikan.1,2
Penanganan dari Perdarahan uterus abnormal sesuai dengan etiologi yang
mendasari terjadinya gangguan ini. Diperlukan penanganan yang komperehensif
untuk mencegah perburukan dari pasien dengan perdarahan uterus abnormal.5,6

1
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. DE
Umur : 50 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Karombasan
Bangsa : Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Nama Suami : Tn. YM
Pekerjaan : Petani
RM : 56.99.90
MRS : 11 Mei 2019 pukul 12.30 WITA

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
- Perdarahan jalan lahir.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
- Pasien datang dikirim dari poliklinik kandungan dengan diagnosis P2A0
50 tahun dengan mioma uteri + anemia. Perdarahan jalan lahir sejak  2
minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh lemah badan
sejak  2 minggu terakhir. Riwayat haid tidak teratur, berlangsung lama,
lebih sering dan banyak bergumpal-gumpal dan ketika haid pasien
merasakan nyeri hebat pada perut bagian bawah. Terdapat benjolan di
perut bawah.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat penyakit jantung, ginjal, hati, hipertensi, diabetes melitus (DM)
disangkal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat penyakit jantung, paru, ginjal, hati, DM dan hipertensi
disangkal.
5. Riwayat Pemakaian Kontrasepsi
- KB pil, terakhir tahun 2017.
6. Riwayat Pernikahan
- Menikah 1 kali, sejak tahun 1990.
7. Riwayat Kebiasaan
- Pasien merokok 3 batang/hari.
- Tidak minum minuman beralkohol.
8. Riwayat Menstruasi

2
- Menarche pada umur 16 tahun, siklus tidak teratur, selama ± 1-2
minggu, banyaknya haid 4 kali ganti pembalut/hari.
9. Riwayat Kehamilan
P1: 1990/P/Aterm/ RS/Spontan, LBK/Dokter/4400 gr/ hidup
P2: 1993/L/Aterm/ RS/Spontan, LBK/Dokter/4500 gr/ hidup

C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Praesens
- Keadaan umum : Cukup
- Kesadaran : Compos Mentis
- Tekanan darah : 120/70 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Pernapasan : 24 x/menit
- Suhu badan : 37,2oC
- Warna Kulit : Sawo matang
- Edema : (-)
- BB/TB : 64 kg / 163 cm
- Gizi : Cukup
- Kepala : Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-/-)
- Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) (-)
- Dada : Bentuk simetris normal
- Jantung : Bunyi jantung I dan II reguler, bising (-)
- Paru-paru : Suara pernapasan vesikuler, rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
- Abdomen : Inspeksi : tampak cembung
Auskultasi : BU (+), normal
Palpasi : Teraba massa 2 jari di bawah pusat
Perkusi : timpani
- Hati : Tidak teraba
- Limpa : Tidak teraba
- Alat kelamin : Dalam batas normal
- Anggota gerak : Dalam batas normal
- Refleks : Dalam batas normal

2. Status Lokalis
Pemeriksaan Abdomen :
- Inspeksi : tampak cembung
- Palpasi : Teraba massa 2 jari di bawah pusat
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : bising usus (+) normal

3. Status Ginekologi
- Inspeksi : Fluksus (+), vulva tidak ada kelainan.
- Inspekulo : Fluksus (+), vagina tidak ada kelainan, portio licin, erosi
(-), massa (-), OUE tertutup.

3
- Vaginal Toucher : Fluksus (+), vulva/vagina tidak ada kelainan,
portio licin, nyeri goyang portio (-), massa (-), OUE tertutup, CUT 18-
20cm, A/P bilateral lemas, nyeri (-), massa (-), CD : tidak menonjol.

D. Pemeriksaan Penunjang
 USG : Vesica Unrinaria terisi cukup, Uterus anteflexi membesar (ukuran
11,08x8,0 cm). Adneksa tidak tampak kelainan, FL (-), FF (-), Kesan
Mioma Uteri

 Laboratorium (08 Mei 2019 pukul 12.20 WITA)

Hematologi Kimia Klinik


Leukosit 3.9 103/µL SGOT 19 U/L
Eritrosit 3.05 106/µL SGPT 9 U/L
Hemoglobin 4.9 g/dL Ureum Darah 17 mg/dL
Hematokrit 19.6 % Kreatinin Darah 0.6 mg/dL
Trombosit 184 103/µL GDS 81 mg/dL
MCH 16.1 pg PT 13.6 detik
MCHC 27.0 g/dL APPT 31.7 detik
MCV 54.3 fL

4
E. Resume Masuk
P2A0 50 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 11 Mei 2019 dengan
perdarahan jalan lahir dan lemah badan sejak  2 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Perdarahan bergumpal-gumpal, 1 hari 3-4 kali ganti pembalut.
Riwayat haid tidak teratur, berlangsung lama, lebih sering dan bergumpal-
gumpal. Nyeri perut (-). Dari pemeriksaan fisik, status lokalis pada abdomen
ditemukan massa (+) 2 jari di bawah pusat. Pada pemeriksaan ginekologi tidak
ada kelainan. Pada pemeriksaan penunjang laboratorium ditemuka Hb 4,9
g/dL dan pada pemeriksaan USG didapatkan kesan mioma uteri.

F. Diagnosis
P2A0 50 tahun dengan PUA-L + Anemia

G. Sikap/Terapi/ Rencana
 Perbaiki keadaan umum
 Cross match, sedia darah, tranfusi PRC sampai Hb > 10 gr/dL
 Cek USG, EKG, Foto Rontgen Thorax
 Observasi TNRS, perdarahan, nyeri
 Terapi Injeksi : Asam Traneksamat 3x500mg IV
 Terapi Oral : Asam Mefenamat 3x500mg PO, Sulfat Ferosus 1x200mg
PO
 Rencana DNC

H. Follow Up
12 Mei 2019 di Irina D Atas
S : Lemah badan, perdarahan dari jalan lahir (-)
O: KU: Cukup; Kes: Compos mentis
T: 120/80 mmHg N: 80 x/menit
R: 20 x/menit S: 36,2ᵒC
Konjungtiva anemis (+)
Cor/Pulmo : dalam batas normal

5
Abdomen : teraba massa pada perut bawah ± setinggi 2 jari di bawah pusat.
Lemas.
Vulva/vagina: perdarahan (-)
A : P2A0 50 tahun dengan PUA-L + Anemia
P : Perbaiki KU
Asam Traneksamat 3x500mg IV
Asam Mefenamat 3x500mg PO
Sulfat Ferosus 1x200mg PO
Rencana transfusi PRC sampai Hb ≥ 10 g/dL
Observasi TNRS, perdarahan, nyeri.

13 Mei 2019 di Irina D Atas


S : Perdarahan dari jalan lahir (-)
O: KU: Cukup; Kes: Compos mentis
T: 130/80mmHg N: 80 x/m
R: 20 x/m S: 36,5ᵒC
Konjungtiva anemis (+)
Cor/Pulmo : dalam batas normal
Abdomen : teraba massa padat perut bawah ± setinggi 2 jari di bawah pusat
A : P2A0 50 tahun dengan PUA-L + Anemia
P : Perbaiki KU -> tranfusi PRC sampai HB ≥ 10 g/dL
Asam Traneksamat 3x500mg IV
Asam Mefenamat 3x500mg PO
Sulfat Ferosus 1x200mg PO
Observasi TNRS

14 Mei 2019 di Irina D Atas


S : Lemah badan, perdarahan dari jalan lahir (-)
O: KU: Cukup; Kes: Compos mentis
T: 120/70 mmHg N: 82 x/m
R: 20 x/m S: 36,3ᵒC
Konjungtiva anemis (+)
Cor/Pulmo : dalam batas normal

6
Abdomen : teraba massa padat perut bawah ± setinggi 2 jari di bawah pusat
Vulva/vagina : perdarahan (-)
A : P2A0 50 tahun dengan PUA-L + Anemia
P : Perbaiki KU
Tranfusi PRC sampai Hb ≥ 10 g/dL
Asam Traneksamat 3x500mg IV
Asam Mefenamat 3x500mg PO
Sulfat Ferosus 1x200mg PO
Observasi TNRS

15 Mei 2019 di Irina D Atas


S : Lemah badan
O: KU: Cukup; Kes: Compos mentis
T: 120/80 mmHg N: 80 x/m
R: 20 x/m S: 36,3ᵒC
Konjungtiva anemis (+)
Cor/Pulmo : dalam batas normal
Abdomen : teraba massa padat perut bawah ± setinggi 2 jari di bawah pusat
A : P2A0 50 tahun dengan PUA-L + Anemia
P : Perbaiki KU
Tranfusi PRC sampai Hb ≥ 10 g/dL
Asam Traneksamat 3x500mg IV
Asam Mefenamat 3x500mg PO
Sulfat Ferosus 1x200mg PO

16 Mei 2019 di Irina D Atas


S : Perdarahan (-)
O: KU: Cukup; Kes: Compos mentis
T: 110/70 mmHg N: 80 x/m
R: 16 x/m S: 36,3ᵒC
Konjungtiva anemis (+)
Cor/Pulmo : dalam batas normal

7
Abdomen : teraba massa padat perut bawah ± setinggi 2 jari di bawah
pusat
Vulva/vagina: perdarahan (-)
A: P2A0 50 tahun dengan PUA-L + Anemia
P : Perbaiki KU
Tranfusi PRC sampai Hb ≥ 10 g/dL
Asam Traneksamat 3x500mg IV
Asam Mefenamat 3x500mg PO
Sulfat Ferosus 1x200mg PO

17 Mei 2019 di Irina D Atas


S : lemah badan
O: KU: Cukup; Kes: Compos mentis
T: 120/80 mmHg N: 80 x/m
R: 18 x/m S: 36,5ᵒC
Konjungtiva anemis (+)
Cor/Pulmo : dalam batas normal
Abdomen : teraba massa padat perut bawah ± setinggi 2 jari di bawah
pusat
A: P2A0 50 tahun dengan PUA-L + Anemia
P : Perbaiki KU
Tranfusi PRC sampai Hb ≥ 10 g/dL
Asam Traneksamat 3x500mg IV
Asam Mefenamat 3x500mg PO
Sulfat Ferosus 1x200mg PO

18 Mei 2019 di Irina D Atas


S : Lemah badan
O: KU: Cukup; Kes: Compos mentis
T: 110/70 mmHg N: 82 x/m
R: 20 x/m S: 36,3ᵒC
Konjungtiva anemis (-)
Cor/Pulmo : dalam batas normal

8
A: P2A0 50 tahun dengan PUA-L + Anemia
P : Perbaiki KU
Cek lab DL
Asam Traneksamat 3x500mg IV
Asam Mefenamat 3x500mg PO
Sulfat Ferosus 1x200mg PO

9
 Laboratorium (18 Mei 2019 pukul 12.57 WITA)

Hematologi
Leukosit 5.1 103/µL

Eritrosit 5.44 106/µL

Hemoglobin 10.7 g/dL

Hematokrit 38.4 %

Trombosit 193 103/µL

MCH 19.6 pg
MCHC 27.8 g/dL
MCV 70.5 fL

19 Mei 2019 di Irina D Atas


S : tidak ada keluhan
O: KU: Cukup; Kes: Compos mentis
T: 120/70 mmHg N: 88 x/m
R: 20 x/m S: 36,3ᵒC
Konjungtiva anemis (-)
Cor/Pulmo : dalam batas normal
A: P2A0 50 tahun dengan PUA-L + Anemia
P : Asam Traneksamat 3x500mg PO
Asam Mefenamat 3x500mg PO
Sulfat Ferosus 1x200mg PO
Rawat jalan

10
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Diagnosis
Pada kasus ini, pasien bernama DE umur 50 tahun, datang tanggal 11 Mei
2019 di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado dengan keluhan lemah badan.
Menarche pada umur 16 tahun, siklus tidak teratur, selama 1-2 minggu,
banyaknya haid 4 kali ganti pembalut/hari. Riwayat pernikahan 1 kali sejak
tahun 1990.
Hasil anamnesis diketahui keluhan utama pasien saat datang yakni lemah
badan. Sebelumnya pasien pendarahan pervaginam dalam jumlah banyak yang
merupakan salah alasan pasien datang dengan perdarahan uterus abnormal.
Riwayat menstruasi pasien sebelumnya tidak teratur dan perdarahannya
banyak, tidak ada riwayat penggunaan obat antikoagulan atau hormonal dan
pasien menggunakan alat kontrasepsi pil KB terakhir tahun 2017. Berdasarkan
hasil anamnesa tersebut, klasifikasi COEIN sementara dapat dieksklusi.
Kemudian dari pemeriksaan fisik pada palpasi abdomen didapat massa dua
jari di bawah pusat, tidak terdapat nyeri tekan maupun asites. Adanya
kecurigaan massa pada abdomen mengarahkan diagnosis ke klasifkasi PALM,
dengan adenomyosis dapat disingkirkan karena tidak ada riwayat keluhan
pasien dengan nyeri abdomen. Pemeriksaan laboratorium ditemukan Hb 4,9
g/dL. Pemeriksaan dilanjutkan dengan USG. Dari hasil pemeriksaan USG di
dapatkan gambaran kesan mioma uteri, massa adnexa (-), cairan bebas (-).
Sehingga sementara ditegakan dengan diagnosis Pendarahan Uterus Abnormal
- Leiomioma.

B. Faktor Resiko
Faktor risiko berkembangnya mioma uteri berupa nullipara, usia menarche
dini, riwayat dismenorea, riwayat keluarga dengan mioma uteri, ras, dan
usia.12 Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun dan jarang
pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause, menunjukkan adanya
hubungan mioma uteri dengan estrogen.13 Dengan adanya stimulasi estrogen,

11
menyebabkan terjadinya proliferasi di uterus, sehingga menyebabkan
perkembangan yang berlebihan dari garis endometrium, sehingga terjadilah
pertumbuhan mioma. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan
anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas.14 Pada kasus ini ditemukan
usia pasien 50 tahun, hal ini berhubungan dengan faktor risiko usia dimana
kejadian mioma uteri didapatkan lebih tinggi pada usia 35-50 tahun.

C. Penatalaksanaan
Pada dasarnya tujuan penatalaksanaan PUA ialah memperbaiki keadaan
umum, menghetikan perdarahan, dan mengembalikan fungsi hormon
reproduksi.8
1. Perbaikan keadaan umum: pada perdarahan yang banyak sering ditemukan
keadaan umum yang buruk. Pada keadaan PUA akut anemia yang terjadi
harus segera diatasi dengan transfusi darah. Pada PUA kronis keadaan
anemia ringan seringkali dapat deberikan sediaan besi, sedangkan anemia
berat membutuhkan trandusi
2. Penghentian perdarahan: dapat dilakukan dengan pemakaian hormon
steroid seks, penghambat sintesis prostaglandin, antifibrinolotik,
pengobatan DNC, dan pengobatan operatif.
3. Mengembalikan keseimbangan fungsi hormon reproduksi yang meliputi
pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal. Pengubahan siklus
anoculatorik menjadi ovulatorik atau perbaikan suasana sehingga
terpenuhi pemicuan ovulasi.
Penatalaksanaan harus memperhatikan usia, paritas, kehamilan, konservasi
fungsi reproduksi, keadaan umum, dari gejala yang ditimbulkan. Bila kondisi
pasien sangat buruk, lakukan upaya perbaikan yang diperlukan termasuk
nutrisi, suplementasi zat esensial, ataupun transfusi.9
Indikasi bedah untuk leiomioma menurut American College of
Obstetricians and Gyneclogist (ACOG) dan American Society of Reproductive
Medicine (ASRM): perdarahan uterus yang tidak responsif terhadap terapi
konservatif, dugaan adanya keganasan, pertumbuhan mioma pada massa
menopause, infertilitas karena gangguan pada kavum uteri ataupun karena

12
oklusi tuba, nyeri dan penekanan organ lain yang sangat menganggu,
gangguan berkemih ataupun obstruksi traktus urinarius, anemia akibat
perdarahan.5
Histerektomi, adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan
terpilih. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan
timbulnya karsinoma servisis uteri.12 Wanita yang telah memiliki anak dapat
dilakukan histerektomi sebagai solusi permanen untuk mioma uteri yang
simptomatik. Indikasinya adalah untuk mencegah terjadinya keganasan ketika
penderita sudah menopause dan tidak menggunakan hormone replacement
therapy (HRT).11 Histerektomi dilakukan jika fungsi reproduksi tidak
diperlukan lagi, pertumbuhan tumor sangat cepat, terjadi perdarahan terus
menerus dan banyak serta tidak membaik dengan pengobatan.15,16
Pada pasien ini tatalaksana pembedahan yang tepat adalah dengan
melakukan histerektomi karena pasien sudah memiliki anak dan sudah
menopause sehingga dapat mencegah terjadinya perkembangan kearah
keganasan. Namun, berhubung keluarga dan pasien menolak tindakan operasi
maka terapi pembedahan tidak dilakukan. Pada pasien ini dilakukan perbaikan
keadaan umum di Rumah Sakit. Pada penderita ditemukan Hb 4,9 g/dL
sehingga lakukan transfusi PRC sampai Hb > 10 g/dL. Pada pasien ini
ditatalaksana dengan perawatan konservatif dengan diberikan obat-obat untuk
menghentikan perdarahan dan direncakanan untuk dilakukan DNC.

D. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien :
Adapun komplikasi yang terjadi pada mioma uteri sebagai berikut.15,16
1. Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor

kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian

besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu

kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.


2. Degenerasi kistik

13
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma

menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi

agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan

limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak

ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
3. Degenerasi membatu (calcereus degeneration)
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan

dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang

mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto

rontgen.
4. Degenerasi merah (carneus degeneration)
Perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan

karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada

pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna

merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah

tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus,

sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada

perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor

ovarium atau mioma bertangkai.


5. Degenerasi lemak
Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

6. Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6%

dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.

Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus

yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma

14
uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam

menopause.

7. Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan

sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah

sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut

tidak terjadi.

8. Nekrosis dan infeksi

Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan

karena gangguan sirkulasi darah padanya.


Pada pasien ini belum ditemukan tanda-tanda adanya komplikasi seperti

yang disebutkan diatas.

E. Prognosis.
Pada kasus ini prognosis dubia karena belum ada pemeriksaan
histopatologi sehingga tidak diketahui apakah pasien ini mengarah pada
keganasan atau tidak dan belum dilakukan histerektomi.

15
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Telah dilaporkan suatu kasus dengan perdarahan uterus abnormal
pada wanita umur 50 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Perdarahan uterus abnormal adalah diagnosis eksklusi. Riwayat
menstruasi dan pemeriksaan fisik digunakan sebagai evaluasi pertama. Tes
laboratorium, pencitraan dapat digunakan sebagai penunjang selanjutnya.
Pasien dirawat selama 9 hari dan dilakukan penanganan berupa perawatan
konservatif untuk pemulihan keadaan umum. Hasil pemeriksaan USG
ditemukan adanya kesan mioma uteri. Perdarahan uterus abnormal
menyebabkan Hb 4,9 g/dL, dan setelah dikoreksi pasien pulang dengan Hb
10,7 g/dL. Penatalaksanaan yang sesuai adalah dengan dilakukan
histerektomi berhubung pasien sudah memiliki anak dan sudah
menopause, namun karena pasien dan keluarga tidak setuju dilakukan
tindakan operasi maka tidak dilakukan. Penatalaksanaan selanjutnya
direncakan tindakan DNC pada pasien ini apabila keluarga dan pasien
sudah setuju. Prognosis pada kasus ini dubia, sehingga perlu dilakukan
pemantauan lebih lanjut.

B. Saran
Pada kasus ini pasien disarankan untuk kembali ke poliklinik
kandungan 1 minggu setelah perawatan dari rumah sakit untuk
direncanakan tindakan DNC. Pasien juga disarankan segera kembali ke
rumah sakit bila ada keluhan nyeri perdarahan dari jalan lahir.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Munro, M.G., Critchley, H.O., Fraser, I.S. The FIGO system for nomenclature
and classification of causes of abnormal uterine bleeding in the reproductive
years: who needs them. American Journal of Obstetric and Gynecology. 2012;
p:259-65.
2. Cavazos, A.G., Mola, J.R. Abnormal Uterine Bleeding: New Definitions and
Contemporary Terminology. The Female Patient. 2012; 37:27-36.
3. Tendean, G.G.E., Mewengkang, M., Wantania J.J.E. Kejadian Perdarahan
Uterus Abnormal di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic
(eCl). 2016
4. Hoffman, B.L., Schorge, J.O., Schaffer, J.I., et all. Abnormal Uterine
Bleeding. In: Wiliams Gynecology, 2nd ed. McGraw-Hill Companies, Inc. New
York. 2012; p:219-40
5. Hadibroto BR. Mioma Uteri. Majalah kedokteran nusantara volume 38 nomor
3. 2015
6. Anonim. Committee Opinion: Management of Acute Abnormal Uterine
Bleeding in Nonpregnat Reproductive-Aged Women. The American College
of Obstetricians and Gynecologists. 2013; 557:1-6
7. Baziad, A., Hestiantoro, A., Wiweko, B. Panduan Tata Laksana Perdarahan
Uterus Abnormal. Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas
Indonesia, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2011; 3-19
8. Rifki M, Loho, Wagey FMM, Profil perdarahan uterus abnormal di RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2014.
Jurnal e-Clinic (eCl). 2016
9. Anwar M, Baziad A, Prabowo RP. Ilmu kandungan. Edisi 3. Jakarta: Bina
Pustaka; 2011.
10. Kurniasari T. Karakteristik mioma uteri di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Periode Januari 2009-Januari 2010 [Skripsi]. [Surakarta]: Universitas Sebelas
Maret Surakarta;2010.
11. Achadiat CM. Prosedur tetap obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC. 2004:94-
5.

17
12. Vilos GA, Allaire C, Laberge PY, Leyland N. The Management of Uterine
Leiomyomas. J Obstet Gynaecol Can 2015;37(2):157–178
13. Pasinggi S, Freddy W. Prevalensi Mioma Uteri Berdasarkan Umur di RSUP
Prof. Kandou. eCl. 2017;3(1):1-6.
14. Lilyani DI, Sudiat M, Basuki R. Hubungan faktor risiko dan kejadian mioma
uteri di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah. 2012;1:14-9
15. Uterine masses. In: Berek and Novak’s gynecology. 14th ed. Philadelphia:

Lippincott Williams and Wilkins; 2007.p.469-71.


16. Schorge, Schaffer, Halvorson, Hoffman, Bradshaw, Cunningham. Benign

general gynecology. In: Williams’ gynecology. The McGraw-Hill Companies;

2008

18

Anda mungkin juga menyukai