Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH BIOKIMIA METABOLISME LIPID

“Memahami tentang biosintesis lipid dan katabolisme lipid”

OLEH:
KELOMPOK 3
1. DANDI (181431326)
2. IRMA INDRIANA (181421338)
3. NULFALTINA (181421344)
4. SURAIDA (181421369)
5. VEBY TRI RAMLAN (181431374)
KELAS : A
DOSEN : TRI MANIARTA SARI, S.Pd.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA KOLAKA
2019
Kata pengantar

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang
maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak
lupa pula kami berterima kasih kepada segala pihak yang telah berkontribusidalam
penyeusunan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan para pembacanya.
Kami juga menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari
segi bahasa maupun dari materinya. Kami ucapkan permohonan maaf apabila ada kesalahan
dalam materi yang kami paparkan dalam makalah ini, karena kami disini juga masih sama-
sama belajar. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan juga saran yang
membangun agar kedepannnya kami dapat membuat makalahyang lebih baik lagi.

ii
Daftar Isi
Kata pengantar ......................................................................................................... ii
Daftar isi ................................................................................................................. iii
Bab 1 Pendahuluan .................................................................................................. 1
A. Latar belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
D. Manfaat ........................................................................................................ 2
Bab 2 Pembahasan ................................................................................................... 3
A. Definisi metabolisme lipid .......................................................................... 3
B. Biosintesis lipid ........................................................................................... 4
C. Katabolisme lipid....................................................................................... 12
Bab 3 Penutup ........................................................................................................ 22
A. Kesimpulan ................................................................................................ 22
B. Saran .......................................................................................................... 22

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metabolisme Lemak merupakan proses tubuh untuk menghasilkan energi dari
asupan lemak setelah masuk menjadi sari-sari makanan dalam tubuh. dalam
memetabolisme lemak menjadi energi kita membutuhkan bantuan glukosa dari
karbohidrat. karena itu, tubuh kita cenderung menuntut makan yang manis-manis setelah
makan makanan yang kaya akan lemak. lemak dalam tubuh kita akan masuk ke dalam
proses metabolisme setelah melewati tahapan penyerapan, sehingga bentukan lemak yang
memasuki jalur metabolisme lemak dalam bentukan trigliserida. (trigliserida adalah bentuk
simpanan lemak tubuh).
Lemak atau lipid merupakan salah satu zat makronutrein yang dibutuhkan oleh
tubuh. Dalam tubuh, lemak berfungsi sebagai penyusun membran sel, pelarut beberapa
macam vitamin, pengisi jaringan adipose, bahan baku dalam pembuatan hormone serta
penyumbang energi terbesar, yaitu 9.3 kkal setiap gramnya. Lemak yang dikonsumsi
manusia berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi lemak hewani dan lemak nabati, pada
umumnya lemak hewani terdiri dari asam lemak hewani terdiri dari asam lemak jenuh
sedangkan lemak nabati terdiri dari asam lemak tak jenuh. Walaupun asam lemak tak jenuh
lebih mudah mengalami oksidasi dibandingkan asam lemak jenuh, namun asam lemak tak
jenuh lebih menyehatkan untuk tubuh dikarenakan disimpan dalam bentuk kolesterol baik
(LDL). Sedangkan asam lemak jenuh akan disimpan dalam bentuk HDL (kolesterol jahat)
yang bila terhadap berlebihan dalam darah dapat menyebabkan hipertensi. Aterosklerosis,
arteriosklerosis maupun serangan jantung.
Makanan yang mengandung lemak akan dicerna oleh tubuh dan dirombak menjadi
asam lemak dan digliserol. Selanjutnya, kelebihan asam lemak yang tidak digunakan oleh
tubuh akan disintesis kembali menjadi lemak dan dijadikan sebagai cadangan energi.
Namun, sintesis lemak dapat pula dibentuk dari glukosa maupun asam amino.

A. Rumusan masalah
1. Apa definisi metabolisme lipid?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya biosintesis lipid?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya katabolisme lipid?

1
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi metabolisme lipid.
2. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya biosintesis lipid.
3. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya katabolisme lipid.

C. Manfaat
1. Kita dapat mengetahui definisi metabolisme lipid lipid.
2. Kita dapat mengetahui mekanisme terjadinya biosintesis lipid.
3. Kita dapat mengetahui mekanisme terjadinya katabolisme lipid.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Metabolisme Lipid


Metabolisme lipid adalah suatu proses pencernaan, penyerapan, transportasi,
penggunaan dan ekskresi lipid di dalam tubuh mahkluk hidup. Lipid yang kita peroleh
sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid netral, yaitu trigliserid (ester antara
gliserol dengan 3 asam lemak). Secara ringkas, hasil dari pencernaan lipid adalah asam
lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa monogliserid. Karena larut
dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju hati.Asam-asam lemak
rantai pendek juga dapat melalui jalur ini.

Lipid adalah molekul-molekul biologis yang tidak larut di dalam air tetapi larut di
dalam pelarut-pelarut organik. Lipid juga dikenal oleh masyarakat awam sebagai minyak
(organik, bukan minyak mineral atau minyak bumi), lemak, dan lilin. Istilah “lipid”
mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofob yang esensial
dalam menyusun struktur dan menjalankan fungsi sel hidup. Karena nonpolar, lipida tidak
larut dalam pelarut polar, seperti air atau alkohol, tetapi larut dalam pelarut nonpolar,
seperti eter atau kloroform.

Metabolisme merupakan proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk


hidup atau sel, metabolisme disebut juga reaksi enzimatis karena metabolisme terjadi
selalu menggunakan katalisator enzim. Oleh karena itu, metabolisme lipida berarti proses
pembakaran lipid atau lemak, ataupun proses penguraian atau perombakan lemak di dalam
tubuh.

Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak
dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak
mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai
cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari
karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus
memecah cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan
lipolisis.

3
B. Biosintesis Lipid
Biosintesis atau anabolisme merupakan fase pembentukan atau sintesis dari
metabolisme, molekul pemula atau unit pembangun yang lebih kecil disusun menjadi
makromolekul besar yang merupakan komponen sel. Karena biosintesis mengakibatkan
peningkatan ukuran dan kompleksitas struktur, proses ini memerlukan input energi bebas
yang diberikan oleh pemecahan ATP menjadi ADP dan pospat. Biosintesis beberapa
komponen sel juga memerlukan atom hidrogen yang disumbangkan oleh NADPH.

Pada hewan dan manusia, asam lemak terutama disimpan dalam jaringan adiposa
sebagai trigliserida. Sebagian besar asam lemak dalam jaringan adiposa diperoleh dari
lemak makanan, namun sebagian lagi dapat berasal dari protein atau karbohidrat dari
asupan yang berlebihan.

Semua senyawa organik yang diasup oleh hewan dan manusia dapat dikonversi
menjadi lipid. Di saat asupan kita berlebih dalam mencukupi kebutuhan kalori,
pertumbuhan dan perkembangan, maka semua kelebihan asupan tersebut akan dikonversi
menjadi lipid atau Trigliserida yang disimpan dalam jaringan adiposa.

Lipogenesis merupakan proses biosintesis lipid. Proses ini di awali dengan


biosintesis asam lemak seperti pada pembahasan di atas. Kemudia asam lemak tersebut

4
berkondensasi dengan gliserol membentuki Asam lisofosfatidat (monoasil gliserol),
kemudian asam lisofosfatida berkondensasi dengan gliserol menjadi Asam fosfatidat
(Diasilgliserol). Berikutnya asam fosfatidat berkondensasi dengan gliserol
membentuk Triasilgliserol). Semua ikatan yang menghubungkan antara gliserol
dengan asam lemak adalah ikatan thioester. Jalur biosintesis lipid ini seluruh reaksinya
dibantu oleh enzim Asiltransfertase. Prosesnya secara ringkas dapat dilihat pada gambar di
samping

Jalur biosintesis untuk beberapa lipid utama yang ada di sebagian besar sel,
diantaranya adalah sintesis asam lemak (Sintesis de Novo), Biosintesis lemak
(Lipogenesis) dan kolesterol. Asam lemak merupakan komponen utama lipid dan
membran, sedangkan kolesterol merupakan prekursor berbagai hormon steroid seperti
hormon seks, dan hormon korteks adrenal dan juga prekursor dari cairan empedu dan lain-
lain.

1. Biosintesis Asam Lemak

Biosintesis asam lemak diawali oleh pembentukan Malonil-koA dari Asetil-koA


dengan bantuan Biotin Karboksilase dan enzim karboksil Transferase. Jalur anaboliknya
dapat dilihat pada gambar berikut ini.

5
Malonil-koA yang diperoleh selanjutnya menjadi prekursor dari asam lemak. Adapun
tahap-tahap reaksi dari jalur anabolik biosintesis asam lemak (khususnya asam Palmitat)
“Sintesis de Novo” ada 4 langkah sebagai berikut:

1. Langkah pertama adalah Reaksi Kondensasi gugus asil dari Asetil-koA dengan dua
karbon berasal dari Malonyl-koA, sambil melepas CO 2 dari kelompok Malonyl.
Hasilnya adalah perpanjangan rantai asil dua karbon dengan produk senyawa β-keto
asil yaitu Asetoasetil-ACP
2. Langkah kedua adalah Reaksi Reduksi pada gugus karbonil β-keto menjadi
bentuk senyawa Alkohol yaitu Hidroksibutiril-ACP
3. Langkah ketiga adalah Reaksi Dehidrasi melepas ikatan rangkap pada C2 dan C3
pada D-β-hydroxybutyryl-ACP membentuk senyawa Alkohol yaitu Butenoil-ACP
4. Langkah keempat adalah Reaksi Reduksi membentuk senyawa Asil yaitu Butiril-
ACP

6
Senyawa asil yang dihasilkan berikutnya akan mengalami pemanjangan dengan
cara masuk kembali ke langkah pertama dengan berkondensasi dengan Malonil-koA dan
begitu seterusnya secara berulang sampai terbentuk asil berkarbon 16 (asam palmitat)

2. BIOSINTESIS KOLESTEROL
Bahan utama untuk sintesis kolesterol adalah asetat. Terdapat tiga tahap
utama dalam proses sintesis kolesterol. Separuh kolesrol dalam tubuh berasal dari
biosintesis de novo. Biosintesis kolestrol terjadi di sel hati menyumbangkan sekitar 10%
dan di usus sekitar 15% dari jumlah yang dihasilkan setiap hari (King, 2017). Bahan
utama untuk sintesis kolesterol adalah asetat yang menjadi asetil KoA dua karbonat.
Asetil KoA yang digunakan untuk biosintesis kolesterol berasal dari reaksi oksidasi
(mis., Asam lemak atau piruvat) di mitokondria dan diangkut ke sitoplasma (Gambar 3).
Asetil KoA juga dapat disintesis dari sitosolik asetat yang berasal dari oksidasi sitoplasma
etanol yang diawali oleh sitoplasma alkohol dehidrogenase (ADH). Semua reduksi reaksi
biosintesis kolesterol menggunakan NADPH sebagai kofaktor. Intermediet biosintesis
kolesterol isoprenoid dapat dialihkan ke reaksi sintesis lainnya, seperti pada dolichol
(digunakan dalam sintesis glikoprotein terkait-N, koenzim Q (jalur fosforilasi oksidatif)
atau rantai samping heme-a. Selain itu, Zat antara ini digunakan dalam modifikasi lipid
beberapa protein.

Gambar 3. Jalur untuk pergerakan unit asetil-CoA dari dalam mitokondria menuju sitoplasma

7
Pada gambar diatas, reaksi sitoklasik malokimia yang dikatalisis menghasilkan
NADPH yang dapat digunakan untuk reaksi biosintesis reduktif seperti sintesis asam
lemak dan kolesterol. Solute Carrier Family 25 Member 1 (SLC25A1) adalah transporter
sitrat (juga disebut transporter asam dikarboksilat). Gen SLC25A1 memberikan instruksi
untuk membuat protein yang ditemukan di mitokondria, yang merupakan pusat penghasil
energi dalam sel.. Transportasi piruvat melintasi membran plasma dikatalisis oleh protein
SLC16A1 (juga disebut transporter asam monokarboksilat 1, MCT1) dan pengangkutan
melintasi membran mitokondria luar melibatkan transporter porin yang bergantung pada
tegangan. Transportasi piruvat melintasi membran mitokondria bagian dalam memerlukan
kompleks transportasi heterotetramerik (pembawa umpan piruvat mitokondria) yang terdiri
dari gen MPC1 dan protein dikodekan MPC2.

 Pembentukan Asam Mevalonat Dari Asetil-CoA

Jalur mevalonate (MVA) untuk biosintesis isoprenoids dari asetat (Gambar 3)


merupakan langkah awal dalam serangkaian reaksi enzim. Kunci pengaturan biosintesis
kolesterol adalah enzim 3-hidroksi-3-metilglutaril KoA (HMG-CoA) reduktase (Miziorko,
2011). Enzim HMG-CoA reduktase (HGMR) adalah enzim pengatur yang kompleks
dimana aktivitasnya dipengaruhi dalam kisaran ratusan kali kecepatan. Enzim ini dihambat
oleh kolesterol yang merupakan produk akhir dari biosintesis ini (Lehninger, 1982).

Enzim HMG-CoA terdapat di sitosol maupun mitokondria sel hati. Mitokondria zat
antara ini terutama merupakan prekursor senyawa-senyawa keton, sedangkan yang di
sitoplasma menghasilkan mevalonat yang digunakan untuk sintesis kolesterol (Stryer,
1996). jalur dan enzim yang diperlukan serupa dengan yang ada di mitokondria. Dua mol
asetil-KoA dikondensasi dalam pembalikan reaksi tiolase, membentuk acetoacetyl-CoA.
Enzim tiolase sitoplasma yang terlibat dalam biosintesis kolesterol adalah acetoacetyl-CoA
tiolase (acetyl-CoA acetyltransferase 2) yang dikodekan oleh gen ACAT2. Meskipun
sebagian besar asetoasetil-KoA diturunkan melalui proses ini, adalah mungkin untuk
beberapa asetoasetat, yang dihasilkan selama ketogenesis, untuk berdifusi keluar dari
mitokondria dan dikonversi menjadi acetoasetil-KoA dalam sitosol melalui aksi
asetoasetil-CoA sintetase (AACS ). Acetoacetyl-CoA dan mol asetil-KoA ketiga diubah
menjadi HMG-CoA dengan aksi versi sitosol sintesis HMG-CoA yang dikodekan oleh gen
HMGCS1.

8
HMG-CoA kemudian diubah menjadi mevalonate oleh HMG-CoA reductase,
HMGR (enzim ini terikat pada retikulum endoplasma, ER). HMGR benar-benar
membutuhkan NADPH sebagai kofaktor dan dua mol NADPH dikonsumsi selama
konversi HMG-CoA menjadi mevalonate. Reaksi yang dikatalisis oleh HMGR adalah laju
pembatas langkah biosintesis kolesterol, dan enzim ini tunduk pada kontrol peraturan yang
kompleks seperti yang dibahas di bawah ini. HMGR berasal dari gen HMGCR yang
terletak pada kromosom 5q13.3 dan terdiri dari 22 ekson yang menghasilkan dua mRNA
alternatif yang menyandi HMGR isoform 1 (888 asam amino) dan HMGR isoform 2 (835
asam amino).

Mevalonate kemudian diaktifkan oleh dua fosforilasi berturut-turut (dikatalisis oleh


mevalonate kinase (MVK), dan phosphomevalonate kinase(PMVK)) yang menghasilkan,
secara berurutan, mevalonate 5-fosfat dan kemudian mevalonate 5-difosfat (senyawa yang
terakhir disebut juga 5-pirofosporon atau mevalonat 5-pirofosfat). Pada manusia,
mevalonate kinase adalah enzim lokal peroksisom yang dikodekan oleh gen MVK. Gen
MVK terletak pada kromosom 12q24 dan terdiri dari 12 ekson yang menghasilkan tiga
mRNA alternatif. Phosphomevalonate kinase juga merupakan enzim peroksisom dan
berasal dari gen PMVK. Gen PMVK terletak pada kromosom 1q22 dan terdiri dari 6 ekson
yang mengkodekan protein asam amino 192.
Setelah pembentukan mevalonate 5-difosfat, hasil dekarboksilasi ATP-dependent
isopentenylpyrophosphate (IPP) yang merupakan molekul isoprenoid yang diaktifkan.
Sintesis IPP dikatalisis oleh diphosphomevalonate decarboxylase (juga disebut
mevalonate-5-pyrophosphate decarboxylase) yang berasal dari gen MVD

Skema Pembentukan Asam Mevalonat

9
 Pembentukan Skualen Dari Asam Mevalonat
Pada tahap ini, tiga gugus fosfat diikat pada mevalonat. Mevalonat yang
terfosforilasi yang terbentuk ini, kemudian kehilangan gugus karboksil dan sepasang atom
hidrogen, menghasilkan ∆3 -isopentenil pirofosfat, yaitu bentuk teraktivasi suatu unit
isoprena. Enam gugus isopenteil lalu bergabung dengan membebaskan gugus pirofosfatnya
sehingga menghasilkan hidrokarbon skualen yang memiliki 30 atom karbon, 24 karbon
dalam rantai utama dan 6 karbon dalam bentuk cabang gugus metil (Lehninger, 1982).
Satu molekul isopentenil pyrophosphat (IPP) mengembun dengan satu molekul
dimetylalliyl diphosphat (DMPP) untuk menghasilkan geranyl pirofosfat (GPP). GPP
selanjutnya mengembun dengan molekul IPP lain untuk menghasilkan farnesyl
pyrophosphate (FPP). Sintesis kedua GPP dan FPP dikatalisis oleh enzim, farnesyl
diphosphate synthase. Farnesyl diphosphate synthase berasal dari gen FDPS yang terletak
pada kromosom1q22 dan terdiri dari 11 ekson yang menghasilkan lima alternatif mRNA
yang disatukan, yang keduanya mengkodekan tiga isoform berbeda dari enzim.
Sintesis squalene, dari FPP, merupakan langkah spesifik kolesterol pertama dalam
jalur sintesis kolesterol. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa, seperti yang digambarkan
pada jalur Gambar di atas, beberapa zat antara di jalur dapat dialihkan ke produksi molekul
biologis lain yang relevan. Sintesis squalene dikatalisis oleh enzim yang membutuhkan
NADPH, farnesyl-difosfat farnesyltransferase 1 (biasa disebut squalene synthase).
Farnesyl-difosfat farnesyltransferase 1 (dikodekan oleh gen FDFT1) mengkatalisis dua
langkah kondensasi head-to-head dari dua molekul FPP, menghasilkan squalene. Gen
FDFT1 terletak pada kromosom 8p23.1 dan terdiri dari 14 ekson yang menghasilkan 11
mRNA yang disambung secara alternatif. Ke 11 mRNA yang dikodekan FDFT1 ini secara
kolektif mensintesis lima isoform farnesyltransferase farnesyl-difosfat 1 yang berbeda.

10
Gambar 4. Pembentukan Skualen

 Pembentukan Kolesterol Dari Skualen


Pada tahap ke tiga reaksi di dalam biosintesis kolesterol, skualen mengalami
serangkaian reaksi ezimatik kompleks, di mana struktur linearnya melipat dan membuat
lingkaran membentuk lanosterol dengan menggunakan enzim siklase, yang memiliki empat
cincin terkondensasi yang merupakan karakteristik steroid (Lehninger, 1982).
Squalene kemudian mengalami siklisasi dua langkah untuk menghasilkan
lanosterol. Reaksi pertama dalam siklisasi dua langkah ini dikatalisis oleh enzim, squalene
epoxidase (juga disebut squalene monooxygenase). Enzim ini menggunakan NADPH
sebagai kofaktor untuk mengenalkan oksigen molekuler sebagai epoksida pada posisi 2,3
squalene yang membentuk zat antara, 2,3-oksosqualene. Pada tahap kedua, zat antara
epoksida ini diubah menjadi lanosterol melalui aksi enzim lanosterol sintase (2,3-
oksososferal-lanosterol siklase). Squalene epoxidase berasal dari gen SQLE yang terletak
pada kromosom 8q24.13 dan terdiri dari 12 ekson yang mengkodekan protein dari 574
asam amino. Lanosterol sintase berasal dari gen LSS yang terletak pada kromosom

11
21q22.3 dan terdiri dari 25 ekson yang menghasilkan empat mRNA yang disatukan secara
gabungan yang bersama-sama menghasilkan tiga isoform berbeda dari enzim.

C. Katabolisme Lipid
Katabolisme sendiri adalah reaksi perombakan, pemecahan, atau pengurain
senyawa kompleks (organic) menjadi sederhana (anorganik) yang menghasilkan energi.
Salah satuhnya katabolisme lemak. Adapun proses pemecahan katabolisme lemak yaitu di
mulai saat lemak berada di dalam sistem pencernaan makanan, kemudian lemak akan di
pecah menjadi asam lemak dan gliserol.

1. Metabolisme gliserol
Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi
sumber energi. Gliserol ini selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme
karbohidrat yaitu glikolisis. Pada tahap awal, gliserol mendapatkan 1
gugus fosfat dari ATP membentuk gliserol 3-fosfat. Selanjutnya senyawa ini

12
masuk ke dalam rantai respirasi membentuk dihidroksi aseton fosfat, suatu
produk antara dalam jalur glikolisis.

Reaksi-reaksi kimia dalam metabolisme gliserol

2. Degradasi Asam Lemak: ß-Oksidasi


Degradasi asam lemak terjadi di mitokondria dalam beberapa tahap:
1. Tahap 1
Aktivasi asam lemak di sitoplasma. Asam lemak difosforilasi dengan menggunakan
satu molekul ATP dan diaktifkan dengan asetil Co-A menghasilkan asam lemak-CoA,
AMP, dan pirofosfat inorganic.

Pengaktifan asam lemak dengan acetyl-CoA menjadi asam lemak-CoA


3. Tahap 2
Pengangkutan asam lemak-CoA dari sitoplasma ke mitokondria dengan bantuan
molekul pembawa carnitine, yang terdapat dalam membran mitokondria.

13
Masuknya asam lemak ke mitokondria melalui transport acyl-carnitine/carnitine.

4. Tahap 3
Reaksi ß-oksidasi, berlangsung dalam 4 tahap, yaitu (a) dehidrogenasi I, (b) hidratasi,
(c) dehidrogenasi II, dan (d) tiolasi (tahap pemotongan)

Urutan tahapan reaksi dalam ß-oksidasi asam lemak.


a. Dehidrogenasi I, yaitu dehidrogenasi Asam lemak-CoA yang sudah berada di
dalam mitokondrion oleh enzim acyl-CoA dehidrogenase, menghasilkan senyawa
enoyl-CoA. Pada reaksi ini, FAD (flavin adenin dinukleotida) yang bertindak

14
sebagai koenzim direduksi menjadi FADH2. Dengan mekanisme fosforilasi bersifat
oksidasi melalui rantai pemafasan, suatu molekul FADH2 dapat menghasilkan dua
molekul ATP.
b. Hidratasi, yaitu ikatan rangkap pada enoyl-CoA dihidratasi menjadi 3-hidroxyacyl-
CoA oleh enzim enoyl-CoA hidratase.
c. Dehidrogenase II, yaitu dehidrogenasi 3-hidroxyacyl-CoA oleh enzim ß-hidroxy-
acyl-CoA dehidrogenase dengan NAD+ sebagai koenzimnya menjadi ß-ketoacyl-
CoA. NADH yang terbentuk dari NAD+ dapat dioksidasi kembali melalui
mekanisme fosforilasi oksidatif yang dirangkaikan dengan rantai pernafasan
menghasilkan tiga molekul ATP.
d. Pemecahan molekul dengan enzim ß-ketoacyl-CoA thiolase. Pada reaksi ini satu
molekul ketoacyl-CoA menghasilkan satu molekul asetyl-CoA dan sisa rantai asam
lemak dalam bentuk CoA-nya, yang mempunyai rantai dua atom karbon lebih
pendek dari semula.

Proses degradasi asam lemak selanjutnya adalah pengulangan mekanisme ß-


oksidasi secara berurutan sampai panjang rantai asam lemak tersebut habis dipecah
menjadi molekul acetyl-CoA. Dengan demikian satu molekul asam miristat (C14)
menghasilkan 7 molekul acetyl-CoA (C2) dengan melalui 6 kali ß-oksidasi.

Tiap Tiap satu sklus ß-oksidasi dihasilkan energi


sebesar:
1 FADH2 = 2 ATP (pada dehidrogenasi 1)
1 NADH = 3 ATP (pada dehidrogenasi 2)
dan 1 Acetyl-CoA. Satu Acetyl-CoA dioksidasi
melalui siklus TCA menghasilkan energi = 12 ATP
Jadi jumlah ATP yang dihasilkan dalam satu siklus ß
oksidasi = (3 + 3 + 12) ATP = 17 ATP

Tahap oksidasi asam palmitat (C15H33COOH) dan berapa energi yang dihasilkan?

15
- Tahap 1
Asam palmitat (mengandung 16 atom C) dioksidasi ß dalam 7 siklus menjadi 8
residu acetyl dalam bentuk acetyl-CoA.
C16 asam lemak  8 Acetyl- CoA
7 siklus β−oksidasi

- Tahap 2
Tiap acetyl-CoA dioksidasi menghasilkan 2 CO2 dan 8 elektron dalam siklus TCA.

- Tahap 3
Elektron yang dihasilkan dari tahap 1 & 2 masuk ke rantai respirasi mitokondria
dengan menghasilkan energi untuk sintesis ATP dengan forforilasi oksidatif.
Jadi dengan 7 siklus ß-oksidasi dihasilkan energi sebesar:

7 FADH2 =7x 2 ATP = 14 ATP


7 NADH =7x 3 ATP = 21 ATP
Reaksi katabolismenya:
8 Acetyl-CoA = 8 x 12 ATP = 96 ATP
C15H33COOH + 23 O2 16 CO2 + 16 H2O
Jumlah ATP = 14+21+96= 131 ATP

16
131 ADP + 131 Pi 131 ATP + 131 H2O
C15H33COOH + 23 O2 + 131 ADP + 131 Pi à 16 CO2 + 147 H2O + 119 ATP

Karena pada proses aktivasi dibutuhkan 1 ATP dengan reaksi:


ATP + 2 H2O à AMP + 2 Pi, maka reaksi katabolismenya menjadi:
C15H33COOH + 23 O2 + 131 ADP + 129 Pi à 16 CO2 + 145 H2O + 130 ATP + AMP

Jalur Minor Degradasi Asam Lemak


Jalur utama degradasi asam lemak adalah ß-oksidasi, yaitu untuk asam lemak jenuh
beratom C genap. Akan tetapi ada juga jalur-jalur khusus yang lain yaitu untuk degradasi
asam lemak tak jenuh, degradasi asam lemak dengan atom C ganjil, serta - dan ω-
oksidasi.

D. ß-Oksidasi asam lemak tak jenuh

Oksidasi asam lemak tak jenuh (asam oleat). Oksidasi ini membutuhkan
tambahan enzim enoyl-CoA isomerase untuk mereposisi ikatan rangkap dari cis ke
isomer trans sebagai intermediet normal pada ß-oksidasi.
Asam lemak tak jenuh di alam (misal asam oleat) mempunyai ikatan rangkap pada
konfigurasi cis. Karena pada ß-oksidasi enzimnya spesifik untuk enoyl-CoA dengan
konfigurasi trans, maka diperlukan enzim enoyl-CoA isomerase untuk mengubah
konfigurasi cis menjadi trans. Adapun mekanisme oksidasi asam lemak tak jenuh

17
berlangsung sama seperti ß-oksidasi untuk asam lemak jenuh. Karena terdapat satu ikatan
tak jenuh, maka dalam proses degradasinya, asam lemak tak jenuh mengalami satu
mekanisme reaksi tambahan yaitu reaksi isomerisasi bentuk cis ke trans yang dikatalisis
oleh enzim enoyl-CoA isomerase sebagaimana ditunjukkan pada gambar disamping.
Sebagai contoh: jalur ß-oksidasi asam linoleat, C17H31COOH (C18:2 cis,cis-∆9: ∆12).
Pada asam lemak tak jenuh, ada siklus ß-oksidasi yang tidak melalui reaksi
dehidrogenasi I yang menghasilkan FADH2, yaitu pada pmotongan 2 C yang mengandung
ikatan rangkap. Dengan demikian jumlah ATP yang dihasilkan pada ß-oksidasi asam
lemak tak jenuh lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah ATP yang dihasilkan oleh
ß-oksidasi asam lemak jenuh dengan jumlah atom C yang sama.
Asam lemak tak jenuh di alam (misal asam oleat) mempunyai ikatan rangkap pada
konfigurasi cis. Karena pada ß-oksidasi enzimnya spesifik untuk enoyl-CoA dengan
konfigurasi trans, maka diperlukan enzim enoyl-CoA isomerase untuk mengubah
konfigurasi cis menjadi trans. Adapun mekanisme oksidasi asam lemak tak jenuh
berlangsung sama seperti ß-oksidasi untuk asam lemak jenuh. Karena terdapat satu ikatan
tak jenuh, maka dalam proses degradasinya, asam lemak tak jenuh mengalami satu
mekanisme reaksi tambahan yaitu reaksi isomerisasi bentuk cis ke trans yang dikatalisis
oleh enzimenoyl-CoA isomerase.

Urutan reaksi dalam oksidasi asam lemak tak jenuh (Contoh: asam linoleat dalam bentuk
linoleoyl-CoA)

 Oksidasi Asam Lemak dengan atom C ganjil

18
Oksidasi asam lemak dengan atom C ganjil (contoh: asam propionat dalam bentuk
Propionyl-CoA)
Pada asam lemak dengan jumlah atom C ganjil, setelah pengambilan acetyl-CoA
(2C) sisanya adalah residu propionyl-CoA (3C). Propionyl-CoA ini masuk ke siklus Krebs
lewat Succinyl-CoA. Dalam hal ini propionyl-CoA dikarboksilasi menjadi D-
metylmalonyl-CoA, kemudian diubah menjadi Succinyl-CoA melalui intermediet L-
metylmalonyl-CoA. Jumlah energi yang dihasilkan dalam 1 siklus krebs jika masuk lewat
Succinyl-CoA hanya sebesar 6 ATP. Karena masuk siklus krebs lewat Succinyl-CoA maka
degradasi asam lemak dengan atom C ganjil lebih cepat dibandingkan dengan degradasi
asam lemak dengan atom C genap. Hal ini penting untuk memberikan konsumyi pada
orang atau makhluk hidup yang membutuhkan energi dengan cepat, misal orang Eskimo.
Bagi penderita anemia pernisiosa sebagai akibat kekurangan vitamin B, kerja enzim
methylmalonyl-CoA mutase terganggu, sehingga L-Methylmalonyl-CoA tidak bisa diubah
menjadi Succinyl-CoA. Dalam urin penderita ini ditemukan L-methylmalonyl-CoA
maupun propionyl-CoA dalam jumlah yang besar.

 - dan ω-oksidasi
–oksidasi adalah degradasi senyawa asam karboksilat dengan melepaskan 1 atom
karbon pada ujung karboksilnya. Asam lemak yang bagian ujungnya mempunyai cabang
metil tidak bisa langsung didegradasi melalui mekanisme ß-oksidasi, melainkan harus

19
dioksidasi terlebih dahulu melalui mekanisme –oksidasi. Dalam mekanisme –oksidasi,
gugus karboksilat dilepaskan sebagai CO2 dan atom karbon- dioksidasi oleh hidrogen
peroksida menjadi gugus aldehida. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim peroksidase asam
lemak, tidak membutuhkan CoA-SH dan tidak menghasilkan ATP. Gugus aldehid yang
terbentuk selanjutnya dioksidasi dengan menggunakan NAD+ menjadi asam karboksilat.
Dengan demikian asam lemak yang dihasilkan dalam satu kali reaksi –oksidasi telah
berkurang dengan 1 atom C. Selain itu gugus aldehid tersebut dapat dioksidasi menjadi
gugus alkohol, membentuk senyawa alkohol asam lemak. Senyawa ini banyak terdapat
dalam lilin tumbuhan.
Pada kasus syndrom Refsum, pasien yang mempunyai gangguan dalam reaksi -
oksidasi, tidak mampu mangoksidasi asam fitanat yang berasal dari makanan tumbuhan.
Asam fitanat mengandung gugus metil (-CH3) pada karbon-ß yang dapat menghambat
reaksi ß-oksidasi.

Berikut adalah contoh reaksi -oksidasi yang terjadi dalam biji kecambah beberapa
tumbuhan.

Reaksi -oksidasi asam lemak yang terjadi dalam biji kecambah beberapa
tumbuhan ω-oksidasi adalah oksidasi atom C pada ujung asam lemak. Reaksi ini dimulai
dengan hidroksilasi gugus –CH3 yang dikatalisis oleh monooksigenase membentuk –
CH2OH dan dilanjutkan dengan oksidasi membentuk gugus karboksilat -COOH. Hasilnya
adalah asam lemak dikarboksilat yang dapat mengalami ß-oksidasi dari kedua ujungnya
sampai diperoleh asam dikarboksilat C8 (asam suberat) atau C6 (asam adipat) yang dapat
diekskresi dalam urin. Kedua asam ini dijumpai pada urin penderita ketotik dikarboksilat
asiduria. ω-oksidasi dilakukan oleh enzim-enzim hidroksilasi yang memerlukan sitokrom
P-450 dalam mikrosom.

 ß-oksidasi di Peroksisom

20
Bentuk modifikasi ß-oksidasi terjadi di peroksisom hati, yang dikhususkan untuk
degradasi asam lemak berantai panjang (n > 20). Dua perbedaan pokok ß-oksidasi di
mitokondria dan di peroxisome adalah:
Pada tahap reduksi 1, flavoprotein acyl-CoA oxidase di peroxisome memasukkan elektron
secara langsung ke O2 menghasilkan H2O2, yang segera diubah menjadi H2O dan O2 oleh
katalase. Energi yang dihasilkan tidak disimpan sebagai ATP tetapi dibuang dalam bentuk
panas. Dalam mitokondria elektron yang dihasilkan pada tahap reduksi 1 dimasukkan ke
O2 menghasilkan H2O melalui rantai respirasi yang digabungkan dengan pembentukan
ATP.
Dalam sistem perosisomal, ß-oksidasi lebih aktif dilakukan terhadap asam lemak berntai
panjang, seperti asam hexakosanoat (26:0), dan asam lemak bercabang, seperti asam fitanat
dan asam pristanat. Pada mamalia konsentrasi lemak yang tinggi dalam diet akan
menaikkan sintesis enzim ß-oksidasi peroxisomal hati. Karena peroxisome hati tidak
mempunyai enzim-enzim untuk siklus TCA dan tidak dapat mengkatalisa oksidasi acetyl-
CoA menjadi CO2, maka asam lemak berantai panjang atau bercabang terseut
dikatabolisme menjadi produk asam lemak yang lebih pendek, selanjutnya dieksport ke
mitokondria untuk dioksidasi secara sempurna.
Dalam kasus sindrom Zellweger, asam lemak rantai panjang tidak dapat didegradasi karena
peroksisomal rusak.

Perbandingan ß-oksidasi di mitokondria dan di peroxisome dan glyoxysomeS

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Metabolisme lipid adalah suatu proses pencernaan, penyerapan, transportasi,
penggunaan dan ekskresi lipid di dalam tubuh mahkluk hidup.
2. Proses biosintesis lipid meliputi:
a. Biosintetis Asam Lemak
Biosintesis asam lemak diawali oleh pembentukan Malonil-koA dari Asetil-koA
dengan bantuan Biotin Karboksilase dan enzim karboksil Transferase.
b. Biosintetis Kolestrol
Bahan utama untuk sintesis kolesterol adalah asetat. Terdapat tiga tahap
utama dalam proses sintesis kolesterol. Separuh kolesrol dalam tubuh berasal dari
biosintesis de novo. Biosintesis kolestrol terjadi di sel hati menyumbangkan sekitar
10% dan di usus sekitar 15% dari jumlah yang dihasilkan setiap hari (King, 2017).
Bahan utama untuk sintesis kolesterol adalah asetat yang menjadi asetil KoA
dua karbonat.
3. Katabolisme lipid
a. ß-Oksidasi asam lemak jenuh
b. ß-Oksidasi asam lemak tak jenuh

B. Saran
Saran kami setelah mempelajari dan memahami materi ini, kita dapat mengamalkan dan
dapat bermanfaat bagi masyarakat dan diri sendiri.

22
Daftar Pustaka

Lars,H.(1997). Kolesrterol. Kesaint Blanc: Diterjemahkan oleh Anton Adiwiyoto.


Lehninger, A. L. (1982). Principles of Biochemistry. Maryland: Worth Pub. Inc.
Miziorko, H. M. (2011). Enzymes of the Mevalonate Oathway of Isoprenoid Biosynthesis.
Archives of Biochemistry and Biophysics, 131-143.
Nastri,R. E. (1997). Studi Pengaruh Perebusan terhadap Kadar Kolesterol Berbagai Jenis
Telur. Yogyakarta: Laporan Penelitian.

23

Anda mungkin juga menyukai