PEMBELAJARAN
A. Pendidik
Sebagai pendidik di,lingkungan madrasah mengapresiasi tari cokek
dilihat dari keistimewaan Tari Cokek, Sejarah dan Makna Dibalik Setiap
Gerakannya.
B. Peserta Didik
Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat
pengajaran ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau
individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih
memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta
sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta
didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan
atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.
Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan, tentu
peserta didik tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan
arahan untuk menuju kesempurnaan. Hal ini dapat dicontohkan ketika
seorang peserta didik berada pada usia balita seorang selalu banyak
mendapat bantuan dari orang tua ataupun saudara yang lebih tua. Dengan
demikina dapat di simpulkan bahwa peserta didik merupakan barang
mentah (raw material) yang harus diolah dan bentuk sehingga menjadi
suatu produk pendidikan.
Berdasarkan hal tersebut secara singkat dapat dikatakan bahwa
setiap peserta didik memiliki eksistensi atau kehadiran dalam sebuah
lingkungan, seperti halnya sekolah, keluarga, pesantren bahkan dalam
lingkungan masyarakat. Dalam proses ini peserta didik akan banyak sekali
menerima bantuan yang mungkin tidak disadarinya, sebagai contoh
seorang peserta didik mendapatkan buku pelajaran tertentu yang ia beli
dari sebuah toko buku. Dapat anda bayangkan betapa banyak hal yang
telah dilakukan orang lain dalam proses pembuatan dan pendistribusian
buku tersebut, mulai dari pengetikan, penyetakan, hingga penjualan.
Dengan diakuinya keberadaan seorang peserta didik dalam konteks
kehadiran dan keindividuannya, maka tugas dari seorang pendidik adalah
memberikan bantuan, arahan dan bimbingan kepada peserta didik menuju
kesempurnaan atau kedewasaannya sesuai dengan kedewasaannya. Dalam
konteks ini seorang pendidik harus mengetahuai ciri-ciri dari peserta didik
tersebut. Ciri – ciri peserta didik diantaranya : kelemahan dan ketak
berdayaannya; berkemauan keras untuk berkembang; dan ingin menjadi
diri sendiri (memperoleh kemampuan). Adapun yang menjadi kriteria
peserta didik salah satunya yaitu peserta didik bukanlah miniatur orang
dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri dan peserta didik adalah manusia
yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan
berkembang secara dinamis.
Didalam proses pendidikan seorang peserta didik yang berpotensi
adalah objek atau tujuan dari sebuah sistem pendidikan yang secara
langsung berperan sebagai subjek atau individu yang perlu mendapat
pengakuan dari lingkungan sesuai dengan keberadaan individu itu sendiri.
Sehingga dengan pengakuan tersebut seorang peserta didik akan mengenal
lingkungan dan mampu berkembang dan membentuk kepribadian sesuai
dengan lingkungan yang dipilihnya dan mampu mempertanggung
jawabkan perbuatannya pada lingkungan tersebut.
Sehingga agar seorang pendidik mampu membentuk peserta didik
yang berkepribadian dan dapat mempertanggungjawabkan sikapnya, maka
seorang pendidik harus mampu memahami peserta didik beserta segala
karakteristiknya.
Kebutuhan peserta didik adalah sesuatu kebutuhan yang harus
didapatkan oleh peserta didik untuk mendapat kedewasaan ilmu.
Kebutuhan peserta didik tersebut wajib dipenuhi atau diberikan oleh
pendidik kepada peserta didiknya. Menurut buku yang ditulis oleh
Ramayulis, ada delapan kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi,
yaitu :
1. Kebutuhan Fisik
Fisik seorang didik selalu mengalami pertumbuhan yang cukup
pesat. Proses pertumbuhan fisik ini terbagi menjadi tiga tahapan :
1. peserta didik pada usia 0 – 7 tahun, pada masa ini peserta didik masih
mengalami masa kanak-kanak
2. peserta didik pada usia 7 – 14 tahun, pada usia ini biasanya peserta
didik tengah mengalami masa sekolah yang didukung dengan peraihan
pendidikan formal
3. peserta didik pada 14 – 21 tahun, pada masa ini peserta didik mulai
mengalami masa pubertas yang akan membawa kepada kedewasaan.
Tari Cokek dipilih menjadi tarian solidaritas dalam agenda flash mob untuk
memeriahkan HUT RI ke-74 tahun.
Karena dianggap dapat memberi energi positif, Tari Cokek dipilih menjadi tarian
solidaritas yang sajikan oleh komunitas Indonesia.id dalam agenda flash mob
untuk memeriahkan HUT RI ke-74 tahun.
Tari Cokek. (Suara.com/Risna Halidi)
Sejarah Tari Cokek bermula sejak abad ke-19, dibawa oleh pedagang Tiongkok
bernama Tan Sio Kek yang kerap mengadakan pesta di rumah sembari
menyuguhkan permainan musik khas Tiongkok dengan instrumen rebab dua
dawai yang dipadukan dengan alat musik tradisional Betawi, seperti suling, gong,
dan kendang.
Dari permainan musik ini, para tamu yang datang ikut menari mengikuti irama
dari tetabuhan yang dimainkan, sehingga lambat laun terciptalah tarian yang
bernama Cokek ini.
Kata Cokek sendiri berasal dari Cukin yang artinya selendang. Sebelum terkenal
dengan sebutan Tari Cokek, tarian ini lebih dulu dikenal dengan sebutan Tari
Sipatmo yang ditampilkan pada upacara adat di klenteng atau wihara.
Salah satu gerakan yang terlihat menjadi ciri utama Tari Cokek adalah gerakan
maju mundur, memutar, berjinjit, menggelengkan kepala, serta memainkan
kelentikan kedua tangan hingga berputar-putar seirama dengan alunan musik
gambang kromong yang terdiri dari instrumen alat musik gambang, kromong,
suling, gong, gendang, kecrek, dan sukong, tehyan, atau kongahyan.
Contohnya gerakan tari dengan tangan ke atas yang memberi makna manusia
hanya bisa memohon kepada Tuhan Maha Kuasa; gerakan tangan yang menunjuk
mata menjadi simbol bahwa manusia sepatutnya menjaga mata kita dari hal-hal
yang tidak baik. Gerakan tangan menunjuk kening yang menandakan manusia
harus selalu berpikiran baik; dan gerakan tangan menutup mulut yang
menandakan manusia harus selalu berkata baik.
Hingga saat ini, Tari Cokek masih kerap dipentaskan baik dalam acara-acara
budaya maupun dalam acara kemasyarakatan Betawi.