Anda di halaman 1dari 10

BAB V

PEMBELAJARAN

A. Pendidik
Sebagai pendidik di,lingkungan madrasah mengapresiasi tari cokek
dilihat dari keistimewaan Tari Cokek, Sejarah dan Makna Dibalik Setiap
Gerakannya.

Tari Cokek merupakan tarian perpaduan antara tari tradisional Tiongkok,


Sunda-Betawi, dan pencak silat yang diiringi oleh musik Gambang
Kromong. Salah satu contohnya Tari Cokek dipilih menjadi tarian
solidaritas yang sajikan oleh komunitas

Keistimewaan Tari Cokek terlihat pada gerakan tubuh penarinya yang


bergerak perlahan-lahan, sehingga mudah untuk diikuti. Tarian diawali
dari formasi memanjang, di mana antara satu penari dengan penari lainnya
saling bersebelahan. Setelah itu, kaki para penari digerakkan melangkah
maju mundur dengan diikuti rentangan tangan setinggi bahu. Rentangan
tangan itu disesuaikan dengan gerakan kaki yang bergerak maju mundur
tersebut. Gerakan ini kemudian dilanjutkan dengan ajakan kepada para
penonton untuk ikut bergabung menari. Ajakan kepada para penonton itu
dilakukan dengan cara mengalungkan selendang ke leher sambil
menariknya maju ke depan. Ajakan itu umumnya ditujukan kepada tamu
undangan yang terdiri dari para pemuka masyarakat dan orang kaya
setempat. Proses menari bersama ini dilakukan berdekatan antara penari
dengan penonton, tapi tidak saling bersentuhan.

Makna Setiap Gerakan Tari Cokek


Tari Cokek sendiri dianggap memiliki makna bahwa dalam hidup
bermasyarakat harus selalu menjaga hati yang bersih.
Contohnya gerakan tari dengan tangan ke atas yang memberi makna
manusia hanya bisa memohon kepada Tuhan Maha Kuasa; gerakan tangan
yang menunjuk mata menjadi simbol bahwa manusia sepatutnya menjaga
mata kita dari hal-hal yang tidak baik. Gerakan tangan menunjuk kening
yang menandakan manusia harus selalu berpikiran baik; dan gerakan
tangan menutup mulut yang menandakan manusia harus selalu berkata
baik. Hingga saat ini, Tari Cokek masih kerap dipentaskan baik dalam
acara-acara budaya maupun dalam acara kemasyarakatan Betawi dan
sesuai dengan ajaran agama yang mengutamakan akhlak mulia. Oleh
karena itu, tarian cokek ini dianggap penting dan masuk dalam ranah
madrasah yaitu pembelajaran khususnya di kegiatan ekstrakurikuler.

B. Peserta Didik
Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat
pengajaran ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau
individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih
memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta
sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta
didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan
atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.
Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan, tentu
peserta didik tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan
arahan untuk menuju kesempurnaan. Hal ini dapat dicontohkan ketika
seorang peserta didik berada pada usia balita seorang selalu banyak
mendapat bantuan dari orang tua ataupun saudara yang lebih tua. Dengan
demikina dapat di simpulkan bahwa peserta didik merupakan barang
mentah (raw material) yang harus diolah dan bentuk sehingga menjadi
suatu produk pendidikan.
Berdasarkan hal tersebut secara singkat dapat dikatakan bahwa
setiap peserta didik memiliki eksistensi atau kehadiran dalam sebuah
lingkungan, seperti halnya sekolah, keluarga, pesantren bahkan dalam
lingkungan masyarakat. Dalam proses ini peserta didik akan banyak sekali
menerima bantuan yang mungkin tidak disadarinya, sebagai contoh
seorang peserta didik mendapatkan buku pelajaran tertentu yang ia beli
dari sebuah toko buku. Dapat anda bayangkan betapa banyak hal yang
telah dilakukan orang lain dalam proses pembuatan dan pendistribusian
buku tersebut, mulai dari pengetikan, penyetakan, hingga penjualan.
Dengan diakuinya keberadaan seorang peserta didik dalam konteks
kehadiran dan keindividuannya, maka tugas dari seorang pendidik adalah
memberikan bantuan, arahan dan bimbingan kepada peserta didik menuju
kesempurnaan atau kedewasaannya sesuai dengan kedewasaannya. Dalam
konteks ini seorang pendidik harus mengetahuai ciri-ciri dari peserta didik
tersebut. Ciri – ciri peserta didik diantaranya : kelemahan dan ketak
berdayaannya; berkemauan keras untuk berkembang; dan ingin menjadi
diri sendiri (memperoleh kemampuan). Adapun yang menjadi kriteria
peserta didik salah satunya yaitu peserta didik bukanlah miniatur orang
dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri dan peserta didik adalah manusia
yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan
berkembang secara dinamis.
Didalam proses pendidikan seorang peserta didik yang berpotensi
adalah objek atau tujuan dari sebuah sistem pendidikan yang secara
langsung berperan sebagai subjek atau individu yang perlu mendapat
pengakuan dari lingkungan sesuai dengan keberadaan individu itu sendiri.
Sehingga dengan pengakuan tersebut seorang peserta didik akan mengenal
lingkungan dan mampu berkembang dan membentuk kepribadian sesuai
dengan lingkungan yang dipilihnya dan mampu mempertanggung
jawabkan perbuatannya pada lingkungan tersebut.
Sehingga agar seorang pendidik mampu membentuk peserta didik
yang berkepribadian dan dapat mempertanggungjawabkan sikapnya, maka
seorang pendidik harus mampu memahami peserta didik beserta segala
karakteristiknya.
Kebutuhan peserta didik adalah sesuatu kebutuhan yang harus
didapatkan oleh peserta didik untuk mendapat kedewasaan ilmu.
Kebutuhan peserta didik tersebut wajib dipenuhi atau diberikan oleh
pendidik kepada peserta didiknya. Menurut buku yang ditulis oleh
Ramayulis, ada delapan kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi,
yaitu :
1. Kebutuhan Fisik
Fisik seorang didik selalu mengalami pertumbuhan yang cukup
pesat. Proses pertumbuhan fisik ini terbagi menjadi tiga tahapan :
1. peserta didik pada usia 0 – 7 tahun, pada masa ini peserta didik masih
mengalami masa kanak-kanak
2. peserta didik pada usia 7 – 14 tahun, pada usia ini biasanya peserta
didik tengah mengalami masa sekolah yang didukung dengan peraihan
pendidikan formal
3. peserta didik pada 14 – 21 tahun, pada masa ini peserta didik mulai
mengalami masa pubertas yang akan membawa kepada kedewasaan.

Pada masa perkembangan ini lah seorang pendidik perlu


memperhatikan perubahan dan perkembangan seorang didik. Karena pada
usia ini seorang peserta didik mengalami masa yang penuh dengan
pengalaman (terutama pada masa pubertas) yang secara tidak langsung
akan membentuk kepribadian peserta didik itu sendiri.
Disamping memberikan memperhatikan hal tersebut, seorang
pendidik harus selalu memberikan bimbingan, arahan, serta dapat
menuntun peserta didik kepada arah kedewasaan yang pada akhirnya
mampu menciptakan peserta didik yang dapat mempertanggungjawabkan
tentang ketentuan yang telah ia tentukan dalam perjalanan hidupnya dalam
lingkungan masyarakat.
2. Kebutuhan Sosial
Secara etimologi sosial adalah suatu lingkungan kehidupan. Pada
hakekatnya kata sosial selalu dikaitkan dengan lingkungan yang akan
dilampaui oleh seorang peserta didik dalam proses pendidikan.
Dengan demikian kebutuhan sosial adalah kebutuhan yang
berhubungan lansung dengan masyarakat agar peserta didik dapat
berinteraksi dengan masyarakat lingkungannya, seperti yang diterima
teman-temannya secara wajar. Begitu juga supaya dapat diterima oleh
orang lebih tinggi dari dia seperti orang tuanya, guru-gurunya dan
pemimpinnya. Kebutuhan ini perlu dipenuhi agar peserta didik dapat
memperoleh posisi dan berprestasi dalam pendidikan.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kebutuhan sosial adalah
digunakan untuk memberi pengakuan pada seorang peserta didik yang
pada hakekatnya adalah seorang individu yang ingin diterima eksistensi
atau keberadaannya dalam lingkungan masyarakat sesuai dengan
keberadaan dirinya itu sendiri.
3. Kebutuhan Mandiri
Ketika seorang peserta didik telah melewati masa anak dan
memasuki masa keremajaan, maka seorang peserta perlu mendapat sikap
pendidik yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
membentuk kepribadian berdasarkan pengalaman. Hal ini disebabkan
karena ketika peserta telah menjadi seorang remaja, dia akan memiliki
ambisi atau cita-cita yang mulai ditampakkan dan terfikir oleh peserta
didik, inilah yang akan menuntun peserta didik untuk dapat memilih
langkah yang dipilihnya.
Karena pembentukan kepribadian yang berdasarkan pengalaman
itulah yang menyebabkan para peserta didik harus dapat bersikap mandiri,
mulai dari cara pandang mereka akan masa depan hingga bagaimana ia
dapat mencapai ambisi mereka tersebut. Kebutuhan mandiri ini pada
dasarnya memiliki tujuan utama yaitu untuk menghindarkan sifat
pemberontak pada diri peserta didik, serta menghilangkan rasa tidak puas
akan kepercayaan dari orang tua atau pendidik, karena ketika seorang
peserta didik terlalu mendapat kekangan akan sangat menghambat daya
kreatifitas dan kepercayaan diri untuk berkembang.
4. Kebutuhan Untuk Berprestasi
Untuk mendapatkan kebutuhan ini maka peserta didik harus
mampu mendapatkan kebutuhan mendapatkan status dan kebutuhan
mandiri terlebih dahulu. Karena kedua hal tersebut sangat erat kaitannya
dengan kebutuhan berprestasi. Ketika peserta didik telah mendapatkan
kedua kebutuhan tersebut, maka secara langsung peserta didik akan
mampu mendapatkan rasa kepercayaan diri dan kemandirian, kedua hal ini
lah yang akan menuntutnun langkah peserta didik untuk mendapatkan
prestasi.
5. Kebutuhan Ingin Disayangi dan Dicintai
Kebutuhan ini tergolong sangat penting bagi peserta didik, karena
kebutuhan ini sangatlah berpengaruh akan pembentukan mental dan
prestasi dari seorang peserta didik. Dalam sebuah penelitian membuktikan
bahwa sikap kasih sayang dari orang tua akan sangat memberikan mitivasi
kepada peserta didik untuk mendapatkan prestasi, dibandingkan dengan
dengan sikap yang kaku dan pasif malah akan menghambat proses
pertumbuhan dan perkembangan sikap mental peserta didik. Di dalam
agama Islam, umat islam meyakini bahwa kasih sayang paling indah
adalah kasih sayang dari Allah. Oleh karena itu umat muslim selalu
berlomba-lomba untuk mendapatkan kasih sayang dan kenikmatan dari
Allah. Sehingga manusia tersebut mendapat jaminan hidup yang baik. Hal
ini yang diharapkan para pakar pendidikan akan pentingnya kasih sayang
bagi peserta didik.
C. Sarana dan prasarana
Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam
proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak
agar pencapaian tujuan pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur,
efektif dan efisien. Prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak
langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti : halaman, kebun
atau taman sekolah, jalan menuju ke sekolah, tata tertib sekolah, dan
sebagainya. Dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan
prasarana pendidikan secara nasional pada Bab VII Pasal 42 disebutkan
bahwa :
 Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi
perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber
belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
 Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi
lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang
kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat
beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan.
Dengan demikian perbedaan sarana pendidikan dan prasarana
pendidikan adalah pada fungsi masing-masing yaitu: sarana pendidikan
untuk memudahkan dalam penyampaian materi ajar, dalam artian segala
macam peralatan yang digunakan guru dan murid untuk memudahkan
penyampaian dan menerima materi pelajaran. Sedangkan prasarana
pendidikan untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan dalam artian
segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan
guru dan murid untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan.
D. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran dapat dilihat dari berbagai segi yaitu seni,
ilmu, dan keterampilan yang digunakan oleh pendidik dalam upaya
membantu peserta didik sehingga mereka dapat melakukan kegiatan tari
cokek. Dalam segi seni, pendidik dapat melakukan upaya peniruan,
modifikasi, penyempurnaan dan pengembangan alternative model
pembelajaran yang ada untuk menumbuhkan kegiatan belajar peserta didik
sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan situasi lingkungan”. Dari pernyataan
diatas strategi pembelajaran tari melalui segi seni, dapat dihubungkan
melalui pendekatan pembelajaran dengan upaya peniruan dan
pengembangan kreatifitas siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dimaknai sebagai
kerangka umum dalam proses praktek untuk mendukung pencapaian
kurikulum. Strategi pembelajaran banyak sekali macamnya, seperti yang
dikemukakan dalam artikel Educational dalam Madjid (2013:10)
mengemukakan “Strategi pembelajaran langsung, strategi pembelajaran
tidak langsung, strategi pembelajaran interaktif, strategi pembelajaran
melalui pengelaman, dan strategi pembelajaran mandiri. Strategi yang
digunakan dalam mencakup tujuan kegiatan kali ini adalah strategi
interaktif”. Seaman dan Fellenz dalam Madjid (2013:11) mengemukakan
“Diskusi dan saling berbagi akan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memberikan reaksi terhadap gagasan, pengalaman, pandangan, dan
pengetahuan guru atau kelompok, serta mencoba
mencari alternative dalam berfikir”. Strategi interaktif merujuk kepada
bentuk diskusi dan berbagai di antara siswa. Strategi interaktif
dikembangkan melalui rentan pengelompokan maupun berpasangan di
dalamnya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas yang dapat saling berbagi
ilmu satu sama lain. Strategi interaktif yaitu strategi practice rehearsal pairs,
Strategi ini diharapkan dapat memberikan peluang kepada siswa untuk
melakukan interaksi sosial, komunikasi yang berkesinambungan antara siswa
dengan guru. M Rogers Evertt dalam Majid (2013:282) mengemukakan
bahwa “Komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan
yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk
merubah perilakunya”. Manfaat dari penerapan strategi pada proses belajar
mengajar dalam mata pelajaran seni tari yaitu agar siswa dapat menarikan
tari yang sedang dipelajari jauh lebih baik karena siswa yang satu dengan
siswa yang lainnya mencari pasangannya yang bertujuan untuk saling
mengoreksi gerakan yang telah diberikan oleh guru. Penerapan strategi pada
proses belajar mengajar dalam meningkatkan keterampilan menari.
E. Penilaian Tari Cokek
Skala pengukuran dan alat evaluasi dalam performance diukur secara
kualitatif, mengingat kompleksnya yang diamati dalam karya tari,
diperlukan penilaian yang objektif agar penilaian yang disepakati dapat
diterima menjadi suatu prestasi belajar.
F.
https://www.suara.com/lifestyle/2019/08/20/181704/tari-cokek-sejarah-dan-
makna-dibalik-setiap-gerakannya

Tari Cokek, Sejarah dan Makna Dibalik Setiap Gerakannya

Vania Rossa | Risna Halidi

Selasa, 20 Agustus 2019 | 18:17 WIB

Tari Cokek. (Suara.com/Risna Halidi)

Tari Cokek dipilih menjadi tarian solidaritas dalam agenda flash mob untuk
memeriahkan HUT RI ke-74 tahun.

Suara.com - Tahukan kamu mengenai sejarah Tari Cokek di Indonesia?


Menurut informasi yang dihimpun Suara.com dari komunitas Indonesia.id, Tari
Cokek merupakan tarian perpaduan antara tari tradisional Tiongkok, Sunda-
Betawi, dan pencak silat yang diiringi oleh musik Gambang Kromong.

Karena dianggap dapat memberi energi positif, Tari Cokek dipilih menjadi tarian
solidaritas yang sajikan oleh komunitas Indonesia.id dalam agenda flash mob
untuk memeriahkan HUT RI ke-74 tahun.
Tari Cokek. (Suara.com/Risna Halidi)

Sejarah Tari Cokek bermula sejak abad ke-19, dibawa oleh pedagang Tiongkok
bernama Tan Sio Kek yang kerap mengadakan pesta di rumah sembari
menyuguhkan permainan musik khas Tiongkok dengan instrumen rebab dua
dawai yang dipadukan dengan alat musik tradisional Betawi, seperti suling, gong,
dan kendang.

Dari permainan musik ini, para tamu yang datang ikut menari mengikuti irama
dari tetabuhan yang dimainkan, sehingga lambat laun terciptalah tarian yang
bernama Cokek ini.

Kata Cokek sendiri berasal dari Cukin yang artinya selendang. Sebelum terkenal
dengan sebutan Tari Cokek, tarian ini lebih dulu dikenal dengan sebutan Tari
Sipatmo yang ditampilkan pada upacara adat di klenteng atau wihara.

Salah satu gerakan yang terlihat menjadi ciri utama Tari Cokek adalah gerakan
maju mundur, memutar, berjinjit, menggelengkan kepala, serta memainkan
kelentikan kedua tangan hingga berputar-putar seirama dengan alunan musik
gambang kromong yang terdiri dari instrumen alat musik gambang, kromong,
suling, gong, gendang, kecrek, dan sukong, tehyan, atau kongahyan.

Makna Setiap Gerakan Tari Cokek


Tari Cokek sendiri dianggap memiliki makna bahwa dalam hidup bermasyarakat
harus selalu menjaga hati yang bersih.
Tari Cokek.
(Suara.com/Risna Halidi)

Contohnya gerakan tari dengan tangan ke atas yang memberi makna manusia
hanya bisa memohon kepada Tuhan Maha Kuasa; gerakan tangan yang menunjuk
mata menjadi simbol bahwa manusia sepatutnya menjaga mata kita dari hal-hal
yang tidak baik. Gerakan tangan menunjuk kening yang menandakan manusia
harus selalu berpikiran baik; dan gerakan tangan menutup mulut yang
menandakan manusia harus selalu berkata baik.

Hingga saat ini, Tari Cokek masih kerap dipentaskan baik dalam acara-acara
budaya maupun dalam acara kemasyarakatan Betawi.

Sebagai upaya merawat keberagaman budaya Indonesia, komunitas Indonesia.id


menggelar acara bertajuk Flash Mob Jakarta Cokekan pada Minggu, 18 Agustus
2019 lalu sebagai upaya melestarikan budaya bangsa.

Anda mungkin juga menyukai