Anda di halaman 1dari 24

2

Eksperimen 04/EXP/2019

KOORDINASI STEADINESS

Nama Eksperimenter : Wiwin Vanessa

Nomor Mahasiswa : 4516091026

Nama Subjek : Indra Fermanto

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 19 Tahun

Pendidikan : SMA

Nomor Eksperimen : 04/EXP/2019

Tanggal Eksperimen : 18 Mei 2019

Waktu Eksperimen : 10.35 – 10.45 WITA

Tempat Eksperimen : Ruangan 1203, Lantai 2 Gedung 1, Universitas Bosowa

I. PROBLEM

Bagaimanakah mengukur efek kebiasaan dari belajar dengan

menggunakan alat yang memerlukan tingkat ketahanan motorik dan

koordinasi psychomotoric ?

II. DASAR TEORI

A. Persepsi

Young (dalam Kusnawa, 2013) menyatakan bahwa persepsi adalah

suatu proses mengindra atau pemberian nilai terhadap objek-objek fisik

maupun objek sosial. Pengindraan di lakukan berdasarkan stimulus-

stimulus yang diterima sehingga pengalaman mengenai objek, peristiwa


3

atau kaitan-kaitan yang ada dapat segera disimpulkan. Persepsi

(perception) merupakan sekumpulan tindakan mental yang yang berguna

untuk mengatur impuls-impuls menjadi suatu pola yang berarti/bermakna

(Wade, Travis, & Garry, 2014).

Persepsi merupakan pengalaman terhadap suatu objek dan peristiwa

dengan menyimpulkan dan menafsirkan informasi dan pesan yang

diterima (Rakhmat, 2009). Melalui persepsi manusia terus berhubungan

dengan lingkungan, hal ini dilakukan melalui indera penglihat,

pendengar, peraba, perasa dan pencium. Persepsi sangat penting

dengan lingkungan, karna merupakan bagian yang penting dalam proses

pengajaran interaksi antara dosen dan mahasiswa, dimana mahasiswa

menerima informasi sebagai rangsangan (Wade, Travis, & Garry, 2014).

Gestalt (dalam Mahmud, 2018) mengungkapkan bahwa didalam

persepsi, terkadang seseorang cenderung untuk membentuk stimulus-

stimulus tendensi-terdensi alamiah yang berkaitan dengan fungsi

menyusun dan mengelompokkan yang terdapat pada otak. Tendensi-

tendensi alamiah merupakan hasil dari pengalaman yang telah dipelajari.

Young (dalam Kuswana, 2013) perserpsi adalah aktivitas individu dalam

merasakan, mengatur, dan memberikan nilai terhadap objek-objek fisik

dan juga sosial.

B. Sensasi

Banyak orang yang tidak menyadari bahwa kulit merupakan salah

satu organ sensorik, bahkan beberapa ahli mengatakan kulit merupakan

indera yang sangat penting. Seseorang mungkin dapat bertahan tanpa

penggunaan organ sensori yang lain, namun seseorang tidak dapat


4

bertahan tanpa adanya kulit (Wilcox, 2018). Sensasi merupakan tahap

awal dalam penerimaan informasi. Sensasi merupakan alat

penginderaan yang menghubungkan seseorang dengan lingkungan

Coon (dalam Rakhmat, 2017).

proses sensasi terjadi jika alat indera mengubah informasi bahasa

yang mudah pahami oleh otak Wolman (dalam Rakhmat, 2017). Proses

sensasi tidak memerlukan proses secara lisan atau penjelasan secara

fisik, bahkan serangkaian peristiwa yang diperoleh dari interaksi dengan

antar individu. Sensasi juga tidak memerlukan proses mengenai

informasi yang diterima oleh alat indera, sensasi merupakan hasil awal

dari apa yang dilakukan seseorang pada energi fisik dari lingkungan

(dalam Rakhmat, 2017).

C. Atensi

James (dalam Kuswana, 2013) mengungkapkan bahwa attention

merupakan proses pengambil makna dari pikiran. Perhatian membantu

seseorang fokus terhadap objek yang diamati, konsentrasi memiliki

peran yang penting dalam perhatian sebagai salah satu aktivitas mental,

dan mengabaikan hal yang yang dianggap tidak bermakna. Hasil

penelitian Mulyana, Izzati, & Rahmasari (2013) menyatakan bahwa

atensi mempunyai manfaat yang penting karena dengan kegiatan

tersebut seseorang akan lebih mampu meningkatkan konsentrasi.

Andersen Kenneth (dalam Rakhmat, 2017) perhatian adalah proses

mental ketika stimulus menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus

lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengonsentrasikan diri pada

salah satu alat indra, dan menyampingkan informasi yang masuk melalui
5

alat indra yang lain. Atensi merupakan proses yang mengontrol informasi

yang memasuki kesadaran karena atensi menghubungkan peristiwa

masa lalu dan dapat menirukan masa depan atau rencana tindak lanjut

(Catling & Ling 2012).

William (dalam buku Kuswana, 2013) mengungkapkan bahwa atensi

merupakan makna melalui pikiran seseorang, dengan cara baik sebagai

wujud dari apa yang tampak dari serangkaian makna yang berasal dari

kesadaran dan konsentrasi pada seseorang. Perhatian melibatkan

konsetrasi, perhatian juga dapat dirasakan melalui panca indra yang

dimiliki sebagai proses pemikiran dari individu (Kusman, 2013).

Atensi terjadi pada ingatan atau memori ketika kita melakukan

proses berpikir, proses atensi sangat erat kaitannya dengan proses

berpikir (Birda, 2016). Proses atensi merupakan bagian kecil dari memori

ataupun ingatan ketika kita melakukan proses berpikir. Atensi memiliki

tahapan-tahapan diantaranya dimulai dari masuknya sebuah informasi

kemudian atensi menuju STM kemudian informasi itu pindah dan

disimpan secara permanen menuju LTM kemudian informasi itu dapat

dipanggil kembali dengan proses recall (Birda, 2016).

D. Belajar

Paul Lengrand (dalam buku Baharuddin, 2017) menyatakan belajar

sebagai key term atau istilah kunci yang paling penting dalam pendidikan

sehingga dapat dikatakan tanpa belajar tidak pernah ada pendidikan.

pendidikan dapat memungkinkan tiap orang untuk dapat berkembang

sesuai dengan sifat/karakternya, fungsi keinginan, dan kemampuannya.

Suatu kemampuan, keterampilan, pengetahuan,dan juga kebiasaan


6

manusia akan dibentuk dan dikembangkan dalam proses belajar.

Dengan demikian belajar dapat dikatakan sebuah proses yang penting

dalam kehidupan setiap individu (Khodijah 2017).

Hasil penelitian Elis Warti (2016) menyatakan bahawa motivasi

belajar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Misalnya pada

pelajaran matematika terdapat hubungan positif antara motivasi belajar

dengan hasil belajar matematika. Semakin tinggi mtoivasi belajar pada

siswa maka makin baik pula hasil belajarnya, untuk itu perlu dilakuan

metode belajar menyenangkan dan melalui pendekatan. Gredler ( dalam

Khodijah, 2017) menyatakan bahwa belajar adalah proses untuk

memperoleh sebuah kompetensi, skil, dan juga sikap.

Passer (dalam buku Latipah, 2017) menyatakan definisi belajar

sebagai perilaku yang cenderung permanen akibat adanya latihan.Dari

pengertian tersebut disimpulkan bahwa, perubahan perilaku yang terjadi

karena maturasi (bukan latihan), atau pengondisian sementara suatu

organisme (seperti kelebihan atau efek obat) tidak dimasukkan dalam

pengertian belajar. Di dalam proses belajar terlibat proses-proses

internal yang terjadi karena adanya latihan terlebih dahulu dan juga

pengalaman serta interaksi sosial (Khodijah, 2017).

Cote dan Levine (dalam Mulyadi, Basuki & Raharjo,2017)

mengungkapkan bahwa Pembelajaran dengan menggunakan proses

pendekatan. Proses pedekatan itu disebut dengan pembelajaran

transformasial. Pembelajaran transformasial ialah suatu pembelajaran

yang dapat menciptakan situasi dan kondisi mahasiswa untuk

termotivasi memproses pengetahuan yang dipelajari. Hasil penelitian


7

Roida Eva Flora Siagian (2015) menyatakan bahwa ada pengaruh antara

minat dan kebiasaan belajar pada siswa terhadap prestasi belajar.

E. Motorik

Motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang menggunakan otot

besar, pada seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh usia, berat

badan dan perkembangan secara fisik. Contoh kemampuan motorik

kasar adalah menendang, duduk, berdiri, berjalan berlari, dan naik turun

naik tangga. Sedangkan motorik halus adalah kemampuan yang

berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil, mata

dan tangan (Santrock, 2012).

Pada umur 3 tahun, anak-anak gemar melakukan gerakan seperti

melompat serta berlari ke depan dan belakang, semua yang dilakukan

untuk menyenangkan hati mereka untuk menampilkan aktivitas mereka

yang lain. Pada usia 4 tahun, anak-anak menikmati berbagai aktivitas

namun di umur ini mereka lebih berani. Mereka begitu bangga ketika

mereka dapat melakukan apa yang mereka bisa lakukan di depan orang

lain. Ketika berusia 5 tahun, mengembangkan jiwa petualang yang lebih

besar, ketika berumur 5 tahun berlari dengan kencang dan gemar

berlomba dengan kawan sebayanya maupun orang tuanya (Santrock,

2012).

Motorik halus pada usia 3 tahun mampu melihat hal-hal yang kecil

dengan menggunakan ibu jari dan telunjuknya. kemampuan yang

berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan

koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan

dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan secara rutin, seperti

bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang


8

sesuai bentuknya. Usia 5 tahun, koordinasi motorik halus telah

memperlihatkan kemajuan yang lebih baik lagi, pada tangan, lengan, dan

tubuh semuanya akan bergerak bersama pada komando mata.

(Santrock, 2012)

Kebanyakan perilaku menggapai dikontrol oleh penglihatan. Aliran

dorsal sistem visual terlibat dalam penentuan letak benda-benda lain,

bila benda-benda itu bergerak, arah dan kecepatan gerak mereka.

Individu tidak akan kaget bila mengetahui bahwa sambungan-

sambungan antara lobus parietal (titik ujung aliran dorsal korteks

asosiasi visual) dan lobus frontal memainkan peran teramat penting

dalam menggapai (Carlson, 2012).

A. Penglihatan

Mata merupakan salah satu alat indra untuk melihat. Fungsi mata

tidak jauh berbeda dengan kamera, suatu objek yang masuk ke mata

dari pupil dan melewati lensa merupakan gelombang-gelombang suatu

cahaya Gelombang tersebut kemudian mengarah pada retina, yaitu

piring belakang fotografis dari mata atau reseptor yang sebenarnya bagi

rangsangan visual. Terdapat dua macam sel penerima pada retina, yaitu

sel kerucut yang terletak di pusat retina dan sel batang yang terletak di

tepi retina. Ditengah retina terdapat bagian kecil disebut fovea. (Sobur,

2011).

Pengamatan merupakan suatu proses mendapatkan dan memberi

arti dari rangsangan yang masuk melalui alat indera seperti mata dan

telinga. Dari pengalaman belajar individu mampu mencapai pengamatan

yang nyata sebelum mencapai pengertian. Apabila pengamatan salah

akan menimbulkan pengertian yang salah pula. Misalnya, ketika kita


9

pertama kali mendengarkan radio, kita akan mengira jika orang yang

menyiarkan berita tersebut benar-benar ada di dalam kotak itu. Namun,

melalui proses belajar kita akan mengetahui bahwa yang ada dalam

radio hanyalah suara penyiarnya (Syah, 2015).

III. HIPOTESIS

A. Individu

1. Ada perbedaan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pola I

(Ring 1) dan pola II (Ring 2) untuk individu.

2. Ada perbedaan Error yang diperlukan untuk menyelesaikan pola I

(Ring 1) dan pola II (Ring 2) untuk individu.

B. Kelompok

1. Ada perbedaan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pola I

(Ring 1) dan pola II (Ring 2) untuk kelompok.

2. Ada perbedaan Error yang diperlukan untuk menyelesaikan pola I

(Ring 1) dan pola II (Ring 2) untuk kelompok.

IV. METODE PENELITIAN

A. Quasi Eksperimen disebut juga eksperimen semu, terdapat kelompok

control sebagai kelompok pembanding untuk memahami efek

perlakuan (Marliani, 2013)

B. The One Shot Case Study adalah desain penelitian yang memberikan

perlakuan pada subjek atau kelompok untuk diberikan suatu

perlakuan (Sugiyono, 2014).


10

V. PROSEDUR

A. Material

1. Alat Steadiness

2. Alat Tulis

B. Prosedur Pelaksanaan

1. Subjek berdiri mengahadapi alat.

2. Tester menjelaskan tentang alat dan memberi contoh bagaimana

memasukkan tongkat ke dalam Ring yang telah disiapkan.

3. Tester menjelaskan bagaimana cara mengerjakan tugas, dan

bagaimana kesalahan dihitung.

4. Setelah pola I (Ring 1) dilakukan sebanyak lima kali, kemudian

diganti dengan pola II (Ring 2) lalu diulang sebanyak lima kali.

VI. PENCATATAN HASIL

A. Individu

Pola I (Ring 1) Pola II (Ring 2)


Trial
Time Error Time Error
1. 10 33 8 19
2. 9 24 8 10
3. 8 15 8 24
4. 6 7 8 26
5. 7 14 9 19

Keterangan : Waktu dinyatakan dalam satuan detik.

B. Kelompok

Pola I (Ring 1) Pola II (Ring 2)


Subjek
̅ Time
X ̅ Error
X ̅ Time
X ̅ Error
X
11

1 17.2 13.2 16.2 16.8


2 6.4 22.8 4.2 21.8
3 19.4 8 16.4 17.4
4 27.2 19 29.2 35.4
5 9.2 2.2 11 19.2

Keterangan : Waktu dintakan dalam satuan detik.

VII. PENGOLAHAN HASIL

A. Individu

1. Time

T1 T2 IBI B b𝟐

10 8 4 2 4

9 8 -3 -1 1

8 8 1 -1 1

6 8 -6 0 0

7 9 -6 0 0

N=5 N=5 N=5 N=5 N=5

∑ 𝑇1 = 40 ∑ 𝑇2 = 41 ∑|B| = -1 ∑b = 0 ∑ 𝑏 2 = 12,8

̅=8
X ̅ = 8,2
X ̅ = -0,2
X ̅=0
X ̅ = 7,8
X

Penyelesaian :

̅̅̅̅
XT1 ΣXT1
=
N
Ʃ(10+9+8+6+7)
=
5
40
=
5

=8
12

̅ T2 ΣXT2
X =
N

Ʃ(8+8+8+8+9)
=
5
41
=
5

= 8,2

̅b ΣXb
X =
N
(2.2 + 1.2 + 0.2 + (−1.8) + (−1.8)
=
5
0
=
5

=0

̅ |B| ΣX│B│
X =
N

Ʃ(2+1+0+(-2)+(-2)
=
5
−1
=
5

= -0.2
13

∑ X b2
̅ b2
X =
N

Ʃ(4.84 + 1.44 + 0.04 + 3.24 + 3.24)


=
5
12.8
=
5

=0

|Xt1 -Xt2 |
T12 =
2
√ ∑ Xb
N(N-1)

|8-8.2
=
√Ʃ(4.84 + 1.44 + 0.04 + 3.24 + 3.24
5(5-1)

|0.2|
=
√12,8
20
|0.2|
=
√0.179

= 1,12

db = n-1

= 5-1

=4

tt 5% = 2.776

th > tt 5% signifikan

1,12 2.776 % Tidak signifikan

2. Error

E1 E2 IBI B 𝒃𝟐
14

33 19 14 15 225

25 10 14 15 225

15 24 -9 -8 64

7 26 -19 -18 324

14 19 -5 -4 16

N=5 N=5 N=5 N=5 N=5

∑ 𝐸1 = 93 ∑ 𝐸2 = 98 ∑|𝐵| = -5 ∑𝑏 = 0 ∑ 𝑏 2 = 854

̅ = 18.6
X ̅ = 19.6
X ̅ = -1
X ̅=0
X ̅ = 170.8
X

Penyelesaian :

̅ E1
X ΣXE1
=
N
Ʃ(33+25+15+7+14)
=
5
93
=
5

= 18.6

̅ E2 ΣXE2
X =
N
Ʃ(19+10+24+26+19)
=
5
98
=
5

= 19.6

̅ |B| ΣX│B│
X =
N
Ʃ(14+14+(-9)+(-19)+(-5)
=
5
−5
=
5

= -1
15

∑X b
̅b
X =
N
(15+15+(-8)+(-18)+(-4)
=
5
0
=
5

=0

∑ X b2
̅b2 =
X N
Ʃ(225+225+64+324+16)
=
5
854
=
5

= 170.8

|XE1 -XE2 |
E12 =
2
√ ∑ Xb
N(N-1)

|18.6-19.6|
=
√Ʃ(225+225+64+324+16)
5(5-1)

|0,94|
=
√854
20

|0.94|
=
√42.7
0,94
= 6,53

= 0,14

db = n-1
16

= 5-1

= 4

tt 5% = 2.776

th < tt 5% tidak signifikan

0,14 2.776 tidak signifikan

B. Kelompok

1. Time

No Subjek T1 T2 |B| B b2
1. IF
2. MN
3. RAP
4. IM
5. NM
6. GHK
N
∑X

̅
X
Penyelesaian:

∑ XT1
̅ T1
X = N

∑ XT2
̅ T2
X =
N

̅ T1
X = 5

̅ T2
X = 5

̅ T1
X = Type equation here.

̅ T2
X =
17

̅ T1 - X
|X ̅ T2 |
T12 =
∑X 2
√ b
N (N-1)

| |
T12 =

5 (5-1)

| |
T12 =

T12 =

T12 = = Type equation here.

db = n-1

db = 5-1 = 4

tt 5% = 2.776

T12 < tt 5% = < 2.776 Tidak Signifikan

2. Error

No Subjek E1 E2 |B| B b2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
N

∑X

̅
X
Penyelesaian:

∑ XE1
̅ E1
X = N

∑ XE2
̅ E2
X = N
18

̅ E1
X = 5

̅ E2
X = 5

̅ E1
X =

̅ E2
X =
̅ E1 - X
|X ̅ E2 |
E12 =
∑X 2
√ b
N (N-1)

| |
E12 =

5 (5-1)

| |
E12 =

20

E12 = √

E12 = = Type equation here.

db = n-1

db = 5-1 = 4

tt 5% = 2. 776

E12 < tt 5% = < 2.776 Tidak Signifikan

VIII. KESIMPULAN

A. Individu

Ada perbedaan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pola I

(ring 1) dan pola II (ring 2) untuk individu. Hal ini dapat dilihat dari nilai

rata -rata pada pola I (ring 1) sebesar (8) dan pada pola II (ring 2)

sebesar (8.2). Oleh karena itu waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan pola I (ring 1) lebih kecil daripada waktu yang diperlukan

untuk menyelesaikan pola II (ring 2) untuk individu. Sehingga diperoleh


19

hasil yang signifikan, maka yang menyatakan ada perbedaan waktu

yang diperlukan dalam menyelesaikan pola I (ring 1) dan pola II (ring 2)

untuk individu diterima.

Ada perbedaan error yang diperlukan untuk menyelesaikan pola I

(ring 1) dan pola II (ring 2) untuk individu. Hal ini dapat dilihat dari nilai

rata – rata pada pola I (ring 1) sebesar (18.6) dan pada pola II (ring 2)

sebesar (19,6). Oleh karena itu error yang diperlukan untuk

menyelesaikan pola I (ring 1) lebih kecil daripada waktu yang diperlukan

untuk menyelesaikan pola II (ring 2) untuk individu Sehingga diperoleh

hasil yang signifikan, maka yang menyatakan ada perbedaan error yang

diperlukan dalam menyelesaikan pola I (ring 1) dan pola II (ring 2) untuk

individu diterima.

B. Kelompok

C. PEMBAHASAN

A. Individu

Ada perbedaan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pola

I (ring 1) dan pola II (ring 2) untuk individu. Waktu yang diperlukan

untuk menyelesaikan pola I (ring 1) lebih kecil daripada waktu yang

diperlukan untuk menyelesaikan pola II (ring 2). Persepsi sangat erat

hubungannya dengan lingkungan, karna merupakan bagian yang

penting dalam proses pengajaran terjadi interaksi antara dosen dan

mahasiswa, dimana mahasiswa menerima informasi sebagai

rangsangan dan kemudian merespon masukan tersebut dengan


20

melibatkan pengalaman-pengalaman objek yang berkaitan dengan

informasi yang diterimanya. (Hasil penelitian Egi Nugraha 2015)

Ada perbedaan error yang diperlukan untuk menyelesaikan pola I

(ring 1) dan pola II (ring 2) untuk individu. Error yang diperlukan

untuk menyelesaikan pola I (ring 1) lebih kecil daripada waktu yang

diperlukan untuk menyelesaikan pola II (ring 2). Sehingga diperoleh

hasil yang signifikan, maka ada yang menyatakan perbedaan error

yang diperlukan dalam menyelesaikan pola I (ring 1) dan pola II (ring

2) untuk individu diterima.

Sesuai dengan pengertian motorik halus adalah kemampuan

yang melibatkan gerakan – gerakan halus. Hal – hal yang dilakukan

seperti Motorik halus pada usia 3 tahun mampu memungut obyek-

obyek yang paling kecil dengan menggunakan ibu jari dan

telunjuknya. kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan

fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf

motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan

dan rangsangan secara rutin, seperti bermain puzzle, menyusun

balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya. Usia 5

tahun, koordinasi motorik halus

Telah memperlihatkan kemajuan yang lebih baik lagi, pada

tangan, lengan, dan tubuh semuanya akan bergerak bersama pada

komando mata. (Santrock, 2012)

B. Kelompok

D. KESAN-KESAN SELAMA EKSPERIMEN


21

A. Kondisi Fisik

1. Kondisi ruangan praktikum sangat mendukung karena, didalam

ruangan kursi tertata dengan rapi, terdapat AC (Air Conditioner)

sehingga suhu dalam ruangan terasa dingin. Ruangan terlihat

bersih karena tidak terdapat sampah di dalam ruangan.

2. Di dalam ruangan sangat tenang karena pintu ditutup saat tes

akan dimulai.

3. Ruangan dalam keadaan tenang karena hanya terdapat testee,

testeer dan asisten yang berada dalam ruangan.

4. Cahaya yang masuk dalam ruangan membuat ruangan terlihat

lebih terang.

5. Teste menggunakan pakaian kemeja berwarna pink polos lengan

panjang, celana jeans berwarna hitam, dan sepatu berwarna

putih, testee memakai jam tangan berwarna hitam ditangan kiri.

Testee membawa tas selempang berwarna putih.

B. Kondisi Psikologis

1. Testee terlihat paham dengan instruksi yang diberikan oleh

tester, dilihat dari anggukan kepala testee, setiap testeer

memberikan instruksi.

2. Ketika testee berada dalam ruangan, testee berdiri tepat di depan

alat steadiness.

3. Tangan testee bergetar saat memasukkan tongkat pada ring.

4. Terkadang teste menoleh melihat sekelilingnya saat

memasukkan tongkat pada ring.


22

5. Saat teste memasukkan tongkat ke dalam ring, dia sesekali

tersenyum dan gugup (tremor).

E. KEGUNAAN SEHARI – HARI

1. Dapat melatih kemampuan motorik seseorang.

2. Memudahkan seseorang untuk memasukkan benang ke jarum untuk

menjahit.

3. Dapat membantuh melatih kemampuan konsentrasi seseorang.

4. Dapat melatih seseorang dalam memukul bola pingpong

5. Mampu membantu seseorang dalam menjaga keseimbangan saat

sedang mengendarai sepeda.

Makassar, 22 Mei 2019

Asisten I Asisten II Eksperimenter

Hasma Nur Qadri Yessy Christiani Wiwin Vanessa


NIM: 4515091013 NIM: 4516091112 NIM: 4517091067

Fakultas Psikologi

Universitas Bosowa Makassar


23

KOORDINASI STEADINESS

04/EXP/2019

Nama OP : Indra Fermanto

Umur : 19 Tahun

Pendidikan : SMA

Seks : Laki-Laki

Tanggal/Jam : 18 Mei 2019 /

10.35 – 10.46 WITA

Pola I (Ring 1) Pola II (Ring 2)


Trial
Time Error Time Error

1.

2.

3.

4.

5.

Nama Tester : Wiwin Vanessa

NIM : 4516091026

Makassar, 18 Mei 2019


24

Tanda Tangan Tester,


25

DAFTAR PUSTAKA

Beaven CM, Ekstrom J. (2013). A Comparison of Blue Light and Caffeine Effects
on Cognitive Function and Alertness in Humans. PLoS ONE 8(10):
e76707. doi:10.1371/journal.pone.0076707
Baharuddin. (2017). Psikologi pendidikan Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Carlson, N. R. (2012). Fisiologi Perilaku. Jakarta. Erlangga.
Eva, L. (2017). Psikologi Dasar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Jonathan Ling & Jonathan Catling. (2012). Psikologi Kognitif . Jakarta. Erlangga
Kuswana, S. W. (2013). Taksoni Berpikir. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Mulyadi, Seto, Heru Basuki & Wahyu Raharjo. (2017). Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekatan Teori-Teori Bau Dalam Psikologi. Depok. PT Raja
Grafindo Persada
Rakhmat. J. (2017). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Marliani. R. (2013). Psikologi Eksperimen. Bandung : CV Pustaka Setia.
Seniati, Liche, Yulianto, Aries, Setiadi, Bernadette N. (2008). Psikologi
Eksperimen. Jakarta : Indeks.

Santrock, J. W. (2012). Perkembangan Masa Hidup Edisi Ketigabelas Jilid I.


Jakarta : Erlangga.

Sugiyono. (2017). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sarwono Wirawan. (2013). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta. Penerbit:


Rajawali Pers.

Ugi Nugraha. (2015). Hubungan Persepsi, Sikap Dan Motivasi Belajar Terhadap
Hasil Belajar Pada Mahasiswa Pendidikan Olaraga Dan Kesehatan
Universitas Jambi. Jurnal Cerdas Sifa, 1, No:1

Warti, E. (2016). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar


Matematika Siswa SD Angkasa 10 Halim Perdana Kusumo Jakarta
Timur. Jurnal pendidikan Matematika.

Anda mungkin juga menyukai