Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keresahan Pemerintah Indonesia terhadap meningkatnya harga-harga produk
farmasi di Indonesia (Kompas dan Jawa Pos ,2007 ) patut disambut sebagai sebuah sinyal
positif . Industri Farmasi Indonesia telat menggurita sehingga gagal menghasilkan produk
farmasi yang murah namun berkualitas tinggi. Niat Pemerintah Indonesia melalui
menteri Kesehatan untuk menurunkan harga (generik) akan selalu mengalami kesulitan.
Hal ini akan berjalan terus sepanjang industri struktur Industri farmasi di
Indonesia tidak mengalami reformasi . Fenomena ini juga tudak jarang diperparah oleh
inkonsistensi yang dilakukan pemerintah Republik Indonesia akibat tarik menarik
kepentingan di dalamnya.
Pada sisi lain , kegagalan pemerintah dan Industri Farmasi untuk menghadirkan
produk farmasi yang murah, telah memunculkan peluang bisnis bagi para produsen obat
ilegal. Perbedaan mergin yang terlalu tinggi menyebabkan muncul peluang untuk
menghadirkan produk subsitusi ( bahkan palsu) dengan harga murah. Keengganan
Industri farmasi untuk menata diri agar lebih cepat dan murah. Disertai dengan ancaman
hadirnya produsen ilegal telah menyebabkan industri farmasi di Indonesia bagaikan
sedang diopnam. Gagasan self-dispensing medication yang beberapa kali dimunculkan
akan selalu kandas ,justru akibat tekanan para pelaku industri farmasi itu sendiri.
Peredaran Obat menurut Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan adalah setiap kegiatan atau
serangkaian kegiatan penyaluran dan atau penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan
baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan atau pemindahan tanganan. Melihat
dari pengertian tersebut maka dapatlah secara inti dikatakan peredaran terdiri dari 2 (dua)
kegiatan penyaluran dan penyerahan. Mengapa penyaluran dan penyerahan perlu diatur
dalam P.P. No. 72 Tahun 1988, yang menyatakan bahwa pengamanan sediaan farmasi dan
alat kesehatan sebagai salah satu upaya dalam pembangunan kesehatan dilakukan untuk
melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan yang tidak tepat, serta yang tidak memenuhi persyaratan mutu,
keamanan dan kemanfaatan, jadi dapatlah diartikan maksud diaturnya peredaran obat
tiada lain agar masyarakat atau konsumen dalam hal ini pasien akan mendapatkan obat
yang tepat, memenuhi syarat mutu, keamanan dan kemanfaatan dari setiap obat yang
beredar

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dalam makalah ini membahas tentang :
 Apa pengertian Toko Obat Berizin
 Apa saja syarat berdirinya Toko Obat Berizin
 Apa kewajiban -kewajiban Toko Obat Berizin

1.3 TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini yaitu:
 Mengetahui apa pengertian Toko Obat Berizin
 Mengetahui apa saja syarat berdirinya Toko Obat Berizin
 Mengetahui kewajiban –kewajiban Toko Obat Berizin

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Toko Obat Berizin


Toko Obat adalah sarana yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat
bebas dan obat-obat bebas terbatas untuk dijual secara eceran (PERATURAN
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG
PEKERJAAN KEFARMASIAN).

Toko obat adalah toko yang dapat menjualkan obat-obatan bebas dan obat
bebas terbatas.(Badan Penanaman Modal dan Perizinan( BPMP) Indramayu , 2002).

Toko Obat Berizi menurut Permenkes RI Nomor 167/Kab/B.VII/1972,


tanggal 28 Agustus 1972 diberikan batasan penamaan dengan sebutan Pedagang
Eceran Obat ( PEO) Berizin. Pedagang eceran obat berizin adalah orang atau badan
hukum Indonesia yang memiliki izin untuk meyimpan obat-obat bebas dan obat bebas
terbatas (daftar “W”) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana
tercantum dalam surat izin.

Toko Obat atau pedagang eceran obat adalah orang atau badan hukum yang
memiliki ijin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatasuntuk
dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat ijin.

2.2 Syarat Berdirinya Toko Obat Berizin.

Persyaratan TOB sebagai berikut :

a. TOB dapat diusahakan oleh perusahaan negara, perusahaan swasta atau


perorangan.

b. Penanggung jawab teknis farmasi terletak pada seorang asisten apoteker.

c. Setiap pergantian penanggung jawab harus segera dilaporkan kepada Kanwil


Depkes setempat (sekarang Dinas Kesehatan).
d. Untuk mendirikan Pedagang Eceran Obat Berizin harus ada izin dari kepala daerah
setempat dengan memperhatikan saran-saran Kepala Dinas Kesehatan.

e. Pada setiap pengeluaran izin satu lembar turunan izin harus dikirimkan kepada
Ditjen POM (sekarang Badan POM ), dan satu lembar dikirim kepada Kanwil Depkes
setempat ( sekarang DinKes ).

f. Permohonan izin toko obat berizin harus diajukan secara tertulis dengan disertai :

- alamat dan daerah tempat usaha

- nama dan alamat pemohon

- nama dan alamat asisten apoteker

- salinan ijazah dan surat izin kerja asisten apoteker

- surat pernyataan kesediaan bekerja asisten apoteker.

Permohonan secara tertulis tersebut diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan


setempat.

2.2.1 Persyaratan yang harus dipenuhi :

1. surat Permohonan bermeterai Rp 6.000,-

2. surat Penunjukan pemilik toko obat kepada Asisten Apoteker (Pemilik Toko
Obat).

3. surat Pernyataan keanggotaan asisten apoteker bermaterai Rp.6000,-.

4. foto copy KTP pemohon dan KTP Asisten Apoteker, SISS dan SIK Asisten
Apoteker.

5. foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) / surat pernyataan dan copy lunas
pajak tahun terakhir.
6. foto Copy Ijasah Asisten Apoteker.

7. denah lokasi Toko Obat.

8. foto Copy SK Toko Obat lama (untuk perpanjangan).

2.2.2 Asisten Apoteker


Asisten apoteker adalah tenaga kesehatan yang berijazah sekolah asisten apoteker
atau sekolah menengah farmasi, Akademi Farmasi, Akademi farmasi, dan Jurusan
farmasi politeknik kesehatan,akademi analisis farmasi dan makanan, Jurusan analisis
farmasi serta makanan, Politeknik kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.Surat Izin Asisten Apoteker adalah bukti tertulis atas kewenangan yang di
berikan kepada pemegang ijazah sekolah Asisten Apoteker atau sekolah menengah
Farmasi dan jurusan farmasi politeknik kesehatan, Akademi Analisis farmasi dan
Makanan, Jurusan, Analisis Farmasi serta Makanan Politeknik kesehatan untuk
menjalankan pekerjaan Kefarmasian sebagai asisten Apoteker.Surat Izin Asisten Apoteker
adalah bukti tertulis yang di berikan kepada pemegang Surat Izin Asisten Apoteker untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian di srana kefarmasian.

2.2.3 Izin Toko Obat


Izin toko obat adalah izin yang diberikan kepada perorangan atau suatu badan usaha
untuk menyimpan obat-obatan bebas dan obat-obatan bebas terbatas (kode W) dan
melakukan penjualan obat-obatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dasar Hukum :
1.Peraturan Menkes No. 167/Kab/B.VII/1972 tentang Pedagang Obat Eceran
2.Peraturan Daerah kabupaten Sleman No. 16 tahun 2004 tentang Izin Penyelenggaraan
Sarana Penunjang Medik

2.2.4 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR.


167/KAB/B.VIII/1972 TENTANG PEDAGANG ECERAN OBAT.
. Pasal 13
1. Pencabutan Ijin Pedagang Eceran Obat dilakukan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Apabila ijin batal atau dicabut maka pemilik ijin harus segera menyerahkan
surat ijinnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, setempat.

Pasal 15
Pedagang Eceran Obat yang telah memiliki usaha sebagai Pedagang Eceran Obat
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 167/Kab/B.VIII/72 tentang Pedagang
Kecil Berijin dianggap telah memiliki ijin usaha Pedagang eceran obat berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehtan RI.

2.3 Kewajiban-Kewajiban Toko Obat Berizin

Toko Obat Berizin dalam pelaksanaan penjualan obat mempunyai kewajiban-


kewajiban sebagai berikut :

a. Toko Obat Berizin harus memasang papan dengan tulisan “Toko Obat Berizin”,
tidak menerima resep dokter dan papan nama di depan tokonya.

b. Tulisan harus berwarna hitam di atas warna dasar putih, tinggi huruf 5 cm dan
tebalnya paling sedikit 5 mm.

c. Ukuran papan tersebut paling sedikit lebar 40 cm dan panjang 60 cm.

d.Toko Obat Berizin dilarang menerima atau melayani resep dokter.

e.Toko Obat Berizin dilarang membuat obat, membungkus atau membungkus


kembali obat.

f. Obat-obat yang masuk dalam daftar obat bebas terbatas harus disimpan dalam
almari khusus dan tidak boleh dicampur dengan obat-obat atau barang-barang lain.

g.Di depan tokonya, pada iklan dan barang-barang cetakan toko obat tidak boleh
memasang nama yang sama atau menyamai nama apotik, pabrik obat atau pedagang
besar farmasi, yang dapat menimbulkan kesan seakan-akan toko obat tersebut adalah
sebuah apotik atau ada hubungannya dengan apotik, pabrik farmasi, atau pedagang
besar farmasi.

h. Setiap Pedagang Eceran Obat Berizin harus selalu tunduk pada semua
peraturan yang berlaku.

2.4 Prosedur Pendirian Toko Obat Berijin.

1. Pemohon datang ke KPT/Kantor Dinas Kesehatan Setempat, mengajukan surat


permohonan dilampiri persyaratan lainnya.

2. Setelah diteliti dan dinyatakan lengkap dan benar, berkas permohonan diagendakan
dan kepada pemohon diberikan arsip permohonan.

3. Berkas permohonan selanjutnya diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Apabila ijin telah diterbitkan, maka pemohon akan diberitahu oleh KPT dan
selanjutnya bisa diambil di loket pengambilan KPT IJIN TOKO OBAT.

5. Jangka Waktu Penyelesaian

Jangka waktu penyelesaian adalah 30 hari kerja sejak diterimanya permohonan dan

diagendakan di KPT

6. Masa Berlaku

Masa berlaku SK Ijin : 2 ( dua ) tahun

7. Jenis Pelayanan

a. Ijin Membuka Toko Obat.

b. Ijin Perpanjangan Toko Obat.

2.5 Dasar Hukum


Dasar Hukum

1. SK Menkes RI No. 1189 A/ Menkes/ SK/ X/ 1999 tentang Wewenang Penetapan


Ijin di bidang Kesehatan.

2. SK Menkes RI No. 167/Kab/ VII/ 1972 tentang Pedagang Eceran Obat.

3. SK Menkes RI No. 1331/ Menkes/ SK/ X/ 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menkes RI

No. 167/Kab/B.VIII/1972 tentang Pedagang Eceran Obat.

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1189A/Menkes/SK/X/1999 tentang


Penetapan Ijin di Bidang Kesehatan;

6.. Keputusan Walikota Semarang No 875.1/2 Tahun 2011 tentang Pendelegasian


Wewenang Penandatanganan Perijinan dan Non Perijinan kepada Kepala Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Semarang Kesehatan

2.6 Jenis – Jenis Obat yang Dijual.

1. Pedagang eceran obat menjual obat-obatan bebas dan obat-obatan bebas

terbatas dalam bungkusan dari pabrik yang membuatnya secara eceran.

2. Pedagang eceran obat harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik

dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi yang
mendapat ijin dari Menteri Kesehatan
BAB III

KESIMPULAN

Toko Obat atau pedagang eceran obat adalah orang atau badan hukum yang
memiliki ijin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatasuntuk
dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat ijin.
DAFTAR PUSTAKA

 Anggota IKAPI. 2010. Undang – Undang Kesehatan. Bandung: FM


Fokusmedia.

 Adi Darmansyah, S.Pd, R.Y. Bambang Purwono,S.Pd, Heru Purwanto, S.H.


2010. Undang – Undang Kesehatan.Jakatrta: PPB SMF-SMKF.

 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 918/ MENKES/ PER/


X/1993.

 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1191/ MENKES/


SK/ IX/ 2002.

 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 889/MENKES/


PER/V/2011.

 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1148/ MENKES/


PER/VI/2011
MAKALAH TOKO OBAT BERIZIN (TOB)
Disusun Oleh:

Aep Wawan

Aksan Maulana

Ujang Hidayat

Nanda Nursaleh

Ahrob Sepudin

Fradyan Andalas H.

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2014

Anda mungkin juga menyukai