Anda di halaman 1dari 11

TUGAS UJIAN THT

ANCILLA AGRA Y.N/ 030.15.018

TAHAPAN PENDENGARAN PADA ANAK DAN BAYI

TAHAPAN PERKEMBANGAN BICARA


Usia Kemampuan
Neonatus Menangis (reflex vocalization) mengeluarkan suara
mendengkur seperti suara burung (cooing), suara seperti
nerkumur (gurgles)

2-3 bulan Tertawa dan mengoceh tanpa arti (babbling)

4-6 bulan Mengeluarkan suara yang merupakan kombinasi huruf


hidup (vowel) dan huruf mati (konsonan)
Suara berupa ocehan bermakna (true babbling atau lalling)
seperti pa…pa.. da… da..
7-11 bulan Dapat menggabungkan kata/suku kata yang tidak
mengandung arti, terdengar seperti Bahasa asing (jargon)
Usia 10 bulan mampu meniru suara sendiri (echolalia)
Memahami arti “tidak”, mengucap salam
Mulai memberi perhatian terhadap nyanyian atau music
12-18 bulan Mampu menggabungkan kata atau kalimat pendek
Mulai mengucapkan kata pertama yang mempunyai arti
(true speech)
Usia 12-14 bulan mengerti instruksi sederhana,
menunjukan bagian tubuh dan nama mainannya
Usia 18 bulan mampu mengucapkan 6-10 kata
Perkiraan adanya gangguan pendengaran pada bayi dan anak
Usia Kemampuan Bicara
12 bulan Belum bisa mengoceh (babbling) atau meniru bunyi
18 bulan Tidak dapat menyebut 1 kata yang punya arti
24 bulan Perbendaharaan kata kurang dari 10 kata
30 bulan Belum dapat merangkai 2 kata

PENYEBAB GANGGUAN PENDENGARAN PADA BAYI/ANAK


1. MASA PRANATAL
a. Genetik Herediter
b. Non genetic seperti gangguan/kelainan pada masa kehamilan, kelainan anatomi,
kekurangan zat gizi (co: defisiensi yodium)
 paling penting trimester pertama.
 infeksi bakteri/virus : toksoplasmosis, rubella, cmv, herpes, sifilis (TORCH)
 obat ototoksik dan teratogenic : ganggu organogenesis dan rusak sel rambut koklea
Co obat: salisilat, kina, neomisin, dihidro streptomisin, gentamisin, barbiturate,
thalidomide
 atresia liang telinga dan aplasia koklea

2. MASA PERINATAL
- BBLR <2500gr
- Hiperbilirubinemia
- Asfiksia (lahir tidak menangis)

3. MASA POSTNATAL
 infeksi bakteri/virus: rubella, campak, parotis, infeksi otak (meningitis, ensefalitis),
perdarahan pada telinga tengah, trauma temporal.
DETEKSI DINI GANGGUAN PENDENGARAN PADA BAYI
Program skrining sebaiknya diprioritaskan pada bayi dan anak yang mempunyai risiko
tinggi.
Resiko tinggi menurut Joint Committee on Infant Hearing 2000:
Untuk bayi 0-28 hari
1. Riwayat keluarga dengan tuli sensorineural sejak lahir
2. Infeksi masa hamil: Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus, Herpes, Sifilis
(TORCHS)
3. Kelainan kraniofasial termasuk kelainan pada pinna dan liang telinga
4. Berat badan lahir < 1500 gr = 3.3 lbs
5. Hiperbilirubinemia yang memerlukan transfuse tukar (exchange transfusion)
6. Obat ototoksik
7. Meningitis bakterialis
8. Nilai Apgar 0-4 pada menit pertama; 0-6 pada menit kelima
9. Ventilasi mekanik 5 hari atau lebih di NICU
10. Sindroma yang berhubungan riwayat keluarga dengan tuli sensorineural sejak lahir
11. Infeksi masa hamil TORCHS
12. Kelainan kranifasial termasuk kel pinna dan liang telinga
13. BBLR <1500 gr = 3.3 lbs
14. Hiperbilirubinemia yang memerlukan transfuse tukar (exchange transfusion)
15. Obat ototoksik
16. Meningitis bakterialis
17. Apgar score 0-4 pada menit pertama; 0-6 pada 5 menit
18. Ventilasi mekanik 5 hari atau lebih NICU
19. Sindroma yang berhubungan dengan tuli sensorineural/ konduktif
20. Dengan tuli sensorineural/ konduktif

Untuk bayi 29 hari – 2 tahun


1. Kecurigaan orangtua/ pengasuh tentang gangguan pendengaran, keterlambatan bicara,
berbahasa dana tau keterlambatan perkembangan
2. Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran yang menetap sejak masa anak anak
3. Keadaan/stigmata yang berhub dengan sindroma ttu yang diketahui mempunyai
hubungan dengan tuli sensorineural, konduktif/ gangguan fungsi tuba eustachius
4. Infeksi post natal yang buat gg sensorineural (meningitis bacterial)
5. Infeksi intrauterine (toksoplasma, rubella, CMV, herpes, sifilis)
6. Faktor resiko saat neonates (hyperbilirubinemia memerlukan transfuse tukar,
hipertensi pulmonal yang butuh ventilator, kondisi yang butuh extracorporeal
membrane oxygenation (EMCO))
7. Usher syndrome, neurofibromatosis, osteopetrosis
8. Kelainan neurodegenarif : Hunter syndrome, kelainan neuropati sensomotorik misal
Friderich’s ataxia, Charrot Marie tooth syndrome
9. Trauma kapitis
10. Otitis Media yang berulang/ menetap disertai efusi telinga tengah minimal 3 bulan.

PEMERIKSAAN PENDENGARAN PADA BAYI DAN ANAK


1. Behavioral Observation Audiometry
- Berdasarkan voluntary response
- Penting untuk mengetahui respons subyektif sistim auditorik pada bayi dan anak, dan
untuk penilaian hearing aid fitting
a. Behavioral Reflex Audiometry
Respon:
- Mengejapkan mata (auropalpebral reflex)
- Melebarkan mata (eye widening)
- Mengerutkan wajah (grimacing)
- Berhenti menyusu (Cessation reflex)
- Denyut nadi meningkat
- Reflex moro (plg konsisten)
b. Behavioral Response Audiometry
Bayi normal 5-6 bulan ada pola respons berupa menoleh atau menggerakn kepala kea rah
sumber bunyi di luar lapangan pandangnya. Awalnya gerakan kepala horizontal 
semakin bertambah usia makin lokalisir dari bawah  lokalisir bagian atas  ke segala
arah (13-16 bulan)
- Tes distraksi
 reespon thd stimulus bunyi: gerakan bola mata/ menoleh ke sumber bunyi. Bila tidak
ada respon pemeriksaan diulang, kalau tetap tdk berhasil pemeriksaan ketiga diulang 1
mgg kemudian. Kalau masih tdk respon dilakukan pemeriksaan audiologi lanjtan
- VRA (Visual Reinforcement Audiometry)
 bisa dilakukan pada bayi mulai 4-7 bulan dmn control kemampuan mencari sumber
suara sdh mulai berkembang

c. Play audiometry (usia 2-5 tahun)


 melatih anak untuk mendengar stimulus bunyi disertai pengamatan respon motoric
spesifik dalam aktivitas permainan
 2 orang : 1 beri stimulus suara melalui audiometer yang kedua melatih anak
mengamati respon

2. TIMPANOMETRI
Untuk menilai kondisi telinga tengah. Pemeriksaan pendahuluan sebelum tes OAE
jika ada gangguan telinga tengah OAE ditunda sampai telinga tengah normal

3. AUDIOMETRI NADA MURNI


Dapat dilakukan pada anak berusia lebih dari 4 tahun yang koperatif.

4. OTOACOUSTIC EMISSION (OAE)


Pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai fungsi koklea yang obyektif,
otomatis (menggunakan kriteria pass/ lulus dan refer/ tidak lulus), tidak invasive,
mudah, waktu cepat dan praktis, jadi sangat efisien untuk program Universal
Newborn Hearing Screening.
Ada 2 jenis OAE:
1. Spontaneous OAE (SPOAE)
2. Evoked OAE.

5. BRAINSTEM EVOKED RESPONSE AUDIOMENTRY


Menilai integritas sistim auditorik, bersifat obyektif, tidak invasive. Dapat memeriksa
bayi, anak, dewasa, penderita koma.

TES SKRINING PENDENGARAN


HABILITASI

Usia kritis proses berbicara dan mendengar adalah sekitar 2-3 tahun. Bila terdapat tuli
sensorineural derajat sedang atau berat, maka harus dipasang alat bantu dengar atau implan
koklea. Proses habilitasi pasien tuli membutuhkan kerja sama dari beberapa disiplin, antara
lain dokter spesialis THT, dokter spesialis anak, audiologist, ahli terapi wicara, psikolog anak,
guru khusus untuk tunarungu dan keluarga pasien.

MEMBRAN TIMPANI

Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :

1. Stratum kutaneum ( lapisan epitel) berasal dari liang telinga.


2. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.
3. Stratum fibrosum (lamina proparia) yang letaknya antara stratum kutaneum dan
mukosum

Secara Anatomis membran timpani dibagi dalam 2 bagian :

1. Pars tensa
2. Pars flasida atau membran Shrapnell, letaknya dibagian atas muka dan lebih tipis dari
pars tensa dan pars flasida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu :
a. Plika maleolaris anterior ( lipatan muka).
b. Plika maleolaris posterior ( lipatan belakang
REGENERASI MEMBRAN TIMPANI

TM terdiri dari 2 bagian: pars tensa dan pars flaccida. Lapisan terluar dari pars tensa terdiri
dari epitel keratinisasi, dan lapisan tengah terdiri dari serat kolagen yang memancar dan
melingkar, yang membentuk struktur kaku yang disebut di sini sebagai lapisan kolagen utama.
Pars flaccida lapisan jaringan ikatnya lebih tebal dan memiliki struktur yang jauh lebih longgar
dibandingkan dengan pars tensa. Pembuluh, ujung saraf, dan sel mast banyak ditemukan di
jaringan ikat longgar pars flaccida. Serat-serat kolagen lebih tebal dibandingkan dengan serat-
serat pars tensa dan disusun bukan hanya sebagai lapisan datar saja melainkan dalam 3 dimensi.

Serat kolagen memiliki berbagai diameter dan diatur dalam pola yang berbeda di jaringan yang
berbeda. Kolagen tipe I adalah kolagen utama tulang, kulit, tendon, dan luka yang baru sembuh.
Kolagen tipe II lebih tipis dan merupakan kolagen khas tulang rawan. Kolagen tipe III
ditemukan sebagian besar dalam jaringan embrionik, luka penyembuhan, dan jaringan ikat
kulit, pembuluh darah, uterus, paru-paru, dan hati.

Dalam perforasi, lapisan epitel segera mulai berkembang biak di atas defek ke arah migrasi
epitel TM, didukung oleh lapisan dasar jaringan ikat yang meradang. Perforasi menutup dalam
12 hari. Lapisan berserat dibangun kembali setelah lapisan epitel menutup perforasi. ketika ada
pecahnya TM, lapisan kolagen menebal, dan bundel kolagen diatur dalam cara yang tidak
teratur sehingga terjadinya sikatrik

FARING
Indikasi tonsilektomi: Menurut the American Academy of Otolaryngology Head and Neck
Surgery Clinical Indicators Compendium tahun 1955:

1. Serangan tonsillitis lebih dari 3x per tahun walau sudah diberi terapi yg adekuat
2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan orofasial
3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan napas, sleep
apnea, gangguan menelan, gangguan bicara, dan cor pulmonale
4. Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak berhasil
hilang dengan pengobatan
5. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan
6. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A streptococcis beta hemoliticus
7. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan
8. OME/OM supuratif

Indikasi Adenoidektomi

1. Sumbatan
- Sumbatan hidung yang menyebabkan nafas lewat mulut
- Sleep apnea
- Gg menelan
- Gg bicara
- Kelainan bentuk wajah muka dan gigi (adenoid face)

 Patient with "adenoid facies" (open lip posture, mouth breathing, hypotonia)

2. Infeksi
- Adenoiditis berulang / kronik
- Otitis media efusi berulang/ kronik
- Otitis media akut berulang

3. Curiga neoplasma jinak/ganas

Anda mungkin juga menyukai