Kel 1 Hiperkes
Kel 1 Hiperkes
HIGIENE INDUSTRI
A. Latar Belakang
C. Profil Perusahaan
D. Alur Produksi
Pertama-tama menyediakan bahan baku untuk isi dan kemasan. Sebelum digunakan
bahan baku disimpan di gudang, lalu oleh kantor produksi dibuatkan jumlah dan jadwal
produksi. Setelah ada jadwal, bahan baku di olah dan dikerjakan di bagian masing-masing,
yaitu untuk bahan baku isi diolah dan dikerjakan di bagian pembuatan isi dan bahan baku
kemasan diolah dan dikerjakan di bagian kemasan. Setelah semua selesai dikerjakan maka
barang produksi akan diperiksa di bagian kontrol kualitas untuk memeriksa dan
memastikan barang yang telah jadi aman dan siap untuk diproduksi. Setelah lulus di bagian
kontrol kualitas barang produksi selanjutnya disimpan di bagian logistik, dan
didistribusikan ke bagian penjualan.
E. Landasan Teori
Penerapan hygiene perusahaan ini hanya dapat dilaksanakan secara tepat jika semua
keaktifan dalam suatu perusahaan dikenal dengan jelas, termasuk pemakaian macam-
macam mesin dan alat-alat, perkakas dan sebagainya. Atas dasar ini dapat dibuat dugaan
tentang bahaya-bahaya yang mungkin terjadi pada pekerja dan masyarakat luas. Dugaan
sekedarnya ini harus dibuktikan ketepatannya dengan pengukuran-pengukuran yang
sesuai. Dengan demikian diperoleh penilaian lingkungan kerja yang obyektif. Salah satu
tahapan yang paling penting dari siklus tersebut adalah penentuan hazard (potensi bahaya)
yang terdapat pada perusahaan dan dapat menjadi faktor risiko bagi tenaga kerja, baik itu
dari faktor fisik, kimia dan biologi.
1. Faktor Fisika
- Bising
Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang
merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang
menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. Kebisingan yang dapat
diterima oleh tanaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu yaitu 85 dB(A) (KepMenNaker No.51 Tahun 1999, KepMenKes
No.1405 Tahun 2002). Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau
membahayakan perlu diambil tindakan seperti penggunaan peredam pada sumber
bising, penyekatan, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, pembuatan
bukit buatan ataupun pengaturan tata letak ruang dan penggunaan alat pelindung
diri sehingga kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan.
2. Faktor Biologis
Dasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah
Kepres No. 22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja (point)
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminan khusus. Biological hazard
adalah semua bentuk kehidupan atau mahkluk hidup dan produknya yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Faktor biologis dapat
dikategorikan menjadi:
- Mikroorganisme dan toksinnya (virus, bakteri, fungi, dan produknya)
- Arthopoda (crustacea, arachmid, insect)
- Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi (dermatitis kontak, rhinitis,
asma)
- Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (lichen, liverwort, fern) dan
hewan invertebrata (protozoa, ascaris)
3. Faktor Kimia
a. Klasifikasi:
Berdasarkan Bentuknya:
- Partikulat: yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang mendispersi di
udara yang mempunyai ukuran demikian lembutnya sehingga kecepatan
jatuhnya mempunyai stabilitas cukup sebagi suspense di udara. Perlu diingat
bahwa partikel-partikel debu selalu berupa suspensi.
Non Partikulat :
- Gas adalah Bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon dioksida dalam bentuk
gas pada suhu dan tekanan normal, dapat dirubah bentuknya hanya dengan
kombinasi penurunan suhu dan penambahan tekanan.
- Uap Air (Vavor) adalah bentuk gas dari cairan pada suhu dan tekanan ruangan
cairan mengeluarkan uap, jumlahnya tergantung dari
kemampuan penguapannya. Bahan-bahan yang memiliki titik didih yang
rendah lebih mudah menguap dari pada yang memiliki titik didih yang tinggi.
1. Iritasi melalui kulit, apabila terjadi kontak antara bahan kimia tertentu dengan
klulit, bahan itu akan merusak lapisan yang berfungsi sebagai pelindung. Keadaan
ini disebut dermatitis (peradangan kulit).
2. Iritasi melalui mata kontak yang terjadi antara bahan-bahan kimia dengan mata bisa
menyebabkan rusaknya mulai yang ringan sampai kerusakan permanen.
3. Iritasi saluran pernapasan oleh karena bahan-bahan kimia berupa bercak-bercak
cair, gas atau uap akan menimbulkan rasa terbakar apabila terkena pada daerah
saluran pernapasan bagian atas (hidung dan Kerongkongan).
Asfiksia
Adalah istilah sesak napas dihubungkan dengan gangguan proses oksigensi dalam
jaringan tubuh yaitu ada dua jenis: Simple asphyxiantion dan chemical asphyxiantion
Paparan terhadap konsentrasi yang relatif tinggi dari bahan kimia tertentu seperti
ethyl dan prophyl alcohol (alipaphatic alcohol), dan methylethyl keton (aliphatic
keton), acetylene hydrocarbon ethyl dan isoprophyl ether, dapat menekan susunan
syaraf pusat.
Keracunan Tubuh
Kanker
4. Sanitasi Industri
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah
mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan
limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam
jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan lingkungan
kehidupan dan sumber daya.
Bahan beracun dan berbahaya banyak dijumpai sehari-hari, baik sebagai keperluan
rumah tangga maupun industri yang tersimpan, diproses, diperdagangkan, diangkut dan
lain-lain. Insektisida, herbisida, zat pelarut, cairan atau bubuk pembersih deterjen,
amoniak, sodium nitrit, gas dalam tabung, zat pewarna, bahan pengawet dan masih banyak
lagi untuk menyebutnya satu per satu. Bila ditinjau secara kimia bahan-bahan ini terdiri
dari bahan kimia organik dan anorganik. Terdapat lima juta jenis bahan kimia telah dikenal
dan di antaranya 60.000 jenis sudah dipergunakan dan ribuan jenis lagi bahan kimia baru
setiap tahun diperdagangkan.
Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang bersumber
dari pabrik industri Bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan sebagai bahan baku
industri maupun sebagai penolong. Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh
sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun kualitasnya.
Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan antara lain mudah
terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator dan reduktor, iritasi bukan radioaktif,
mutagenik, patogenik, mudah membusuk dan lain-lain. Dalam jumlah tertentu dengan
kadar tertentu, kehadirannya dapat merusakkan kesehatan bahkan mematikan manusia atau
kehidupan lainnya sehingga perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam
lingkungan pada waktu tertentu.
Adanya batasan kadar dan jumlah bahan beracun danberbahaya pada suatu ruang
dan waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang batas, yang artinya dalam jumlah
demikian masih dapat ditoleransi oleh lingkungan sehingga tidak membahayakan
lingkungan ataupun pemakai. Karena itu untuk tiap jenis bahan beracun dan berbahaya
telah ditetapkan nilai ambang batasnya.
Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah tergantung pada jenis dan
karakteristiknya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka waktu
relatif singkat tidak memberikan pengaruh yang berarti, tapi dalam jangka panjang cukup
fatal bagi lingkungan. Oleh sebab itu pencegahan dan penanggulangan haruslah
merumuskan akibat-akibat pada suatu jangka waktu yang cukup jauh. Melihat pada sifat-
sifat limbah, karakteristik dan akibat yang ditimbulkan pada masa sekarang maupun pada
masa yang akan datang diperlukan langkah pencegahan, penanggulangan dan pengelolaan.
Limbah padat
Limbah yang sesuai dengan sifat benda padat merupakan sampingan hasil
proses produksi. Pada beberapa industri tertentu limbah ini sering menjadi
masalah baru sebab untuk proses pembuangannya membutuhkan satu pabrik
pula. Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur,
bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan
menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yaitu dapat didaur ulang, seperti
plastik, tekstil, potongan logam dan kedua limbah padat yang tidak punya nilai
ekonomis.
Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat ditangani dengan
berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali kemudian
dibuang dan dibakar. Limbah penduduk kota menjadikan kota menghadapi
problema kebersihan. Kadang-kadang bukan hanya sistem pengolahannya
menjadi persoalan tapi bermakna, dibuang setelah diolah. Limbah padat yang
menjadi penilaian adalah karakteristik fisikanya, sedangkan karakteristik kimia
dan biologi mendapat penilaian dari sudut akibat. Limbah padat dilihat dari
akibat kualitatif.
Limbah cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air
dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air
sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam
proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk
pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu
kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini
mengakibatkan buangan air. Limbah air memiliki ketiga karakteristik baik
fisika, kimia maupun biologi. Limbah air dilihat dari sudut kualitatif maupun
kuantitatif.
B. Lokasi pengamatan
Pengamatan dilaksanakan di PT. Martina Berto, Tbk.
C. Dokumen pengamatan
BAB III
HASIL PENGAMATAN
Dari hasil pengamatan, untuk faktor bahaya kimia yang ada di lingkumgan kerja
terdapat pada bahan baku dan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan pada proses produksi,
serta mengenai sifat dan penyimpanannya tidak diketahui karena terbatas waktu serta
pengamatan. Ancaman bahaya dari partikulat debu, uap yang dihasilkan oleh bahan kimia
tesebut sudah diminimalisasi dengan penggunaan APD (alat pelindung diri) dan juga
pembuangan limbah yang terlihat cukup baik.
D. Kebersihan Umum
Dari pengamatan yang dilakukan, ditemukan fasilitas air minum di lokasi produksi,
serta tersedia tempat cuci tangan yang bersih dan memadai di setiap bagian. Dalam
higienitas perorangan, perusahaan telah menerapkan pencucian seragam/baju kerja/ baju
produksi yang dilakukan rutin setiap hari.
E. Petugas Higiene
Pemeliharaan fasilitas industri di PT. Martina Berto Tbk, dinilai masih kurang karena
tidak didapatkan informasi mengenai jadwal kebersihan, jumlah dan tugas dari petugas
kebersihan, dan usaha pencegan serta pembasmian vektor penyakit.
F. Pengolahan Limbah
Perusahaan telah menyediakan fasilitas pengolahan limbah yang cukup baik, sehingga
hasil pengolahan limbah produksi, berupa air yang dapat digunakan kembali untuk
mencuci kendaraan bermotor, menyiram tanaman, dll dan menghindari terbentuknya
limbah yang merugikan sekitarnya.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
A. Kesimpulan
a. Pada penilaian higiene industri yang ditemukan pada PT. Martina Berto Tbk, yaitu pada
faktor fisika berupa kebisingan didapatkan adanya kebisingan terutama didaerah
pengolahan limbah yang berada diluar, sedangkan pada faktor pencahayaan, suhu, serta
kimia tidak diketahui karena peninjau terhalang dengan pengamatan yang terbatas
sehingga tidak dapat dilakukan penilaian menyeluruh. Pada faktor biologi didapatkan
beberapa tanaman di dalam ruangan Griya Nusantara yang terlihat berdebu kemudian
juga beberapa tumbuhan yang berada disekitar area industri yang dapat berpotensi
sebagai sarang nyamuk / serangga lainnya. Faktor kebersihan umum secara
keseluruhan dapat dikatakan sudah baik. Pada petugas higiene tidak diketahui karena
kurangnya koordinasi dengan pihak terkait pada saat kunjungan. Pada pengelolaan
limbah tidak didapatkan masalah.
b. Kami menilai bahwa perusahaan ini sudah cukup baik menerakan prinsip-prinsip
hiperkes dan keselamatan kerja bagi tenaga kerjanya yang sudah dibuktikan pula
dengan beberapa sertifikat yang didapatkan oleh perusahaan ini.
B. Saran