Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KUNJUNGAN PERUSAHAAN

ASPEK HIGIENE INDUSTRI


PT MARTINA BERTO TBK

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat


Pelatihan HIPERKES dan Keselamatan Kerja

Disusun Oleh Kelompok 1:

HIGIENE INDUSTRI

dr. Amanda Ismoetia


dr. Halima Tusadia Tahari
dr. Latifah Andhini
dr. Reni Permana
dr. Rhezza Imam Morgandha
dr. Sasadara Pramudita
dr. Septha Amelia Dewi
dr. Sri Ayu Daeng Macora
dr. Sulastri
dr. Syifa Ananta Khairunnisa
dr. Teguh Soni Reksa
dr. Tenni Widya Sari
dr. Tiara Anggun Nurarto
dr. Yunindar Sevy Arfinta

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


PERIODE 28 Mei – 02 Juni
JAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan


menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi lingkungan kerja yang terintegrasi
dalam rangka mencegah, mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya akibat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Salah satu caranya adalah
menciptakan perusahaan yang higienis agar lingkungan kerja menjadi aman, nyaman dan
sehat.
Menurut Sumakmur (1999), higiene perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu
higiene beserta prakteknya dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan
tersebut serta bila diperlukan berupa tindakan pencegahan, agar pekerja dan masyarakat
sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta diharapkan dapat mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Untuk itu setiap perusahaan diharapkan untuk mampu menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam perusahaannya masing-
masing. Sistem manajemen tersebut diharapkan menjadi siklus yang tidak terputus dan
berkesinambungan. Dimulai dengan penerapan K3, evaluasi dan peninjauan ulang dan
pada akhirnya peningkatan berkelanjutan.
Salah satu tahapan yang paling penting dari siklus tersebut adalah penentuan hazard
(potensi bahaya) yang terdapat pada perusahaan dan dapat menjadi faktor risiko bagi tenaga
kerja, baik itu dari faktor fisik, kimia dan biologi. Faktor yang juga tidak kalah pentingnya
adalah penilaian upaya-upaya pencegahan kecelakaan kerja yang telah dilakukan salah
satunya dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
B. Dasar Hukum

1. UUD 1945 Pasal 27 ayat 2.


2. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3. UU No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan
Internasional No.120 Mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian
Bahan Kimia Berbahaya
5. Permenakertrans No. 3 tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Kimia di Tempat Kerja
6. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan
serta Penerangan Dalam Tempat Kerja
7. Peraturan Mentri Perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan,
serta Penerangan dalam Tempat Kerja.

C. Profil Perusahaan

Martha Tilaar Group merupakan sebuah perusahaan kosmetika terkemuka yang


memproduksi dan menyediakan produk dan pelayanan kecantikan yang inovatif dan
berkualitas tinggi. Dengan produk-produk sub-brand berskala luas yang berada di bawah
payung Martha Tilaar, perusahaan ini menawarkan rangkaian produk kecantikan yang
dapat menjadi pilihan terbaik setiap wanita dari segala kelompok usia dan penghasilan.
Selain menciptakan produk-produk perawatan kecantikan yang memanfaatkan bahan-
bahan herbal tradisional Indonesia dan ekstrak tanaman alami lainnya, Martha Tilaar
Group juga memproduksi produk-produk perawatan wajah, perawatan tubuh, make up
dekoratif, dan produk-produk perawatan rambut untuk wanita modern.
Martha Tilaar Group menjadi pemimpin kosmetika warna (dekoratif dan make up
dasar) dengan 10-18% kepemilikan saham, dan menguasai sekitar 11% pasar produk
perawatan wajah. Cakupan produk-produk Martha Tilaar Group terdiri atas produk-produk
kosmetik dan perawatan diri (produk dekoratif, make up dasar, perawatan wajah,
perawatan tubuh, dan perawatan rambut), jamu, dan spa. Produk utama Martha Tilaar
Group antara lain: Sariayu, yang merupakan produk kecantikan yang telah ada di pasar
Indonesia sejak lama dan telah memiliki konter terbanyak (produk dekoratif, make up
dasar, perawatan wajah, perawatan tubuh, perawatan rambut, dan jamu), Biokos (produk
perawatan wajah anti aging), Caring Colours (produk dekoratif, make up dasar), Belia
(splash cologne untuk remaja), Berto Tea, Dewi Sri Spa (produk spa holistik), Professional
Artist Makeup (PAC) (produk dekoratif dan make up dasar), Jamu Garden (produk jamu,
perawatan wajah, perawatan tubuh, dan kesehatan), Mirabella (produk dekoratif), dan
Rudy Hadisuwarno Cosmetics (produk perawatan rambut) yang berada di bawah lisensi
Organisasi Rudy Hadisuwarno.
Selain itu, Eastern Garden Spa, Martha Tilaar Salon and Day Spa, dan Dewi Sri
Spa adalah beberapa produk pelayanan Martha Tilaar Group yang merupakan rantai
waralaba perawatan kecantikan dan spa dengan konsep tradisional Indonesia yaitu
Rupasampat Wahyabiantara, yang mendapat pengaruh dari ritual kecantikan dan kesehatan
kuno bangsa China dan India. Melalui pendekatan ini, Martha Tilaar Group berupaya
mengarahkan tren dunia kecantikan menuju kecantikan berbasis alam (back to nature) dan
kebudayaan Timur. Martha Tilaar Group juga memiliki pusat pelatihan kecantikan
profesional, yaitu Puspita Martha Beauty School, Bali Sari Spa Training Center, dan Cipta
Busana Martha yang memasarkan pakaian tradisional Indonesia.
PT. Martina Berto didirikan tahun 1977 oleh Dr. HC Martha Tilaar, Pranata
Bernard dan Theresa Harsini. Awal mula berdirinya perusahaan ini adalah usaha salon
kecantikan kecil yang didirikan oleh Ibu Martha Tilaar di Jakarta tahun 1970. Sejak dari
salon kecil ini sudah dimulai usaha untuk membuat dan memasarkan jamu-jamuan
komersial. Tahun 1976 usaha salon ini mulai berkembang yang ditandai dengan dibukanya
salon kecantikan yang kedua. Dan beberapa tahun kemudian, usaha salon kecantikan
tersebut telah berkembang pesat menjadi 9 salon kecantikan milik Ibu Martha Tilaar
sendiri, 16 salon di bawah lisensi, serta 4 sekolah kecantikan.
Pada tahun 1997 dimulai produksi jamu-jamuan komersial berskala rumah tangga
yang diberi merek dagang Sari Ayu Martha Tilaar dan pada tahun 1981 telah diproduksi
sebanyak 46 jenis produk. Seiring dengan kapasitas permintaan 6 yang besar maka pada
tahun 1981 didirikanlah sebuah industri modern pertama yaitu PT. Martina Berto di Jl.
Pulo Ayang No. 3, Kawasan Industri Pulogadung (KIP) dengan luas 4200 m2. Perusahaan
ini memproduksi kosmetik dan obat herbal dengan brand “Sariayu-Martha Tilaar”. Lima
tahun kemudian yaitu tahun 1986 didirikanlah pabrik modern kedua yang terletak di Jl.
Pulo Kambing II No. 1, KIP yang memiliki luas lebih besar dari pabrik pertama yaitu 4600
m2 .

D. Alur Produksi

Pertama-tama menyediakan bahan baku untuk isi dan kemasan. Sebelum digunakan
bahan baku disimpan di gudang, lalu oleh kantor produksi dibuatkan jumlah dan jadwal
produksi. Setelah ada jadwal, bahan baku di olah dan dikerjakan di bagian masing-masing,
yaitu untuk bahan baku isi diolah dan dikerjakan di bagian pembuatan isi dan bahan baku
kemasan diolah dan dikerjakan di bagian kemasan. Setelah semua selesai dikerjakan maka
barang produksi akan diperiksa di bagian kontrol kualitas untuk memeriksa dan
memastikan barang yang telah jadi aman dan siap untuk diproduksi. Setelah lulus di bagian
kontrol kualitas barang produksi selanjutnya disimpan di bagian logistik, dan
didistribusikan ke bagian penjualan.
E. Landasan Teori

Higiene perusahaan adalah merupakan spesialisasi kesehatan lingkungan yang


meliputi tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap faktor-faktor pengganggu
kesehatan karyawan yang bersifat medis. Higiene perusahaan ini lebih mengarah pada:
a. Ditujukan terhadap masyarakat tenaga kerja yang lebih mudah didekati dan
diperiksa kesehatannya secara periodic daripada masyarakat umum.
b. Khusus memperhatikan lingkungan kerja.
c. Bersasaran meningkatkan produktifitas.
d. Didukung oleh undang-undang dalam ruang lingkup ketenagakerjaan.

Penerapan hygiene perusahaan ini hanya dapat dilaksanakan secara tepat jika semua
keaktifan dalam suatu perusahaan dikenal dengan jelas, termasuk pemakaian macam-
macam mesin dan alat-alat, perkakas dan sebagainya. Atas dasar ini dapat dibuat dugaan
tentang bahaya-bahaya yang mungkin terjadi pada pekerja dan masyarakat luas. Dugaan
sekedarnya ini harus dibuktikan ketepatannya dengan pengukuran-pengukuran yang
sesuai. Dengan demikian diperoleh penilaian lingkungan kerja yang obyektif. Salah satu
tahapan yang paling penting dari siklus tersebut adalah penentuan hazard (potensi bahaya)
yang terdapat pada perusahaan dan dapat menjadi faktor risiko bagi tenaga kerja, baik itu
dari faktor fisik, kimia dan biologi.

1. Faktor Fisika
- Bising
Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang
merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang
menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. Kebisingan yang dapat
diterima oleh tanaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu yaitu 85 dB(A) (KepMenNaker No.51 Tahun 1999, KepMenKes
No.1405 Tahun 2002). Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau
membahayakan perlu diambil tindakan seperti penggunaan peredam pada sumber
bising, penyekatan, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, pembuatan
bukit buatan ataupun pengaturan tata letak ruang dan penggunaan alat pelindung
diri sehingga kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan.

2. Faktor Biologis
Dasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah
Kepres No. 22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja (point)
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminan khusus. Biological hazard
adalah semua bentuk kehidupan atau mahkluk hidup dan produknya yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Faktor biologis dapat
dikategorikan menjadi:
- Mikroorganisme dan toksinnya (virus, bakteri, fungi, dan produknya)
- Arthopoda (crustacea, arachmid, insect)
- Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi (dermatitis kontak, rhinitis,
asma)
- Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (lichen, liverwort, fern) dan
hewan invertebrata (protozoa, ascaris)

Faktor biologis dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara:


- Inhalasi/ pernafasan (udara terhirup)
- Ingesti/ saluran pencernaan
- Kontak dengan kulit
- Kontak dengan mata, hidung, mulut

3. Faktor Kimia
a. Klasifikasi:
Berdasarkan Bentuknya:
- Partikulat: yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang mendispersi di
udara yang mempunyai ukuran demikian lembutnya sehingga kecepatan
jatuhnya mempunyai stabilitas cukup sebagi suspense di udara. Perlu diingat
bahwa partikel-partikel debu selalu berupa suspensi.

Partikel dapat diklasifikasikan:


- Debu di udara (airbone dust)
- Kabut (mist)
- Asap (fume) adalah butiran-butiran benda padat hasil kondensasi bahan- bahan
dari bentuk uap, juga ditemui pada sisa pembakaran tidak sempurna dari bahan-
bahan yang mengandung karbon. Karbon ini mempunyai ukuran lebih kecil dari
0,5 micron.

Non Partikulat :

- Gas adalah Bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon dioksida dalam bentuk
gas pada suhu dan tekanan normal, dapat dirubah bentuknya hanya dengan
kombinasi penurunan suhu dan penambahan tekanan.
- Uap Air (Vavor) adalah bentuk gas dari cairan pada suhu dan tekanan ruangan
cairan mengeluarkan uap, jumlahnya tergantung dari
kemampuan penguapannya. Bahan-bahan yang memiliki titik didih yang
rendah lebih mudah menguap dari pada yang memiliki titik didih yang tinggi.

b. Pengaruh Bahan Kimia


 Iritasi
Suatu keadaan yang dapat menimbulkan bahaya apabila tubuh kontak dengan
bahan kimia. Bagian tubuh yang terkena biasanya kulit, mata dan saluran pernapasan.
Iritasi dibagi melalui:

1. Iritasi melalui kulit, apabila terjadi kontak antara bahan kimia tertentu dengan
klulit, bahan itu akan merusak lapisan yang berfungsi sebagai pelindung. Keadaan
ini disebut dermatitis (peradangan kulit).
2. Iritasi melalui mata kontak yang terjadi antara bahan-bahan kimia dengan mata bisa
menyebabkan rusaknya mulai yang ringan sampai kerusakan permanen.
3. Iritasi saluran pernapasan oleh karena bahan-bahan kimia berupa bercak-bercak
cair, gas atau uap akan menimbulkan rasa terbakar apabila terkena pada daerah
saluran pernapasan bagian atas (hidung dan Kerongkongan).

 Asfiksia

Adalah istilah sesak napas dihubungkan dengan gangguan proses oksigensi dalam
jaringan tubuh yaitu ada dua jenis: Simple asphyxiantion dan chemical asphyxiantion

- Simple asphyxiation (sesak napas yang sederhana) karena ini berhubungan


dengan kadar oksigen di udara yang digantikan dan didominasi oleh gas seperti
nitrogen, karbon dioksida, ethane, hydrogen atau helium yang kadar tertentu
mempengaruhi kelangsungan hidup.
- Chemical asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan kimia). Pada situasi
ini, bahan-bahan kimia langsung dapat mempengaruhi dan mengganggu
kemampuan tubuh untuk mengangkut dan menggunakan zat asam, sebagai
contoh adalah karbon monoksida.

 Kehilangan kesadaran dan mati rasa.

Paparan terhadap konsentrasi yang relatif tinggi dari bahan kimia tertentu seperti
ethyl dan prophyl alcohol (alipaphatic alcohol), dan methylethyl keton (aliphatic
keton), acetylene hydrocarbon ethyl dan isoprophyl ether, dapat menekan susunan
syaraf pusat.

 Keracunan Tubuh

Manusia memiliki sistem yang komplek. Keracunan sistemika dihubungkan dengan


reaksi dari salah satu sistem atau lebih dari tubuh terhadap bahan-bahan kimia yang
mana reaksi ini merugikan dan dapat menyebar keseluruh tubuh.

 Kanker

Paparan bakan-bahan kimia tertentu bisa menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang


tidak terkendali, menimbulkan tumor (benjolan-benjolan) yang bersifat karsinogen.
Tumor tersebut mungkin baru muncul setelah beberapa tahun bevariasi antara 4
tahun sampai 40 tahun. Bahan kimia seperti arsenik, asbestos, chromium, nikel
dapat menyebabkan kanker paru-paru.

 Paru-paru kotor (pneumoconiosis)

Suatu keadaan yang disebabkan oleh mengendapnya partikel-partikel debu halus


daerah pertukaran gas dalam paru-paru dan adanya reaksi dari jaringan paru..
Contoh bahan-bahan yang menyebabkan pneumoconiosis adalah crystalline silica,
asbestos, talc, batubara dan beryllium.

4. Sanitasi Industri

Prinsip dasar sanitasi terdiri dari:


• Sanitasi adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menjaga kebersihan.
• Sanitasi ini merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh industri dalam menerapkan
Good Manufacturing Practices (GMP).
• Sanitasi dilakukan sebagai usaha mencegah penyakit pada tenaga kerja dan lingkungan
sekitar perusahaan.
• Manfaat yang diperoleh bagi konsumen bila industri pangan adalah,konsumen
terhindar dari penyakit atau kecelakaan karena keracunan makanan.
• Manfaat yang diperoleh bagi produsen adalah produsen dapat meningkatkan mutu dan
umur simpan produk, mengurangi komplain dari konsumen.
• mengurangi biaya recall.
• Praktik sanitasi meliputi pembersihan, pengelolaan limbah, dan higiene pekerja yang
terlibat.
Sanitasi industri meliputi:
• Water supply
Suplai air dibagi menjadi 2 berdasarkan penggunaannya yaitu:
- Domestik  untuk karyawan, makan, minum, dll
- Proses produksi
• Pembuangan kotoran dan sampah
Sampah dibagi menjadi dua yaitu:
- Domestik  berasal dari karyawan, bukan dari proses produksi
- Sampah industri  padat, cair
Sampah ini memerlukan manajemen khusus dalam pengelolaannya. Sampah dapat
diolah kembali untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat ataupun sudah tidak bisa
dimanfaatkan lagi dan dikembalikan ke alam sebagai bahan yang tidak berbahaya dan
mudah terurai.

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah
mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan
limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam
jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan lingkungan
kehidupan dan sumber daya.
Bahan beracun dan berbahaya banyak dijumpai sehari-hari, baik sebagai keperluan
rumah tangga maupun industri yang tersimpan, diproses, diperdagangkan, diangkut dan
lain-lain. Insektisida, herbisida, zat pelarut, cairan atau bubuk pembersih deterjen,
amoniak, sodium nitrit, gas dalam tabung, zat pewarna, bahan pengawet dan masih banyak
lagi untuk menyebutnya satu per satu. Bila ditinjau secara kimia bahan-bahan ini terdiri
dari bahan kimia organik dan anorganik. Terdapat lima juta jenis bahan kimia telah dikenal
dan di antaranya 60.000 jenis sudah dipergunakan dan ribuan jenis lagi bahan kimia baru
setiap tahun diperdagangkan.
Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang bersumber
dari pabrik industri Bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan sebagai bahan baku
industri maupun sebagai penolong. Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh
sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun kualitasnya.
Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan antara lain mudah
terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator dan reduktor, iritasi bukan radioaktif,
mutagenik, patogenik, mudah membusuk dan lain-lain. Dalam jumlah tertentu dengan
kadar tertentu, kehadirannya dapat merusakkan kesehatan bahkan mematikan manusia atau
kehidupan lainnya sehingga perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam
lingkungan pada waktu tertentu.
Adanya batasan kadar dan jumlah bahan beracun danberbahaya pada suatu ruang
dan waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang batas, yang artinya dalam jumlah
demikian masih dapat ditoleransi oleh lingkungan sehingga tidak membahayakan
lingkungan ataupun pemakai. Karena itu untuk tiap jenis bahan beracun dan berbahaya
telah ditetapkan nilai ambang batasnya.
Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah tergantung pada jenis dan
karakteristiknya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka waktu
relatif singkat tidak memberikan pengaruh yang berarti, tapi dalam jangka panjang cukup
fatal bagi lingkungan. Oleh sebab itu pencegahan dan penanggulangan haruslah
merumuskan akibat-akibat pada suatu jangka waktu yang cukup jauh. Melihat pada sifat-
sifat limbah, karakteristik dan akibat yang ditimbulkan pada masa sekarang maupun pada
masa yang akan datang diperlukan langkah pencegahan, penanggulangan dan pengelolaan.

Jenis Limbah Industri


Limbah berdasarkan nilai ekonominya dirinci menjadi limbah yang mempunyai
nilai ekonomis dan limbah nonekonomis. Limbah yang mempunyai nilai ekonomis yaitu
limbah dengan proses lanjut akan memberikan nilai tambah. Misalnya: tetes merupakan
limbah pabrik gula.
Tetes menjadi bahan baku untuk pabrik alkohol. Ampas tebu dapat dijadikan bahan
baku untuk pabrik kertas, sebab ampas tebu melalui proses sulfinasi dapat menghasilkan
bubur pulp. Banyak lagi limbah pabrik tertentu yang dapat diolah untuk menghasilkan
produk baru dan menciptakan nilai tambah.
Limbah nonekonomis adalah limbah yang diolah dalam proses bentuk apapun tidak
akan memberikan nilai tambah, kecuali mempermudah sistem pembuangan. Limbah jenis
ini yang sering menjadi persoalan pencemaran dan merusakkan lingkungan; Dilihat dari
sumber limbah dapat merupakan hasil sampingan dan juga dapat merupakan semacam
"katalisator". Karena sesuatu bahan membutuhkan air pada permulaan proses, sedangkan
pada akhir proses air ini harus dibuang lagi yang ternyata telah mengandung sejumlah zat
berbahaya dan beracun. Di samping itu ada pula sejumlah air terkandung dalam bahan baku
harus dikeluarkan bersama buangan lain. Ada limbah yang terkandung dalam bahan dan
harus dibuang setelah proses produksi. Tetapi ada pula pabrik menghasilkan limbah karena
penambahan bahan penolong.
Sesuai dengan sifatnya, limbah digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu: limbah cair,
limbah gas/asap dan limbah padat. Ada industri tertentu menghasilkan limbah cair dan
limbah padat yang sukar dibedakan. Ada beberapa hal yang sering keliru mengidentifikasi
limbah cair, yaitu buangan air yang berasal dari pendinginan. Sebuah pabrik membutuhkan
air untuk pendinginan mesin, lalu memanfaatkan air sungai yang sudah tercemar
disebabkan oleh sektor lain. Karena kebutuhan air hanya untuk pendinginan dan tidak
untuk lain-lain, tidaklah tepat bila air yang sudah tercemar itu dikatakan bersumber dari
pabrik tersebut. Pabrik hanya menggunakan air yang sudah air yang sudah tercemar pabrik
harus selalu dilakukan pada berbagai tempat dengan waktu berbeda agar sampel yang
diteliti benar-benar menunjukkan keadaan sebenarnya.
 Limbah gas/asap
Limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Pabrik mengeluarkan
gas, asap, partikel, debu melalui udara, dibantu angin memberikan jangkauan
pencemaran yang cukup luas. Gas, asap dan lain-lain berakumulasi/bercampur
dengan udara basah mengakibatkan partikel tambah berat dan malam hari turun
bersama embun.

 Limbah padat
Limbah yang sesuai dengan sifat benda padat merupakan sampingan hasil
proses produksi. Pada beberapa industri tertentu limbah ini sering menjadi
masalah baru sebab untuk proses pembuangannya membutuhkan satu pabrik
pula. Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur,
bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan
menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yaitu dapat didaur ulang, seperti
plastik, tekstil, potongan logam dan kedua limbah padat yang tidak punya nilai
ekonomis.
Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat ditangani dengan
berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali kemudian
dibuang dan dibakar. Limbah penduduk kota menjadikan kota menghadapi
problema kebersihan. Kadang-kadang bukan hanya sistem pengolahannya
menjadi persoalan tapi bermakna, dibuang setelah diolah. Limbah padat yang
menjadi penilaian adalah karakteristik fisikanya, sedangkan karakteristik kimia
dan biologi mendapat penilaian dari sudut akibat. Limbah padat dilihat dari
akibat kualitatif.

 Limbah cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air
dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air
sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam
proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk
pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu
kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini
mengakibatkan buangan air. Limbah air memiliki ketiga karakteristik baik
fisika, kimia maupun biologi. Limbah air dilihat dari sudut kualitatif maupun
kuantitatif.

 Limbah Gas dan Partikel


Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang
diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara
mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan Jain-lain.
Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan
manusia akan menurunkan kualitas udara.
Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu
partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat
dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume-Sedangkan
pencemaran berbentuk gas tanya dapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas
tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2,
hidrokarbon dan lain-lain. limbah gas yang sering dinilai berdasarkan satu
karakteristik saja seperti halnya limbah padat. limbah gas dilihat dari sudut
kualitatif maupun kuantitatif.
• Sanitasi makanan
Sanitasi makanan memegang peranan penting dalam proses produksi. Sanitasi
makanan berhubungan langsung kepada tenaga kerja ataupun proses produksi
dalam industri pangan. Sanitasi makanan merupakan usaha pencegahan penyakit,
dapat menjadi pertimbangan ekonomi dalam penyediaan makanan dan merupakan
pencegahan penyakit yang efektif. Hal –hal yang diperhatikan dalam sanitasi
makanan adalah:
- Kebersihan makanan  penyediaan bahan makanan, pengolahan makanan,
pengangkutan bahan makanan dan penyajian makanan
- Kebersihan peralatan
- Kebersihan fasilitas
- Kantin dan ruang makan
- Keracunan makanan

• Pencegahan dan pembasmian vektor dan roden


Vektor adalah binatang yang berperan dalam pemindahan penyakit dari sumbernya
ke manusia. Contoh – contoh vektor seperti tikus, lalat, nyamuk, kecoa, kutu dan lain
– lain. Masing – masing vektor membawa penyakit tertentu dan dapat mengenai tenaga
kerja, sehingga dapat menurunkan produktivitas.Pengendalian vektor dapat dilakukan
oleh pihak perusahaan sendiri ataupun memakai jasa pengendalian vektor professional.

• Perlengkapan fasilitas sanitasi


Fasilitas kebersihan merupakan hal yang mutlak harus tersedia dalam industri.
Memgang peranan penting dalam proses produksi. Fasilitas kebersihan menjamin
tenaga kerja untuk menjalankan fungsi – fungsi biologis seperti buang air kecil, buang
air besar, makan, tempat ganti pakaian, dan lain – lain.
Hal – hal yang termasuk fasilitas kebersihan yaitu:
- WC (kakus)  memenuhi syarat-syarat wc sehat, jumlah wc sebanding dengan
jumlah pekerja
- Tempat cuci
- Tempat mandi  membersihkan badan sebelum pulang
- Tempat baju kerja (locker)  tempat ganti pakaian sebelum dan sesudah kerja
- Ruang makan dan kantin  memenuhi syarat – syarat rumah makan sehat atau
kantin sehat.

• Ketata rumah tanggaan


Ruang lingkup kerumah tanggaan meliputi:
- Perencanaan yang baiki
- Pelaksanaan yang teratur dan terus menerus
- Pengecekan dan evaluasi
Pada prinsipnya ketata rumah tanggaan adalah usaha yang terus menerus dan
konsisten dalam menjalankan fungsi – fungsi sanitasi.
BAB II
PELAKSANAAN

A. Tanggal dan waktu pengamatan


Pengamatan dilaksanakan pada hari Kamis, 31 Mei 2018 pukul 14.00 hingga 16.00

B. Lokasi pengamatan
Pengamatan dilaksanakan di PT. Martina Berto, Tbk.

C. Dokumen pengamatan
BAB III
HASIL PENGAMATAN

A. Faktor Bahaya Fisika


a. Kebisingan
Dari hasil pengamatan langsung tanpa menggunakan alat ukur, pada koridor
terdapat kebisingan yang cukup mengganggu, yang lokasinya berada dekat
dengan lokasi pengolahan limbah. Pada ruangan produksi dan packaging,
kebisingan tidak dapat dinilai (pengamatan terbatas). Saat dilakukan kunjungan,
pekerja tidak tampak menggunakan pelindung telinga.
b. Pencahayaan
Untuk ruangan-ruangan di PT. Martina Berto Tbk seperti processing room,
producing room, dinilai telah memiliki pencahayaan yang baik. Pencahayaan
yang kurang ditemukan pada ruangan-ruangan lain, seperti museum.
c. Suhu / Iklim Kerja
Pada ruang produksi tidak diketahui karena tidak dapat melakukan
pengukuran secara langsung (pengamatan terbatas). Di ruang museum, suhu
ruangan dirasakan cukup panas. Hal ini mungkin disebabkan oleh terlalu banyak
pengunjung pada saat pengamatan dilakukan.
d. Getaran
Tidak diketahui adanya potensi bahaya getaran di sekitar lokasi produksi
(pengamatan terbatas).
e. Radiasi
Tidak diketahui adanya potensi bahaya akibat radiasi dari seluruh ruangan
(pengamatan terbatas).

B. Faktor Bahaya Biologi


Setelah melakukan pengamatan di dalam ruang Griya Nusantara terdapat banyak
tumbuhan yang terlihat berdebu. Di sekitar parkiran (Area luar gedung) terlihat cukup
banyaknya tumbuhan serta pohon yang berpotensi sebagai sarang nyamuk serta serangga
lainnya. Secara keseluruhan baik di area luar maupun area dalam gedung kondisi
lingkungan terlihat bersih, sedangkan kelembapan suhu ruangan tidak diketahui karena
terbatasnya pengamatan. Agen infeksius antar pekerja tidak dapat diketahui karena
terbatasnya pengamatan.

C. Faktor Bahaya Kimia

Dari hasil pengamatan, untuk faktor bahaya kimia yang ada di lingkumgan kerja
terdapat pada bahan baku dan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan pada proses produksi,
serta mengenai sifat dan penyimpanannya tidak diketahui karena terbatas waktu serta
pengamatan. Ancaman bahaya dari partikulat debu, uap yang dihasilkan oleh bahan kimia
tesebut sudah diminimalisasi dengan penggunaan APD (alat pelindung diri) dan juga
pembuangan limbah yang terlihat cukup baik.

D. Kebersihan Umum

Dari pengamatan yang dilakukan, ditemukan fasilitas air minum di lokasi produksi,
serta tersedia tempat cuci tangan yang bersih dan memadai di setiap bagian. Dalam
higienitas perorangan, perusahaan telah menerapkan pencucian seragam/baju kerja/ baju
produksi yang dilakukan rutin setiap hari.

E. Petugas Higiene

Pemeliharaan fasilitas industri di PT. Martina Berto Tbk, dinilai masih kurang karena
tidak didapatkan informasi mengenai jadwal kebersihan, jumlah dan tugas dari petugas
kebersihan, dan usaha pencegan serta pembasmian vektor penyakit.

F. Pengolahan Limbah

Perusahaan telah menyediakan fasilitas pengolahan limbah yang cukup baik, sehingga
hasil pengolahan limbah produksi, berupa air yang dapat digunakan kembali untuk
mencuci kendaraan bermotor, menyiram tanaman, dll dan menghindari terbentuknya
limbah yang merugikan sekitarnya.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

Komponen Permasalahan Permasalahan Penanganan

Fisika Bising  Adanya ear plug  Melakukan inspeksi


namun tidak kepada petugas – petugas
digunakan petugas yang tidak menggunakan
alat pelindung diri dan
memberikan peringatan.
 Memberikan pelatihan
tentang pentingnya
penggunaan alat pelindung
diri.
 Pusat lokasi bising  Melakukan pemeriksaan
terdapat di bagian tingkat kebisingan terlebih
pengelolaan limbah. dahulu di lokasi-lokasi
yang dicurigai sumber
kebisingan (cth :
disamping tempat
produksi,dll)

Pemeriksaan screening awal


terhadap tenaga kerja yang
mendapatkan paparan
Pencahayaan Daerah museum terkesan Diberikan penambahan cahaya
kurang cahaya lampu

Iklim/Suhu  Panas dalam ruang Melakukan kordinasi dengan


museum. petugas yang terkait agar dapat
 Untuk ruang dilakukan penyesuaian suhu
produksi tidak dapat ruangan sesuai dengan keadaan.
dinilai
Getaran Tidak diketahui -
Radiasi Tidak diketahui -
Kimia Bahan Tidak diketahui -
Sifat Tidak diketahui -
Penyimpanan Tidak diketahui -
Biologi Agen Tidak diketahui -
infeksius
Tumbuhan  Terdapat tumbuhan  Tumbuhan yang berada di
dalam ruangan yang ruangan harus rajin
berdebu pada giya dibersihkan agar tidak
nusantara. menyebabkan penyakit
 Terdapat banyak saluran pernapasan.
tumbuhan di area  Pada luar gedung dapat
sekitar gedung dilakukan perencanaan
sehingga berpotensi membasmi sarang –sarang
sebagai sarang nyamuk dan serangga
nyamuk dan tersebut secara berkala.
serangga.  Penggunaan rapelen
kepada petugas yang
bekerja di sekitar gedung.
Mikrobiologi Tidak diketahui -
Serangga Tidak diketahui -
Kebersihan Penyediaan Ditemukan fasilitas air
Umum air minum di lokasi produksi
Perlengkapan Tersedia tempat cuci tangan
fasilitas yang bersih dan memadai
higien di setiap bagian.
Higien SDM Seragam kerja pegawai
dicuci rutin setiap hari.
Petugas Pemeliharaan Tidak didapatkan informasi Berkoordinasi dengan bagian
Higien fasilitas mengenai jadwal yang terkait dalam pemeliharaan
industri kebersihan, jumlah dan fasilitas.
tugas dari petugas
kebersihan.
Pencegahan Tidak diketahui
dan -
pembasmian
vektor
penyakit
Pengelolaan Terdapat fasilitas
Limbah pengelolaan limbah

Hasil pengelolaan limbah -


berupa air yang dapat
digunakan kembali
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Pada penilaian higiene industri yang ditemukan pada PT. Martina Berto Tbk, yaitu pada
faktor fisika berupa kebisingan didapatkan adanya kebisingan terutama didaerah
pengolahan limbah yang berada diluar, sedangkan pada faktor pencahayaan, suhu, serta
kimia tidak diketahui karena peninjau terhalang dengan pengamatan yang terbatas
sehingga tidak dapat dilakukan penilaian menyeluruh. Pada faktor biologi didapatkan
beberapa tanaman di dalam ruangan Griya Nusantara yang terlihat berdebu kemudian
juga beberapa tumbuhan yang berada disekitar area industri yang dapat berpotensi
sebagai sarang nyamuk / serangga lainnya. Faktor kebersihan umum secara
keseluruhan dapat dikatakan sudah baik. Pada petugas higiene tidak diketahui karena
kurangnya koordinasi dengan pihak terkait pada saat kunjungan. Pada pengelolaan
limbah tidak didapatkan masalah.
b. Kami menilai bahwa perusahaan ini sudah cukup baik menerakan prinsip-prinsip
hiperkes dan keselamatan kerja bagi tenaga kerjanya yang sudah dibuktikan pula
dengan beberapa sertifikat yang didapatkan oleh perusahaan ini.

B. Saran

Dilakukan peninjauan ulang terhadap tempat – tempat yang memiliki faktor


bahaya, diberikan waktu yang cukup untuk melakukan peninjauan langsung serta
melakukan koordinasi pada pihak terkait untuk mengendalikan bahaya yang ada agar lebih
jelas kembali proses kerjanya.

Anda mungkin juga menyukai