Anda di halaman 1dari 22

KEBUTUHAN AIR TANAMAN PADA PENANAMAN PADI-

PADI-KACANG HIJAU

Problematika Hubungan Air, Tanah dan Tanaman

Oleh : Kelompok 5/A


Rizky Kurnia Rahman 20170210012
Caesari Tri Wahyutami 20170210021
Alwi Pratama 20170210029
Aby Yahya Zakaria 20170210035
Dian Pratiwi 20170210042
Affinatul Fitriyah 20170210053

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH YOGYAKARTA
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan sumberdaya alam yang mutlak dibutuhkan oleh makluk
hidup, air juga merupakan sumberdaya alam yang sifatnya dapat diperbarui,
karena air selalu mengalir dalam satu siklus yang disebut daur hidrologi. Bagi
tanaman, air berguna sebagai pengangkut hara tanaman dari tanah ke tempat
fotosintesa, mengedarkan hasil fotosintesa dan metabolisme tanaman. Air juga
berfungsi mempertahankan ketegangan sel-sel tanaman sehingga tetap
menjamin berfungsinya berbagai mekanisme dalam tubuh tanaman. Air juga
merupakan bahan yang dibutuhkan dalam fotosintesa karbohidrat.
Air memiliki peranan yang sangat penting bagi pertanian utamanya bagi
usaha tani padi sawah , jagung dan tanaman pertanian yang lainnya. Tanaman
padi merupakan tanaman yang banyak membutuhkan air, khususnya pada saat
tumbuh mereka harus selalu tergenangi air.Agar produktivitas padi dapat
efektif dalam satu satuan luas lahan, maka dibutuhkan suplay air yang cukup
melalui irigasi.Irigasi merupakan prasarana untuk meningkatkan produktifitas
lahan dan meningkatkan intensitas panen pertahun. Tersedianya air irigasi
yang cukup terkontrol merupakan input untuk meningkatkan produksi padi.

B. Tujuan
1. Mengetahui kebutuhan air pada suatu tanaman dengan menentukan NFR,
KAI, WDR, dam WRP
2. Dapat menentukan jenis tanaman yang tepat pada saat ketersediaan air.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Padi M400


Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Graminae
Genus : Oryza Linn
Species : Oryza sativa L.
Padi M400 adalah padi jenis varietas baru. M400 adalah singkatan dari
Moeldoko 400 yang berarti memiliki 400 bulir padi per malay, di atas rata-rata
varietas padi lainnya yang rata-rata 200-250 bulir per malaynya. Tapi meski
jumlah butir cukup banyak, namun tetap kokoh. Bahkan produktivitas cukup
tinggi 8 – 9 ton per hektar (ha). Berasnya juga pulen. Varietas padi ini ditanam
dengan teknologi budidaya semi organik, dan bisa tumbuh dengan baik.
Menurut penelitian yang dilakukan balai penelitian tanah, padi ini memiliki
keunggulan dibanding padi jenis lainnya.Varietas baru ini toleran terhadap
OPT,wereng dan penggerek batang. Anakannya juga banyak dan produktivitas
akan tinggi sehingga nilai jualnya juga tinggi. Umur padi ini 90 hst atau 111
hari setelah di semai. Untuk mendapatkan hasil optimal gunakan pola tanam
jajar legowo, pengairan berselang, pupuk berimbang, unsur silika, pupuk
hayati dan POC.

B. Tanaman Padi Ciherang


Menurut Tjitrosoepomo (1993), tanaman padi merupakan tanaman
semusim dengan kedudukan taksonomi padi yaitu :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Poales
Suku : Poaceae
Marga : Oryza
Jenis : Oryza sativa L.

Padi Ciherang termasuk dalam padi Indica. Padi ini merupakan kelompok
padi sawah yang sangat cocok ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah.
Padi ini dapat ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di
bawah 500 m dari permukaan laut (BB Padi, 2010). Padi Ciherang merupakan
hasil persilangan antara varietas padi IR64 dengan varietas/galur lain.
Sebagian sifat IR64 juga dimiliki oleh Ciherang termasuk hasil dan mutu
berasnya yang tinggi.
Tanaman padi Ciherang dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas
dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per
bulan atau lebih, dengan distribusi selama 3 bulan, curah hujan yang
dikehendaki tahun-1 sekitar 1500–2000 mm. Suhu yang baik untuk
pertumbuhan tanaman padi 23°C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman
padi berkisar antara 0–1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan
tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan 12 fraksi pasir, debu dan
lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah
yang cukup. Padi ciherang dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang
ketebalan lapisan atasnya antara 18–22 cm dengan pH antara 4–7
(Siswoputranto,1976).

C. Padi Gogo
Berdasarkan sistem budidaya, padi di bedakan dalam dua tipe, yaitu padi
kering (gogo) dan padi sawah. Padi gogo ditanam dilahan kering (tidak
digenangi), sedangkan padi sawah ditanam di sawah yang selalu tergenang
air. Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monotyledonae
Keluarga : Gramineae(Poaceae)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa pp.
Varietas padi gogo lokal yang berasal dari Kalimantan yang masih
diminati oleh petani karena daya adaptifnya yang baik antaralain : varietas
Buyung, Cantik, Katumping, Sabai dan Sasak Jalan. Demikian pula di
Sumatera varietas lokal seperti Arias, Simaritik, Napa, Jangkong, Klemas,
Gando, Seratus Malam, dll. Varietas-varietas lokal umumnya selain berumur
panjang, potensi hasilnya rendah sekitar 2 ton GKG/ha. Kelebihannya adalah
varietas lokal mempunyai rasa enak yang sesuai dengan etnis daerah setempat.
Selain itu, varietas lokal toleran terhadap keadaan lahan yang marjinal, tahan
terhadap beberapa jenis hama dan penyakit, memerlukan masukan (pupuk
dan pestisida) yang rendah, serta pemeliharaan mudah dan sederhana. Batang
padi berbuku dan berogga. Dari buku batang ini tumbuhan akan atau daun.
Bunga kan mulai muncul dari buku terakhir pada tiap anakan.
Padi gogo adalah jenis padi di lahan kering. Sumber air seluruhnya
tergantung pada curah hujan. Oleh karena itu, Padi gogo memerlukan air
sepanjang pertumbuhannya dan kebutuhan air tersebut hanya mengandalkan
curah hujan. Tanaman dapat tumbuh pada derah mulai dari daratan rendah
sampai daratan tinggi. Tumbuh di daerah tropis / subtropis pada 450 LU
sampai 450 LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim
hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan selama
3 bulan berturut-turut atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di
musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau, produksi meningkat
asalkan air irigasi selalu tersedia. Dimusim hujan, walaupun air melimpah
prduksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif. Di dataran rendah
padi memerlukan ketinggian 0-650 mdpl dengan temperatur 22-270C
sedangkan didatarantinggi 650-1.500 mdpl dengan temperatur 19-230C.

D. Kebutuhan Air Tanaman Padi


Kebutuhan air pada budidaya tanaman padi secara umum dipengaruhi
oleh topografi, jenis tanah, periode pertumbuhan, dan praktik budidaya.
Menurut Yoshida (1981) tanaman padi membutuhkan air sebanyak 180-300
mm/bulan agar dapat berproduksi dengan baik. Lebih lanjut Bouman (2009)
menambahkan bahwa untuk menghasilkan 1 kg gabah, tanaman padi
membutuhkan 2 500 liter air yang berasal dari hujan atau irigasi.

Kebutuhan air tanaman padi dibedakan berdasarkan tahap


pertumbuhan yang berbeda. Dalam praktik pengelolaan air, tahap
pertumbuhan padi dibagi menjadi tahap perkecambahan, pertumbuhan
vegetatif, reproduktif, dan tahap pemasakan. Pada tahap perkecambahan, air
yang dibutuhkan sedikit. Pada tahap pertumbuhan vegetatif kelebihan air
dapat menghambat pertumbuhan akar. Pada tahap reproduktif padi
membutuhkan air dalam jumlah banyak sedangkan pada tahap pemasakan
padi membutuhkan air dalam jumlah yang sangat sedikit (De Datta, 1981).

E. Kacang Hijau
Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman kacang-kacangan
ketiga yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan kacang tanah. Bila
dilihat dari kesesuaian iklim dan kondisi lahan yang dimiliki, Indonesia
termasuk salah satu negara yang memiliki kesempatan untuk melakukan
ekspor kacang hijau (Purwono dan Hartono, 2005: 5). Klasifikasi ilmiah
tanaman kacang hijau adalah sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classes : Dicotyldonae
Ordo : Leguminales
Familia : Leguminosae
Genus : Vigna
Species : Vigna radiata L. (Purwono dan Hartono, 2005: 12)

Tanaman kacang hijau memerlukan tanah yang tidak terlalu banyak


mengandung partikel liat, dan kandungan bahan organik yang tinggi. Tanah
berpasir pun dapat digunakan untuk menanam tanaman kacang hijau, asalkan
kandungan air tanahnya tetap terjaga dengan baik. Adapun tanah yang
dianjurkan, yaitu tanah latosol dan regosol. Kedua jenis tanah ini akan lebih
baik bila digunakan setelah ditanami tanaman padi terlebih dahulu.
Keasaman tanah (pH) yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal, yaitu
antara 5,5- 6,5. Pada tanah dengan pH di bawah 5,5 perlu diberi pengapuran
untuk meningkatkan pH dan menetralisir keracunan aluminium. Sedangkan
untuk pH tanah di atas 6,5 tidak diperlukan perlakuan tersebut. 16 Kacang
hijau (Vigna radiata L.) dapat dibudidayakan pada ketinggian 5-700 dpl. Di
daerah dengan ketinggian di atas 700 dpl produktivitas kacang hijau menurun
dan umur panennya pun menjadi lebih panjang. Tanaman akan tumbuh dengan
baik pada suhu optimal 25- 270 C dan tumbuh dengan baik di daerah yang
relatif kering dengan kelembaban udara 50-90% (Purwono dan Hartono,
2005).

F. Kebutuhan air kacang hijau


Pertumbuhan kacang hijau dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya air, pH, suhu, pupuk dan jarak tanam. Kandungan air tanah
berpengaruh nyata terhadap kandungan N daun dan akar, kandungan klorofil
dan kerapatan stomata daun. Sedangkan, kandungan P dan K pada daun serta
akar dipengaruhi oleh faktor tunggal. Kandungan air tanah juga berpengaruh
terhadap jumlah bunga, jumlah polong, jumlah biji, bobot biji, dan indeks
panen. Air adalah salah satu komponen lingkungan fisik yang sangat berarti
bagi kehidupan. Menurut Krammer (1980), tanaman dapat menyerap air dari
tanah bila retensi oleh partikel-partikel tanah lebih kecil daripada daya serap
tanaman. Jika kandungan air tanah rendah maka tanaman tidak dapat
menyerap air kemudian akan layu. Namun, jika dalam keadaan jenuh
walaupun retensi oleh partikel tanah tidak ada, air tidak dapat diserap oleh
tanaman.

Tanaman kacang hijau membutuhkan air sebanyak 288 mm/musim atau


evaporasi 3,6 mm/hari (Syamsiah dan Fagi, 1986). Kebutuhan air tanaman
kacang hijau relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan tanaman legum
lainnya. pH tanah yang ideal untuk pertumbuhan kacang hijau adalah lahan
dengan pH tanah sekitar 5,8 serta mengandung banyak bahan organik. Selain
pH, suhu juga mempengaruhi pertumbuhan kacang hijau. Tanaman kacang
hijau sesuai untuk dataran rendah hingga ketinggian mencapai 500 mdpl.
Namun, tanaman ini cukup toleran terhadap cuaca yang kering serta dapat
tumbuh dengan baik pada daerah yang kisaran curah hujan sekitar 700 -900
mm / tahun.

G. Koefisien Crop (Kc)


Kc secara umum digunakan untuk memperkirakan nilai ETc dengan cara
digunakan sebagai faktor pengali dari nilai evapotranspirasi potensial (ETo).
Kc tersebut harus diturunkan untuk setiap tanaman secara empiris berdasarkan
aktivitas budidaya dan kondisi iklim lokal (Abdullahi et al., 2013 dalam
Hasanah dkk., 2015).Kc merupakan parameter penting dalam studi mengenai
respon tanaman terhadap penerapan berbagai praktek irigasi (Arif et al., 2012
dalam Hasanah dkk., 2015). Nilai Kc sangat diperlukan untuk dapat
mengetahui besarnya ETc. Nilai Kc tersebut umumnya diketahui melalui
pengukuran ETc dengan lisimeter maupun perhitungan dengan metode neraca
air dan membandingkannya dengan nilai ETo yang dapat dihitung dengan
berbagai metode (Gao et al. 2009 dalam Hasanah dkk., 2015).

H. Evapotranspirasi Potensial (ETo)


Evapotranspirasi potensial atau ETo adalah laju evaportranspirasi dari
suatu permukaan luas tanaman rumput hijau setinggi 8 sampai 15 cm yang
menutup tanah dengan ketinggian seragam dan seluruh permukaan teduh
tanpa suatu bagian yang menerima sinar secara langsung serta rumput masih
tumbuh aktif tanpa kekurangan air. Besaran evaporasi potensial (Eo) dikaitkan
dengan waktu tanam dan koefisien tanaman (Suroso, 2008).

I. Kebutuhan Air Tanaman (ET)


Kebutuhan air tanaman juga biasa disebut sebagai kebutuhan konsumtif
air tanaman, dimana ET tanaman merupakan hasil perkalian ET potensial
(ETo) yang merupakan evapotransprasi yang terjadi apabila tersedia cukup air
dengan koefisien tanaman (Kc). Besarnya kebutuhan air ini tergantung dari
pola tata tanam dan faktor iklim, jenis tanaman dan fase pertumbuhan tanaman
(Lubis, 2015).
Pada saat tanaman mulai tumbuh, nilai kebutuhan air konsumtif
meningkat sesuai pertumbuhannya dan mencapai maksimum pada saat
pertumbuhan vegetasi maksimum. Setelah mencapai maksimum dan
berlangsung beberapa saat menurut jenis tanaman, nilai kebutuhan air
konsumtif akan menurun sejalan dengan pematangan biji. Pengaruh watak
tanaman terhadap kebutuhan tersebut dengan faktor tanaman (kc) (Lubis,
2015).
𝑬𝑻 = 𝑲𝒄 𝒙 𝑬𝑻𝒐
ET : Kebutuhan air konsumtif tanaman (mm/hari)
Kc : Koefisien crop (Koefisien tanaman)
ETo : Evapotranspirasi potensial (mm/hari)

J. Perkolasi (P)
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data
mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah
maka diperlukan penyelidikan kelulusan tanah. Pada tanah lempung berat
dengan karakteristik pengolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi
dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju
perkolasi bisa lebih tinggi. Untuk menentukan laju perkolasi, perlu
diperhitungkan tinggi muka air tanahnya, sedangkan rembesan terjadi
akibat meresapnya air melalui tanggul sawah. Jenis tanah yang diasumsikan
digunakan dalam pengelolaan kebutuhan air tanaman padi dan palawija dalam
satu tahun tersebut adalah tanah latosol yang termasuk memiliki tekstur liat
dengan nilai perkolasi 1,22.

K. Kebutuhan Netto Air Irigasi (NFR)


Kebutuhan air bersih di lahan tersier (NFR) dipengaruhi oleh faktor-
faktor NFR seperti penyiapan lahan, pemakaian konsumtif, penggenangan,
efisiensi irigasi, perkolasi dan infiltrasi dengan memperhitungkan curah hujan
efektif (Re). NFR sering disebut sebagai Kebutuhan Air Irigasi di lahan tersier
(KAI) (Hadidhy, 2015).
NFR = ETc + P – Re + WLR
ETc : Penggunaan konsumtif (mm/hari)
P : Kehilangan air akibat perkolasi (mm/hari)
Re : Curah hujan efektif (mm/hari)
WLR : Penggantian lapisan genangan air (mm/hari)
Nilai NFR (-) menunjukkan bahwa petak tersebut belum
memerlukan air irigasi karena sudah tercukupi dari air hujan saja, sedang
apabila nilai NFR (+) menunjukkan petak tersebut memerlukan air irigasi,
selain dari air hujan.

L. WDR dan WRP


Setelah pemupukan, perlu dijadwalkan dan mengganti lapisan air
menurut kebutuhan. Penggantian diperkirakan sebanyak 2 kali masing-
masing 50 mm satu bulan dan dua bulan setelah transplantasi (atau 3,3
mm/hari selama 1/2 bulan). WRP merupakan kebutuhan air khusus untuk
tanaman palawija sedang WDR merupakan kebutuhan air khusus untuk
tanaman padi. WDR dan WRP ini terukur dalam satuan l/dt/ha.

M. Kebutuhan Air di Pintu Pengambilan (DR)


Kebutuhan air di pintu pengambilan atau bangunan utama tidak
terlepas dari kebutuhan air di sawah. Untuk memenuhi jumlah air yang
harus tersedia di pintu pengambilan guna mengairi lahan pertanian
dinyatakan sebagai berikut (Suroso, 2008) :
𝑰𝑹 𝒙 𝑨
𝑫𝑹 =
𝒆𝒇
DR : Kebutuhan air di pintu pengambilan (1/dt)
IR : Kebutuhan air irigasi (l/det/ha)
A : Luas areal irigasi (ha)
ef : Efisiensi irigasi (%).
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Musim Tanam 1 Padi M400


Luas ET NFR Keb. Air
Tanam WDR DR
No Petak (Ha) Fase (mm/hr) (mm/hr) (l/dt/ha) (l/dt/ha) (lt/dt/ha)

1 254.96 119.78 17.3 27,6 34.5


Musim
Tanam 2 288.7 36.75 5.3 19,76 24.7
1 Padi
M400 1 30 3 223.49 -35.21 -5 30 37.5

1 254.96 119.78 18.4 36,75 49

2 288.7 36.75 5.6 26,4 35.2

2 40 3 223.49 -35.21 -5.4 3,99 5.33

1 254.96 119.78 19.8 55,16 78.8

2 288.7 36.75 6 39,62 56.6

3 60 3 223.49 -35.21 -5.8 59,99 85.7

1 254.96 119.78 21.3 51,72 106.1

2 288.7 36.75 6.5 49,46 76.1

4 75 3 223.49 -35.21 -6.2 74,94 115.3

1 254.96 119.78 23.1 82,2 103.5


5

2 288.7 36.75 7 59,36 74.2

90 3 223.49 -35.21 -6.7 90 112.5

Tabel I. Data Kebutuhan Air Tanaman Padi M400

Musim pertama ditanami oleh padi dengan varietas M400 yang memiliki
umur tanam 90 hari serta harus melewati 3 fase hingga sampai dapat dipanen.
Musim pertama dimulai pada bulan November hingga Januari. Bulan – bulan
tersebut memiliki curah hujan yang tinggi, kurang lebih 140 hingga 268,3. Curah
hujan paling tinggi pada bulan Desember sebesar 268,3. Menurut data yang
didapat dari bulan november hingga januari curah hujan terus meningkat hal ini
berakibat pada kebutuhan air untuk tanaman tercukupi dan tidak membutuhkan
tambahan air (irigasi).
Pada petak 1 dengan luasan lahan 30 Ha kebutuhan akan air pada kebutuhan
air khusus padi jika di rata – rata dari fase 1, 2, dan 3 menunjukkan nilai WDR
sebesar 5,87 l/dt/hA. Sedangkan pada petak 2 dengan luasan lahan 40 Ha
kebutuhan air khusus padi menurut data sebesar 6,2 l/dt/ha. Pada petak 3 dengan
luasan lahan 60 Ha WDR menurut data sebesar 6,67 l/dt/ha, kemudian pada
petakan 4 yang memiliki luasan lahan 75 nilai WDR sebesar 7,2 l/dt/ha dan pada
luasan lahan 90 di petak 5 nilai WDR nya sebesar 7,8 l/dt/ha.
Jika dilihat dari data rata – rata WDR yang didapat pada petak 1, 2, 3, 4, dan 5
membutuhkan irigasi untuk memenuhi kebutuhan air untuk padi M400. Hal ini
dapat dilihat dari nilai keseluruhan WDR yang tertera plus, nilai WDR yang plus
menunjukkan bahwa lahan tersebut membutuhkan air lebih banyak lagi untuk
tanaman padi, sedangkan nilai WDR minus menunjukkan lahan tersebut
mengalami kelebihan air sehingga tidak membutuhkan irigasi. Pada data yang
didapat lahan dari petak 1 hingga 5 membutuhkan irigasi dengan nilai DR pada
petak 1 sebesar 32,23 l/dt di petak 2 sebesar 29.84 l/dt, 73,7 l/dt pada petak 3,
99,17 l/dt di petak 4 dan pada petak 5 sebesar 96,73 l/dt. Sehingga di lahan ini
dibutuhkan irigasi.
B. Musim Tanam 2 Padi Ciherang

Luas
ET NFR Keb. Air
Tanam WDR DR
No Petak (Ha) Fase (mm/hr) (mm/hr) (l/dt/ha) (l/dt/ha) (lt/dt/ha)

1 258.8 22.1 3.1 3.93 3.15


Musim
Tanam 2 2 29.68 122.75 17.7 3.6 2.88
Padi
Ciherang 1 30 3 216.71 106.18 15.3 4.25 5.32

1 258.8 22.1 3 59.73 44.8

2 29.68 122.75 18.9 54.67 41

2 40 3 216.71 106.18 16.3 100.93 75.7

1 258.8 22.1 3.6 102.85 72

2 29.68 122.75 20.2 94.28 66

3 60 3 216.71 106.18 17.5 173.85 121.7

1 258.8 22.1 3.9 149.07 96.9

2 29.68 122.75 21.8 136.61 88.8

4 75 3 216.71 106.18 18.9 252 163.8

1 258.8 22.1 4.2 118.12 94.5

2 29.68 122.75 23.6 108.25 86.6

5 90 3 216.71 106.18 20.4 199.62 159.7

Tabel II. Data Kebutuhan Air Tanaman Padi Ciherang

Musim pertama ditanami oleh padi dengan varietas ciherang yang memiliki
umur tanam 90 hari serta harus melewati 3 fase hingga sampai dapat dipanen.
Musim pertama dimulai pada bulan Maret hingga April. Bulan – bulan tersebut
memiliki curah hujan yang tinggi, kurang lebih 115 hingga 242. Curah hujan
paling tinggi pada bulan Maret sebesar 242. Menurut data yang didapat dari bulan
Maret hingga April curah hujan terus menurun hal ini berakibat pada kebutuhan
air untuk tanaman tidak tercukupi dan membutuhkan tambahan air (irigasi).
Pada petak 1 dengan luasan lahan 30 Ha kebutuhan akan air pada kebutuhan
air khusus padi jika di rata – rata dari fase 1, 2, dan 3 menunjukkan nilai WDR
sebesar 11,83 l/dt/hA. Sedangkan pada petak 2 dengan luasan lahan 40 Ha
kebutuhan air khusus padi menurut data sebesar 12,73 l/dt/ha. Pada petak 3
dengan luasan lahan 60 Ha WDR menurut data sebesar 13,77 l/dt/ha, kemudian
pada petakan 4 yang memiliki luasan lahan 75 nilai WDR sebesar 14,87 l/dt/ha
dan pada luasan lahan 90 di petak 5 nilai WDR nya sebesar 16,07 l/dt/ha.
Jika dilihat dari data rata – rata WDR yang didapat pada petak 1, 2, 3, 4, dan 5
membutuhkan irigasi untuk memenuhi kebutuhan air untuk Padi Ciherang. Hal ini
dapat dilihat dari nilai keseluruhan WDR yang tertera plus, nilai WDR yang plus
menunjukkan bahwa lahan tersebut membutuhkan air lebih banyak lagi untuk
tanaman padi, sedangkan nilai WDR minus menunjukkan lahan tersebut
mengalami kelebihan air sehingga tidak membutuhkan irigasi. Pada data yang
didapat lahan dari petak 1 hingga 5 membutuhkan irigasi dengan nilai DR pada
petak 1 sebesar 3,78 l/dt di petak 2 sebesar 53,83 l/dt, 86,57 l/dt pada petak 3,
116,5 l/dt di petak 4 dan pada petak 5 sebesar 113,6 l/dt. Sehingga di lahan ini
dibutuhkan irigasi.
C. Musim Tanam 3 Kacang Hijau

Luas ET NFR Keb. Air


Tanam WRP DR
No Petak (Ha) Fase (mm/hr) (mm/hr) (l/dt/ha) (l/dt/ha) (lt/dt/ha)

1 218.76 190.11 27.5 17,36 21.7

2 261.53 248.71 35.9 13,6 17


Kacang
Hijau 1 20 3 226.06 207.2 29.9 18,4 23

1 218.76 190.11 29.3 21,75 29

2 261.53 248.71 38.3 16,92 22.6

2 25 3 226.06 207.2 31.9 22,95 30.6

1 218.76 190.11 31.4 30,45 43.5

2 261.53 248.71 41.1 23,8 34

3 35 3 226.06 207.2 34.2 32,2 46

1 218.76 190.11 33.8 39,13 60.2

2 261.53 248.71 44.2 30,5 47

4 45 3 226.06 207.2 36.8 41,65 63.6

1 218.76 190.11 36.6 43,49 54.37

2 261.53 248.71 47.9 34 42.5

5 50 3 226.06 207.2 39.9 46 57.5

Tabel III. Data Kebutuhan Air Tanaman Kacang Hijau

Berdasarkan data tabel diatas musim tanam 3 merupakan musim tanam


dari tanaman padi varietas gogo dan kacang hijau. Penanaman di mulai pada
Bulan Juli hingga Bulan September. Curah hujan menurun pada musim tanam 3
mulai bulan Juli sampai bulan Agustus yaitu dari 28,05 mm/hg sampai 12,82
mm/hg. Curah hujan terendah terdapat pada Bulan Agustus yaitu 12,82 mm/hg
lalu meningkat pada bulan September menjadi 18,86 mm/hg.

Tanaman kacang hijau merupakan jenis tanaman yang tahan terhadap


cekaman air sehingga dengan tingkat curah hujan yang rendah dapat memenuhi
kebutuhan air tanaman tersebut. Pada petak 1 hingga petak 5 kebutuhan air padi
(WDR) bernilai positif, sama halnya dengan nilai kebutuhan air lahannya (NFR).
Nilai ini menandakan bahwa kebutuhan air untuk tanaman kacang hijau belum
terpenuhi dari curah hujan yang ada sehingga masih membutuhkan tambahan air
dari irigasi. Pada musim ini, tanaman ditanam dengan sistem polikultur antara
padi gogo dengan kacang hijau. Penanaman dilakukan dalam 5 petak sebesar 20
ha, 25 ha, 35 ha, 45 ha dan 50 ha. Suhu pada fase 1,2,3 adalah 28,050C; 12,820C
dan 18,860C dan penyinaran sebesar 11,8 %, 11,6%, dan 12. Nilai Koefisien Crop
(Kc) Kacang hijau lebih rendah daripada nilai Kc padi menunjukkan bahwa
kebutuhan air kacang hijau lebih rendah daripada tanaman padi.
D. Musim 3 Padi Gogo

Luas
ET NFR Keb. Air
Tanam WDR DR
No Petak (Ha) Fase (mm/hr) (mm/hr) (l/dt/ha) (l/dt/ha) (lt/dt/ha)

1 218.76 190.11 27.5 17


13.6
2 261.53 248.71 35.9 13.25
Padi 10.6
Gogo 1 10 3 226.06 207.2 29.9 22.12
17.7
1 218.76 190.11 29.3 29.06
21.8
2 261.53 248.71 38.3 22.67
17
2 15 3 226.06 207.2 31.9 37.86
28.4
1 218.76 190.11 31.4 55.5
38.9
2 261.53 248.71 41.1 34.5
24.2
3 25 3 226.06 207.2 34.2 72.4
50.7
1 218.76 190.11 33.8 77.38
50.3
2 261.53 248.71 44.2 60.3
39.2
4 30 3 226.06 207.2 36.8 100.46
65.3
1 218.76 190.11 36.6 69.12
54.5
2 261.53 248.71 47.9 53.12
42.5
5 40 3 226.06 207.2 39.9 17
13.6
Tabel IV. Data Kebutuhan Air Tanaman Padi Gogo

Tanaman padi di musim 3 ini ditanam pada 5 petak, yaitu 10 ha, 15 ha, 25
ha, 30 ha, dan 40 ha. Padi ditanam berdampingan dengan tanaman kacang hijau di
Bulan Juli, Agustus dan September. Terdiri dari 3 fase dimana fase 1 dan 2
merupakan fase vegetative dan fase 3 adalah fase generative. ETc pada fase
pertama yaitu 218,76 mm/hari, fase kedua yaitu 261,53 mm/hari, dan fase ketiga
226,06 mm/hari. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa ketersediaan air
masih kurang karena dilihat dari WRP menunujukkan nilai postif, yaitu pada
petak pertama dengan rata-rata 31,1; petak kedua dengan rata-rata 33,17; petak
ketiga dengan 35,57; petak keempat dengan 38,27; dan petak kelima 41,47.
Berdasarkan data DR juga menunjukkan nilai positif yaitu pada nilai rata-rata
petak pertama 13,97; petak kedua 22,4; petak ketiga 37,93; petak keempat 51,6;
dan petak kelima 36,87.
KESIMPULAN

Berdasarkan perhitungan kebutuhan air tanaman padi dan kacang hijau di


Daerah Lamongan, didapatkan hasil bahwa kebutuhan air tanaman padi M400
pada musim tanam I, padi Ciherang pada musim tanam II dan padi Gogo pada
masa tanam III masih harus dipenuhi dengan air irigasi dan air hujan karena nilai
NFR dan WDR tanaman tersebut positif. Hal yang sama juga terjadi pada
tanaman kacang hijau pada musim tanam III yang kebutuhan airny amasih harus
dipenuhi oleh air irigasi dan air hujan kaena nilai NFR dan WRP tanaman tersebut
positif.
Daftar Pustaka

Abdullahi, A.S., M.A.M. Soom, D. Ahmad, A.R.M. Shariff. 2013.


Characterization ofrice (Oryza sativa) evapotranspiration using micro
paddy lysimeter and class “A” pan in tropical environments.
Australian Journal of Crop Science, Vol. 7(5): 650.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB Press. Bogor.
Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah
Mada University Press. Yogyakarta.
Bazak, N.N., 1999. Irrigation Engineering. Tata McGraw-Hill Publishing
Company Limited, New Delhi.
Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia,
1986, Standart Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencencanaan (KP-01,
KP-07).
Purwono, L. dan Purnamawati. 2007. Budidaya Tanaman Pangan. Penerbit.
Agromedia. Jakarta.
PERHITUNGAN

1. Musim 1 (petak 1, fase 1) PADI Bulan November

Diket : p = 2 mm/hari ef = 80% kc = 1,05

Eto = 242,82 mm/hari A = 30 ha

Re = 140,48 mm/hari ketetapan = 8,64

WLR = 3,3 mm/hari IR = 0,92 l/dt/ha

Et kc x Eto

= 1,05 x 242,82

= 254,96 mm/hari

NFR Etc + p – Re + WLR

= 254,961 + 2 – 140,48 + 3,3

= 119,781 mm/hari
𝑁𝐹𝑅 119,78
WDR = 80 𝑥 8,64 = 0,173 l/dt/ha
𝑒𝑓 𝑥 8,64

Kebutuhan Air IR x A

= 0,92 x 30

= 27,6 l/dt/ha
𝐼𝑅−𝐴 0,92−30
DR = = 34,5 l/dt/ha
𝑒𝑓 80

2. Musim 3 (Petak 1 Fase 1) KACANG HIJAU Bulan Juli

Diket = IR = 0,868 l/dt/ha ef = 80% kc = 0,75

Eto = 230,27 mm/hari A = 20 ha

Re = 28,65 mm/hari ketetapan = 8,64

Et kc x Eto

= 0,75 x 230,27

= 218,76 mm/hari
NFR Etc – Re

= 218,76 – 28,65

= 190,11 mm/hari
𝐸𝑇𝑐−𝑅𝑒 281,76−28,65
WRP = = 0,275 l/dt/ha
𝑒𝑓 𝑥 8,64 80 𝑥 8,64

Kebutuhan Air IR x A

= 0,868 x 20

= 17,36 l/dt/ha
𝐼𝑅−𝐴 0,868−20
DR = = 21,7 l/dt/ha
𝑒𝑓 80

Anda mungkin juga menyukai