Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI INDUSTRI

JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN JUMLAH SEL MIKROORGANISME

NAMA PRAKTIKAN : RITA NUR AGUSTIN


NIM/ GRUP : 2031710047 / IV
TANGGAL PRAKTIKUM : 5 MARET 2019
ASISTEN : RETNO MARDIYAH AISYAH

LABORATORIUM ANALISA BAHAN


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI INDUSTRI

JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN JUMLAH SEL


MIKROORGANISME

NAMA PRAKTIKAN : RITA NUR AGUSTIN


NIM/ GRUP : 2031710047 / IV
TANGGAL PRAKTIKUM : 5 MARET 2019
ASISTEN : RETNO MARDIYAH AISYAH

LABORATORIUM ANALISA BAHAN


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

i
PENENTUAN JUMLAH SEL MIKROORGANISME

Agustin, Rita Nur, Retno Mardiyah Aisyah


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri dan Argoindustri
Universitas Internasional Semen Indonesia
Jl. Veteran, Kompleks PT. Semen Indonesia Persero Tbk, Gresik 61122, Indonesia
E-mail: retnoaisyah45@gmail.com

ABSTRAK
Penghitungan jumlah bakteri adalah suatu cara atau suatu metode yang digunakan
untuk menghitung jumlah suatu koloni bakteri yang tumbuh pada suatu media pembiakkan.
Banyak metode yang biasa digunakan untuk menaksir bakteri secara kuantitatif dari suatu
populasi bakteri . Akan tetapi, terdapat dua metode yang paling sering digunakan yaitu
standar/viable plate count method dan analisa spektrofotometer. Pada praktikum ini
dilakukan penghitungan bakteri dengan menggunakan metode analisa spektrofotometer
(turbidimetri). Metode analisa spektrofotometer ini juga memiliki prinsip yang didasarkan
pada kekeruhan dan metode ini menghitung seluruh jumlah sel bakteri yang hidup maupun
sel bakteri yang mati.Tujuan dari penentuan jumlah sel mikroorganisme adalah mempelajari
cara menghitung jumlah sel mikroorganisme menggunakan metode turbidimetri dan untuk
mempelajari cara menghitung jumlah sel mikroorganisme menggunakan metode counting
chamber.

Kata kunci : Bakteri, kuantitatif, kualitatif, mikroorganisme, sel, spektrofotometer

ii
ABSTRACT

Calculation of the number of bacteria is a method or method used to calculate the


number of a bacterial colony that grows on a culture medium. Many methods are commonly
used to quantify bacteria quantitatively from a bacterial population. However, there are two
methods most often used, namely standard / viable plate count method and
spectrophotometer analysis. In this practicum, bacteria were calculated using
spectrophotometer (turbidimetry) analysis method. The spectrophotometer analysis method
also has a principle based on turbidity and this method calculates the entire number of living
bacterial cells and dead bacterial cells. The purpose of determining the number of cells of
microorganisms is to learn how to count cells of microorganisms using turbidimetry methods
and to learn how to count cells microorganisms using the counting chamber method.

Keywords : Bacteria, cells, microorganisms, spectrophotometers, quantitative,


qualitative

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
1.3. Tujuan ......................................................................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 2
2.1 Mikroorganisme .......................................................................................................... 2
2.2 Cara Menghitung Jumlah Mikroorganisme ................................................................ 3
2.3 Metode Turbidimetri ................................................................................................... 4
2.4 Turbiditas.....................................................................................................................5
2.5 Metode Counting Chamber.........................................................................................6
2.6 Spektrofotometri UV-VIS...........................................................................................8
2.7 Mikroskop...................................................................................................................9
2.8 Karakteristik Bakteri Saccarom. ............................................................................... 10
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 6
3.1. Alat dan Bahan ........................................................................................................... 6
3.2. Cara Kerja ................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 8
LAMPIRAN .......................................................................................................................... vi

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan mikroorganisme yang membentuk koloni dapat dianggap bahwa setiap
koloni yang tumbuh berasal dari satu sel, maka dengan menghitung jumlah koloni dapat
diketahui penyebaran bakteri yang ada pada bahan. Jumlah mikroba pada suatu bahan dapat
dihitung dengan berbagai macam cara, tergantung pada bahan dan jenis mikrobanya. Ada 2
macam cara perhitungan jumlah mikroba/bakteri, yaitu perhitungan secara langsung dan
tidak langsung. Perhitungan jumlah mikroba secara langsung yaitu jumlah mikroba dihitung
secara keseluruhan, baik yang mati atau yang hidup sedangkan perhitungan jumlah miroba
secara tidak langsung yaitu jumlah mikroba dihitung secara keseluruhan baik yang mati atau
yang hidup atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja, ini tergantung
cara-cara yang digunakan.
Untuk menentukan jumlah miroba yang hidup dapat dilakukan setelah larutan bahan atau
biakan mikroba diencerkan dengan faktor pengenceran tertentu dan ditumbuhkan dalam
media dengan cara-cara tertentu tergantung dari macam dan sifat sifat mikroba. Banyak
metode yang digunakan dalam menaksir secara kuantitatif dari suatu populasi bakteri.
Namun, ada dua metode yang paling sering digunakan yaitu metode hitung koloni di cawan
petri (standard/viable plate count method) dan analisa spektrofotometer /turbidimeter. Maka
dari itu dalam praktikum ini akan dilakukan perhitungan jumlah mikroba pada berbagai
macam bahan yang dilakukan dengan cara perhitungan secara SPC.

Bakteri adalah organisme mikro dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bakteri
merupakan organisme uniselular yang tumbuh dengan pembelahan biner yaitu satu sel
membelah secara simetris. Untuk mempermudah penghitungan koloni diperlukan
pengetahuan mengenai morfologi bakteri tersebut sehingga media pertumbuhan yang akan
digunakan sesuai dengan sifat bakteri tersebut. Penetapan jumlah bakteri dapat dilakukan
dengan menghitung jumlah sel bakteri yang mampu membentuk koloni di dalam media
biakan atau membentuk suspensi dalam larutan biak. Ada dua macam cara untuk menghitung

1
jumlah mikroorganisme, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Cara perhitungan
secara langsung antara lain adalah dengan membuat preparat dari austu bahan (preparat
sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada percobaan penentuan jumlah sel mikroorganisme adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana mempelajari cara menghitung jumlah sel mikroorganisme menggunakan
metode turbidimetri?
2. Bagaimana mempelajari cara menghitung jumlah sel mikroorganisme menggunakan
metode counting chamber ?

1.3 Tujuan Percobaan


Dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari percobaan penentuan jumlah sel
mikroorganisme adalah :
1. Untuk mempelajari cara menghitung jumlah sel mikroorganisme menggunakan
metode turbidimetri.
2. Untuk mempelajari cara menghitung jumlah sel mikroorganisme menggunakan
metode counting chamber.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikroorganisme
Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme merupakan
jasad mikro yang tidak dapat terlihat oleh mata, karena ukurannya yang begitu kecil sehingga
mengamatinya atau melihatnya diperlukan alat bantuan bahkan beberapa jenis diantaranya
hanya trdiri dari satu sel. Salah satu jenis dari mikroorganisme yaitu bakteri yang hanya
diamati dengan menggunakan alat tertentu seperti mikroskop dengan pembesaran hingga
seribu kali. Virus lebih kecil lagi dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
Walaupun tidak terlihat, kehadiran mikroorganisme dapat dirasakan contoh seperti terjadinya
penyakit influenza pada manusia atau buah yang membusuk. Dunia mikroorganisme
melibatkan ribuan spesies dari beberapa golongan diantaranya bakteri, protozoa,virus dan
jamur ( Novizan,2002 ).
Cabang biologi yang mempelajari tentang mikroorganisme dan aktivitasnya disebut
mikrobiologi. Mikroorganisme umumnya berukuran kecil. Namun ada diantaranya beberapa
yang berukuran cukup besar seperti jamur merang, jamur tiramdan sebagainya. Maka dari itu
lebih spesifiknya dapat dikatakan mikroorganisme merupakan organisme yang memiliki
struktur sel sederhana yaitu prokariotik dan eukariotik yang belum memiliki deferensiasi sel
dengan baik, yang belum memiliki organ dengan bentuk dan fungsi yang spesifik.
Mikroorganisme adalah semua organisme yang sangat kecil yang dapat dibudidayakan dalam
cawan petri atau inkubator di laboratorium dan mampu mereproduksi dirinya sendiri melalui
mitosis ( Hidayat, 2018 ).

Mikroorganisme terdapat di berbagai habitat. Mereka terdapat pada tubuh kita, di dalam
tubuh kita, dan di sekeliling kita. Mikroorganisme juga dapat diperoleh dari lingkungan air,
tanah, udara, substrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Mereka merupakan
komponen penting dalam ekosistem. Pada habitat alaminya, mereka hidup dalam suatu
komunitas yang terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme, bersama spesies-spesies biologi

3
lainnya. Pada komunitas ini, satu spesies mikroba dapat mempengaruhi spesies lain, beberapa
spesies dapat bersifat menguntungkan dan beberapa spesies dapat bersifat merugikan
( Novizan,2002).

2.2 Cara Menghitung Jumlah Mikroorganisme


Berbagai metode telah dikembangkan untuk menghitung jumlah mikroorganisme.
Metode ini menghitung jumlah sel, massa sel atau isi sel yang sesuai dengan jumlah sel. Ada
empat macam yang umum digunakan untuk memperkirakan besar populasi mikroorganisme
yaitu yang pertama perhitungan langsung (direct count) jumlah sel atau biomassa
mikroorginsme sel dihitung langsung dibawah mikroskop atau dengan perhitungan partikel
elektronik,kedua yaitu pengukuran langsung (direct measurement) biomassa
mikroorganisme massa sel ditentukan dengan menimbang atau mengukur berat seluruh sel,
biomassa dapat dikorelasikan dengan jumlah sel dengan membandingkannya pada kurva
standart, dan yang ketiga yaitu perhitungan tidak langsung (indirect count) jumlah sel
mikroorganisme dalam sampel dikonsentrasikan dan ditanam pada media yang sesuai
pertumbuhan mikroorganisme contohnya pembentukan koloni dalam pelat agar yang
digunakan untuk memperkirakan jumlah mikroorganismeyang terdapat didalam sampel, dan
untuk metode memperkirakan besar populasi mikroorganisme adalah perkiraan tidak
langsung (indirect estimate) biomassa mikroorganisme biomassa mikroorganisme
diperkirakan dengan mengukur komponen biokomia sel mikroorganisme yang relatif konstn,
biomassa juga dapat memperkirakab secara tidak langsung dengan mengukur kekeruhan,
perkiraan tidak langsung biomassa mikroorganisme dapat dikorelasikan dengan jumlah sel
dengan membandigkannya dengan kurva standart (Biomed, 2008).
Dapat dilakukan berbagai cara untuk perhitungan jumlah bakteri misalnya perhitungan
jumlah koloni, perhitungan dengan metode MPN, perhitungan dengan pengecetan negatif
dan sebagainya tergantung ketersediaan alat dilaboratorium. Jumlah mikroorganisme juga
dapat dihitung dengan menggunakan haemacytometer ataupun petroff hausser cunter
terutama untuk menghitung bakteri yang menggunakan satuan CFU/mL atau CFU/gram.
Dalam metode perhitungan ini terdapat beberapa persyaratan yaitu jumlah koloni per cawan
petri adalah 25-250, perbandingan antara pengenceran yang lebih tinggi dengan yang lebih

4
rendah jika < 2 maka rata-ratadan jika ≤ 2 maka data yang digunakan adalah data
pengenceran yang lebih rendah, tidak spreader, jika jumlah koloni tidak ada yang memenuhi
syarat maka digunakan yang mendekati 250, jika ada ulangan maka hasilnya dirata-rata
terlebih dahulu, penulisan laporan menggunakan satu angka di depan koma dan satu angka
decimal di belakang koma, jika decimal dibawah lima maka dibulatkan ke bawah dan jika
lebih besar atau sama dengan lima maka dibulatkan ke atas. Selain menggunakan jumlah
koloni perhitungan jumlah sel dapat dilakukan menggunakan MPN. Sampel mikroba yang
dihitung dengan cara MPN ada yang berbasis 5 tabung perpengencer adapula yang lebih
(Hidayat, 2018).
Terdapat dua macam cara metode perhitungan mikroorganisme yaitu metode langsung
dan metode tidak langsung. Metode langsung meliputi penggunaan mikroskop, viable plate
count, filtrasi membran dan most probable number (angka paling mungkin), sedangkan
metode secara tidak langsung dapat dilakukan dengan metode turbidity dan dry weight
determination (perhitungan berdasarkan berat kering). Menggunakan metode langsung
contohnya menggunakan mikroskop yaitu metode dengan menghitung sel secara langsung
baik yang hidup maupun mati yang secara khusus total pada sebuah preparat khusus dengan
petak pengukuran. Untuk metode langsung lainnya yaitu dengan perhitungan
mikroorganismeyang hidup pada lempeng preparat (Viable plate count), terkadang jumlah
bakteri pada sampel yang ada terlalu besar untuk dihitung secara langsung. Salah satu teknik
yang banyak digunakan untuk menentukan jumlah sel adalah dengan menggunakan viable
plate count. Sampel yang akan dihitung pertama-tama diencerkan dalam sebuah larutan yang
tidak akan membahayakan mikroba namun sebaliknya juga tidak mendukung pertumbuhan
mikroba tersebut ( sehingga mikroba tidakakan tumbuh selama masa analisa). Selanjutnya
untuk metode yang tidak langsung yaitu metode pengenceran, dan juga penentuan berat
kering salah satu cara yang digunakan adalah dengan pengukuran volatile sespended solid
(vss) (Wignyanto, 2017).

2.3 Metode Turbidimetri


Metode turbidimetri meruapakan pengukuran kepadatan atau kekeruhan suatu larutan.
Alat deteksi ditempatkan langsung menghadap sinar secara langsung. Cahaya yang

5
terkumpul setelah melewati langsung melalui larutan. Turbidimetri merupakan analisis
kuantitatif yang didasarkan pada pengukuran kekeruhan atau turbidan dari suatu larutan
akibat adanya partikel padat dalam larutan setelah sinar melewati suatu larutan yang
mengandung partikel tersuspensi. Artinya turbidimetri adalah analisa yang berdasarkan
hamburan cahaya. Hamburan cahaya terjadi akibat adanya partikel yang terdapat dalam
larutan ( Antari,2017 ).
Turbidimetri merupakan analisis kuantitatif yang didasarkan pada pengukuran
kekeruhan atau turbidan dari suatu larutan akibat adanya partikel padat dalam larutan setelah
sinar melewati suatu larutan yang mengandung partikel tersuspensi. Artinya turbidimetri
adalah analisa yang berdasarkan hamburan cahaya. Hamburan cahaya terjadi akibat adanya
partikel yang terdapat dalam larutan. Partikel ini menghamburkan cahaya ke segala arah yang
mengenainya. Dalam turbidimetri digunakan larutan yang berupa koloid atau tersuspensi.
Larutan jernih dapat diukur dengan metoda ini dengan jalan memberikan emulgator untuk
mengemulsi larutan. Larutan tersuspensi atau koloid mengandung partikel yang berukuran
10-10 cm. Ukuran partikel ini biasanya dapat dilihat dengan mata ( Antari,2017 ).
Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk menguji kekeruhan,yang biasanya dilakukan
pengujian adalah pada sampel cairan misalnya air. Salah satu parameter mutu yang sangat vital adalah
kekeruhan yang kadang-kadang diabaikan karena dianggap sudah cukup dilihat saja atau alat ujinya yang
tidak ada padahal hal tersebut dapat berpengaruh terhadap mutu. Oleh sebab itu untuk mengendalikan mutu
dilakukan uji kekeruhan dengan alat turbidimeter. Ada beberapa cara praktis memeriksa kualitas air, yang
paling langsung karena beberapa ukuran redaman (yaitu, pengurangan kekuatan) cahaya saat melewati
kolom sampel air, Kekeruhan diukur dengan cara ini menggunakan alat yang disebut nephelometer dengan
setup detektor ke sisi sinar. Satuan kekeruhan dari nephelometer dikalibrasi disebut Nephelometric
Kekeruhan Unit (NTU) ( Prasetya, 2018).
Variabel-variabel yang harus diperiksa didalam pemeriksaan fisik dari air minum salah
satunya adalah turbiditas (kekeruhan), air minum harus bebas dari kekeruhan. Turbiditas
dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut turbidimetri. Salah satu turbidimetri
standar adalah jackson Candle Turbidimeter. Sementara itu batasan turbiditas yang
diperbolehkan adalah kurang dari 5 unit. Turbiditas merupakan salah satu kandungan bahan
organik maupun anorganik yang terdapat di suatu peraian (Chandra,2009).

6
Turbiditas (kekeruhan) dinyatakan dalam satuan unit turbiditas yang setara dengan 1
mg/l SiO2. Peralatan yang pertama kali digunakan untuk mengukur turbiditas atau kekruhan
adalah jackson candler turbidimetri, yang dikalibrasikan dengan menggunakan silika.
Jackson candler turbidimeteter kemudian dijadikan sebagai alat baku atau standar bagi
pengukuran kekeruhan. Satu unit turbiditas jackson candler turbidimeter dinyatakan dengan
satuan 1 JTU. Pengukuran kekeruhan dengan menggunakan jackson candler turbidimeter
bersifat visual yaitu membandingkan air sampel dengan air standar (Kordi,2010).
Kekeruhan disebabkan adanya bahan tersuspensi yang menyebar dan menyerap
cahaya di dalam air. Di danau, kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan koloid atau suspensi
yang halus. Kekeruhan dapat dikolerasikan dengan suspended solids (padatan terlarut), tetapi
hanya untuk air dari sumber yang sama. Kekeruhan diukur secara visual dengan
membandingkan suatu larutan standar kekeruhan di dalam 1 liter botol dengan unit mg/L
SiO2. Sungai mempunyai nilai kekruhan antara 2 sampel 200 mg/L SiO2. Di Eropa batas
kekeruhan untuk air minum adalah 10mg/L SiO2 ( Machdar,2018).

2.4 Metode Counting Chamber


Petumbuhan diukur dari perubahan jumlah sel atau berat kering massa sel. Jumlah sel
dapat dihitung dari jumlah sel total yang tidak membedakan jumlah sel hidup atau mati, dan
jumlah sel hidup (viable count). Jumlah total sel mikroba dapt ditentukan dengan perhitungan
counting chamber. Counting chamber yaitu menghitung jumlah individu sel yang terdapat
pada ruang kubus dari haemacytometer, kemudian dikalikan dengan jumlah pengenceran
terhadap suspensi mikroorganisme yang diamati, lalu hasilnya dikalikan dengan volume
petak alat tersebut, sehingga jumlah organisme yang ada per milimeter dapa diketahui.
Penghitungan dengan alat ini relatif cepat, namun memiliki beberapa kekurangan yaitu tidak
dapat membedakan sel mati dan sel hidup, sehingga semua sel ikut terhitung dan metode ini
tidak sensitif pada sel dengan populasi dibawah 1 juta sel ( Prasetya,2018 ).
Pada metode ini sampel ditaruh di suatu ruang hitung (seperti hemasitometer)
dan jumlah sel dapat ditentukan secara langsung dengan bantuan mikroskop. Jika setetes
kultur dimasukkan kedalam wadah (misalnya hemasitometer) yang diketahui volumenya,
maka jumlah sel yang dapat dihitung. Akan tetapi cara tersebut memiliki keterbatasan, yaitu

7
tidak dapat membedakan sel hidup atau mati dan tidak dapat digunakan pada jumlah sel yang
sangat sedikit (kurang dari 102sel/ml). Kelemahan lainnya ialah sulitnya menghitung sel
yang berukuran sangat kecil seperti bakteri karena kekebalan hemositometer tidak
memungkinkan digunakannya lensa objektif celup minyak. Hal ini dibatasi dengan cara
mencernai sel sehingga menjadi lebih mudah dilihat. Kelemahan lain lagi ialah kadang-
kadang cenderung bergerombol sehingga sukar membedakan sel-sel individu. Cara
mengatasinya ialah mencerai-beraikan gerombolan sehinggga tersebut dengan
menambahkan bahan anti gumpalan seperti dinatrium etilanadiamina tetra asetat dan tween-
80 sebanyak 0,1%. Keuntungan metode ini ialah pelaksanaannya cepat dan tidak
memerlukan banyak peralatan (Hadioetomo, 1993).

Perhitungan ini dapat menggunakan haemacytometer, Petroff-Hausser Bacteria Counter,


dan alat-alat lainnya yang sejenis. Dasar perhitungannya ialah dengan menempatkan 1 tetes
suspensi bahan atau biakan mikrobia pada alat tersebut, ditutup dengan gelas penutup
kemudian diamati dengan mikroskop dengan perbesaran sesuai besar kecilnya mikrobia.
Dengan menentukan jumlah sel rata-rata tiap petak (ruangan) yang telah diketahui
volumenya dan alat tersebut dapat ditentukan jumlah sel mikrobia tiap cc. Perhitungan
jumlah organisme uniseluler dalam suspensi dapat ditentukan secara mikroskopik dengan
menghitung individu sel dalam volume yangs angat kecil secara akurat. Seperti perhitungan
yang biasanya dilakukan dengan mikroskop khusus (slide) yang dikenal dengan “counting
chamber”. Counting chamber terdiri dari kotak-kotak teratur yang telah diketahui areanya,
yang disusun dari liquid film dimana telah diketahui kedalamannya dan dapat dibedakan
antara slide dan cover slip. Akibatnya volume dari cairan yang dituangkan tiap kotak dengan
pasti volumenya dapat diketahui. Seperti perhitungan langsung yang dikenal dengan “total
cell count” merupakan perhitungan yang meliputi sel hidup dan sel yang tidak hidup, sejak
ini pada kasus bacteria yang tidak dibedakan dengan pengamatan mikroskopik
( Prasetya, 2018).

8
2.5 Spektrofotometri UV-VIS
Spektrofotometri merupakan suatu metode pengukuran kuantitatif dari sifat optimal
pada rentang panjang gelombang yang luas mencakup daerah spektrum ultraviolet dan
intramerah. Spektrofotometri membahas tentang pengukuran reaksi cahaya dengan bahan
atau material. Cahaya bisa tercermin, diserap, disebarkan dan material bisa memancarkan
cahaya. Spektrofotometri menyatakan pengukuran jauhnya pengadsorpsian cahaya oleh
suatu sistem kimia sebagai fungsi asli panjang gelombang radiasi. Sinar atau cahaya yang
berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai radiasi elektromagnetik. Radiasi
elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari
( Thomas,2014 ).
Salah satu teknik untuk menghitung mikroba yaitu analisis spektrofotometri yaitu
peningkatan turbiditas kultur merupakan indikator pertumbuhan. Dengan alat turbidimeter
jumlah sinar yang ditransmisikan akan menurun ketika populasi sel meningkat dan
penurunan energi radian dikonfersi menjadi energi listrik yang ditunjukkan pada
galvanometer. Metode ini cepat, tetapi terbatas karena tidak dapat untuk mengukur suspensi
mikroba diatas 10 juta sel. Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia
analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif
dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang
digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat
berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul
namun yang lebih berperan adalah elektron valensi ( Prasetya,2018 ).
Spektroskopi UV-vis merupakan salah satu metode yang paling bermanfaat untuk analisi
kuantitatif. Karakteristik yang penting terkait dengan spektrofotometri UV-vis ini adalah
penggunaannya luas. Kebanyakkan spesies anorganik, organik dan biokimia mampu
menyerap radiasi UV-vis, sehingga memenuhi syarat untuk dianalisis denan metode ini.
Senyawa-senyawa yang tidak menyerap juga dapat dianalisis secara spektrofotometri UV-
vis setelah dilakukan perubahan menjadi senyawa yang mengandung gugus-gugus penyerap.
Diantara metode analisis yang digunakan untuk analisis sampel-sampel klinik, metode
spektrofotometri ini merupakan metode yang paling sering digunakan ( Ghanjar,2018 ).

9
2.7 Mikroskop
Suatu alat yang digunakan untuk perbesaran yang lebih besar daripada yang didapatkan
pada sebuah lensa pembessr sederhana diberi nama mikroskop (microscope). Prinsip dari
mikroskop sendiri adala sebuah bayangan yang dibentuk oleh satu elemen optik speri sebuah
lensa atau cermin dapat berperan sebagai benda elemen optik yang kedua. Dengan ati lain
mikroskop yaitu sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat secara kasat
mata. Mikroskop merupakan alat bantu yang dapat ditemukan hampir diseluruh laboratorium
untuk dapat mengamati organisme berukuran kecil (mikroskopis). Ilmu yang mempelajari
benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti
sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata ( Young,2003 ).
Mikroskop elektron mengungkapkan banyak organel yang mustahil diuraikan oleh
mikroskop cahaya. Tetapi mikroskop cahaya memiliki keunggulan, khususnya untuk
mengkaji sel-sel hidup. Kelemahan mikroskop elektron ialah dalam hal metode yang
digunakan untuk mempersiapkan sel mati spesimennya. Selian itu mikroskop elektron
menghasilkan artifak-artifak, ciri-ciri struktural yang terlihat dalam mikrograf yang
sebenarnya tidak ada dalam sel hidup. Mikroskop merupakan peralatan sitologi, kajian
tentang struktur yang paling penting. Tetapi, menjelaskan secara sederhana beragam organel
di dalam sel hanya mengungkapkan sedikit fungsinya (Mitchell, 2002).
Secara umum mikroskop dibedakan menjadi dua yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop
elektron. Mikroskop cahaya merupakan sebuah mikroskop cahaya yang dapat memperbesar
penglihatan menjadi 1000 kali. Adanya perbesaran demikian menyebabkan objek yang
berdiameter 0,2 mikrometer dapat dilihat. Mikroskop yang digunakan pada umumnya
sekarang sama baiknya dengan oleh schleiden, schwan dan virchow. Masalah mendasar dari
mikroskop cahaya adalah keterbatasan dalam mengubah kemampuannya. Objek yang
berukuran kecil dari 0,2 mikrometer tidak dapat dilihat dengan jelas melalui mikroskop
cahaya. Padahal sebagian besar sel berukuran kecil. Pada 50 tahun yang lalu para ahli biologi
telah menyadari bahwa mikroskop dapat dibuat dengan menggunakan elektron sebagai
sumber penentu cahaya ( Bishop,2000 ).

10
2.6 Karakteristik Bakteri Saccharomyces Cerevisiae
Saccharomyces, pichia dan zygomonas adalah jenis mikroba yang palimg umum
digunakan dalam produksi bopetanol. Saccharomyces cerevisiae adalah jenis ragi yang
paling sering digunakan dalam produksi bioetanol saat ini Saccharomyces cerevisiae baik
dalam memproduksi swcara teoritis 90% etanol dari gula glukosa. Sedangkan ragi p. Stiptis,
p. Tannorhilus dan C. Shehatae baik dalam memfermentasi xilosa. Kluyveromyces
marxianus toleran terhadap suhu tinggi 45-52℃ dan mampu mencerna berbagai macam
manomer gula seperti xiosa, mannosa, arabinosa dan galaktosa. Berbagai strai
Saccharomyces cerevisiae yang telah digunakan untuk fermentasi bioetanol. Saccharomyces
cerevisiae lebih unggul jika dibandingkan dengan bakter kapang dan ragi lain dalam
karakteristik fisiologisnya seperti pHdan suhu. Saccharomyces cerevisiae dapat hidup pada
pH asam yang membuat fermentasinya tidak rentan terhadap kontaminasi bakteri

( Hidayat, 2018 ).

Mikroorganisme yang digunakan dalam proses fermentasi dapat berupa jamur atau
bakteri. Metode yang paling tradisional dalam fermentasi adalah dengan menggunakan yeast.
Yeast adalah mikroorganisme eukariotik yang diklasifikasi dalam fungi dan kebanyakkan
bersel tunggal. Yeast yang umum digunakandan dikenal dengan nama spesiesnya adalah
Saccharomyces cerevisiae. Beberapa jenis baktri juga bisa gigunakan dalam fermentasi gula
menjadi etanol bakteri merupakan mikroorganise prokariotik yang panjangnya bisa sampai
beberapa mikron dan memiliki berbagai macam bentuk mulai dai bola hingga batang dan
spiral ( Susilo, 2017 ).

Diantara bakteri dan jamur, jenis Saccharomyces cerevisiae dan bakteri Zymomonas
mobilis adalah yang paling sering digunakan dalam konversi etanol dari biomassa
lignoselulosa. Beberapa kelebihan mikroorganisme tersebut adalah serapan gula lebih tinggi
dan menghasilkan yield etanol yang lebih tinggi, konsentrasi etanol yang lebih tinggi sampai
16%, tidak membutuhkan kontrol oksigen selama fermentasi. Saccharomyces cerevisiae atau
yang dikenal dengan khamir adalah yeast sel tunggal eukaryotik berbentuk bulat atau oval
atau silinder, dengan ukuran 5-10 µm, terdapat 2 gen yaitu gen mitokondria dan gen nukleus
dengan panjang gen nukleus 12,1 Mbp, jumlah kromosom 32 pasang, jumlah protein yang

11
dikode sekitar 5800. S. cerevisiae membentuk filamen sebagai respon dari kondisi
lingkungan, bersifat fakultatif anaerob dan hidup pada daerah yang mengandung gula. S.
cerevisiae memiliki spora yang dibentuk didalam askus disebut askospora. Perbanyakan sel
dengan cara pertunasan, sel yang muda lebih kecil dibanding sel induk. Karakteristik S.
cerevisiae apabila digunakan dalam fermentasi yaitu sebagai berikut mampu tumbuh dengan
cepat pada suatu substrat, mudah dibiakkan dalam jumlah besar dan mampu disimpan untuk
jangka waktu yang lama, kondisi lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan
produksi maksimum secara komparatif sederhana, stabil, dapat menghasilkan produk yang
diinginkan dalam jangka waktu yang pendek tanpa menghasilkan produk sampingan yang
bersifat racun. Produk yang diinginkan dapat dengan mudah dipisahkan dari senyawa atau
bahan-bahan lainnya ( Susilo, 2017 ).

12
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum penentuan jumlah sel mikroorganisme sebagai
berikut;

1. Tabung reaksi 5 buah


2. Kuvet 5 buah
3. Spektrofotometer 1 buah
4. Deck glass 1 buah
5. Mikroskop 1 buah
6. Neraca analitik 1 buah
7. Beaker glass 1 buah
8. Hemasitometer 1 buah
9. Gelas ukur 1 buah
10. Kaca arloji 1 buah
11. Spatula 1 buah

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum penentuan jumlah sel mikroorganisme
sebagai berikut:

1. Ragi (Fermipan)
2. Aquadest

3.2 Cara Kerja

3.2.1. Metode Turbidimetri


1. Mengkalibrasi alat spektrofotometer.
2. Menimbang ragi 0.5 gram dan mengencerkan dengan aquadest 10 ml.

13
3. Mengencerkan lagi sampel tersebut menjadi 1000x.
4. Menyiapkan 5 tabung reaksi 1:1,1:2,1:4,1:8,dan 1:16.
5. Mengisi aquadest kedalam semua tabung reaksi ,kecuali tabung reaksi 1:1.
6. Menambahkan 8 ml larutan pengenceran 1000x yang sudah berisi ragi kedalam
tabung 1:1 dan tabung 1:2.
7. Melakukan juga pengenceran untuk tabung 1:4,1:8 dan 1:16.
8. Melakukan pengukuran pada alat spektrofotometer yang telah dikalibrasi.

3.2.2. Metode Counting Chamber


1. Mengambil ragi sebanyak 0.5 gram,lalu melarutkan kedalam 10 ml.
2. Menimbang 0,5 gram ragi kemudian mengencerkan dengan aquadest 10 ml.
3. Mengencerkan lagi sampel tersebut menjadi 1000x.
4. Menyiapkan 3 tabung reaksi lagi lalu mengisi 9 ml aquadest untuk proses
pengenceran.
5. Melakukan pengenceran 10.000x,100.000x dan 1000.000x.
6. Pengenceran pada tabung reaksi masing-masing diberi nama 10.000x,100.000x dan
1000.000x.
7. Mengaduk suspensi supaya homogen dengan cara memutar-mutar tabung reaksi
diantara telapak tangan.
8. Menteteskan suspensi pada pengenceran 10.000x pada hemasitometer, kemudian
mentutupnya dengan desk glass, lalu menghitung jumlah selnya dengan mikroskop
dengan perbesaran 40x.
9. Sebelum menghitung,tentukan letak kotak A,B,C,D dan E pada hemasitometer
tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Antari, Arlita L, 2017, Imonulogi Dasar, Jakarta, GSC

Biomed, dkk, 2008, Analisis Hayati, Jakarta, EGC

Bishop, R.J,dkk, 2000, Metalurgi Fisik Modern & Rekayasa Material, Yogyakarta, Gelora

Aksara Pratama

Chandra, Dr Budiman, 2009, Pencegahan & Komunitas, Jakarta, Penerbit Buku

Kedokteran

Ghanjar, Ibnu Gholib, 2018, Spektroskopi Molekular, Yogyakarta, Gajah Mada University

Press

Hdioetomo, Suhab, 1993, Biologi, Jakarta, UGC

Hidayat, Nur, dkk, 2018, Mikroorganisme & Pemanfaatannya, Malang, UB press

Hidayat, Nur,dkk, 2018, Mikrobiologi Industri Pertanian, Malang, UB press


Kordi,M. Ghufran, 2010, Panduan Lengkap Ikan Air Tawar, Yogyakarta, Lily Publish

Machdar, Izarul Dr. Eng, 2018, Pengantar Pengendalian Pencemaran, Yogyakarta

Mitchell, Reccel Campbell, Biologi, Jakarta, Erlangga

Novizan, Gabriell, 2002, Biologi University, Jakarta

Prasetya, Ade Yulianto S.Si., Msi, 2018, Bakteriologi 1, Sidoarjo, Penuntun Praktikum

Susilo, Bambang,dkk, 2017, Teknik Bionergi, Malang, UB press

Thomas, Adi Jaya, 2014, Biologi, Yogyakarta, Gaja Mada press

Wignyanto, Bambang, 2017, Ilmu Biologi, Malang, UB press

Young, Freedman, 2003, Fisika University, jakarta, Erlangga

15
16
SKEMA KERJA

1. Metode Turbidimetri

Ragi
dikalibrasi alat spektrometer
ditimbang 0,5 gram ragi kemudian diencerkan dengan
aquadest 10ml
diencerkan lagi sampel tersebut menjadi 1000x
disiapkan 5 tabung reaksi 1:1, 1:2, 1:4, 1:8 dan 1:16
diisikan aquades ke dalam semua tabung reaksi kecuali tabung
reaksi 1:1
ditambahkan 8 ml larutan pengenceran 1000x yang sudah berisi
ragi ke dalam tabung 1:1 dan tabung 1:2

dilakukan juga pengenceran untuk tabung 1:4, 1:8 dan 1:16


dilakukan pengukuran pada alat spektrofotometer yang telah
dikalibrasi

Hasil

vii
2. Metode Counting Chamber

Ragi

diambil ragi sebanyak 0,5 gram, lalu dilarutkan ke dalam 10ml


ditimbang 0,5 gram ragi kemudian diencerkan
dengan aquadest 10ml
diencerkan lagi sampel tersebut menjadi 1000x
disiapkan tiga tabung reaksi lagi lalu diisi 9 ml aquadest
untuk proses pengenceran
dilakukan pengenceran 10000x, 100000x dan 1000000x

pengenceran padan tabung reaksi masing-masing diberi nama


10000x, 100000x, dan 1000000x
diaduk suspensi supaya homogen dengan cara memutar-mutarkan tabung reaksi
diantara telapak tangan
diteteskan suspensi pada pengenceran 10000x pada hemasitometer, kemudian
ditutup dengan deck glass, lalu dihitung jumlah selnya dengan mikroskop dengan
perbesaran 40x
sebelum dihitung, ditentukan letak kotak A, B, C, D dan E pada hemasitometer tersebut

Hasil

viii
SKEMA ALAT

1. Metode Turbidimetri
No Skema Prosedure Keterangan
1 Mengkalibrasi alat spektrofotomete

2 Menimbang ragi 0.5 gram dan


mengencerkan dengan aquadest 10
ml.

3 Mengencerkan lagi sampel tersebut


menjadi 1000x.

4 Menyiapkan 5 tabung reaksi


1:1,1:2,1:4,1:8,dan 1:16.

5 Mengisi aquadest kedalam semua


tabung reaksi ,kecuali tabung reaksi
1:1.

6 Menambahkan 8 ml larutan
pengenceran 1000x yang sudah
berisi ragi kedalam tabung 1:1 dan
tabung 1:2.

7 Melakukan juga pengenceran untuk


tabung 1:4,1:8 dan 1:16.

ix
8 Melakukan pengukuran pada alat
spektrofotometer yang telah
dikalibrasi

2. Metode Counting Chamber


No Skema Prosedur Keterangan
1 Mengambil ragi sebanyak 0.5
gram,lalu melarutkan kedalam 10
ml.

2 Menimbang 0,5 gram ragi


kemudian mengencerkan dengan
aquadest 10 ml.

3 Mengencerkan lagi sampel tersebut


menjadi 1000x.

4 Menyiapkan 3 tabung reaksi lagi


lalu mengisi 9 ml aquadest untuk
proses pengenceran.

5 Melakukan pengenceran
10.000x,100.000x dan 1000.000x

6 Pengenceran pada tabung reaksi


masing-masing diberi nama
10.000x,100.000x dan 1000.000x.

x
7 Mengaduk suspensi supaya
homogen dengan cara memutar-
mutar tabung reaksi diantara telapak
tangan.

8 Menteteskan suspensi pada


pengenceran 10.000x pada
hemasitometer, kemudian
mentutupnya dengan desk glass,
lalu menghitung jumlah selnya
dengan mikroskop dengan
perbesaran 40x
9 Sebelum menghitung,tentukan letak
kotak A,B,C,D dan E pada
hemasitometer tersebut.

xi
TIME SCHEDULE

Tabel 2 time schedule percobaan isolasi mikroorganisme


No. Kegiatan Estimasi Real Time Pj
Waktu
1 Briefing awal 07.30 - 07.40 Aslab
2 Peminjaman alat 07.40 - 07.50 Ais
3 Membersihkan dan pengecekan alat 07.50 - 08.00 Priska
4 Mengalibrasi alat spektrofotometer 08.00 - 08.03 Rita
5 Menimbang ragi dan mengencerkan 08.03 - 08.10 Winda
dengan aquadest 10 ml
6 Mengencerkan lagi sampel tersebut 08.10 - 08.20 Wulan
menjadi 1000x
7 Menyiapkan 5 tabung reaksi 1:1, 1:2, 08.20 - 08.30 Ais
1:3, 1:4, 1:8 dan 1:16
8 Mengisi aquadest ke dalam semua 08.30 - 08.55 Priska
tabung reaksi kecuali tabung 1:1
9 Menambahkan 8 ml larutan 08.55 - 09.05 Rita
pengenceran 1000x yang telah terisi
ragi ke dalam tabung reaksi 1:1 dan
1:2
10 Melakukan juga pengenceran untuk 09.05 - 09.10 Winda
tabung 1:4, 1:8 dan 1:16
11 Melakukan pengukuran pada alat 09.10 - 09.25 Wulan
spektrofotometer yang telah
dikalibrasi
12 Mengambil ragi sebanyak n gram, lalu 09.25 - 09.30 Ais
melarutkan ke dalam 10 ml
13 Menimbang 0,5 gram ragi, kemudian 09.30 - 09.35 Priska
mengencerkan dengan aquadest 10 ml
14 Mengencerkan lagi sampel tersebut 09.35 - 09.40 Rita
menjadi 1000x
15 Menyiapkan 3 tabung reaksi lagi lalu 09.40 - 09.45 Winda
mengisi 9 ml aquadest untuk proses
pengenceran
16 Melakukan pengenceran 10.000x, 09.45 - 09.50 Wulan
100.000x dan 1.000.000x
17 Mengaduk suspensi pada pengenceran 09.50 - 10.10 Ais
10.000x pada hesitometer kemudian
menutupnya dengan deck glass lalu
menghitung jumlah selnya dengan
mikroskop dengan perbesaran 40x

xii
18 Sebelum menghitung, tentukan letak 10.10 - 10.15 Priska
kotak A, B, C, D, dan E pada
hemasitometer tersebut
19 Membersihkan alat-alat dan 10.15 - 10.20 Rita
mengembalikannya
20 Menulis logbook dan laporan 10.20 - 10.25 Winda
sementara
21 Evaluasi 10.25 - 10.30 Aslab

xiii
TUGAS PENDAHULUAN

1. Apa hubungan antara O.D dengan jumlah sel pada kultur saudara ?
Jawab :
Semakin tinggi OD maka semakin banyak pula jumlah mikroorganisme dalam
culture tersebut. Karena semakin tinggi OD berarti semakin kecil persen transmitan. OD
berbanding lurus dengan jumlah mikroorganisme.
Hubungan antara OD dengan jumlah sel mikroorganisme dapat ditentukan dengan
membuat kurva standar yang menyatakan hubungan antara OD dengan jumlah sel
mikroorganisme tersebut. Kurva standar atau kurva kalibrasi dapat dibuat berdasarkan
perhitungan jumlah sel dengan metode plate counts atau counting chamber. Sedangkan
pada percobaan ini, mikroorganisme yang digunakan pada metode turbidimetri tidak sama
dengan mikroorganismeyang digunakan pada metode counting chamber sehingga kurva
standar tidak dapat dibuat dan perhitungan jumlah sel pada metode turbidimetri tidak dapat
dilakukan
2. Apakah diperlukan untuk membuat suatu hubungan antara perhitungan jumlah sel dengan
metode I ( dilution) dan metode II (turbidimetri) ?
Jawab :
Diperlukan hubungan antara metode dilution dengan metode turbidimetri
dikarenakan pada metode dilution kita hanya mendapatkan data mengenai jumlah bakteri
dalam suatu suspensi sedangkan metode turbidimerti kita mendapatkan data OD. Dengan
menggabungkan kedua data tersebut dapat diperoleh kurva hubungan antara OD dengan
jumlah mikroorganisme. Dengan kurva ini kita dapat memprediksi konsentrasi sel dalam
kondisi yang sama.
3. Bagaimana yeast (sel ragi) berkembang biak dan apakah hal ini sesuai dengan preparat
yang diamati ?
Jawab :
K e b a n y a k a n r a g i a t a u ye a s t d a p a t b e r e p r o d u k s i d e n g a n c a r a
p e m b e n t u k a n t u n a s . Beberapa jenis ragi dapat bereproduksi secara seksual
dengan konjugasi dua askospora yang m e n g h a s i l k a n z yg o t e a t a u s e l
d i p l o i d . I n t i s e l d i p l o i d i n i k e m u d i a n m e m b e l a h d e n g a n c a r a meiosis,
menghasilkan 4 inti haploid yang disebut askospora. Sel dimana askospora

xiv
terbentuk disebut askus. Apabila askus matang dan pecah, askospora akan terlepas dan
berkonjugasi untuk memulai siklus hidup yang baru.

4. Jelaskan cara kerja spektrofotometri ?


Jawab :
Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat
polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer
dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah cahaya
polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan
panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat
dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan
ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima oleh detector.
Detector kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang
diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang
terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara
kuantitatif.

xv

Anda mungkin juga menyukai