Anda di halaman 1dari 9

JST Kesehatan, April 2015, Vol.5 No.

2 : 184 – 192 ISSN 2252-5416

DETEKSI KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI O157:H7 PADA


FESES PENDERITA DIARE DENGAN METODE KULTUR DAN PCR

Detection of Existence of Bacterium Escherichia Coli O157:H7 in Feces of Diarrhea


Patients by Culture and PCR Metods

Zakia Bakri1, Mochammad Hatta1, Muh. Nasrum Massi3


1
Bagian Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, 2Bagian Mikrobiologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar

E-mail: zakiabakri34@yahoo.com

ABSTRAK

Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian balita di negara berkembang. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi bakteri salah satu contohnya adalah bakteri Escherichia coli O157:H7.
Penelitian ini bertujuan mendeteksi bakteri Escherichia coli O157:H7 pada feses penderita diare
dengan metode kultur dan PCR, membandingkan hasil pemeriksaan antara kultur dan PCR dalam
mendeteksi bakteri Escherichia coli O157:H7 pada sampel feses penderita diare dan mengetahui
sensitivitas dan spesifitas metode PCR dalam mendeteksi bakteri Escherichia coli O157:H7 pada
sampel feses penderita diare. Metode yang digunakan, yaitu metode potong lintang. Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Imunologi dan Biologi Molekuler Bagian Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin. Sampel sebanyak 28 orang penderita diare di Rumah Sakit
Umum Daya dan Rumah Sakit Labuang Baji. Kemudian, untuk menguji bakteri Escherichia coli
O157:H7 digunakan teknik kultur dan untuk deteksi gen menggunakan teknik molekuler yaitu PCR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 28 orang sampel feses, 6 sampel (21,42%) positif bakteri
Escherichia coli O157:H7 dengan metode kultur dan 13 sampel (46,425) positif bakteri Escherchia
coli O157:H7 dengan metode PCR. Metode PCR secara umum mampu mendeteksi bakteri
Escherichia coli O157:H7 dengan menggunakan primer spesifik O157:H7 pada bands 239 bp. PCR
terbukti lebih akurat dan menunjukkan hasil yang cepat dibandingkan dengan metode kultur dalam
mendeteksi bakteri Escherichia coli O157:H7.

Kata Kunci: Diare, Escherichia coli O157:H7, PCR, mtode kultur

ABSTRACT

Diarrhea is one of the main causes of infant mortality in developing countries. The disease is caused
by bacterial infection such as the bacterium Escherichia coli O157:H7. The research aimed to detect
the bacterium Escherichia coli O157:H7 in the feces of the diarrhea patients by the culture and
polymerase chain raction (PCR) methods, to compare the examination result between the culture
and PCR in the detecting the bacterium Escherichia coli O157: H7 in feces samples of the diarrhea
patients, and to find out the sensitivity and specificity of PCR methods in detecting the bacterium
Escherichia coli O157: H7 in feces samples of the diarrhea patients. The research used the cross
sectional method. The research was carried out in the Laboratory of Immunology and Molecular
Biology of Microbiology Department of Faculty of Medicine, Hasanuddin University. Samples
obtained were 28 diarrhea patients in General Hospital Daya and General Hospital Labuang Baji.
The examination on the bacterium Escherichia coli O157: H7 was then conducted through the
culture technique use and gene detection using the molecular techniques namely PCR . The research
result indicates that out of 28 feces samples, 6 samples (21.42%) are positive to contain the
bacterium Escherichia coli O157: H7 by the culture method and 13 samples (46.42%) are positive to
contain the bacterium Escherichia coli O157: H7 by PCR method. The Polymerase Chain Reaction
method is generally able to detect the bacterium Escherichia coli O157: H7 by using the specific

184
Diare, Escherichia coli O157:H7, PCR, mtode kultur ISSN 2252-5416

primary O157: H7 in the bands 239 bp. PCR is proven to be more accurate and indicates the faster
result compared with the culture method in detecting the bacterium Escherichia coli O157: H7.

Keywords: Diaarhea, Escherichia coli O157:H7, PCR, culture methods

PENDAHULUAN dapat menimbulkan penyakit haemorr-


Diare atau penyakit diare diartikan hagic colitis yang ditandai dengan diare
sebagai buang air encer lebih dari empat berdarah dan sindrom uremik hemolitik
kali sehari, baik disertai lendir dan darah (HUS) yaitu infeksi saluran kencing.
maupun tidak (Widjaja, 2000). Menurut Strain EHEC memiliki faktor virulensi
WHO, penyakit diare merupakan salah intimin yang berperan dalam proses
satu penyebab utama kematian balita di penempelan dan pelekatan pada sel epitel
negara berkembang. Angka kejadian saluran pencernaan yang memproduksi
diare pada anak tiap tahun diperkirakan hemolisin sehingga menimbulkan diare
2,5 milyar, dan lebih dari setengahnya berdarah (Bonyadian et al., 2010). Infeksi
terdapat di Afrika dan Asia Selatan dan E.coli O157:H pada manusia bersifat
akibat dari penyakit ini lebih berat serta verotoksigenik telah menyebabkan
mematikan. Secara global setiap tahun 16.000 kasus penyakit melalui makanan
penyakit ini menyebabkan kematian (Food Borne Diseases) dan 900 orang
balita sebesar 1,6 juta (Hannif et al., meninggal per tahun di AS Kejadian
2011). Di negara Indonesia, diare wabah tunggal pada tahun 1993 di
merupakan masalah kesehatan Western AS telah menyebabkan 700
masyarakat karena morbiditas dan orang menderita sakit dan 4 orang
mortalitasnya yang masih tinggi. Survei meninggal (Sartika dkk., 2005).
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Infeksi bakteri Escherichia coli
Diare Departemen Kesehatan dari tahun O157:H7 pada manusia ditandai dengan
2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan manifestasi klinis yang luas mulai dari
insidens naik. Pada tahun 2000 penyakit tanpa menunjukkan gejala klinis atau
Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 asimtomatis sampai terlihat adanya diare
naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun berdarah atau tanpa berdarah (Dutta et
2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk al., 2011; Peter et al., 2011). Manusia
dan tahun 2010 menjadi 411/1000 yang terpapar oleh kuman E.coli
penduduk (Kemenkes RI, 2011). O157:H7 disebabkan oleh kontak
Diare dapat disebabkan oleh infeksi langsung dengan hewan infektif atau
bakteri, virus dan parasit. Penyebab diare akibat mengkonsumsi makanan seperti
terbanyak kedua setelah rotavirus adalah daging, buah, sayur, air yang telah
infeksi karena bakteri Escherichia coli terkontaminasi serta susu yang belum
(Monem et al., 2014). Escherichia coli dipasteurisasi (Sartika dkk., 2005).
merupakan bakteri komensal, patogen Penyakit diare masih menjadi
intestinal dan pathogen ekstraintestinal masalah utama di Indonesia yang perlu
yang dapat menyebabkan infeksi traktus penanganan dan kajian dari berbagai
urinarius, meningitis, dan septicemia. aspek. Penyebab kesakitan dan kematian
Sebagian besar dari bakteri E. coli berada akibat diare tidak dapat diketahui secara
dalam saluran pencernaan hewan maupun spesifik, hal ini dikarenakan sebagian
manusia dan merupakan flora normal, besar diagnosis yang dilakukan oleh
namun ada yang bersifat patogen yang tenaga medis tidak berbasiskan hasil
dapat menyebabkan diare pada manusia pemeriksaan laboratorium tetapi hanya
(Bettelheim, 2000). berdasarkan diagnosis klinis. Untuk itu
Escherichia coli O157:H7 adalah pemeriksaan laboratorium sangatlah
kelompok utama enterohemoragic yang penting sebagai penunjang dalam
pemeriksaan diare. Beberapa metode

185
Zakia Bakri ISSN 2252-5416

konvensional yang digunakan untuk Populasi dan Sampel


menentukan adanya bakteri Escherichia Populasi penelitian ini adalah semua
coli O157:H7 pada sampel baik itu pasien diare rawat inap di Rumah Sakit
makanan, minuman ataupun pada feses Labuang Baji dan Rumah Sakit Umum
penderita antara lain metode biakan Daya. Sampel penelitian adalah 28 feses
(kultur), uji biokimiawi, dan uji serologis. pasien diare anak. Pengambilan sampel
Metode tersebut mempunyai kelemahan sesuai dengan angka kejadian di Rumah
yaitu membutuhkan waktu yang lama, Sakit dengan memperhatikan kriteria
jumlah sampel yang banyak, dan metode inklusi dan eks. Kriteria inklusi pada
pembacaan hasil yang tidak tepat. penelitian ini adalah pasien diare usia 0-
Teknik PCR adalah salah satu teknik 14 tahun, tidak disertai penyakit lain dan
molekuler yang digunakan untuk bersedia ikut dalam penelitian sedangkan
mengidentifikasi penyakit infeksi yang kriteria eksklusi dalam penelitian ini
disebabkan oleh Escherchia coli adalah pasien dewasa, telah mendapat
O157:H7. Metode ini memiliki banyak antibiotik dalam satu minggu terakhir dan
kelebihan yaitu dapat menghasilkan tidak bersedia ikut dalam penelitian.
amplifikasi produk yang akurat, cepat,
spesifik, membutuhkan jumlah sampel Pengumpulan Data
yang sedikit. dan metode ini dapat Pemeriksaan sampel feses
digunakan untuk mengatasi kelemahan dilaksanakan di Laboratorium Biologi
diagnostik konvensional (kultur). Molekuler dan Immunologi Bagian
Berdasarkan uraian diatas, mengingat Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
pentingnya efisiensi waktu dalam Universitas Hasanuddin. Pemeriksaan
pemeriksaan penyakit diare, maka perlu sampel feses dilakukan dengan metode
dikembangkan suatu metode yang cepat kultur dan PCR. Identifikasi bakteri
dan sensitif dalam mendeteksi penyakit dilakukan dengan metode kultur dan
diare antara lain dengan menggunakan disesuaikan dengan buku identifikasi
teknik PCR. Penelitian ini bertujuan bakteri sedangkan deteksi molekuler
untuk mendeteksi bakteri Escherichia dilakukan dengan metode PCR.
coli O157:H7 pada feses penderita diare
dengan metode kultur dan PCR. Analisis Data
Data yang diperoleh dikelompokkan
BAHAN DAN METODE berdasarkan tujuan dan jenis data
Lokasi dan Rancangan Penelitian kemudian dianalisis. Hasil analisis akan
Penelitian ini dilaksanakan di ditampilkan dalam bentuk tabel dan
Rumah Sakit Umum Daya dan Rumah gambar disertai penjelasan.
Sakit Labuang Baji selama bulan juni
sampai desember 2014. Identifikasi dan HASIL
deteksi bakteri Escherichia coli O157:H7 Karakteristik Sampel
dilaksanakan di Laboratorium Biologi Penelitian ini melibatkan 28
Molekuler dan Immunologi Bagian penderita diare. Terdiri dari perempuan
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran sebanyak 10 (35,71 %) dan laki-laki
Universitas Hasanuddin. Penelitian ini sebanyak 18 orang (64,29%) dengan usia
dilakukan pada bulan juni sampai termuda 3 bulan dan tertua 7 tahun, yang
november 2014. Jenis Penelitian ini terbanyak umur antara range 1-7 tahun 15
adalah eksperimen, untuk mendeteksi orang (53,57%). Dari data klinik
keberadaan bakteri Escherichia coli sebagian besar pasien mengalami gejala
O157:H7 pada feses penderita diare. dengan frekuensi muntah sebanyak
(78,57 %), demam sebanyak (71,49%),
gejala dengan perut kejang sebanyak
(3,57 %), sakit perut (10,72%), gejala

186
Diare, Escherichia coli O157:H7, PCR, mtode kultur ISSN 2252-5416

dengan dehidrasi ringan hingga sedang Metyl Red (+), VP (-), Urea (-), Sitrat (-),
sebanyak (35,72%), tinja encer sebanyak uji fermentasi laktosa, glukosa, sukrosa
(64,29%), dan tinja dengan lendir dan mannitol (+). Jenis bakteri yang
(17,86%). berhasil diidentifikasi pada sampel feses
dengan metode kultur yaitu bakteri
Identifikasi dan Deteksi Bakteri Enterobacter agglomeran sebanyak 16
Escherichia coli O157:H7 dengan isolat (57,14%), bakteri Alcaligenes
kultur dan PCR faecalis sebanyak 1 isolat (3,57%),
Selama periode Juni-November bakteri Escherichia coli O157:H7
2014 didapatkan 28 sampel feses diare sebanyak 9 isolat (32,14%), bakteri
anak yang memenuhi kriteria inklusi dan Klebsiella sp sebanyak 1 isolat (3,57%)
eksklusi. Setiap penderita diare diambil dan bakteri Proteus vulgaris sebanyak 1
sampel fesesnya, kemudian dibawa ke isolat (3,57%).
Laboratorium Mikrobiologi dan Hasil uji PCR memperlihatkan pita
Immunologi untuk dikultur dan fragmen DNA dengan ukuran 239 bp Hal
diekstraksi kemudian diamplifikasi ini menunjukkan bahwa pada sampel
dengan mesin PCR. Primer yang terdapat bakteri Escherichia coli
digunakan adalah primer E.coli O157:H7 O157:H7 sedangkan pada sampel yang
untuk mendeteksi keberadaan bakteri tidak menunjukkan pita fragmen DNA
Escherichia coli O157:H7. Hasil menunjukkan bahwa tidak ditemukan
identifikasi dengan metode kultur bakteri Escherichia coli O157:H7
menunjukkan koloni yang tumbuh pada (Gambar 1 dan 2). Dari 28 sampel feses
medium Mac Conkey Agar tampak yang diuji dalam penelitian ini, sebanyak
berbentuk bulat, tepi rata, permukaan 13 (46,42%) terdeteksi bakteri
halus dengan warna koloni. Koloni Escherichia coli O157:H7 dengan
bakteri yang dicurigai sebagai bakteri menggunakan metode PCR namun tidak
Escherichia coli O157:H7 kemudian terdeteksi dengan metode kultur.
dilakukan uji biokimia IMVIC dan TSIA Sebanyak 9 (32,14%) sampel terdeteksi
untuk menegaskan bahwa koloni yang bakteri Escherichia coli O157:H7 dengan
tumbuh merupakan isolat E.coli menggunakan metode kultur.
O157:H7. Hasil Uji biokimia Disimpulkan bahwa PCR memiliki
menunjukkan koloni isolat Escherichia tingkat sensivitas 100 % dan
coli O157:H7 pada medium TSIA (+), spesifitasnya adalah 78 %.

Gambar 1. Hasil elektroforesis tampak pita pada posisi 239 bp dengan PCR; M=Marker;
1-15 = sampel pasien diare; 3, 6, 7, 8, 9, 11, 14 = sampel positif.

187
Zakia Bakri ISSN 2252-5416

Gambar 2. Hasil elektroforesis tampak pita pada posisi 239 bp dengan PCR; M=Marker;
16-28 = sampel pasien diare; 19, 22, 23, 24, 25, 26, dan 27= sampel positif;
N=Kontrol negatif.

PEMBAHASAN yang belum memadai, kemiskinan dan


Penelitian ini dilakukan selama taraf pendidikan yang rendah.
periode Juni sampai November 2014 Bakteri Escherichia coli O157:H7
dengan 28 subjek pasien diare. Dilakukan masuk melalui kontaminasi feses pada
pemeriksaan untuk mendeteksi bakteri makanan dan air. Higienitas dan sanitasi
Escherichia coli O157:H7 pada feses lingkungan sangat berpengaruh dalam
penderita diare anak. Didapatkan 28 proses pemindahan Escherichia coli
subjek penelitian yang memenuhi kriteria O157:H7 ke tubuh manusia. Paparan
inklusi diantaranya 5 pasien diare berasal terhadap penyebab penyakit diare dapat
dari Rumah Sakit Labuang Baji dan 23 terjadi melalui kebiasaan mengkonsumsi
pasien berasal dari Rumah Sakit Daya. makanan dari penjaja makanan yang
Secara keseluruhan subjek penelitian higienitasnya rendah atau dengan sanitasi
terdiri atas 18 laki-laki dan 10 lingkungan yang kurang baik
perempuan. Semua sampel feses (Buktiwetan et al, 2001).
diperiksa secara kultur dan molekuler Faktor lain yang juga dianggap
untuk mendeteksi keberadaan bakteri berperan adalah konsumsi produk hewani
Escherichia coli O157:H7. yang mungkin menjadi sumber
Penyakit diare merupakan penyebab kontaminasi dari Escherichia coli
kesakitan dan kematian di negara O157:H7 seperti penggunaan produk
Berkembang. Di Indonesia penyakit diare hewani yang tidak dimasak dengan
merupakan salah satu masalah kesehatan prosedur yang baik sehingga dapat
masyarakat, karena tingginya angka meningkatkan angka kuman dan berakhir
kesakitan dan angka kematian yang pada peningkatan resiko infeksi
diakibatkannya. Bakteri Escherichia coli (Buktiwetan et al, 2001; Brooks et al,
O157:H7 merupakan salah satu penyebab 2010; Oryan et al, 2005).
diare pada anak-anak. Banyak faktor Berdasarkan hasil penelitian ini
yang menyebabkan diantaranya kondisi distribusi penderita diare menurut umur,
lingkungan yang rendah, kontaminasi jumlah penderita diare anak yang banyak
makanan dan minuman, suplai air bersih pada kelompok umur 1-7 tahun. Hal ini
tidak sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan Shintamurniwati (2006) di

188
Diare, Escherichia coli O157:H7, PCR, mtode kultur ISSN 2252-5416

Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang (64,29 %) dibandingkan dengan


menunjukkan bahwa kasus diare balita penderita diare anak dengan jenis
terbanyak ditemukan pada rentang umur kelamin perempuan dengan jumlah
kurang dari 2 tahun (65,28 %) dan pasien 10 (35,71%). Hingga saat ini
terendah pada kelompok umur 3-5 tahun belum ada ditemukan referensi yang
(9,72 %). Penelitian lain dilakukan oleh dapat menjelaskan hal tersebut, namun
Orlandi dkk (2001) di Poliklinik hal ini mungkin dapat terjadi karena pada
Hamilton Gondin Brasil menunjukkan anak laki-laki lebih aktif dan lebih
(25,5%) diare terjadi pada anak usia 1-2 banyak bermain di lingkungan luar
tahun. Penelitian oleh Muh. youssef, dkk rumah. Aktifitas fisik yang banyak pada
(2000) di Rumah Sakit Rahma jordania anak laki-laki dan dapat membuat kondisi
menunjukkan (35,1%) diare terjadi pada fisik tubuhnya cepat mengalami
anak usia 6-11 bulan. penurunan termasuk penurunan sistem
Menurut WHO 2004, rata-rata kekebalan tubuh, sehingga lebih beresiko
kejadian diare pada anak di bawah umur terkena penyakit termasuk diare.
5 tahun adalah 3.2 episode pertahun. Berdasarkan gejala klinik penderita
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar diare anak mengalami gejala klinis
(RISKESDAS) Nasional tahun 2007, muntah (78,57%), demam (71,49%),
diare merupakan penyebab kematian perut kejang (3,57%), sakit perut
terbanyak pada bayi (31,43%) dan balita (10,72%), dehidrasi ringan hingga sedang
(25,2%) di Indonesia. (35,72%), tinja encer (64,72%) dan tinja
Pada penelitian ini banyaknya encer dengan lendir (17,86). Diantara
kejadian diare pada kelompok umur 1-7 gejala di atas, yang terbanyak adalah
tahun dapat terjadi karena pada umur demam dan muntah. Menurut pendapat
tersebut anak sudah mulai aktif bermain Jawetz (2005), diare karena infeksi
dan rentan terkena infeksi penyakit bakteri Escherichia coli O157:H7
terutama diare. Anak pada kelompok mengalami demam rendah atau tanpa
umur ini dapat terkena infeksi bakteri demam, tinja encer berair dan dapat
penyebab diare pada saat bermain di mengandung darah, abdomen kram serta
lingkungan yang kotor serta melalui cara terasa sakit.
hidup yang kurang bersih. Metode kultur merupakan metode
Pada kelompok umur 0-5 bulan, konvensional yang sering digunakan
balita biasanya masih mendapat ASI dari untuk mengidentifikasi bakteri
ibunya dan belum mendapat makanan Escherichia coli O157:H7. Pada
tambahan, demikian tingkat imunitas pemeriksaan kultur didapatkan 24 sampel
balita tersebut tinggi yang diperoleh yang tumbuh pada medium Mac Conkey
langsung dari ASI sehingga risiko untuk Agar. Dari 24 sampel terdapat 6 isolat
terkena diare lebih rendah. yang positif bakteri Escherichia coli dan
Pada kelompok umur 7-11 bulan tidak memperlihatkan koloni jernih
biasanya balita sudah mendapat makanan (colourless) seperti halnya pada isolat
tambahan dan menurut perkembangannya kontrol ATCC 35150. Hasil ini
mulai dapat merangkak sehingga kontak menunjukkan bahwa 6 isolat tersebut
langsung bisa saja terjadi. Selain itu pada memfermentasikan sorbitol sehingga
usia tersebut anak berada pada fase oral menghasilkan warna koloni yang
dimana anak memiliki kebiasaan berwarna merah muda. Di sisi lain,
memasukan barang-barang yang ada bakteri E. coli O157:H7 tidak
disekelilingnya ke dalam mulut sehingga memfermentasikan sorbitol sehingga
hal ini dapat meningkatkan resiko diare. memberikan warna koloni colourless
Berdasarkan jenis kelamin, penderita (tidak berwarna).
diare anak dengan jenis kelamin laki-laki Selain bakteri Escherichia coli
lebih banyak dengan jumlah pasien 18 O157:H7 ditemukan jenis bakteri lain

189
Zakia Bakri ISSN 2252-5416

yaitu bakteri Enterobacter agglomerans DNA yang terbentuk diamati dengan alat
sebanyak 16 isolat (57,14%), bakteri UV transilluminator dan penentuan
Alcaligenes faecalis sebanyak 1 isolat ukuran fragmen dilakukan dengan cara
(3,57%), bakteri Klebsiella sp sebanyak 1 membandingkan mobilitas fragmen DNA
isolat (3,57%) dan bakteri Proteus dengan DNA standar yang telah
vulgaris sebanyak 1 isolat (3,57%). diketahui ukurannya.
Menurut Vila et al (2002), bakteri Visualisasi DNA pada elektroforesis
penyebab diare dapat dibagi dalam dua lebih mudah dilakukan menggunakan
golongan besar yaitu bakteri non invasif pewarna yang dapat berfluoresensi yaitu
dan bakteri invasif. Bakteri yang etidium bromida yang merupakan
termasuk dalam golongan bakteri non molekul planar yang dapat menyisip di
invasif adalah: Vibrio cholerae, E.colli antara ikatan basa DNA. Etidium
patogen (EPEC, ETEC, EIEC), bromide dapat terkonsentrasi dalam
Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, fragmen DNA dan berfluoresensi pada
Clostridium perfringens, sedangkan cahaya UV. Sampel yang menghasilkan
golongan bakteri invasif adalah fragmen DNA dengan ukuran sekitar 239
Salmonella sp, Shigella, Compylobacter, bp pasang basa menandakan bahwa
Yersinia. sampel tersebut positif mengandung
Penelitian Muh. youssef (2000) Escherichia coli O57:H7.
menemukan beberapa jenis bakteri, Berdasarkan hasil pemeriksaan PCR
parasit dan virus yang menyebabkan dengan menggunakan primer E.coli
diare di RS Rahma Jordania. Jenis 157:H7, memiliki panjang amplikon 239
bakteri, virus dan parasit yang berhasil bp yang merupakan daerah penanda gen
diidentifikasi adalah rotavirus (32.5%), bakteri Escherichia coli O157:H7. Dari
Escherichia coli (12.8%), hasil elektroforesis terlihat pita DNA
enteroaggregative E. coli (10.2), terbentuk pada sumur 3, 6, 7, 8, 9, 11, 14,
enterotoxigenic E. coli (5.7%), Shigella 19, 23, 24, 25, 26, 27 sedangkan kontrol
spp. (4.9%), Entamoeba histolytica negatif tidak terbentuk pita DNA. Pita
(4.9%), Salmonella spp (4.5%), DNA yang terbentuk menunjukkan
Campylobacter jejuni bahwa dalam sampel feses positif
(1.5%),Cryptosporidium spp (1.5%), mengandung bakteri Escherichia coli
Enteroinvasive E. coli (1.5%), Giardia O157:H7 dengan ketebalan pita yang
lamblia (0.8%) and Yersinia berbeda-beda tergantung pada banyaknya
enterocolitica (0.4%) spp (1.5%). DNA yang akan diamplifikasi. Semakin
Penyiapan template DNA sampel banyak DNA yang diamplifikasi semakin
yang digunakan untuk amplifikasi dengan tebal atau terang DNA yang terbentuk
PCR, ekstraksinya dilakukan dengan (Hatta, dkk, 2004).
teknik boom yang bertujuan untuk Hasil uji PCR dari 28 sampel
melisiskan dinding sel bakteri sehingga terdapat 13 (46,42%) sampel yang positif
DNA dapat diektstraksi sekaligus yaitu sampel 3, 6, 7, 8, 9, 11, 14, 19, 23,
mempermudah proses denaturasi ketika 24, 25, 26, 27 terdeteksi bakteri
dilakukan amplifikasi dengan PCR. Escherichia coli O157:H7 dengan
Analisis hasil amplifikasi dilakukan menggunakan metode PCR namun tidak
dengan elektroforesis gel agarosa yang terdeteksi dengan metode kultur,
berperan sebagai sirkuit elektrik untuk sedangkan dengan metode kultur terdapat
memisahkan fragmen-fragmen DNA 6 (21,42%) sampel yang positif bakteri
berdasarkan jumlah nukleotida E.coli yaitu sampel 6, 7, 8, 11, 19 dan 24.
penyusunnya. Semakin kecil ukuran Perbedaan yang terjadi antara
pasang basa nukleotidanya, akan semakin pemeriksaan kultur dan PCR tersebut
mudah bermigrasi dan berada di bagian karena kultur memiliki beberapa
gel yang dekat dengan anoda. Pita-pita kelemahan. Metode kultur memerlukan

190
Diare, Escherichia coli O157:H7, PCR, mtode kultur ISSN 2252-5416

waktu yang lama, jumlah sampel yang diagnosa lebih cepat dan menentukan
banyak serta membutuhkan keterampilan pengobatan secara lebih efektif.
dalam mengidentifikasi bakteri. Pada
penelitian ini, identifikasi Escherichia KESIMPULAN DAN SARAN
coli O157:H7 dengan metode Hasil penelitian menunjukkan
konvensional memerlukan waktu 4 hari, bahwa dari 28 sampel feses anak berumur
sedangkan dengan metode PCR hanya 0-14 tahun yang didiagnosis diare
memerlukan waktu 48 jam. Hal ini diperoleh 6 sampel positif (21,42%)
disebabkan karena metode PCR langsung Escherchia coli O157:H7 dengan metode
dapat mendeteksi adanya Escherichia kultur dan 13 sampel (46,43%) positif
coli O157:H7 dalam sampel tanpa harus bakteri Escherchia coli O157:H7 dengan
mengisolasi koloni bakteri terlebih metode PCR. Tidak dapat diuji sensivitas
dahulu. Dengan demikian, metode PCR dan spesifitas penelitian ini. Perlu
yang digunakan dalam penelitian ini penelitian lebih lanjut dengan jumlah
lebih cepat bila dibandingkan dengan sampel yang lebih banyak terutama pada
metode konvensional (kultur). pasien anak-anak.
Hasil PCR telah terbukti spesifik
mendeteksi bakteri Escherichia coli DAFTAR PUSTAKA
O157:H7. Hal ini dapat dilihat dari
Bettlelheim K.A. (2000). Role of non
adanya pita DNA yang berukuran 239 bp
O157 VTEC. J. Appl. Symp.
(gambar 1 dan 2). Metode PCR
Microbiol. Suppl.
merupakan salah satu metode molekuler
Bonyadian., Momtaz H., Rahimi E.,
yang telah banyak menjadi pilihan klinis
Habibian R., Yasdani A., and
beberapa tahun terakhir. PCR telah
Zamani A. (2010). Identification &
terbukti memiliki tingkat sensivitas yang
characterization of Shiga toxin-
sama atau lebih besar dari pemeriksaan
producing Escherichia coli isolates
kultur. Pada penelitian ini metode PCR
from patients with diarrhoea in Iran.
dengan menggunakan primer E.coli O157
Indian J Med Res 132, hal 328-331.
mampu mendekteksi keberadaan bakteri
Dutta T.K., Roychoudhury S.P.,
Escherichia coli O157:H7 dengan waktu
Bandyopadhyay Wani S.A., and I.
yang lebih cepat. Hal ini sejalan
Hussain. (2011). Detection and
penelitian Morin et. al. (2004). yang
characterization of Shiga toxin
melaporkan bahwa deteksi bakteri E.coli
producing Escherichia coli (STEC)
O157:H7, Vibrio Cholera Oi dan
& enteropathogenic Escherichia coli
Salmonella typhi menggunakan metode
(EPEC) in poultry birds with
PCR mampu mendeteksi dan
diarrhoea. Indian J. Med. Res. Vol
mengidentifikasi bakteri pathogen baik
133, hal: 541-545.
pada sampel klinik air, dan makanan.
Hannif, Sri Mulyani dan Kuschitawaty.
Berdasarkan hasil penelitian
(2011). Faktor Risiko Diare Akut
tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknik
Pada Balita. Jurnal Berita
identifikasi bakteri Escherichia coli
Kedokteran Masyarakat, Vol 27, hal
O157:H7 dalam feses penderita diare
10-17.
dengan menggunakan metode molekuler
Jawetz E. J. et al. (2005). Mikrobiologi
yaitu PCR sudah terbukti lebih sensitif
Kedokteran, ed. 20. University of
dan menunjukkan hasil yang cepat
California, San Francisco.
namun dengan biaya yang mahal jika
Kementrian Kesehatan Republik
dibandingkan dengan metode
Indonesia. (2011). Buku Pedoman
konvensional. Oleh karena itu dapat
Pengendalian Penyakit Diare.
direkomendasikan dan digunakan oleh
Direktorat Jenderal Pengendalian
tenaga kesehatan dalam mendeteksi dini
dan Penyehatan Lingkungan.
sehingga akan membantu penegakan

191
Zakia Bakri ISSN 2252-5416

Kementrian Kesehatan Republik Escherichia coli isolates from


Indonesia, Jakarta. wholesale produce. Appl. Environ.
Monem MA., Mohamed EA., Awad ET., Microbiol. Vol 77 (1), hal: 343-345.
Ramadan AHM., and Mahmoud Sartika, Indrawani, dan Sudiarti. (2005).
HA. (2014). Multiplex PCR as Analisis Mikrobiologi Escherichia
emerging technique for diagnosis of coli O157:H7 Pada Hasil Olahan
enterotoxigenic E. coli isolates from Hewan Sapi Dalam Proses
pediatric watery diarrhea. Journal of Produksinya. Jurnal Makara
American Science, Vol 10 No (10). Kesehatan, Vol 9 No (1), Hal 23-28.
Morin NJ., Zhilong G. and Xing-Fang Li Youssef Abdallah Shurman, et al. (2000).
(2004). Reverse Transcription- Bacterial, viral and parasitic enteric
Multiplex PCR assay for pathogens associated with acute
Simultaneous Detection of diarrhea in hospitalized children
ecsherchia coli O157:H7, Vibrio from northern Jordan. Journal FEMS
cholera O1, and Salmonella typhi. Immunology and Medical
Clinical Chemistry. Canada. Hal Microbiology 28, hal 257-263.
2037. Vila J., Vargas M Ruiz J., Corachan M.,
Orlandi and Tatiane Silva et al. (2001). De Anta MTJ. and Gascon J. (2000).
Enteropathogens Associated with Quinolon resisten Resisten In
Diarrheal Disease in Infants of Poor enterotoxigenic Escherichia coli
Urban Areas of Porto Velho, Causing Diarrhea In Travelers To
Rondônia: a Preliminary Study. india in Comparisom with Other
Journal Mem Inst Oswaldo Cruz, Geographycal Areas. Antimikrobial
Rio de Janeiro, Vol. 96 (5), hal: 621- Agents And Chemotherapy.
625. Widjaja. (2000). Mengatasi Diare dan
Peter C.H., Councell F.T., Keys C., and Keracunan pada Balita. Jakarta :
Monday S.R. (2011). Virulence Kawan Pustaka.
characterization of Shiga-toxigenic

192

Anda mungkin juga menyukai