Anda di halaman 1dari 20

Skenario 1.

Seorang pria 48 tahun dibawa ke Puskesmas diantar oleh polisi. Ia ditemukan tewas pagi ini
sekitar pukul 7 pagi disekitar daerah dimana sehari sebelumnya polisi melakukan penggerebekan
perjudian ilegal. Beberapa bunyi tembakan terdengar saat itu, namun tidak ada seorangpun yang
dilaporkan tertembak.

A. Kalimat Kunci :

1. Seorang laki-laki 48 tahun diantar oleh polisi ke puskesmas


2. Tewas pukul 7 padi didaerah yang 1 hari sebelumnya terjadi penggerebekan perjudian
ilegal.
3. Terdengar bunyi tembakan, namun tidak seorangpun yang dilaporkan tertembak.
B. Pertanyaan :
1. Bagaimanakah patomekanisme luka/trauma menggunakan pengetahuannya tentang
anatomi, fisiologi dan histologi ?
2. Sebutkanlah Jenis – jenis / klasifikasi luka secara umum ?
3. Klasifikasi luka tembak.
4. Deskripsikan karakteristik luka pada skenario
5. Jelaskan karakteristik kemungkinan “Agen” penyebab luka
6. Jelaskan keparahan / derajat luka sesuai dengan hukum yang berlaku,
7. Menetapkan penyebab kematian paling mungkin (COD) menggunakan pendekatan
Proximus Mortis (PMA) pada kejadian dimana kematian merupakan konsekuensi dari
luka / trauma ?
8. Perspektif islam yang sesuai dengan skenario

C. Jabawan Pertanyaan

1. Patomekanisme luka/trauma menggunakan pengetahuannya tentang anatomi, fisiologi dan


histologi.

Luka terjadi di mana adanya benda atau agen penyebab yang mengakibatkan
adanya rudapakasa mekanik, fisik, kimia, dan lain – lain pada jaringan tubuh. Jenis,
ukuran dan letak luka tergantung dari jenis agen penyebab luka (bentuk tajam / tumpul,
jika tajam bermata 1 / 2, ukuran kecil / sedang / besar. Awalnya agen penyebab luka
mulai masuk menembus atau merusak daerah kulit, dan terus menembus jaringan yang
lain yang berada di bawah maupun disekitarnya.
.

Lapisan Epidermis terdiri atas : stratum korneum yang merupakan lapisan terluar
dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk), stratum lusidum merupakan
lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang
disebut eleidin, stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan
sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya, stratum spinosum yang terdiri atas
beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya
proses mitosis dan terdapat sel langerhans serta mengandung banyak glikogen, stratum
basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus(kolumner) dan melanosit.

Lapisan Dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari
epidermis. Dibagi menjadi 2 bagian yaitu pars papilare yang menonjol ke epidermis,
berisi ujung saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu bagian di bawahnya yang
menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya
serabut kolagen, elastin, dan retikulin.

Lapisan Subkutis dalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi
sel-sel lemak di dalamnya. Terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah
bening.

FISIOLOGI

Dengan pengecualian efek perlambatan pada luka yang disebabkan pada semua
trauma mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, terjadi karena adanya transfer
energi dari luar menuju ke jaringan. Ini juga terjadi pada luka tembak. Kerusakan yang
terjadi pada jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya, yang juga akan
menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik yang lainya.

Jumlah dari energi kinetik yang terdapat pada proyektil sesuai dari masa dan
kecepatan. Rata-rata kecepatan peluru berkisar 340m/s, dimana banyak digunakan pada
panah, senapan angin, serta revolver. Dari sistem mekanik ini akan mengakibatkan daya
dorong peluru ke suatu jaringan sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder terjadi
kalau adanya rupture pembuluh darah atau struktur lainnya dan terjadi luka yang sedikit
lebih besar dari diameter peluru.Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari
peluru yang menembus jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi jika
terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan mengakibatkan kerusakan
dengan adanya zona-zona disekitar luka.

Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga
disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter
rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat setelah
peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang padat
tingkat kerusakan lebih tinggi daripada yang berongga. Efek luka juga berhubungan
dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan harus dipikirkan adanya kerusakan sekunder
seperti infark atau infeksi.

2. Jenis – jenis / klasifikasi luka secara umum

Abrasi

Merupakan perlukaan paling superfisial, dengan definisi tidak menebus lapisan


epidermis. Abrasi yang sesungguhnya tidak berdarah karena pembuluh darah terdapat
pada dermis. Kontak gesekan yang mengangkat sel keratinisasi dan sel di bawahnya akan
menyebabkan daerah tersebut pucat dan lembab oleh karena cairan eksudat jaringan.
Ketika kematian terjadi sesudahnya, abrasi menjadi kaku, tebal, perabaan seperti kertas
berwarna kecoklatan. Pada abrasi yang terjadi sesudah kematian berwarna kekuningan
jernih dan tidak ada perubahan warna.

1. Tangensial atau abrasi geser :


Abrasi kebanyakan disebabkan gerakan lateral daripada tekanan vertikal. Ketika
tanda abrasi ini ditemui, arah kekuatan dapat ditentukan dari sisa epidermis yang
terbawa sampai ujung abrasi. Pemeriksaan visual, bila perlu menggunakan lensa,
dapat menunjukkan pergerakan dari tubuh.
2. Abrasi Crushing
Ketika penekanan vertikal pada permukaan kulit, tidak ada goresan yang terjadi
namun epidermis hancur dan obyek yang menghantam tercetak. Jika hantaman
tersebut kuat dan daerah permukaan kontak kecil akan terjadi luka berlubang kecil
dan abrasi hantaman terjadi. Kerusakan yang terjadi berupa penekanan hingga depresi
ringan dari permukaan atau paling tidak memar atau tonjolan oedem lokal. Abrasi ini
salah satu dari abrasi yang menunjukkan cetakan dari obyek yang membuat luka.

3. Abrasi kuku jari


Sangat penting karena frekuensi pada serangan khususnya pada penyiksaan
anak, penyerangan seksual, dan penjeratan. Sering disertai memar lokal. Abrasi kuku
jari biasanya sering ditemukan pada leher, muka, lengan atas dan lengan depan.
Mungkin berupa goresan linear jika jari-jari tersebut menarik ke bawah, tanda kurva
atau garis lurus jika tangan tersebut menggenggam.
Lengan bagian depan sering merupakan lokasi untuk penggenggaman dan
menahan baik pada penyiksaan anak atau serangan pada orang dewasa. Memar umum
ditemukan, namun tanda kuku jari sdapat menumpang pada memar tersebut. Ahli
patologi harus berhati0hati dengan interpretasi yang salah. Contohnya, memutuskan
tanda kuku jari pada leher yang disebabkan oleh tangan dari depan atau belakang
leher.

4. Abrasi berpola
Abrasi yang terjadi mengikuti pola obyek . tidak hanya epidermis yang rusak,
kulit dapat tertekan mengikuti pola obyek, sehingga dapat terjadi memar intradermal.
Contohnya ketika ban motor melewati kulit, meninggalkan pola pada kulit dimana
kulit juga tertekan mengikuti alur ban tersebut.

5. Abrasi post-mortem (sesudah kematian)


Dapat disebabkan berbagai macam, antara lain penyeretan pada saat
pemakaman, atau akibat proses otopsi. Pada saat proses pemakaman, khusunya setelah
dibersihkan dengan air panas. Pada otopsi kedua perlu diperiksa dengan deskripsi
sebelumnya atau dengan foto, jika beberapa luka yang ditemukan diragukan.

Kontusio atau memar

Meskipun sering bersamaan dengan abrasi dan laserasi, memar murni terjadi karena
kebocoran pada pembuluh darah dengan epidermis yang utuh oleh karena proses mekanis.
Ekstravasasi darah dengan diameter lenih dari beberapa millimeter disebut memar atau
kontusio, ukuran yang lenih kecil disebut ekimosis dan yang terkecil seukuran ujung peniti
disebut petekie. Baik ekimosis dan petekie biasanya terjadi bukan karena sebab trauma
mekanis.
Kontusio disebabkan oleh kerusakan vena, venule, arteri kecil. Perdarahan kapiler
hanya dapat dilihat melalui mikroskop, bahkan petekie berasal dari pembuluh darah yang
lebih besar dari kapiler. Kata ‘memar’ mengacu pada lesi yang dapat dilihat pada kulit
atau yang terjadi pada subkutanea, sementara ‘kontusio’ dapat terjadi pada bagian tubuh
mana saja seperti limpa, mesenterium atau otot. Penggunaan kata memar lebih banyak
digunakan dokter saat memberikan laporan atau keterangan pada kalangan non-medik.

1. Memar Intradermal
Memar yang biasa terjadi akibat penekanan berada pada subkutanea, sering
pada jaringan adiposa. Jika dilihat, memar terjadi pada perbatasan dermis dan
epidermis. Namun kadang samara. Ketika memar terjadi akibat penekanan dengan
obyek berpola, perdarahan yang terjadi lebih dapat dilihat, jika berada di lapisan
subepidermal. Jumlah darahnya sedkiti namun karena posisinya yang superfisial dan
lapisan tipis di atasnya yang jernih sehingga polanya dapat dibedakan. Memar ini
terjadi ketika obyek yang menekan memiliki pinggiran dan alur, sehingga kulit
dipaksa mengikuti alur dan bentuknya.

2. Memar post mortem dan artefak lainnya


Khususnya pada kematian kongesti seperti tekanan pada leher, sistem vena
dapat tersumbat dan dapat terjadi memar. Salah satu area yang penting yang dapat
mendeskripsikan secara penuh disbanding yang lain adalah leher, dimana kumpulan
dari darah antara esophagus dan tulang belakang servikal dapat menimbulkan memar
dari stranhulasi.

Luka gores/Laserasi

Berbeda dengan luka iris dimana pada luka gores jringan yang rusak menyobek bukan
mengiris. Laserasi dapat dibedakan dari luka iris :

1. Garis tepi memar dan kerusakan memiliki area yang sangat kecil sehingga untuk
pemeriksaanya kadang dibutuhkan bantuan kaca penbesar.
2. Keberadaan rangkaian jaringan yang terkena terdapat pada daerah bagian dalam luka,
termasuk pembuluh darah dan saraf .
3. Tidak adanya luka lurus yang tajam pada tulang dibawahnya,terutama jika yang
terluka daerah tulang tengkorak.
4. Jika area tertutup oleh rambut seperti kulit kepala, maka rambut tersebut akan terdapat
pada luka.
Macam-macam luka laserasi :
1. Laserasi terpola
Laserasi tidak menciptakan kembali bentuk dari alat yang melukai,
tendangan dapat menyebabkan laserasi khususnya jika menggunakan sepatu boot
yang besar dengan ujung kakinya yang keras. Pukulan yang sangat keras dapat
menyebabkan laserasi linier atau stellate.
2. Luka akibat benda tumpul yang berpenetrasi
Luka ini merupakan luka campuran antara luka laserasi dan luka iris.
Dapat terjadi alibat dari pukulan besi atau sebilah kayu. Pada waktu alat tumpul
dipukulkan ke kulit, maka akan ada lekukan dan lecet pada sisinya, walaupun
bekas yang lebih dulu akan hilang jika alatnya telah ditarik kembali. Material
seperti karat, kotoran atau serpihan mungin tertinggal pada luka dan harus sangat
hati-hati dilindungi untuk pemeriksaan forensic, jika alat yang digunakan belum
diketahui.
Luka Iris

Adalah luka yang disebabkan oleh objek yang tajam, biasanya mencakup seluruh
luka akibat benda-benda seperti pisau, pedang, silet, kaca, kampak tajam dll. Ciri yang
paling penting dari luka iris adalah adanya pemisahan yang rapih dari kulit dan jaringan
dibawahnya, maka sudut bagian luar biasanya bisa dikatakan bersih dari kerusakan
apapun.

Luka tikam dan luka yang berpenetrasi

Menikam biasanya dengan pisau, sering terjadi pada kasus pembunuhan dan pembantaian.

Karakteristik dari alat tikam:


1. Panjang, lebar dan ketebalan pisau
2. Satu atau dua sisi
3. derajat dari ujung yang lancip
4. bentuk belakang pada pisau satu sudut (bergerisi/kotak)
5. Bentuk dari pelindung pangkal yang berdekatan dengan mata pisau
6. Adanya alur, bergerigi atau cabang dari mata pisau
7. Ketajaman dari sudut dan khususnya ujung dari mata pisau
Karakteristik luka tikam, dapat menerangkan tentang:
1. Dimensi senjata
2. Tipe senjata
3. Kelancipan senjata
4. Gerakan pisau pada luka
5. Kedalaman luka
6. Arah luka
7. Banyaknya tenaga yang digunakan
3. Klasifikasi luka tembak
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa luka tembak terdiri atas luka tembak masuk
dan luka tembak keluar. Namun di sini, akan dijelaskan karakteristiknya masing-masing,
yaitu:
1) Luka Tembak Masuk
a. Luka tembak tempel (kontak)
Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk mesiu saat
tembakan terjadi menghasilkan sejumlah besar gas. Gas inilah yang mendorong anak
peluru keluar dari selongsongnya, dan selanjutnya menimbulkan suara yang keras.
Gas tersebut sangat panas dan kemungkinan tampak seperti kilatan cahaya, yang
jelas pada malam hari atau ruangan yang gelap.
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi antara
gas dan anak peluru:
 Sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk mesiu.
 Efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru.
 Ada tidaknya tulang dibawah jaringan yang terkena tembakan.

Faktor pertama, jumlah gas yang diproduksi oleh bubuk mesiu yang terbakar
memilik hubungan dengan kecepatan melontar senjata. Secara jelas dapat dikatakan
dengan meningkatkan kecepatan melontar berarti juga meningkatkan kecepatan anak
peluru. Meningkatnya jumlah gas yang diproduksi merupakan suatu prinsip untuk
meningkatkan dorongan terhadap anak peluru. Faktor kedua yang berpengaruh
terhadap efektifitas pelindung antara kulit dan anak peluru. Makin efisien pelindung
tersebut makin banyak gas yang gagal ditiupkan di sekitar moncong senjata sehingga
makin banyak gas yang dapat ditemukan di jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah
keberadaan lapisan tulang dalam jarak yang dekat di bawah kulit yang dapat
dibuktikan menjadi pembatas terhadap penetrasi yang masif dan ekspansi gas
menuju jaringan yang lebih dalam.
Ketika senjata ditembakkan dengan menempel pada kulit, gambaran akan
tampak bermacam-macam tergantung apakah moncong senjata ditekan ke
permukaan kulit sehingga melekat erat, atau apakah tidak menempel pada kulit.
Gambaran akan tampak beda jika terdapat pakaian diantara moncong senjata dan
kulit. Pada jaringan lunak, seperti ekstremitas, abdomen, dan juga dada, luka akan
tampak kecil dan sirkuler. Akan ada pembakaran dan penghitaman pada dinding
luka,. Jika antara moncong senjata denga kulit menempel kuat akan ada sedikit
bahkan tidak ada nyala api dan debu, kecuali kalau pakaian menutupinya. Dalam
luka, pada jaringan akan ada beberapa bintilk-bintik kotoran dengan jelaga atau
partikel-partikel amunisi. Kebanyakan amunisi senjata tampak bersih, dibandingkan
dengan peluru senjata api sehingga jelaga bias tidak ditemukan.Biasanya hyperemia
terdapat disebelah luar cetakan diameter moncong senjata, dan karbon monoksida
akan diserap oleh Hemoglobin dan Mioglobin disekitar kulit luka dan pada bekas
yang lebih dalam. Kemungkinan akan ada luka memar yang kadang meluas
meskipun bentuknya tidak simetris dan jarang. Perluasan jaringan karena gas yang
masuk memaksa kulit lebih keras melawan ujung laras, dan jejak moncong senjata
mungkin akan terbentuk. Jika luka tempel di atas tulang terutama tulang tengkorak,
terjadi fenomena yan sama dengan luka senjata api. Tampak gambaran linier atau
seperti bintang.

Pada umumnya luka tembak masuk kontak adalah merupakan perbuatan bunuh diri.
Cara yang biasa dilakukan:
1. Ujung laras ditempelkan pada kulit dengan satu tangan menarik alat penarik
senjata.
2. Adakalanya tangan yang lain memegang laras supaya tidak bergerak dan tidak
miring.
Sasarannya, yaitu :
1. Daerah temporal
2. Dahi sampai occiput
3. Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang menuju otak
Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering ditemukan
cetakan / jejas ujung laras daun mata pejera. Terjadinya luka berbentuk bintang
disebabkan karena ujung laras ditempelkan keras pada kulit, maka seluruh gas
masuk kedalam dan akan keluar melalui lubang anak peluru. Desakan keluar ini
menembakkan cetakan laras dan robeknya kulit. Bila korban menggunakan senjata
api dengan picu, maka picu akan menimbulkan luka lecet pada kulit antara ibu jari
dan jari telunjuk. Luka lecet ini dinamakan schot hand.
Ada tembakan tempel di kepala, sisa mesiu yang ikut menembus kulit, dapat
dicari antara kulit dengan tulang kepala (tabula eksterna), dan antara tulang kepala
dengan selaput otak keras (tabula interna).

2) Luka tembak jarak dekat


Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya beberapa inci
adalah adanya kelim jelaga disekitar tempat masuk anak peluru. Luasnya kelim
jelaga tergantung kepada jumlah gas yang dihasilkan, luasnya bubuk mesiu yang
terbakar, jumlah grafit yang dipakai untuk menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka
tembak jarak dekat, bubuk mesiu bebas dapat ditemukan didalam atau di sekitar
tepi luka dan disepanjang saluran luka. Kelim tato yang biasa tampak pada luka
jarak sedang, tidak tampak pada luka jarak pendek kemungkina karena efek
penapisan oleh jelaga.
Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan membakar
kulit secara langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat terlihat.
Terbakarnya rambut pada area tersebut dapat saja terjadi, namun jarang
diperhatikan karena sifat rambut terbakar yang rapuh sehingga patah dan mudah
diterbangkan sehingga tidak ditemukan kembali saat dilakukan pemeriksaan.
Rambut terbakar dapat ditemukan pada luka yang disebabkan senjata apapun.

Pada umumnya luka tembak masuk jarak dekat ini disebabkan oleh
peristiwa pembunuhan, sedangkan untuk bunuh diri biasanya ditemukan tanda-
tanda schot hand. Jarak dekat disini diartikan tembakan dari suatu jarak dimana
pada sekitar luka tembak masuk masih didapatkan sisa-sisa mesiu yang habis
terbakar. Jarak ini tergantung:
 Jenis senjata, laras panjang atau pendek
 Jenis mesiu, mesiu hitam atau smokeless
Tanda utama adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh bubuk mesiu
yang tidak terbakar yang terbang kearah kulit korban. Disekitar zona tato
terdapat zona kecil berwarna magenta. Adanya tumbukan berkecepatan tinggi
dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan menghasilkan
perdarahan kecil.Bentuk tato memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu
yang digunakan. Serpihan mesiu menyebabkan tato dengan bentuk yang
beraneka ragam, tergantung bagaimana masing-masing mesiu membentur kulit
dengan bentuk pipih pada tepinya. Gumpalan mesiu, berbentuk bulat atau bulat
telur, menyebabkan tato bentuk bintik-bintik atau titik-titik. Karena bentuk
gumpalan lebih kecil dari bentuk serpihan sehingga daerah berkelim tato pada
gumpalan lebih halus.
Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak tersebut,
makin besar area, namun semakin halus. Metode pengukuran luas yang umum
dipakai adalah dengan mengukur dua koordinat, potongan longitudinal dan
transversal. Untuk kemudian dibuat luka percobaan, dengan menggunakan
senjata yang sama, amunisis yang sama, kondisi lingkungan yang sama dengan
hasil luka terlihat yang sama persis dengan korban, dapat di ukur jarak tembak.

3) Luka tembak jarak jauh


Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga jarak jauh.
Hanya anak peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa kaki. Sehingga luka
yang ada disebabkan oleh anak peluru saja. Terdapat beberapa karakteristik luka
yang dapat dinilai. Umumnya luka berbentuk sirkular atau mendekati
sirkular.Tepi luka compang-camping. Jika anak peluru berjalan dengan gaya
non-perpendikular maka tepi compang-camping tersebut akan melebar pada
salah satu sisi. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan arah anak peluru.
Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar terhadap
pengusutan perkara. Hal ini karena luka jenis ini menyingkirkan kemungkinan
penembakan terhadap diri sendiri, baik sengaja tau tidak. Terdapat 4
pengecualian, yaitu:
 Senjata telah di set sedemikian rupa sehingga dapat di tembakkan sendiri
oleh korban dari jarak jauh;
 Kesalahan hasil pemeriksaan karena bentuk luka tembak tempel yang mirip
luka tembak jarak jauh;
 Kesulitan interpretasi karena adanya pakaian yang menghalangi jelaga atau
bubuk mesiu mencapai kulit;
 Jelaga atau bubuk mesiu telah tersingkir. Hal tersebut terjadi bila tidak ada
pengetahuan pemeriksa dan dapat berakibat serius terhadap penyelidikan.
Pada luka tembak masuk jarak jauh ini, yang mengenai sasaran hanyalah
anak peluru saja. Sedangkan partikel lainnya tidak didapatkan. Pada luka tembak
jarak jauh ini hanya ditemukan luka bersih dengan contusio ring. Pada arah
tembakan tegak lurus permukaan sasaran (tangensial) bentuk contusio ringnya
konsentris, bundar. Sedangkan pada tembakan miring bentuk contusio ringnya
oval.
Luka tembak pada jaringan lunak sukar dibedakan antara inshoot dan
outshoot, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis, untuk
mencari adanya pigmen mesiu, jelaga, minyak senjata atau adanya serat pakaian
yang ikut masuk kedalam luka.

4) Luka Tembak Keluar (Luka Tembus)


Luka tembak keluar ini ialah bahwa setelah peluru membuat luka tembak
masuk dan saluran luka tembakan maka akhirnya peluru akan mengenai kulit
lagi dari sebelah dalam dan kulit terdorong ke luar. Kalau batas kekenyalan kulit
dilampaui, maka kulit dari dalam menjadi robek dan akhirnya timbul suatu
lubang luka baru lagi, dan luka baru inilah yang dinamakan luka tembak keluar.
Jika sebuah peluru setelah membuat lubang luka tembakan masuk dan
mengenai tulang (benda keras), maka bentuk dari pada peluru tadi menjadi
berubah. Tulang-tulang yang kena peluru tadi akan menjadi patah pecah atau
kadang-kadang remuk. Akibatnya waktu peluru menembus terus dan membuat
lubang luka tembak keluar, tidak hanya peluru yang berubah bentuknya, tapi
juga diikuti oleh pecahan-pecahan tulang tadi oleh karena ikut terlempar karena
dorongan dari peluru. Tulang-tulang inipun kadang-kadang mempunyai kekuatan
menembus juga. Kejadian inilah yang mengakibatkan luka tembakan keluar yang
besar dan lebar, sedangkan bentuknya tidak tertentu. Sering kali besar luka
tembak keluar berlipat ganda dari pada besarnya luka tembakan masuk. Misalnya
saja luka tembakan masuk beserta contusio ring sebesar kira-kira 8 mm dan luka
tembakan keluar sebesar uang logam. Berdasarkan ukurannya maka ada
beberapa kemungkinan, yaitu:
 Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak masuk,
maka biasanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai tulang hingga
berpecahan dan beberapa serpihannya ikut keluar. Serpihan tulang ini bisa
menjadi peluru baru yang membuat luka keluar menjadi lebih lebar.
 Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk, maka
hal ini didapatkan bila anak peluru hanya mengenai jaringan lunak tubuh dan
daya tembus waktu keluar dari kulit masih cukup besar.

4. Deskripsikan karakteristik luka pada skenario

Satu buah luka terbuka bentuk bulat lonjong di bagian yang tidak dapat ditentukan
karena tidak ada marker anatomi yang bisa digunakan sebagai penanda. Bentuknya terdiri
dari dua bagian yaitu bagian luar berupa kelim lecet dan bagian dalam berupa lubang
oval. Posisi lubang terhadap cincin lecet adalah episentris. Ukuran lubang luka
berdiameter terpanjang sembilan milimeter dan terpendek tujuh milimeter dengan
perpotongan pada titik tengah. ukuran kelim lecet berdiameter terpanjang sebelas
milimeter dan terpendek delapan milimeter. Tidak ditemukan gambaran tattoase. Garis
batas luar dari kelim lecet bentuknya teratur (oval) serta tepinya tidak rata dan
garis batas lubang (defek luka) bentuknya teratur serta tepinya tidak rata. Lingkaran
pinggir lubang luka tampak berwarna kehitaman. Tebing luka tidak rata, berbentuk
silinder. Dasar luka tidak dapat ditentukan pada pemeriksaan luar sebab menembus
dinding dada. Daerah di sekitar kelim lecet terlihat memar berwarna merah kebiruan.
5. Karakteristik kemungkinan “Agen” penyebab luka.

1) Senjata api

Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan
mesiu,dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui
larasnya.Proyektil yang dilepaskan dari suatu tembakan dapat tunggal, dapat pula
tunggal berurutansecara otomatis maupun dalam jumlah tertentu bersama – sama.
Senjata api dapatdikelompokan menjadi:
Berdasarkan Panjang Laras:

Laras pendek

 Revolver, Mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru) yang


berputar (revolver) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru pada
posisi siapuntuk di tembakkan.
 Pistol, peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan menarik
picunya.
 Anak peluru untuk senjata api berlaras pendek jenis revolver umumnya terbuat
daritimah hitam yang kadang berselaput plastic, sedangkan anak peluru untuk
senjata berlaras pendek jenis pistol terbuat dari timah hitam sebagai inti yang
dibalut dengan tembaga, kuningan, atau nikel sebagai nikel.

Gambar 2. Senjata api laras pendek


Laras panjang

Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000 m,


mempergunakan peluru yang lebih panjang. Dibagi menjadi dua yaitu:
 Senapan tabur : Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir-butir
tabur ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang untuk memuntahkan
pelurutunggal lewat larasnya, moncong senapan halus dan tidak terdapat rifling.
 Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri, mampu
melakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai kapasitas magasin yang
besar dan dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan dengan kekuatan sedang
(pelurudengan kekuatan sedang antara peluru senapan standard dan peluru pistol).
 Anak peluru untuk senjata berlaras panjang umumnya terbuat dari timah
hitamsebagai inti yang dibalut dengan tembaga, kuningan, atau nikel sebagai mantel

Gambar 3 : Senjata api laras panjang


6. Keparahan / derajat luka sesuai dengan hukum yang berlaku

Berdasarkan skenario, pasien mengalami kematian sehingga dikategorikan sebagai luka


derajat berat yang sesuai dengan Pasal 90 dan hukumannya dijelaskan pada pasal 351.
Pasal 90 :
Luka berat :
 Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
 Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencaharian;
 Kehilangan salah satu panca indera;
 Mendapat cacat berat;
 Menderita sakit lumpuh;
 Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
 Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.

Pasal 351

 Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan;
 Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat,dikenakan pidana penjara lima tahun;
 Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara tujuh tahun;
 Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan;
 Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana

7. Penyebab kematian paling mungkin (COD) menggunakan pendekatan Proximus Mortis


(PMA) pada kejadian dimana kematian merupakan konsekuensi dari luka / trauma.

Ia : Penyakit atau kondisi secara langsung menyebabkan kematian. Ia merupakan


yang paling dekat dengan kematian.

Ib dan Ic : Penyebab antara atau yang menyebabkan terjadinya penyakit pada Ia

Id : Kondisi atau cedera yang merupakan perjalanan penyakit yang menyebabkan


kematian. Id merupakan kondisi yang mendasari terjadinya kematian
II : Kondisi lain yang berkontribusi tapi tidak terkait dengan yang mendasari.

Berdasarkan skenario, penyebab kematian yang paling mungkin yaitu

Ia : Gangguan sirkulasi

Ib : Hipovolemi (Syok)

Ic : Perdarahan masif

Id : Luka tembak

II : -

8. Perspektif islam sesuai dengan skenario.


1. Allah memberi perumpamaan terhadap seorang pembunuh adalah: “...barangsiapa
yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,
atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya...”
(QS. Al-Maidah: 32).
2. Sebagaimana firman Allah swt: “...wala taqtulun nafsal latiy harramallahu illa
bilhaq...” (...jangan membunuh nyawa yang diharamkan Allah kecuali dengan
kebenaran...) (QS. al-An’am:151).
Laporan PBL
Modul I “LUKA/TRAUMA”

Anggota Kelompok 7 B
 Andi Maraulang 110 210 0007
 Agustina Mustafa 110 210 0008
 Sri suci Mardiyanti 110 210 0028
 Muthia Rachma 110 210 0046
 Isnasari H. Islamuddin 110 210 0047
 Nurhikmah 110 210 0052
 Neno Febriyanti Syahran 110 210 0109
 Husni Harmansyah 110 210 0110
 Andi M. Irsyad Sulkifli Mb 110 210 0149
 Dhian Rifkha Amiaty 110 210 0150

Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia
Makassar
2013

Anda mungkin juga menyukai