Anda di halaman 1dari 9

I.

Pendahuluan

Karya tulis ini menelaah dan menganalisa Putusan


No.178/Pid.Sus/2015/PN.Mks. jo Putusan No.1374 K/Pid.Sus-LH/2016.,
Mengenai Kasus Pidana Lingkungan yang dilakukan oleh terdakwa Hj. Najmiah
Muin Binti Ringkas alias Bunda, kelahiran Ujung Pandang, 11 Desember 1949,
Jenis Kelamin Perempuan bertempat tinggal di Jalan Sunu Kompleks UNHAS Blok
K No. 10 RT/02/03, Kel. Lembo, Kec. Tallo, Makassar, yang pada kasus ini
bertindak sebagai Direktur Utama PT. Mariso Indo Land, yang berkedudukan di
Makassar.

Hj. Najmiah Muin Binti Ringkas alias Bunda, dalam hal ini bertindak
sebagai Direktur Utama dari PT. Mariso Indo Land, telah memerintahkan kepada
rekanannya untuk melakukan penimbunan pantai di Makassar, dimana lokasi yang
ditimbun tersebut adalah milik negara yang akan ditingkatkan haknya menjadi
milik terdakwa. Dalam melakukan tindakan penimbunan tersebut ternyata tidak
dilampiri dengan Ijin Lingkungan yang seharusnya dimiliki karena kegiatan
penimbunan tersebut akan merubah bentangan dari daratan dan lautan di wilayah
tersebut, sehingga kegiatan tersebut memerlukan analisa dampak terhadap
lingkungan yang bisa berupa AMDAL atau UPL/UKL.

Karena tindakannya tersebut diatas terdakwa dituntut oleh jaksa penuntut


umum telah melakukan tindakan pidana yaitu melanggar pasal 109 jo. Pasal 36 ayat
(1) Jo. Pasal 116 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor : 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup, yang .berupa melakukan usaha
dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL tanpa memiliki izin
lingkungan.

1
2

II. Uraian Hasil Putusan

Hasil dari Putusan No.1374 K/Pid.Sus-LH/2016, adalah:

Menyatakan penuntutan terhadap Terdakwa Hj. Najmiah Muin Binti Ringkas alias
Bunda tersebut gugur;

Membebankan biaya perkara pada tingkat kasasi kepada negara;

Hasil dari Putusan No.178/Pid.Sus/2015/PN.Mks adalah:

1. Menyatakan Terdakwa NAJMIAH MUIN Binti RINGKAS alias BUNDA


terbukti melakukan perbuatan sebagaimana dakwaan alternatif Kedua Penuntut
Umum, namun perbuatan tersebut bukan merupakan suatu tindak pidana.

2. Melepaskan Terdakwa tersebut di atas oleh karena itu dari segala tuntutan hukum
(onslag van alle recht vervolging).

3. Memulihkan hak-hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, harkat serta


martabatnya.

4. Menetapkan barang bukti berupa :

• 1 (satu) lembar foto copy Surat Keterangan objek untuk Ketetapan Ipeda Sektor
Pedesaan dan sektor Perkotaan No. 20 P II tanggal 14 Agustus 1985 atas nama
saudara Jamaluddin Dg. Tiro yang telah dilegalisir oleh Notaris Early Fransiska
Leman, SH;

• 1 (satu) lembar foto copy Surat Pernyataan Penggarapan Saudara Jamaluddin


Dg. Tiro tanggal 15 Desember 1992 yang telah dilegalisir oleh Notaris Early
Fransiska Leman, SH;

• 1 (satu) rangkap foto copy Akta Pengoperan hak atas Tanah Negara Nomor 07
tanggal 15 Juli 2005 yang telah dilegalisir oleh Notaris Early Fransiska Leman,
SH.

• 1 (satu) lembar foto copy Surat Keterangan Lurah Panambungan Nomor


590/18/PNB/XI/2007 tanggal 16 November 2007 yang telah dilegalisir
3

• 1 (satu) lembar foto copy Surat Keterangan Riwayat Tanah Hj. Nejemiah
tanggal 10 Desember 2009 yang telah dilegalisir oleh Notaris Early Fransiska
Leman, SH;

• 1 (satu) rangkap foto copy Akta Pengoperan Hak Atas Tanah Negara Nomor
13 tanggal 12 Januari 2011 yang telah dilegalisir oleh Notaris Early Fransiska
Leman, SH ;

• 1 (satu) lembar foto copy Surat Walikota Makassar Nomor :


620/761/EKBANG/VII/2010 tanggal 23 Juli 2010 perihal penggunaan akses
jalan H.M.Dg. Patompo yang telah dilegalisir oleh Notaris Early Fransiska
Leman, SH ; oleh Notaris Early Fransiska Leman, SH ;

• 1 (satu) lembar foto copy rekomendasi Walikota Makassar Nomor :


590/04/T.Pem/I/2011 tanggal 28 Januari 2011 tentang Peningkatan Hak atas
tanah Saudari Hj. Najmiah di Keluarahan Panambungan Kecamatan Mariso
Kota Makassar yang telah dilegalisir oleh Notaris Early Fransiska Leman, SH.

• 1 (satu) lembar foto copy Surat Izin Walikota Makassar Nomor :


570/01/T/PEM/III/2013 tentang izin prinsip dalam rangka penanaman modal
di kelurahan Penambungan Kec. Mariso Makassar yang telah dilegalisir oleh
Notaris Early Fransiska Leman, SH ;

• 1 (satu) lembar foto coopy Surat Keterangan Kepala Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Makassar Nomor : 660/947/BLDH/X/2013 tanggal 03 Oktober
2013 yang telah dilegalisir oleh Notaris Early Fransiska Leman, SH ;

• 1 (satu) rangkap foto copy Surat Perjanjian Kerja Nomor


01/SPBorongan/MIM-SAC/MKS/IX/2013 tanggal 28 September 2013 perihal
borongan pekerjaan pengadaan Material tanah timbunan yang telah dilegalisir
oleh Notaris Early Fransiska Leman, SH ;

• 1 (satu) rangkap foto copy Akta Pendirian Perseroan terbatas Indo land
Makassr Nomor 11 tanggal 13 Oktober 2010 yang telah dilegalisir oleh Notaris
Early Fransiska Leman, SH ;
4

• 1 (satu) rangkap foto copy Surat tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas
Nomor 603/0303/TDPPT-B/05/KPAP tanggal 04 Nopember 2010 yang telah
dilegalisir oleh Notaris Early Fransiska Leman, SH ;

• 1 (satu) lembar foto copy Surat Izin Walikota Makassar Nomor :


503/0297/SIUPB-B/05/KPAP tanggal 04 Nopember 2010 yang telah
dilegalisir oleh Notaris Early Fransiska Leman, SH ;

• 1 (satu) lembar Surat permohonan Izin Lingkungan PT. Mariso Indo Land
Makassar atas nama pemohon Hj. Najmiah tanggal 02 September 2013;

• 1 (satu) lembr examplar foto copy draf Dokumen Kerangka Acuan Analisis
Dampak Lingkungan Hidup PT. Mariso Indo Land Makassar tahun 2003 ;

Tetap terlampir dalam berkas perkara, sedangkan :

• 1 (satu) unit excavator merek Hitachi Zaxis 200 warna Orange model : ZX 200
MFG.NO.AUJ-007352 ; dikembalikan kepada darimana

• 1 (satu) unit excavator merek Komatsu PC 200 warna kuning Mode : Long
Arm KMTPC 0049087075642 tanpa dilengkapi engan CPU dan dalam kondisi
rusak ;

• 5 (lima) unit dump truk warna orange mising bernomor Polisi DD.9588 AH,
DD. 9988 AH, DD. 9555 AJ. DD. 9988 AJ, DD. 9777 AJ ;

• 1 (satu) unit Loader merk Komatsu China type WA 350 warna kuning dan
dalam kondisi rusak ;

Dikembalikan kepada yang berhak (sesuai dengan nama saksi yang tercantum
dalam berkas perkara) ;

5. Membebankan biaya perkara kepada negara sebesar nihil ;

Terhadap putusan ini Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan upaya


hukum kasasi pada tanggal 12 Oktober 2015.
5

III. Pembahasan dan Analisa:


1. Terhadap putusan hakim yang menyatakan bahwa tindakan terdakwa bukan
merupakan tindakan pidana, dengan alasan bahwa syarat untuk dapat
dipidananya seseorang, selain perbuatannya telah memenuhi rumusan delik
yang didakwakan, dalam diri Terdakwa juga harus terdapat :
a. Unsur kesalahan dan sifat melawan hukum, serta
b. Perbuatan yang dilakukan bukan dalam ranah hukum perdata ;

Bila melihat pada Pasal 109 Undang-Undang Nomor : 32 Tahun 2009


tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup

“Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpa memiliki izin
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1), dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).”

Peristiwa yang terjadi, berdasarkan keterangan para saksi di persidangan,


sangat benar adanya bahwa terdakwa melakukan kegiatan yang dimaksud
pada pasal 36 ayat 1 tanpa mempunyai ijin yang sah, yaitu Ijin Lingkungan
Hidup yang sah, dikarenakan AMDAL nya sendiri pada saat kegiatan
pengurugan dilakukan belum selesai, jadi kalau dilihat dari sini telah terjadi
kesalahan.

Dalam kasus ini ada keterangan lain sehingga hakim menentukan tidak
terjadi kesalahan dan tidak ada tindakan melawan hukum dari terdakwa,
karena terdakwa melakukan kegiatan penimbunan laut ada dasar hukumnya
yaitu surat keterangan dari badan yang berwenang yaitu dari BLHD
Kotamadya Makassar, yaitu Surat keterangan Nomor
660/947/BLHD/X/2013, tanggal 3 Oktober 2013 yang isinya menurut
hakim menyatakan izin penimbunan walaupun judulnya surat keterangan,
sehingga hakim menyatakan bahwa tidak ada kesalahan yang dilakukan
6

terdakwa dan tidak ada perbuatan melawan hukum, sehingga terdakwa


terlepas dari tuntutan pidana.

2. Menimbang, bahwa menurut hemat Majelis Hakim bahwa Surat Keterangan


yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kota Makassar Nomor : 660/947/BLHD/X2013, tertanggal 03
Oktober 2013 yang dijadikan pegangan oleh Terdakwa dalam melakukan
kegiatan dan / atau usaha penimbunan dalam rangka pematangan lahan
untuk peningkatan hak kepemilikan Terdakwa atas lahan tersebut meskipun
tertulis Surat Keterangan, akan tetapi isi dan maksud yang terkandung di
dalamnya oleh Terdakwa diartikan sebagai izin untuk melakukan kegiatan
dan / atau usaha penimbunan di atas lahannya, oleh karena yang Terdakwa
mohonkan kepada Pemerintah Kota Makassar adalah izin lingkungan untuk
melakukan penimbunan dalam rangka pematangan lahannya tersebut yang
merupakan salah satu syarat untuk peningkatan hak, apalagi dalam surat
keterangan tersebut terdapat jangka waktu berlakunya surat keterangan
tersebut yakni sampai dikeluarkannya surat keputusan kelayakan
Lingkungan ;
Uraian diatas adalah salah satu pertimbangan dari hakim dalam menentukan
keputusan pengadilan terdakwa pada hasil Putusan
No.178/Pid.Sus/2015/PN.Mks, dimana Surat Keterangan yang dikeluarkan
BLHD kota Makassar dipersamakan dengan Izin untuk melakukan
penimbunan lahan, dan dijadikan landasan pembenaran tindakan yang
dilakukan terdakwa oleh hakim.
Bila Surat Keterangan itu dinyatakan sama dengan surat izin maka dalam
kasus ini kesalahan terletak pada BLHD kota makassar, yang telah
melakukan tindakan pidana karena menerbitkan surat izin tanpa dilengkapi
amdal, karena tindakan ini tidak sesuai dengan Pasal 111 ayat 1:
Pejabat pemberi izin lingkungan yang menerbitkan izin lingkungan tanpa
dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
7

3. Dalam pertimbangan hakim tidak tampak pembahasan dari kerugian negara


dari dampak lingkungan ini, dikarenakan pada dasarnya daerah yang
dilakukan penimbunan memang masuk ke daerah yang akan direklamasi
menurut Rencana Tata Ruang dan Rencana Tata Wilayah kota Makassar,
dimana proyek besarnya adalah pembentukan area komersial Center Point
of Indonesia, sehingga walaupun menurut perhitungan saksi ahli telah
terjadi kerugian sebesar Rp. 330.555.204.000,-(Tiga ratus tiga puluh milyar
lima ratus lima puluh lima juta dua ratus empat ribu rupiah) sesuai dengan
perhitungan kerugian Negara yang telah dilakukan pada tanggal 28 Maret
2014, tetapi kerugian tersebut sudah diperhitungkan sebelumnya oleh
Negara karena area tersebut memang akan dipakai sebagai area reklamasi,
dengan harapan akan memberi keuntungan lebih bagi negara.
Mengenai kerugian negara di bidang lingkungan telah diperhitungkan oleh
negara dengan adanya reklamasi tersebut, ternyata juga pada hasil AMDAL
yang telah diterbitkan oleh BLHD kota Makassar, dimana secara resmi telah
dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Makassar pada bulan Juli 2014 berikut
dengan Izin Lingkungannya, jadi dapat disimpulkan tidak ada kerugian
terhadap negara atas kegiatan penimbunan tambak yang dilakukan oleh
PT.Mariso Indoland Makassar.

4. Terhadap putusan hakim Putusan No.1374 K/Pid.Sus-LH/2016, pada


peradilan tingkat kasasi yang dinyatakan gugur dikarenakan yang dituntut
telah meninggal dunia. Dilihat dari akte pendirian perseroan terbatas
PT.Mariso Indoland Makassar dan Penjelasan para saksi putusan yang
diajukan kasasinya tersurat bahwa terdakwa melakukan penimbunan lahan
atas dasar kepentingan perseroan terbatas maka sebetulnya selain terdakwa
yang harus mempertanggung jawabkan kegiatan pengurugan tersebut,
korporasi dalam hal ini perseroan terbatas harus turut bertanggung jawab
juga atas tindakan penimbunan lahan tersebut karena kegiatan tersebut
adalah untuk kepentingan korporasi, jadi proses peradilan tidak berhenti
8

ketika terdakwa meninggal dunia, sebab masih ada korporasi yang harus
mempertanggung jawabkan pelanggaran hukum tersebut diatas.

IV. Kesimpulan

Tindak pidana lingkungan di Republik Indonesia dinyatakan dalam


Undang-Undang Lingkungan Hidup, dimana ini berarti bahwa bila tidak ternyata
dalam Undang-Undang tersebut maka tindakan tersebut bukan merupakan tindakan
pidana dikarenakan kegiatan tindak pidana lingkungan tersebut pada masa-masa
sebelum adanya undang-undang lingkungan hidup bukan merupakan termasuk
tindakan pidana seperti tindakan pencurian atau pembunuhan.

Pada kasus di tulisan ini timbulnya tuntutan pidana dikarenakan terdakwa


menurut penuntut umum tidak menjalankan peraturan yang telah diundang-
undangkan dimana menurut pada undang-undang tersebut kegiatan yang dilakukan
terdakwa adalah merupakan tindakan pidana walaupun sebetulnya tindakan yang
dilakukan terdakwa adalah kegiatan yang bertujuan baik dan kegiatan yang tidak
melanggar hukum dan ketertiban umum, yaitu melakukan pematangan lahan,

Peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan dan perlindungan


lingkungan hidup dikarenakan dirasakannya daya dukung alam sangat terbatas dan
mulai kurang untuk menunjang kehidupan manusia, oleh karena itu diperlukan
tindakan yang bijak agar alam dapat mendukung kehidupan manusia secara
berkelanjutan (sustainable development). Undang-undang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dibuat agar manusia lebih bijak dalam menggunakan
sumber daya alam dan merupakan acuan bagaimana manusia bersikap terhadap
alam.

Proses eksploitasi terhadap alam secara besar-besaran pada umumnya


dilakukan oleh korporasi maka dalam melakukan penegakan hukum lingkungan
harus dituntut juga korporasi yang melakukan perusakan lingkungan sebab
walaupun yang melaksanakan secara langsung adalah orang secara individua tau
berkelompok, tetapi kegiatan tersebut adalah kegiatan yang bertujuan untuk
9

menjalankan kebijaksanaan korporasi dalam menjalankan usahanya, sehingga yang


mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut adalah korporasi, sehingga korporasi
lah sebetulnya yang lebih bertanggung jawab terhadap tindak pidana lingkungan.

Tuntutan tindak pidana lingkungan terhadap korporasi sangatlah penting,


terlihat dari kasus yang terjadi pada putusan pengadilan penimbunan laut oleh PT.
Mariso Indoland Makassar, proses penuntutan penuntut umum untuk mewujudkan
keadilan bagi masyarakat Indonesia menjadi terhenti dikarenakan pengurus
korporasi yang bertanggung jawab terhadap kegiatan tersebut meninggal, padahal
keuntungan dari kegiatan tersebut terus dinikmati oleh korporasi.

Pada kasus penimbunan laut yang dilakukan PT Mariso Indoland Makassar,


terlihat adanya ketidak pahaman dari masyarakat ataupun pihak pemerintahan
mengenai prosedur pengelolaan lingkungan sesuai dengan undang-undang, dimana
hal ini menyebabkan terjadinya tindak pidana yang dilakukan PT Mariso Indoland
Makassar, seperti yang pertama dituntut oleh Penuntut Umum. Ketidakpahaman ini
terlihat dari surat keterangan yang diterbitkan BLHD Makassar yang isinya
mengandung ijin buat PT. Mariso Indoland Makassar untuk melakukan kegiatan
penimbunan pantai, dimana sebetulnya untuk mengeluarkan ijin tersebut
diperlukan adanya dokumen AMDAL, sehingga tindakan pemberian surat
keterangan kepada PT. Mariso Indoland Makassar oleh BLHD kota Makassar
adalah merupakan tindakan pidana lingkungan yang dilakukan oleh BLHD kota
Makassar.

Secara keseluruhan bahwa penerapan Undang-Undang harus didukung oleh


sosialisasi yang terus-menerus sehingga tidak membuat para pihak terjebak dalam
tindakan pidana.

Anda mungkin juga menyukai