Anda di halaman 1dari 20

Unikorn

Unikorn (bahasa Inggris: Unicorn) adalah perusahaan rintisan milik swasta yang nilai kapitalisasinya lebih
dari $1 miliar. Istilah ini diciptakan pada tahun 2013 oleh Aileen Lee, seorang pemodal usaha. Ia memilih
hewan mitos ini karena perusahaan yang sukses seperti ini tergolong langka. Dekakorn (decacorn) adalah
sebutan untuk perusahaan yang nilainya lebih dari $10 miliar, sedangkan hektokorn (hectocorn) untuk
perusahaan yang nilainya lebih dari $100 miliar. Mennurut TechCrunch, ada 279 unikorn hingga
Maret 2018. Ant Financial, Didi Chuxing, Uber, Xiaomi, Airbnb, Palantir, dan Pinterest masuk jajaran
unikorn terbesar di dunia. Dropbox adalah dekakorn terbaru yang menjadi perusahaan terbuka pada 23
Maret 2018.

Sejarah
Pada tahun 2013, ketika Aileen Lee menciptakan istilah "unicorn", baru 39 perusahaan yang tergolong
unikorn. Menurut penelitian Harvard Business Review, perusahaan rintisan yang didirikan antara 2012 dan
2015 nilainya bertambah dua kali lebih cepat daripada perusahaan rintisan yang didirikan antara 2000 dan
2013.

Pemicu pertumbuhan cepat


Strategi tumbuh cepat
Investor dan badan pemodal usaha menggunakan strategi Get big fast (GBF) untuk menghadapi
perusahaan rintisan. Menurut GBF, sebuah perusahaan rintisan mencoba ekspansi cepat melalui
serangkaian putaran pendanaan besar dan pemotongan harga supaya pangsa pasarnya unggul dan
pesaingnya cepat tersingkir. Keuntungan yang meningkat pesat yang dijanjikan oleh strategi ini menarik
perhatian semua pihak. Namun, mereka selalu mempertimbangkan meletusnya gelembung dot-com tahun
2000 dan tidak adanya keberlanjutan nilai perusahaan era Internet dalam jangka panjang.
Akuisisi perusahaan
Banyak unikorn terbentuk melalui akuisisi oleh perusahaan terbuka besar. Apabila tingkat bunga sedang
rendah dan pertumbuhan melambat, banyak perusahaan seperti Apple, Facebook, dan Google
mengutamakan akuisisi alih-alih penanaman modal dan pengembangan proyek investasi
internal. Beberapa perusahaan besar memilih memperluas operasinya dengan mengakuisisi perusahaan
dengan teknologi dan model bisnis yang mapan daripada membuat sendiri.
Modal swasta
Usia rata-rata perusahaan teknologi sebelum melantai ke bursa efek saat ini adalah 11 tahun, lebih lama
daripada usia rata-rata empat tahun pada 1999. Dinamika baru ini berkembang berkat banyaknya modal
swasta yang bisa diperoleh unikorn serta disahkannya Jumpstart our Business Startups (JOBS) Act di
Amerika Serikat pada tahun 2012. Undang-undang ini mengizinkan perusahaan menambah jumlah
pemegang sahamnya empat kali lipat sebelum diwajibkan membuka laporan keuangannya. Jumlah modal
swasta yang ditanam di perusahaan perangkat lunak naik tiga kali lipat sejak 2013 sampai 2015.
Mencegah IPO
Melalui banyak putaran pendanaan, perusahaan tidak perlu melewati proses penawaran umum
perdana (IPO/initial public offering) untuk mendapat modal atau nilai yang lebih tinggi; mereka tinggal
meminta modal tambahan dari investor yang sama. IPO juga berpeluang menurunkan nilai perusahaan
apabila pasar menganggap nilai perusahaan tidak setinggi itu. Penurunan pasca-IPO dialami oleh Square,
platform pembayaran daring dan jasa keuangan, dan Trivago, mesin pencari hotel asal Jerman. Harga
saham kedua perusahaan ini lebih rendah daripada harga penawaran perdana. Ini disebabkan oleh terlalu
tingginya nilai perusahaan di pasar swasta yang didongkrak oleh investor dan badan pemodal usaha.
Pasar tidak setuju dengan nilai perusahaan sehingga menjatuhkan harga setiap lembar saham dari harga
sebelumnya (penawaran perdana).
Investor dan perusahaan rintisan juga malas melantai ke bursa efek karena peraturannya banyak. Undang-
Undang Sarbanes–Oxley menerapkan aturan yang lebih ketat setelah banyak perusahaan bangkrut di
Amerika Serikat. Karena itu, perusahaan rintisan menghindari kebangkrutan dengan tidak menawarkan
sahamnya ke publik.
Kemajuan teknologi
Perusahaan rintisan memanfaatkan teknologi-teknologi baru yang muncul dalam sepuluh tahun terakhir
untuk mendongkrak nilai perusahaan. Seiring populernya media sosial dan akses ke jutaan pengguna
teknologi ini, perusahaan rintisan bisa memperbesar bisnisnya dengan sangat cepat ] Inovasi teknologi baru
seperti telepon pintar, platform P2P, dan komputasi awan ditambah aplikasi media sosial turut membantu
pertumbuhan unikorn.

Data
Berikut adalah data unikorn per 13 Maret 2018:

 Jumlah unikorn: 279

 Nilai total semua unikorn: $1 triliun


 Jumlah total modal yang diberikan: $205,8 miliar
 Jumlah unikorn teknologi baru tahun 2016: 25 (turun 68% per tahun)
 Jumlah total unikorn baru tahun 2016: 51

Unikorn terbesar 13 Maret 2018


Tiga dari lima unikorn bernilai tertinggi terletak di Tiongkok. Dua lainnya bermarkas di San Francisco,
California.
Uber

 Nilai saat ini: $69 miliar (Desember 2017)


 Total modal yang ditanamkan: $10,7 miliar
 Uber, sebelumnya bernama UberCab, adalah perusahaan jaringan transportasi yang memungkinkan
pengguna memesan mobil untuk mengangkut mereka ke tempat lain (seperti taksi) menggunakan
aplikasi telepon genggam. Uber beroperasi di 81 negara dan 581 kota.[30]
 Tahun berdiri: 2009
 Pendiri: Garrett Camp, Oscar Salazar, Travis Kalanick
 Sektor industri: Transportasi
 Kantor pusat: San Francisco, California
ANT Financial

 Nilai saat ini: $60 miliar (Februari 2018)


 Total modal yang ditanamkan: $4,5 miliar
 ANT Financial, sebelumnya bernama Alipay, adalah perusahaan pembayaran yang mengoperasikan
platform pembayaran Alibaba.
 Tahun berdiri: 2014
 Pendiri: Jack Ma
 Sektor industri: Jasa keuangan
 Kantor pusat: Xihu District, Hangzhou, Tiongkok
Didi Chuxing

 Nilai saat ini: $56 miliar (Desember 2017)


 Total modal yang ditanamkan: $17 Billion
 Didi Chuxing, sebelumnya bernama Didi Kuaidi, adalah perusahaan jaringan transportasi yang
memungkinkan pengguna memesan mobil untuk mengangkut mereka ke tempat lain (seperti Uber)
menggunakan aplikasi telepon genggam. Didi Chuxing beroperasi di 400 kota dengan 400 juta
pengguna di Tiongkok.
 Tahun berdiri: 2012
 Pendiri: Cheng Wei, Wu Rui, Zhang Bo
 Sektor industri: Transportasi
 Kantor pusat: Distrik Haidian, Beijing, Tiongkok
Xiaomi
 Nilai saat ini: $45 miliar (Juli 2017)
 Total modal yang ditanamkan: $1.1 miliar
 Xiaomi adalah perusahaan elektronika Tiongkok sekaligus produsen telepon pintar terbesar kelima di
dunia.
 Tahun berdiri: 2010
 Pendiri: Chuan Wang, Hong Feng, Huang Jiangji, Jiangji Wong, Lei Jun, Li Wanqiang, Lin Bin, Liu De,
Wang Chuan, Zhou Guangping
 Sektor industri: Perangkat keras
 Kantor pusat: Distrik Haidian, Beijing, Tiongkok
Airbnb

 Nilai saat ini: $31 miliar (Desember 2017)


 Total modal yang ditanamkan: $3.4 miliar
 Airbnb, adalah perusahaan pasar berbagi properti daring yang memungkinkan pengguna menginap di
berbagai vila, apartemen, hostel, atau hotel. Airbnb memiliki 3 juta tempat penginapan di 65.000 kota
di 191 negara.
 Tahun berdiri: 2008
 Pendiri: Brian Chesky, Joe Gebbia, Nathan Blecharczyk
 Sektor industri: Penginapan & perjalanan
 Kantor pusat: San Francisco, California

Unikorn indo

1. Gojek

Gojek dirintis oleh Nadiem Makariem pada tahun 2010 silam. Perusahaan yang bernaung di PT Aplikasi
Karya Anak Bangsa ini merupakan startup asal Indonesia pertama yang menyabet gelar Unicorn. Gelar ini
didapat setelah Gojek menerima kucuran dana sekitar 550 juta dollar AS (Rp 7,2 triliun) dari sejumlah
investor pada Agustus 2016 lalu, seperti Formation Group, Sequoia Capital India, hingga Warburg Pincus.
Perusahaan yang awalnya fokus di bidang transportasi ini (GoRide dan GoCar) sekarang memiliki aneka
layanan yang bertujuan untuk mempermudah aktivitas masyarakat, seperti GoFood, GoSend, GoMassage,
dan lain sebagainya. Gojek pun sudah melebarkan sayapnya ke luar Indonesia, seperti Singapura,
Vietnam (dengan nama Go-Viet), dan Thailand (dengan nama Get!). Baca juga: Go-Jek Jadi Startup
Decacorn Pertama Indonesia Kini, Gojek sudah menyandang gelar "Decacorn", sebutan bagi startup yang
memiliki nilai valuasi di atas 10 miliar dollar AS, dengan valuasi Gojek saat ini tercatat tepat di angka
tersebut, sekitar Rp 141 triliun.

2. Tokopedia

Perusahaan rintisan yang fokus di bidang e-commerce online-to-offline (O2O), Tokopedia, menjadi startup
Unicorn kedua asal Indonesia setelah Gojek. Perusahaan yang didirikan oleh William Tanuwijaya dan
Leontinus Alpha Edison pada tahun 2009 ini menyabet gelar Unicorn setelah mendapatkan pendanaan
dari Alibaba Group sebesar 1,1 miliar AS pada tahun 2017 lalu. Tokopedia memiliki misi "pemerataan
ekonomi secara digital" dan kini diklaim telah memiliki lebih dari 90 juta pengguna aktif per bulan dan 6,4
juta penjual. Baca juga: Tokopedia Umumkan Mendapat Suntikan Dana Rp 16 Triliun Tokopedia pun
memiliki sekitar 150 juta produk, 33 produk digital, dan 50 sistem pembayaran bagi para penggunanya.
Kini, valuasi Tokopedia tercatat di angka 7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 99 triliun.

3. Traveloka

Traveloka didirikan oleh Ferry Unardi, Derianto Kusuma, dan Albert Zhang pada tahun 2012. Perusahaan
rintisan yang fokus di bidang travel dan pemesanan hotel ini diklaim merupakan startup travel Asia
Tenggara pertama yang menyandang gelar Unicorn. Hal itu diraih setelah Traveloka mendapatkan kucuran
dana 350 juta dollar AS dari perusahaan di bidang yang sama, Expedia, pada Juli 2017 lalu. Saat ini
Traveloka memiliki sejumlah produk yang dapat melayani kebutuhan end-to-end para pelancong Tanah Air,
mulai dari tiket pesawat, kereta api, bus, sewa mobil, hotel, kuliner, tiket bioskop, hingga kecantikan. Baca
juga: Arab Saudi Gandeng Traveloka dan Tokopedia untuk Buat Platform Umrah Layanan yang disediakan
Traveloka sendiri bisa dinikmati di Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, dan Filipina.
Berdasarkan data CBInsight, saat ini Traveloka memiliki angka valuasi sebesar 2 miliar dollar AS atau
setara dengan Rp 28 triliun.

4. Bukalapak

Di tempat keempat ada Bukalapak, perusahaan rintisan di bidang e-commerce yang didirikan oleh Achmad
Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Fajrin Rasyid pada awal tahun 2010 silam. Bukalapak mendapatkan
gelar Unicorn setelah mendapatkan kucuran dana dari beberapa grup investor besar, salah satunya adalah
Emtek Grup dan 500 Startups. Yang terbaru, Bukalapak baru saja mendapatkan suntikan dana dari
perusahaan asal Korea Selatan, Shinhan GIB. Meski tidak disebutkan jumlahnya, masuknya pendanaan ini
membuat valuasi perusahaan diklaim menjadi lebih dari 2,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 35 triliun.
Dalam sebuah video, Bukalapak mengklaim sudah memproses ratusan juta transaksi dengan dari jutaan
pelapak yang ada di platformnya. Baca juga: Bukalapak Dapat Suntikan Dana Baru, Valuasi Naik Jadi Rp
35 Triliun

5. Ovo Menkominfo Rudiantara,

pada ajang Siberkreasi 2019 yang digelar pekan lalu, menyebut bahwa Ovo sudah menjadi Unicorn asal
Indonesia yang baru setelah empat perusahaan yang tadi disebutkan. “Saya sudah bicara dengan founder-
nya, dan memang iya (sudah jadi unicorn). Makanya saya berani bicara setelah saya konfirmasi,” ujar
Rudiantara seperti diwartakan sebelumnya. Ovo, penyedia layanan pembayaran elektronik besutan Grup
Lippo, ditaksir memiliki valuasi sebesar 2,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 41 triliun oleh firma analis
perusahaan CB Insight. Angka tersebut, menurut CB Insight, sudah dicapai sejak 14 Maret 2018. Baca
juga: Dompet Digital Tokopedia Diganti, dari TokoCash Jadi Ovo Ovo sendiri merupakan layanan dompet
digital yang menawarkan kemudahan bertransaksi di sejumlah mitra Ovo. Platform ini juga bisa digunakan
untuk pembayaran aplikasi Grab.
Pengertian valuasi startup

Valuasi adalah nilai ekonomi dari sebuah bisnis. Apabila ada sebuah perusahaan
yang mempunyai valuasi Rp1 triliun, maka siapa pun yang ingin mengakuisisi
penuh perusahaan tersebut harus mempersiapkan uang minimal Rp1 triliun. Angka
valuasi ini biasanya dijadikan acuan untuk mengukur seberapa besar potensi bisnis
sebuah perusahaan.

Sebagai founder suatu startup, kamu perlu menghitung valuasi demi


menentukan persentase saham yang akan diberikan kepada investor saat
terjadi pendanaan. Valuasi ini juga penting untuk menentukan harga
jual startup kamu apabila terjadi merger atau ada perusahaan lain yang tertarik
untuk mengakuisisi startup milikmu.

Valuasi startup versus bisnis konvensional

Metode perhitungan valuasi startup sebenarnya serupa dengan bisnis konvensional.


Namun, karena startup pada tahap awal biasanya belum mendapat pemasukan atau
keuntungan (yang biasanya menjadi dasar perhitungan valuasi), maka perlu ada
sedikit penyesuaian.

Untuk menghitung valuasi perusahaan konvensional, hal-hal berikut biasanya ikut


dipertimbangkan:

 Nilai perusahaan di bursa saham (market cap).


 Nilai dari jenis saham lain yang dimiliki perusahaan (misal: saham
preferen, minority interest).
 Utang perusahaan.
 Uang tunai yang dimiliki perusahaan.

Dari variabel-variabel tersebut, valuasi perusahaan bisa didapat dengan rumus:

Valuasi = (Nilai Saham + Utang) – Uang Tunai

Lalu bagaimana dengan startup yang belum mempunyai pendapatan dan laba?
Biasanya, founder ataupun calon investor akan mempertimbangkan hal-hal seperti
berikut:

 Jumlah dan nominal transaksi.


 Jumlah pengguna.
 Teknologi produk.
 Kualitas tim.
 Kompetitor.
Perbedaan istilah valuasi Pre-Money dan Post-Money

Dalam perhitungan valuasi startup ada dua istilah penting yang harus kamu pahami,
yaitu valuasi Pre-Money dan Post-Money. Sederhananya, valuasi Pre-Money
adalah “harga” dari sebuah startup sebelum mendapatkan investasi, dan valuasi
Post-Money adalah “harga” startup setelah investasi terjadi.

Berikut ini adalah contoh sederhana untuk memahami perbedaan valuasi Pre-
Money dan Post Money:

Lalu bagaimana apabila sebuah startup telah mempunyai beberapa investor dan
hendak mendapat pendanaan baru? Bagaimana cara menghitung persentase
sahamnya?

Untuk itu, kamu harus menemukan jumlah lembar saham baru yang harus
diterbitkan dengan rumus berikut:

Contoh perhitungan dilusi saham berdasarkan valuasi startup

Dilusi adalah penyusutan persentase kepemilikan saham dari suatu pihak yang
disebabkan oleh penerbitan saham baru. Berikut adalah contoh perhitungan valuasi
Post-Money dan perhitungan kepemilikan saham setelah investasi tahap awal (seed
funding).
Misalkan setelah itu, startup tersebut mendapatkan pendanaan Seri A. Maka:

 Valuasi Post-Money dari pendanaan tahap awal di atas menjadi valuasi Pre-
Money untuk pendanaan Seri A.
 Lembar saham yang sebelumnya hanya 100, kini telah bertambah menjadi
117.

Berikut adalah perhitungan kepemilikan saham untuk founder dan masing-masing


investor.

Jenis saham yang bisa diberikan oleh founder kepada investor pun ada bermacam-
macam, antara lain:
 Common stock (saham umum) merupakan jenis saham yang paling umum.
Pemilik saham ini mempunyai hak suara dalam pengambilan keputusan dan
bisa ikut mendapat pembagian dividen (keuntungan).
 Sedangkan pemilik preferred stock (saham preferen) akan mendapat hak-
hak khusus yang tidak dipunyai pemilik saham biasa. Hak khusus tersebut
bisa berupa prioritas untuk mendapatkan uangnya kembali ketika
perusahaan bangkrut dan harus menjual aset, atau mendapat prioritas untuk
menerima dividen. Namun pemilik saham preferen biasanya tidak
mempunyai hak suara untuk menentukan kebijakan perusahaan.

Dari perhitungan di atas, kamu bisa melihat bahwa meski baru mendapat
pendanaan total Rp20 miliar (Rp6 miliar saat seed funding dan Rp14 miliar saat
Seri A), sebuah startup bisa mempunyai valuasi Post Money sebesar Rp55
miliar. Nominal dari valuasi cenderung akan selalu lebih besar dibanding
jumlah pendanaan.

Bila diibaratkan, jumlah pendanaan itu seperti volume air, sedangkan valuasi
adalah volume dari bejana yang menampung air tersebut. Apabila ada penambahan
air (pendanaan), maka volume air yang tertampung di dalam bejana (valuasi) akan
semakin penuh.

Situasi tersebut membuat kapasitas bejana tidak lagi representatif, sehinga harus
diganti dengan bejana yang lebih besar (penghitungan valuasi kembali). Itulah
mengapa biasanya penambahan nilai valuasi terjadi ketika ada pendanaan baru
yang akan didapat oleh sebuah startup.

Tentukan valuasi atau nominal pendanaan terlebih dahulu?

Menurut beberapa pakar, seorang founder startup lebih baik fokus pada apa yang
terbaik untuk bisnisnya saat ini, dan mulai dari menghitung berapa pendanaan yang
perlu ia dapatkan. Valuasi startup seharusnya hanya dianggap sebagai hasil
dari perhitungan nominal pendanaan yang dibutuhkan tersebut.

Berikut adalah beberapa hal yang harus kamu perhatikan dalam menentukan
nominal target pendanaan:

 Memperkirakan waktu yang harus dilalui sampai sebuah startup bisa


mendapatkan pendanaan berikutnya. Untuk startup tahap awal, biasanya
berkisar antara 12-18 bulan.
 Dalam rentang waktu tersebut, kamu harus bisa mengembangkan sejumlah
metrik penting (key metric), seperti jumlah pengguna dan transaksi yang
berulang (repeat transaction).
 Menghitung berapa uang yang akan dihabiskan dalam jangka waktu tersebut.
Sebuah startup biasanya akan menghabiskan dana yang besar dalam
berinvestasi pada karyawan dan teknologi.
 Menyesuaikan agar nilai valuasi yang dihasilkan nanti tidak berbeda jauh
dengan valuasi startup lain di Indonesia.

Cara menghitung valuasi Pre-Money untuk startup tahap awal

Untuk menentukan valuasi Pre-Money, sebenernya ada dua jenis perhitungan,


yaitu:

 Menggunakan metodologi, seperti Discounted Cash Flow, Comparable,


dan Berkus, yang akan dijelaskan di bawah.
 Tanpa metodologi, atau yang biasa disebut dengan istilah
Pricing. Founder hanya perlu menghitung jumlah pendanaan yang mereka
perlukan dan saham yang rela mereka berikan, lalu melakukan negoisasi
dengan sang investor.

Pada kenyataannya, untuk startup tahap awal, kebanyakan founder dan investor
di Indonesia lebih sering menggunakan teknik Pricing ini dalam menentukan
valuasi startup.

Hal ini terjadi karena perusahaan modal ventura (VC), yang biasa memberi
pendanaan kepada startup, memang mengincar keuntungan dari penjualan kembali
saham yang mereka miliki. Karena itu, mereka cenderung memperkirakan berapa
harga jual yang tepat untuk startup tersebut di kemudian hari, ketika hendak
memberi pendanaan.

Hal ini berbeda dengan investor konvensional yang biasanya memberikan


pendanaan kepada perusahaan untuk meraih keuntungan dari pembagian laba
(dividen).

“Penentuan valuasi untuk startup lebih seperti seni (art) dibanding sains,” ujar
seorang investor dari perusahaan modal ventura kepada Tech in Asia
Indonesia. Untuk memberikan acuan dalam menentukan harga yang pantas, para
VC biasanya akan menggunakan metode-metode penentuan valuasi yang ada.

Perbedaan perhitungan valuasi startup di berbagai fase

1. Tahap Awal

 Di tahap ini kamu bisa mendapat pendanaan tahap awal (seed funding)
dari inkubator, angel investor, atau perusahaan modal ventura (VC).
 Mayoritas VC tanah air biasanya akan menggunakan
metode Comparable, Multiple, atau menentukan valuasi berdasarkan
faseperkembangan startup di tahap ini. Beberapa dari mereka ada yang
menggunakan lebih dari satu metode, lalu mencari rata-rata valuasi yang
dihasilkan dari metode-metode tersebut.
 Kualitas tim merupakan sesuatu yang penting di tahap ini. Karena
itu, founder yang telah mempunyai latar belakang dan pengalaman yang
baik berpotensi mendapatkan pendanaan dan valuasi lebih besar.
 Di tahap ini, biasanya startup akan memberikan saham sekitar 10-15
persen kepada investor. Namun ada juga startup yang setelah bernegosiasi
bisa hanya memberikan 5-10 persen saham, atau justru memberikan saham
di atas 15 persen.
 Beberapa VC juga cenderung memilih opsi obligasi konvertibel (convertible
note) di tahap ini. Obligasi konvertibel merupakan utang yang bisa
dikonversi menjadi kepemilikan saham dalam jangka waktu tertentu
(biasanya ketika startup mendapat pendanaan lanjutan).

 Apabila startup yang memberi obligasi konvertibel gagal mendapat


pendanaan lanjutan, mereka harus mengembalikan utang tersebut beserta
bunganya. Sebenarnya VC tidak terlalu menginginkan hal tersebut, karena
keuntungan dari bunga terlalu kecil untuk model bisnis mereka. Pada
umumnya, VC akan tetap mengubah pendanaan mereka menjadi saham dan
membantu startup tersebut mendapat pendanaan lanjutan.
 Bila VC menerima tawaran obligasi konvertibel, maka kamu tidak perlu
menentukan valuasi pada saat itu. Kamu baru harus menentukan valuasi
ketika mendapat pendanaan selanjutnya.

2. Tahap Berkembang

 Di tahap ini, kamu bisa mendapat pendanaan Seri A, Seri B, dan


selanjutnya dari para investor.
 Karena di tahap ini startup biasanya sudah mempunyai pendapatan atau
pengguna dengan jumlah yang cukup banyak, VC bisa lebih bebas
menggunakan beberapa metode, seperti Comparable,
Multiple, Discounted Cash Flow, atau Venture Capital Method.

3. Tahap Exit

 Di tahap ini, kamu bisa mempertimbangkan antara


melakukan merger, diakuisisi perusahaan lain, atau masuk bursa saham.
Beberapa founderdan investor pun bisa melakukan exit tanpa menerima
uang, namun mereka justru menerima sebagian saham dari perusahaan yang
mengakuisisi (seperti yang terjadi antara Uber dan Grab di Asia Tenggara).
 Apabila ada perusahaan yang ingin mengakuisisi untuk selanjutnya
menjalankan bisnis tersebut, kamu bisa menentukan valuasi atau harga jual
dengan metode Comparable dan Discounted Cash Flow.
 Apabila ada perusahaan yang ingin melakukan akuisisi karena tim kamu
(acqui-hire) dan akan menutup layanan tersebut setelah akuisisi, mereka
biasanya akan membayar sesuai dengan jumlah tim yang akan mereka
pertahankan.

1 macam metode untuk menghitung valuasi startup

Terdapat berbagai cara menentukan nilai valuasi dari suatu startup

1. Metode Comparable Transactions

Comparable adalah metode yang bisa digunakan baik oleh startup yang belum
ataupun sudah memperoleh pendapatan. Dengan metode ini, kamu bisa
mendapatkan valuasi untuk startup milikmu dengan cara membandingkan
beberapa metrik, antara lain:

 Gross Merchandise Value (GMV).


 Jumlah pendapatan.
 Pendapatan bulanan yang berulang (monthly recurring revenue)
untuk startup Software as a Service (SaaS).
 Jumlah pengguna aktif mingguan untuk aplikasi mobile.

Sebagai contoh, ada sebuah startup dengan jumlah pengguna aktif 10 juta orang
baru saja diakuisisi perusahaan lain seharga Rp100 miliar. Maka apabila kamu
memiliki startup serupa dengan 2 juta pengguna aktif, maka kamu bisa
mengatakan bahwa valuasi startup kamu Rp20 miliar.

Untuk mendapatkan valuasi dari startup lain, kamu bisa melihat dari data yang
disebutkan di media, meskipun hal ini jarang terjadi. Atau apabila perusahaan yang
kamu jadikan acuan telah masuk bursa saham, kamu juga bisa melihat market
cap dari perusahaan tersebut.

Contoh penerapan metode Comparable:


2. Metode Multiple

Metode Multiple sebenarnya serupa dengan metode Comparable. Bedanya, di


metode ini kamu tidak perlu mencari data dari startup lain, namun hanya perlu
mencari faktor pengali (multiple) yang biasa digunakan dalam bisnis yang
kamu masuki. Contoh multiple dari beberapa industri bisa kamu lihat di tautan
berikut.

Berikut ini adalah contoh penerapan metode Multiple:

Sebuah startup misalnya bergerak di bidang e-commerce. Karena itu, mereka


mendapatkan angka multiple sesuai dengan industri mereka, dan melakukan
perhitungan seperti di bawah.
Ketiga hasil valuasi tersebut kemudian dirata-rata, hingga didapatkan angka
valuasi Rp20,2 miliar.

3. Metode Discounted Cash Flow

Discounted Cash Flow (DCF) adalah metode yang memperkirakan valuasi


perusahaan berdasarkan prediksi arus kas masuk dan keluar di
sebuah startup dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan. Dari situ, kita bisa
menghitung berapa keuntungan yang akan didapat oleh startup tersebut, misalnya
di tahun ketiga.
Karena pengaruh inflasi, nilai uang akan mengalami depresiasi dari waktu ke
waktu. Itulah mengapa jumlah keuntungan tersebut harus dikurangi tingkat
inflasi. Selain itu, angka tersebut juga harus dikurangi risiko kegagalan perusahaan
mencapai arus kas yang diharapkan.

Metode ini sebenarnya lebih cocok untuk perusahaan besar yang telah masuk bursa
saham, dengan laporan keuangan yang terbuka. Metode ini tidak cocok
untuk startup dengan risiko kegagalan yang tinggi, dan belum meraih
keuntungan. Cocok untuk perusahaan konvensional kecil dengan kondisi
keuangan yang lebih terprediksi.

Contoh penerapan metode DCF:

Sebelum memulai, kamu harus mengetahui terlebih dahulu istilah-istilah berikut.

 Discount Rate (r), yaitu angka yang menunjukkan depresiasi nilai mata uang,
serta persentase keuntungan yang ingin didapat oleh investor. Angka ini
nantinya harus dimasukkan ke dalam rumus agar kamu bisa mendapat angka
Discounted Cash Flow (DCF).
 Terminal Value, yaitu nilai yang menunjukkan total keuntungan perusahaan
setelah melewati periode yang masuk dalam proyeksi perhitungan DCF.
Biasanya diasumsikan setelah melewati periode yang masuk dalam proyeksi
DCF, pertumbuhan keuntungan perusahaan akan relatif stagnan.
4. Metode Venture Capital (Waterfall)

Seperti namanya, metode ini merupakan cara perhitungan valuasi dari sudut
pandang perusahaan modal ventura (VC). Karena itu, metode ini membutuhkan
data-data berikut:

 Target keuntungan yang ingin didapat VC


 Berapa perkiraan nilai jual perusahaan dalam waktu beberapa tahun ke
depan

Contoh penerapan metode Venture Capital:


5. Penentuan valuasi berdasarkan fase

Demi memudahkan penentuan valuasi, ada beberapa angel investor dan


perusahaan modal ventura (VC) yang lebih memilih untuk langsung menentukan
kisaran valuasi di setiap tahap perkembangan startup. Semakin jauh perkembangan
sebuah startup, berarti risiko investasi di startup tersebut akan semakin kecil,
sehingga sang investor bisa menentukan valuasi yang lebih besar.

Sebagai contoh, angel investor dan VC bisa membuat panduan seperti berikut:

 Startup yang masih dalam tahap pengembangan ide = valuasi antara Rp3,5
miliar-Rp7 miliar
 Startup dengan ide dan rencana bisnis yang menarik = valuasi antara Rp7
miliar-Rp14 miliar
 Startup dengan tim founder yang berpengalaman = valuasi antara Rp14
miliar-Rp28 miliar
 Startup yang sudah mempunyai prototipe produk = valuasi antara Rp28
miliar-Rp56 miliar
 Startup yang telah menjalin kerja sama strategis untuk mendapatkan
pengguna = valuasi lebih dari Rp56 miliar

6. Metode First Chicago


First Chicago adalah metode yang berusaha menganalisis setiap kemungkinan yang
terjadi di masa depan sebuah startup, mulai dari situasi terburuk, situasi normal,
dan situasi terbaik. Untuk setiap situasi tersebut, kita harus menghitung valuasi
dengan berbagai metode yang telah disebutkan di atas.

Contoh penerapan metode First Chicago:

7. Metode Berkus

Metode yang didesain oleh seorang angel investor bernama Dave Berkus ini
merupakan cara paling sederhana dalam menentukan valuasi sebuah startup. Cara
ini cocok untuk startup yang memenuhi kriteria berikut:

 Sama sekali belum menerima pendapatan.


 Bisa mendapat pendapatan tahunan di atas US$20 juta (sekitar Rp280 miliar)
di tahun kelima.

Kamu hanya perlu menentukan valuasi dari lima hal penting dalam
perkembangan startup berikut:

 Ide dasar.
 Teknologi.
 Kualitas tim.
 Kerja sama strategis yang telah didapat.
 Cara penjualan.

Sebagai patokan, Berkus menetapkan bahwa nilai maksimal dari setiap variabel di
atas tidak boleh melebihi angka US$500.000 (sekitar Rp7 miliar).

Contoh penerapan metode Berkus:


Menurut Berkus, angka yang ia tetapkan tersebut bisa saja diubah, tergantung dari
industri dan lokasi di mana startup tersebut berada. Karena itu, kamu bisa
menyesuaikan valuasi yang kamu tetapkan dengan rata-rata valuasi
untuk startup tahap awal di Indonesia.

Kamu pun bisa mengubah variabel-variabel yang digunakan. Contoh, apabila kamu
bergerak di bidang kesehatan dan finansial, mungkin kamu bisa mengganti
kategori “kerja sama strategis” dengan “izin dari regulator”.

8. Metode Risk Factor Summation (RFS)

Serupa dengan metode Berkus, metode RFS juga cocok untuk para startupyang
belum memperoleh pendapatan. Namun untuk menggunakan metode ini, kamu
harus terlebih dahulu mengetahui rata-rata valuasi dari startupserupa yang ada di
Indonesia.

Setelah itu, kamu harus membandingkan dua belas faktor risiko berikut.

 Risiko manajemen.
 Risiko kematangan bisnis.
 Risiko politik.
 Risiko pembuatan produk.
 Risiko penjualan produk.
 Risiko pendanaan.
 Risiko kompetisi.
 Risiko teknologi.
 Risiko hukum.
 Risiko ekspansi internasional.
 Risiko reputasi perusahaan.
 Kemungkinan exit (diakuisisi perusahaan lain).

Untuk setiap parameter di atas kamu harus menunjukkan bagaimana


posisi startup kamu bila dibandingkan dengan startup lain, apakah sangat positif,
positif, netral, negatif, atau sangat negatif. Semua pengaruh tersebut nantinya harus
dimaknai secara finansial, guna menentukan valuasi dari startup kamu.

Contoh penerapan metode RFS:


9. Metode Scorecard

Metode Scorecard sebenarnya serupa dengan metode RFS. Namun metode yang
sering disebut dengan metode Bill Payne ini menggunakan variabel penilaian yang
lebih sedikit. Masing-masing variabel tersebut juga diberikan bobot, berdasarkan
seberapa penting variabel tersebut dalam perkembangan startup.

Ada tujuh variabel yang harus kamu tentukan dengan metode ini.

 Kualitas tim (bobot 30 persen).


 Peluang pasar (bobot 25 persen).
 Kualitas produk (bobot 15 persen).
 Sarana penjualan (bobot 10 persen).
 Kematangan bisnis (bobot 10 persen).
 Kebutuhan untuk pendanaan selanjutnya (bobot 5 persen).
 Masukan pengguna/faktor lain (bobot 5 persen).

Hasil perhitungan dari setiap variabel tersebut, nantinya akan dibandingkan dengan
rata-rata valuasi dari startup tahap awal lain yang menjalankan bisnis serupa serta
berada di lokasi yang sama.

Contoh penerapan metode Scorecard:


10. Metode Cost to Duplicate

Metode ini berusaha menghitung valuasi startup dari biaya yang dibutuhkan
apabila kamu ingin membuat startup lain yang serupa. Karena itu, metode ini akan
akan memperhitungkan:

 Nilai aset yang dimiliki oleh sebuah startup.


 Jam kerja yang dibutuhkan para developer dari startup tersebut untuk
mendesain dan membuat produk yang kemudian diluncurkan ke masyarakat.

Kekurangan utama dari metode ini adalah hanya memperhitungkan


kondisi startup di masa sekarang, dan bukan di masa depan. Karena itu, cara ini
biasanya hanya digunakan untuk menentukan valuasi minimal dari sebuah startup.

11. Metode perhitungan aset

Selain itu, ada juga metode bernama Book Value, yang menentukan valuasi dengan
cara menghitung nilai aset yang kamu miliki, seperti gedung, furnitur, dan
perangkat elektronik.

Selain itu ada juga metode bernama Liquidation Value yang menghitung nilai aset
apabila startup kamu tiba-tiba bangkrut dan harus menjual aset tersebut. Valuasi
dari Liquidation Value jelas akan lebih kecil dibanding Book Value, karena harga
aset yang harus dijual cepat ketika startup bangkrut tentu akan lebih kecil
dibanding saat normal.

Namun karena mayoritas startup merupakan perusahaan teknologi yang tidak


mempunyai banyak aset, kedua metode ini tidak cocok untuk digunakan oleh
mayoritas startup.

Anda mungkin juga menyukai