Unikorn (bahasa Inggris: Unicorn) adalah perusahaan rintisan milik swasta yang nilai kapitalisasinya lebih
dari $1 miliar. Istilah ini diciptakan pada tahun 2013 oleh Aileen Lee, seorang pemodal usaha. Ia memilih
hewan mitos ini karena perusahaan yang sukses seperti ini tergolong langka. Dekakorn (decacorn) adalah
sebutan untuk perusahaan yang nilainya lebih dari $10 miliar, sedangkan hektokorn (hectocorn) untuk
perusahaan yang nilainya lebih dari $100 miliar. Mennurut TechCrunch, ada 279 unikorn hingga
Maret 2018. Ant Financial, Didi Chuxing, Uber, Xiaomi, Airbnb, Palantir, dan Pinterest masuk jajaran
unikorn terbesar di dunia. Dropbox adalah dekakorn terbaru yang menjadi perusahaan terbuka pada 23
Maret 2018.
Sejarah
Pada tahun 2013, ketika Aileen Lee menciptakan istilah "unicorn", baru 39 perusahaan yang tergolong
unikorn. Menurut penelitian Harvard Business Review, perusahaan rintisan yang didirikan antara 2012 dan
2015 nilainya bertambah dua kali lebih cepat daripada perusahaan rintisan yang didirikan antara 2000 dan
2013.
Data
Berikut adalah data unikorn per 13 Maret 2018:
Unikorn indo
1. Gojek
Gojek dirintis oleh Nadiem Makariem pada tahun 2010 silam. Perusahaan yang bernaung di PT Aplikasi
Karya Anak Bangsa ini merupakan startup asal Indonesia pertama yang menyabet gelar Unicorn. Gelar ini
didapat setelah Gojek menerima kucuran dana sekitar 550 juta dollar AS (Rp 7,2 triliun) dari sejumlah
investor pada Agustus 2016 lalu, seperti Formation Group, Sequoia Capital India, hingga Warburg Pincus.
Perusahaan yang awalnya fokus di bidang transportasi ini (GoRide dan GoCar) sekarang memiliki aneka
layanan yang bertujuan untuk mempermudah aktivitas masyarakat, seperti GoFood, GoSend, GoMassage,
dan lain sebagainya. Gojek pun sudah melebarkan sayapnya ke luar Indonesia, seperti Singapura,
Vietnam (dengan nama Go-Viet), dan Thailand (dengan nama Get!). Baca juga: Go-Jek Jadi Startup
Decacorn Pertama Indonesia Kini, Gojek sudah menyandang gelar "Decacorn", sebutan bagi startup yang
memiliki nilai valuasi di atas 10 miliar dollar AS, dengan valuasi Gojek saat ini tercatat tepat di angka
tersebut, sekitar Rp 141 triliun.
2. Tokopedia
Perusahaan rintisan yang fokus di bidang e-commerce online-to-offline (O2O), Tokopedia, menjadi startup
Unicorn kedua asal Indonesia setelah Gojek. Perusahaan yang didirikan oleh William Tanuwijaya dan
Leontinus Alpha Edison pada tahun 2009 ini menyabet gelar Unicorn setelah mendapatkan pendanaan
dari Alibaba Group sebesar 1,1 miliar AS pada tahun 2017 lalu. Tokopedia memiliki misi "pemerataan
ekonomi secara digital" dan kini diklaim telah memiliki lebih dari 90 juta pengguna aktif per bulan dan 6,4
juta penjual. Baca juga: Tokopedia Umumkan Mendapat Suntikan Dana Rp 16 Triliun Tokopedia pun
memiliki sekitar 150 juta produk, 33 produk digital, dan 50 sistem pembayaran bagi para penggunanya.
Kini, valuasi Tokopedia tercatat di angka 7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 99 triliun.
3. Traveloka
Traveloka didirikan oleh Ferry Unardi, Derianto Kusuma, dan Albert Zhang pada tahun 2012. Perusahaan
rintisan yang fokus di bidang travel dan pemesanan hotel ini diklaim merupakan startup travel Asia
Tenggara pertama yang menyandang gelar Unicorn. Hal itu diraih setelah Traveloka mendapatkan kucuran
dana 350 juta dollar AS dari perusahaan di bidang yang sama, Expedia, pada Juli 2017 lalu. Saat ini
Traveloka memiliki sejumlah produk yang dapat melayani kebutuhan end-to-end para pelancong Tanah Air,
mulai dari tiket pesawat, kereta api, bus, sewa mobil, hotel, kuliner, tiket bioskop, hingga kecantikan. Baca
juga: Arab Saudi Gandeng Traveloka dan Tokopedia untuk Buat Platform Umrah Layanan yang disediakan
Traveloka sendiri bisa dinikmati di Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, dan Filipina.
Berdasarkan data CBInsight, saat ini Traveloka memiliki angka valuasi sebesar 2 miliar dollar AS atau
setara dengan Rp 28 triliun.
4. Bukalapak
Di tempat keempat ada Bukalapak, perusahaan rintisan di bidang e-commerce yang didirikan oleh Achmad
Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Fajrin Rasyid pada awal tahun 2010 silam. Bukalapak mendapatkan
gelar Unicorn setelah mendapatkan kucuran dana dari beberapa grup investor besar, salah satunya adalah
Emtek Grup dan 500 Startups. Yang terbaru, Bukalapak baru saja mendapatkan suntikan dana dari
perusahaan asal Korea Selatan, Shinhan GIB. Meski tidak disebutkan jumlahnya, masuknya pendanaan ini
membuat valuasi perusahaan diklaim menjadi lebih dari 2,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 35 triliun.
Dalam sebuah video, Bukalapak mengklaim sudah memproses ratusan juta transaksi dengan dari jutaan
pelapak yang ada di platformnya. Baca juga: Bukalapak Dapat Suntikan Dana Baru, Valuasi Naik Jadi Rp
35 Triliun
pada ajang Siberkreasi 2019 yang digelar pekan lalu, menyebut bahwa Ovo sudah menjadi Unicorn asal
Indonesia yang baru setelah empat perusahaan yang tadi disebutkan. “Saya sudah bicara dengan founder-
nya, dan memang iya (sudah jadi unicorn). Makanya saya berani bicara setelah saya konfirmasi,” ujar
Rudiantara seperti diwartakan sebelumnya. Ovo, penyedia layanan pembayaran elektronik besutan Grup
Lippo, ditaksir memiliki valuasi sebesar 2,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 41 triliun oleh firma analis
perusahaan CB Insight. Angka tersebut, menurut CB Insight, sudah dicapai sejak 14 Maret 2018. Baca
juga: Dompet Digital Tokopedia Diganti, dari TokoCash Jadi Ovo Ovo sendiri merupakan layanan dompet
digital yang menawarkan kemudahan bertransaksi di sejumlah mitra Ovo. Platform ini juga bisa digunakan
untuk pembayaran aplikasi Grab.
Pengertian valuasi startup
Valuasi adalah nilai ekonomi dari sebuah bisnis. Apabila ada sebuah perusahaan
yang mempunyai valuasi Rp1 triliun, maka siapa pun yang ingin mengakuisisi
penuh perusahaan tersebut harus mempersiapkan uang minimal Rp1 triliun. Angka
valuasi ini biasanya dijadikan acuan untuk mengukur seberapa besar potensi bisnis
sebuah perusahaan.
Lalu bagaimana dengan startup yang belum mempunyai pendapatan dan laba?
Biasanya, founder ataupun calon investor akan mempertimbangkan hal-hal seperti
berikut:
Dalam perhitungan valuasi startup ada dua istilah penting yang harus kamu pahami,
yaitu valuasi Pre-Money dan Post-Money. Sederhananya, valuasi Pre-Money
adalah “harga” dari sebuah startup sebelum mendapatkan investasi, dan valuasi
Post-Money adalah “harga” startup setelah investasi terjadi.
Berikut ini adalah contoh sederhana untuk memahami perbedaan valuasi Pre-
Money dan Post Money:
Lalu bagaimana apabila sebuah startup telah mempunyai beberapa investor dan
hendak mendapat pendanaan baru? Bagaimana cara menghitung persentase
sahamnya?
Untuk itu, kamu harus menemukan jumlah lembar saham baru yang harus
diterbitkan dengan rumus berikut:
Dilusi adalah penyusutan persentase kepemilikan saham dari suatu pihak yang
disebabkan oleh penerbitan saham baru. Berikut adalah contoh perhitungan valuasi
Post-Money dan perhitungan kepemilikan saham setelah investasi tahap awal (seed
funding).
Misalkan setelah itu, startup tersebut mendapatkan pendanaan Seri A. Maka:
Valuasi Post-Money dari pendanaan tahap awal di atas menjadi valuasi Pre-
Money untuk pendanaan Seri A.
Lembar saham yang sebelumnya hanya 100, kini telah bertambah menjadi
117.
Jenis saham yang bisa diberikan oleh founder kepada investor pun ada bermacam-
macam, antara lain:
Common stock (saham umum) merupakan jenis saham yang paling umum.
Pemilik saham ini mempunyai hak suara dalam pengambilan keputusan dan
bisa ikut mendapat pembagian dividen (keuntungan).
Sedangkan pemilik preferred stock (saham preferen) akan mendapat hak-
hak khusus yang tidak dipunyai pemilik saham biasa. Hak khusus tersebut
bisa berupa prioritas untuk mendapatkan uangnya kembali ketika
perusahaan bangkrut dan harus menjual aset, atau mendapat prioritas untuk
menerima dividen. Namun pemilik saham preferen biasanya tidak
mempunyai hak suara untuk menentukan kebijakan perusahaan.
Dari perhitungan di atas, kamu bisa melihat bahwa meski baru mendapat
pendanaan total Rp20 miliar (Rp6 miliar saat seed funding dan Rp14 miliar saat
Seri A), sebuah startup bisa mempunyai valuasi Post Money sebesar Rp55
miliar. Nominal dari valuasi cenderung akan selalu lebih besar dibanding
jumlah pendanaan.
Bila diibaratkan, jumlah pendanaan itu seperti volume air, sedangkan valuasi
adalah volume dari bejana yang menampung air tersebut. Apabila ada penambahan
air (pendanaan), maka volume air yang tertampung di dalam bejana (valuasi) akan
semakin penuh.
Situasi tersebut membuat kapasitas bejana tidak lagi representatif, sehinga harus
diganti dengan bejana yang lebih besar (penghitungan valuasi kembali). Itulah
mengapa biasanya penambahan nilai valuasi terjadi ketika ada pendanaan baru
yang akan didapat oleh sebuah startup.
Menurut beberapa pakar, seorang founder startup lebih baik fokus pada apa yang
terbaik untuk bisnisnya saat ini, dan mulai dari menghitung berapa pendanaan yang
perlu ia dapatkan. Valuasi startup seharusnya hanya dianggap sebagai hasil
dari perhitungan nominal pendanaan yang dibutuhkan tersebut.
Berikut adalah beberapa hal yang harus kamu perhatikan dalam menentukan
nominal target pendanaan:
Pada kenyataannya, untuk startup tahap awal, kebanyakan founder dan investor
di Indonesia lebih sering menggunakan teknik Pricing ini dalam menentukan
valuasi startup.
Hal ini terjadi karena perusahaan modal ventura (VC), yang biasa memberi
pendanaan kepada startup, memang mengincar keuntungan dari penjualan kembali
saham yang mereka miliki. Karena itu, mereka cenderung memperkirakan berapa
harga jual yang tepat untuk startup tersebut di kemudian hari, ketika hendak
memberi pendanaan.
“Penentuan valuasi untuk startup lebih seperti seni (art) dibanding sains,” ujar
seorang investor dari perusahaan modal ventura kepada Tech in Asia
Indonesia. Untuk memberikan acuan dalam menentukan harga yang pantas, para
VC biasanya akan menggunakan metode-metode penentuan valuasi yang ada.
1. Tahap Awal
Di tahap ini kamu bisa mendapat pendanaan tahap awal (seed funding)
dari inkubator, angel investor, atau perusahaan modal ventura (VC).
Mayoritas VC tanah air biasanya akan menggunakan
metode Comparable, Multiple, atau menentukan valuasi berdasarkan
faseperkembangan startup di tahap ini. Beberapa dari mereka ada yang
menggunakan lebih dari satu metode, lalu mencari rata-rata valuasi yang
dihasilkan dari metode-metode tersebut.
Kualitas tim merupakan sesuatu yang penting di tahap ini. Karena
itu, founder yang telah mempunyai latar belakang dan pengalaman yang
baik berpotensi mendapatkan pendanaan dan valuasi lebih besar.
Di tahap ini, biasanya startup akan memberikan saham sekitar 10-15
persen kepada investor. Namun ada juga startup yang setelah bernegosiasi
bisa hanya memberikan 5-10 persen saham, atau justru memberikan saham
di atas 15 persen.
Beberapa VC juga cenderung memilih opsi obligasi konvertibel (convertible
note) di tahap ini. Obligasi konvertibel merupakan utang yang bisa
dikonversi menjadi kepemilikan saham dalam jangka waktu tertentu
(biasanya ketika startup mendapat pendanaan lanjutan).
2. Tahap Berkembang
3. Tahap Exit
Comparable adalah metode yang bisa digunakan baik oleh startup yang belum
ataupun sudah memperoleh pendapatan. Dengan metode ini, kamu bisa
mendapatkan valuasi untuk startup milikmu dengan cara membandingkan
beberapa metrik, antara lain:
Sebagai contoh, ada sebuah startup dengan jumlah pengguna aktif 10 juta orang
baru saja diakuisisi perusahaan lain seharga Rp100 miliar. Maka apabila kamu
memiliki startup serupa dengan 2 juta pengguna aktif, maka kamu bisa
mengatakan bahwa valuasi startup kamu Rp20 miliar.
Untuk mendapatkan valuasi dari startup lain, kamu bisa melihat dari data yang
disebutkan di media, meskipun hal ini jarang terjadi. Atau apabila perusahaan yang
kamu jadikan acuan telah masuk bursa saham, kamu juga bisa melihat market
cap dari perusahaan tersebut.
Metode ini sebenarnya lebih cocok untuk perusahaan besar yang telah masuk bursa
saham, dengan laporan keuangan yang terbuka. Metode ini tidak cocok
untuk startup dengan risiko kegagalan yang tinggi, dan belum meraih
keuntungan. Cocok untuk perusahaan konvensional kecil dengan kondisi
keuangan yang lebih terprediksi.
Discount Rate (r), yaitu angka yang menunjukkan depresiasi nilai mata uang,
serta persentase keuntungan yang ingin didapat oleh investor. Angka ini
nantinya harus dimasukkan ke dalam rumus agar kamu bisa mendapat angka
Discounted Cash Flow (DCF).
Terminal Value, yaitu nilai yang menunjukkan total keuntungan perusahaan
setelah melewati periode yang masuk dalam proyeksi perhitungan DCF.
Biasanya diasumsikan setelah melewati periode yang masuk dalam proyeksi
DCF, pertumbuhan keuntungan perusahaan akan relatif stagnan.
4. Metode Venture Capital (Waterfall)
Seperti namanya, metode ini merupakan cara perhitungan valuasi dari sudut
pandang perusahaan modal ventura (VC). Karena itu, metode ini membutuhkan
data-data berikut:
Sebagai contoh, angel investor dan VC bisa membuat panduan seperti berikut:
Startup yang masih dalam tahap pengembangan ide = valuasi antara Rp3,5
miliar-Rp7 miliar
Startup dengan ide dan rencana bisnis yang menarik = valuasi antara Rp7
miliar-Rp14 miliar
Startup dengan tim founder yang berpengalaman = valuasi antara Rp14
miliar-Rp28 miliar
Startup yang sudah mempunyai prototipe produk = valuasi antara Rp28
miliar-Rp56 miliar
Startup yang telah menjalin kerja sama strategis untuk mendapatkan
pengguna = valuasi lebih dari Rp56 miliar
7. Metode Berkus
Metode yang didesain oleh seorang angel investor bernama Dave Berkus ini
merupakan cara paling sederhana dalam menentukan valuasi sebuah startup. Cara
ini cocok untuk startup yang memenuhi kriteria berikut:
Kamu hanya perlu menentukan valuasi dari lima hal penting dalam
perkembangan startup berikut:
Ide dasar.
Teknologi.
Kualitas tim.
Kerja sama strategis yang telah didapat.
Cara penjualan.
Sebagai patokan, Berkus menetapkan bahwa nilai maksimal dari setiap variabel di
atas tidak boleh melebihi angka US$500.000 (sekitar Rp7 miliar).
Kamu pun bisa mengubah variabel-variabel yang digunakan. Contoh, apabila kamu
bergerak di bidang kesehatan dan finansial, mungkin kamu bisa mengganti
kategori “kerja sama strategis” dengan “izin dari regulator”.
Serupa dengan metode Berkus, metode RFS juga cocok untuk para startupyang
belum memperoleh pendapatan. Namun untuk menggunakan metode ini, kamu
harus terlebih dahulu mengetahui rata-rata valuasi dari startupserupa yang ada di
Indonesia.
Setelah itu, kamu harus membandingkan dua belas faktor risiko berikut.
Risiko manajemen.
Risiko kematangan bisnis.
Risiko politik.
Risiko pembuatan produk.
Risiko penjualan produk.
Risiko pendanaan.
Risiko kompetisi.
Risiko teknologi.
Risiko hukum.
Risiko ekspansi internasional.
Risiko reputasi perusahaan.
Kemungkinan exit (diakuisisi perusahaan lain).
Metode Scorecard sebenarnya serupa dengan metode RFS. Namun metode yang
sering disebut dengan metode Bill Payne ini menggunakan variabel penilaian yang
lebih sedikit. Masing-masing variabel tersebut juga diberikan bobot, berdasarkan
seberapa penting variabel tersebut dalam perkembangan startup.
Ada tujuh variabel yang harus kamu tentukan dengan metode ini.
Hasil perhitungan dari setiap variabel tersebut, nantinya akan dibandingkan dengan
rata-rata valuasi dari startup tahap awal lain yang menjalankan bisnis serupa serta
berada di lokasi yang sama.
Metode ini berusaha menghitung valuasi startup dari biaya yang dibutuhkan
apabila kamu ingin membuat startup lain yang serupa. Karena itu, metode ini akan
akan memperhitungkan:
Selain itu, ada juga metode bernama Book Value, yang menentukan valuasi dengan
cara menghitung nilai aset yang kamu miliki, seperti gedung, furnitur, dan
perangkat elektronik.
Selain itu ada juga metode bernama Liquidation Value yang menghitung nilai aset
apabila startup kamu tiba-tiba bangkrut dan harus menjual aset tersebut. Valuasi
dari Liquidation Value jelas akan lebih kecil dibanding Book Value, karena harga
aset yang harus dijual cepat ketika startup bangkrut tentu akan lebih kecil
dibanding saat normal.