Anda di halaman 1dari 2

Nama : Minyo Oktafianus Bhoka

Nirm : 05.1.4.15.0586
Semester : VII B
Mata Kuliah : Agroekosistem Berkelanjutan
Dosen Pengampu : Asih Farmia, SP., M.Agr.Sc

Tugas Kearifan Lokal Suku Dayak Agabag

Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat
dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal (local wisdom) biasanya diwariskan
secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut.
Dayak Agabag adalah sebuah kelompok etnis dari sub-suku Dayak yang berada di
Kalimantan (Borneo). Masyarakat Dayak Agabag kebanyakan tinggal di kawasan utara
Kalimantan Utara, antara lain di kecamatan Tulin Onsoi, Sembakung, Sebuku, Lumbis , dan
sebagian Kabupaten Malinau, Bulungan dan Negeri Sabah Malaysia Timur.
Masyarakat adat Agabag memiliki upacara adat setiap tahun yaitu ilau adat yang artinya
pesta adat. Pesta adat ini dilakukan oleh suku Dayak Agabag dalam upaya melestarikan budaya
leluhur yang saat ini terancam eksistensinya akibat pencampuran budaya dari luar. Pesta adat ini
dipimpin oleh Ketua adat tertinggi Dayak Agabag dan ketua adat setiap desa yang berkumpul pada
suatu lokasi desa yang telah ditunjuk sebagai tuan rumah pelaksanaan pesta adat ilau. Tuan rumah
pesta adat ini setiap tahunnya berubah sesuai perundingan dan kesediaan lembaga desa yang
ditunjuk sebagai tuan rumah. Untuk ilau lintas negara (Sabah) dilakukan pada saat tertentu dalam
rangka musyawarah besar dewan adat Dayak Agabag yang waktu nya tidak menentu
menyesuaikan situasi masyarakat. Upacara ilau dilakukan selama tujuh hari tujuh malam dengan
diisi oleh kesenian dan pameran budaya Dayak Agabag.
Pesta ilau membahas situasi politik, ekonomi, dan budaya Dayak Agabag yang kemudian
menjadi hukum-hukum yang mengatur setiap kehidupan suku Dayak Agabag. Hukum-hukum
yang disahkan oleh lembaga adat menjadi wajib dan merupakan pandangan hidup masyarakat
Dayak Agabag seperti hukum upacara pernikahan, upacara kematian, upacara kehamilan anak
pertama, dan hukum yang mengatur tentang aturan dan denda adat yang berlaku bagi seluruh
masyarakat Dayak Agabag.
Pesta ilau juga merupakan ajang bagi orang tua untuk mengenalkan dan mengajari anak
muda tentang adat dan budaya Agabag dan memperlihatkan cara hidup Agabag kuno yang jarang
sekali ditemui pada saat sekarang. Beberapa ritual dan cara hidup Dayak Agabag seperti pada saat
sakit dilakukan ritual lumang yaitu pengobatan secara spiritual yang dilakukan oleh orang terpilih
dalam bahasa kuno yang tidak semua orang memahaminya dan penyampaian cerita-cerita tokoh
kuno yang menjadi inspirasi pada masanya seperti pada masa ritual ngayau masih dilakukan.
Ngayau atau angayau merupakan tradisi memenggal kepala musuh dan dipajang di depan rumah
sebagai pengakuan sosial yang menjadi symbol kekuasaan. Tradisi ngayau saat ini sudah tidak
dilakukan lagi dan hanya diceritakan sebagai sejarah bagi keturunan Dayak Agabag.
Ritual kuno yang masih dilaksanakan sampai saat ini adalah riyual dolop. Sebagai
masyarakat adat, Dayak Agabag merupakan salah satu etnis yang masyarakatnya masih memegang
erat nilai-nilai adat yang berlaku. Ketika ada suatu kasus atau permasalahan yang aduannya sudah
masuk ke pihak kepolisian, aduannya dapat dicabut dan dialihkan dengan menggunakan hukum
adat melalui surat penarikan yang diajukan pihak korban. Jika pihak korban memilih untuk
menggunakan hukum adat, penyelesaian kasus akan mengikuti aturan hukum Dayak Agabag.
Sanksi yang diberikan akan disesuaikan dengan tingkat permasalahan yang dihadapi, yaitu apakah
dilakukan dengan sengaja, karena kekeliruan, ataupun kekhilafan. Kasus permasalahan bisa sama,
namun jalan ceritanyalah yang membuat perbedaan hukuman, yaitu dilihat dari pembuktian dan
pembelaannya. Dolop dilakukan sebagai pilihan dalam mempertahankan harga diri yang dipegang
teguh oleh masyarakat Agabag sebagai pengadilan Tuhan. Hukuman-hukuman yang diberikan
kepada orang yang bersalah telah diatur dalam aturan hukum adat. Ketika suatu permasalahan
dapat diselesaikan melalui hukum adat, masalah akan berakhir dan biasanya tidak akan ada
dendam maupun balas-membalas antar pihak yang bermasalah.
Dolop adalah suatu cara/ritual yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Agabag untuk
mencari tahu kebenaran siapa pelaku/orang yang berbuat salah. Dolop dipimpin oleh tetua yang
dipercaya sebagai penguwok yang berarti si pemberi sumpah. Teknisnya pelaksanaannya adalah
dengan membiarkan semua pihak yang terduga bersalah menyelam ke dalam air. Orang yang naik
ke permukaan lebih dahulu dibanding yang lainnnya adalah orang yang berbuat kesalahan. Bagi
yang tidak bersalah, mereka akan mampu bertahan selama berjam-jam di dalam air, seakan-akan
bisa bernafas di dalam air. Jika seseorang dinyatakan bersalah menurut hukum dolop namun pada
kenyataannya ia tidak bersalah, ia dapat bersumpah bahwa dolop tidak benar.

Anda mungkin juga menyukai