Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 1 No.

1, Mei 2006

SIFAT MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK SALAMI


DAGING DOMBA DAN SAPI DENGAN PENAMBAHAN WORTEL

Oleh:
Iis Soriah Ace
Dosen Jurusan Penyuluhan Peternakan STPP Bogor

ABSTRAK

Salami adalah sosis fermentasi yang terbuat dari daging mentah yang mempunyai
karakteristik khusus diproses dengan melibatkan bakteri asam laktat.
Pada penelitian ini dipelajari pengaruh penambahan wortel terhadap sifat mikrobiologi
dan organoleptik salami daging domba dan sapi.
Penelitian ini diolah dengan menggunakan RAK pola faktorial dengan dua faktor, faktor
utama adalah jenis daging yaitu daging domba dan sapi dan faktor kedua adalah konsentrasi
wortel (0%, 2 %, 4 % dan 6 %).
Parameter yang diuji adalah sifat mikrobiologi yaitu: total mikroba, Coliform, E. coli,
Staphylococcus aureus, dan Salmonella spp dan sifat organoleptik, seperti: aroma, warna,
tekstur dan rasa.
Hasil dari penelitian ini, memperlihatkan bahwa salami daging sapi dan domba tidak
mengandung bakteri pathogen dan jenis daging berpengaruh terhadap sifat organoleptik, yaitu
aroma dan tekstur. Penambahan wortel tidak berpengaruh terhadap sifat organoleptik salami.
Jenis daging dan penambahan wortel tidak terjadi interaksi terhadap sifat organoleptik salami.

Kata kunci: Salami, daging sapi dan domba, wortel, bakteri asam laktat.

PENDAHULUAN simpan serta meningkatkan cita rasa produk


daging sesuai dengan selera konsumen,
Latar Belakang misalnya diolah menjadi bentuk salami. Pada
saat ini di Indonesia salami biasanya terbuat
Daging merupakan bahan makanan
dari daging sapi atau ayam.
yang diperlukan oleh tubuh, karena
mengandung asam-asam amino essensial Salami adalah sosis mentah (raw
yang lengkap dan seimbang, mempunyai sausage) yang difermentasi dengan melibat-
daya cerna yang tinggi serta rasa yang lezat. kan mikroba khususnya bakteri asam laktat,
Tetapi disisi lain konsumsi daging di yang menyebabkan produk menjadi lebih
Indonesia masih rendah. Hal ini disebabkan awet dan dapat meningkatkan cita rasa
harga daging yang relatif mahal untuk produk, mempunyai karakteristik yang khas
ukuran masyarakat Indonesia. biasanya dikemas dengan diameter yang
agak besar (45 sampai dengan 75 mm) dan
Daging termasuk dalam bahan
bentuk adonannya kasar, serta mempunyai
makanan yang mudah sekali rusak, oleh
flavor tertentu, terutama bawang putih.
karena itu perlu penanganan yang lebih
komprehensif agar bahan makanan tersebut Penelitian telah dilakukan bahwa
tidak rusak dan lebih tahan lama disimpan. wortel dapat mempercepat waktu masak
(ripening) dari sosis fermentasi dan
Pengolahan merupakan salah satu
berpengaruh juga terhadap sifat-sifat
alternatif untuk mempertahankan daya

65
Sifat Mikrobiologi... (Iis Soriah Ace)

sensorik dari produk yang berasal dari 2. Pengembangan industri pengolahan


daging. daging domba.
Penambahan wortel dalam sosis dapat
memperkecil kehilangan yang sering terjadi Hipotesis
dalam pengemasan. Wortel mempunyai sifat Penambahan wortel akan berpengaruh
daya mengikat air yang tinggi dan sangat terhadap sifat mikrobiologi dan organoleptik
baik, karena ikatan airnya sangat kuat. Serat salami daging domba dan sapi.
wortel akan mengikat air dalam matrik sosis
sehingga akan mengurangi kehilangan air.
Serat wortel telah dipergunakan secara luas METODE PENELITIAN
pada berbagai produk seperti produk yang
berasal dari daging sapi, unggas dan ikan Tempat dan Waktu Penelitian
(Huber et al., 2003).
Penelitian ini dilaksanakan di
Populasi ternak domba di Jawa Barat Laboratorium Ruminansia Besar Jurusan
ada 3.438.352 ekor dan di seluruh Indonesia Ilmu Produksi Ternak, Laboratorium
sebanyak 8.133.467 ekor (BPS Peternakan
Pengolahan Pangan Jurusan Teknologi
2003). Hasil olahan dari daging domba
Pangan dan Gizi Fakultas Teknologi
belum banyak kita jumpai, biasanya hanya
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan
dibuat untuk sate, gulai dan sop. Dengan
Laboratorium Kesehatan Masyarakat
melihat banyaknya populasi ternak domba
Veteriner Jakarta. Penelitian ini berlangsung
yang tersebar di masyarakat merupakan
selama 4 bulan.
peluang untuk dikembangkan suatu
penganekaragaman makanan dari daging
Materi Penelitian
domba dengan cara dibuat salami, guna
membantu masyarakat peternak dalam
Bahan dan Alat
bidang pemasarannya sehingga harga daging
domba menjadi lebih baik, dan industri Bahan baku yang digunakan dalam
pengolahan daging akan lebih beragam pembuatan salami adalah daging domba dan
produknya. daging sapi berasal dari bagian paha dan
Berdasarkan pemikiran di atas, maka lemak sapi yang diperoleh dari Pasar Cicurug
dilakukan penelitian tentang sifat mikro- Sukabumi, selain itu dipergunakan juga
biologi dan organoleptik salami daging bahan lain seperti gula, garam nitrit, Na-
domba dibanding dengan salami daging sapi benzoat. Starter kultur yoghurt yaitu
dengan penambahan wortel. Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus yang diperoleh dari Balai Pasca
Tujuan Penelitian Panen Bogor. Bumbu-bumbu (merica,
bawang putih, pala, MSG), wortel segar dan
Tujuan penelitian ini adalah mempe- selongsong (casing) sellulosa yang diperoleh
lajari pengaruh penambahan wortel terhadap dari PT Marka Indo Selaras Jakarta.
sifat mikrobiologi dan organoleptik salami
Bahan-bahan analisis yang digunakan
daging domba dan sapi. terdiri dari bahan analisis kimia seperti
akuades, asam sulfat, natrium hidroksida dan
Manfaat Penelitian lain-lain, serta bahan-bahan analisis mikro-
1. Pengembangan pembuatan salami biologi seperti media pertumbuhan bakteri
dengan bahan baku daging domba dan yang terdiri dari PCA (Plate Count Agar),
penambahan wortel sebagai sumber VRBA ( Violet Red Bile Agar) dan lain-lain,
serat. serta alkohol.

66
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 1 No. 1, Mei 2006

Alat yang digunakan untuk proses selanjutnya dilakukan tahap conditioning


pembuatan salami adalah alat penggiling pada suhu ruangan selama 24 jam.
(food processor), stuffer (alat pengisi salami),
Ruang asap, termometer, timbangan, pisau, Tabel 1. Komposisi salami perlakuan
mixer, baskom. Untuk analisis fisika-kimia
dan mikrobiologi diperlukan alat-alat seperti Bahan Komposisi
alat gelas (gelas ukur, gelas piala,
erlenmeyer, dan lain-lain), oven, cawan, Daging ( 80 %) 240 gr
Lemak Sapi (20%) 60 gr
timbangan, aw-meter, pH-meter, stomacher, Starter ( L. bulgaricus + S.
inkubator. thermophilus) (2 %) 6 ml
Gula pasir (0,5 %) 1,5 gr
Metoda Penelitian Merica (1 %) 3 gr
Bawang putih (1 %) 3 gr
Prosedur Pembuatan Salami Pala (0,2 %) 0,6 gr
MSG (0,1 %) 0,3 gr
Semua peralatan yang digunakan NPS (2 %) 6 gr
dalam pembuatan salami terlebih dahulu Wortel (0, 2, 4, 6 %) Sesuai perlakuan
disterilkan dengan menggunakan alkohol
70%.
Proses pengasapan dilakukan pada
Bahan baku utama yang terdiri dari
suhu <30C, setiap hari selama 2 jam pada
daging domba dan daging sapi bagian paha
10 hari secara berturut-turut. Bahan bakar
serta lemak sapi dibersihkan terlebih dahulu.
yang dipergunakan adalah serbuk gergaji dari
Sebanyak ¼ bagian daging digiling kayu keras yang telah dipadatkan.
dan ¾ bagian daging di potong-potong
Kemudian salami difermentasi pada
dengan ukuran 2 X 2 X 2 cm, selanjutnya
suhu ruangan (suhu rata-rata 29ºC, dengan
daging dan lemak sapi tersebut dibekukan.
kelembaban 99%) dilakukan selama satu
Daging dan lemak sapi kemudian bulan penyimpanan. Prosedur pembuatan
dicampur dengan starter kultur yoghurt (2% salami tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.
dari berat daging dan lemak), gula pasir
(0,5% dari berat daging dan lemak ), bumbu Analisis Mikrobiologi
dapur (bawang putih 1%, merica 1%, pala
0,2%, MSG 0,1% dari berat daging dan Analisis mikrobiologi dalam peneli-
lemak) dan wortel (dalam bentuk segar dan tian ini meliputi uji kuantitatif terhadap total
di parut) sesuai dengan perlakuan (0%, 2%, mikroba, Coliform, E. coli, Staphylococcus
4%, 6% dari berat daging dan lemak), dalam aureus, dan Salmonella spp yang dilakukan
cutter dan digiling hingga berbentuk adonan pada satu bulan setelah penyimpanan.
yang homogen sebesar menir beras, Sebelum dilakukan analisis mikro-
selanjutnya ditambah NPS 2% dari berat biologi, sampel dipersiapkan terlebih dahulu
daging dan lemak (100 ppm) dan digiling dengan cara sebagai berikut: Sebanyak 25
kembali, dengan suhu proses kurang dari gram sampel salami dimasukkan ke dalam
2C. Adonan tersebut kemudian dimasukkan plastik stomacher steril dan ditambahkan 225
ke dalam casing ukuran 45 mm dengan suhu ml larutan pengencer steril, kemudian
proses tidak melebihi 5C (Komposisi dihancurkan dengan alat stomacher hingga
adonan pada Tabel 1). homogen, dengan konsentrasi 0,1 gram/ml
sampel tersebut kemudian diencerkan dengan
Salami kemudian digantung dalam rak
larutan pengencer sesuai kebutuhan dan siap
fermentasi yang terbuat dari kaca dan bagian
atasnya ditutup dengan kain kasa, untuk plating.

67
Sifat Mikrobiologi... (Iis Soriah Ace)

Daging 80 % Lemak Sapi 20 %

¼ digiling kasar ¾ dipotong


2 x 2 x 2 cm

dibekukan dibekukan

Kultur
Pencampuran dalam cutter yoghurt
(suhu < 2C) Gula
Bumbu
Wortel
Pencampuran dalam cutter
(suhu < 2C) NPS 2 %
(100 ppm)

Dimasukkan dalam casing (suhu < 5C)

Dilakukan Condisioning
24 jam

Dilakukan pengasapan
(< 30C)
10 kali

Difermentasi pada suhu ruang


30 hari

Gambar 1. Proses pembuatan salami (Modifikasi Fischer, 1988)

Analisis Kuantitatif Total Mikroba suhu 370C selama 2 – 3 hari. Koloni yang
tumbuh dihitung sebagai total mikroba yang
Sampel yang telah dipersiapkan
terdapat dalam sampel.
dipipet secara aseptik dan dipupuk sebanyak
1 ml ke dalam cawan petri steril. Selanjutnya
Analisis Kuantitatif Enterobacteriaceae
dituangi dengan medium Plate Count Agar
(PCA), digoyang hingga sampel tersebar Dalam analisis Enterobacteriaceae
merata, setelah beku lalu diinkubasikan pada digunakan metode yang sama dengan

68
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 1 No. 1, Mei 2006

medium Violet Red Bile (VRB) yang Rancangan Percobaan


ditambah 1% glukosa (medium VRB).
Rancangan percobaan yang dilakukan
Koloni yang tumbuh akan berwarna merah.
dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok pola faktorial. Sebagai faktor
Analisis Kuantitatif E.coli
utama adalah jenis daging, sedangkan
Analisis E. coli dengan hitungan sebagai faktor kedua adalah konsentrasi
cawan sedikit berbeda prosedur pemupukan- wortel. Ulangan masing-masing perlakuan
nya dari mikroba yang lain, sampel dipupuk- sebanyak dua kali sebagai kelompok.
kan pada cawan yang telah berisi media Uji organoleptik dilakukan dengan
Eosin Methylen Blue (EMB) beku. Setelah menggunakan 25 orang panelis. Penilaian
itu sampel disebarkan dengan hockey stick organoloptik dianalisis dengan uji non
yang steril hingga merata. parametric Kruskal-Wallis menggunakan
program SAS, jika berbeda nyata maka
Analisis Kuantitatif Total Staphylococcus dilanjutkan dengan Uji Banding Rataan Rank
Dalam analisis Staphylococcus meng- atau Multiple Comparison of Means Ranks
gunakan hitungan cawan dengan metode (Gibbons 1975), dengan rumus sebagai
tuang. Media pertumbuhan yang digunakan berikut:
adalah Vogel Johnson Agar yang ditambah-
kan dengan Kalium Tellurit. │Ri-Rj│ ≤ Z [ k( N+1)/6]0,5

Analisia Kuantitatif Salmonella Jika │Ri-Rj│ lebih besar dari Z [ k(


Pada analisia kuantitatif Salmonella, N+1)/6]0,5 , maka perbedaan Ri dan Rj adalah
dilakukan terlebih dahulu tahap enrichment nyata pada taraf α.
dengan medium SCB (Selenite Cytein Dimana: k = Jumlah level dalam perlakuan
Broth), di mana sebanyak 10 ml sampel N= Jumlah total data (jumlah
dipipet secara aseptik ke dalam 90 ml SCB, panelis X jumlah sample)
kemudian diinkubasikan selama 12 –16 jam. Ri = Rataan ranking untuk level
Proses selanjutnya adalah penggoresan pada perlakuan ke-i
cawan petri steril yang telah berisi medium Rj = Rataan ranking untuk level
SSA (Salmonella Shigella Agar), kemudian perlakuan ke-j
cawan tersebut diinkubasikan pada suhu Z = Nilai Z untuk perbandingan
300C selama 1 hari. Jika terdapat koloni lebih dari dua rata-rata.
bening yang terpisah dengan atau tanpa
bintik hitam maka dilakukan uji TSI (Triple
Sugar Iron) dan SIM (Sugar Indole Motility). HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Organoleptik (Soekarto dan Hubeis, Sifat mikrobiologi salami daging domba
2000) dan sapi dengan penambahan wortel.
Uji organoleptik dengan mengguna- Hasil pengujian sifat mikrobiologi
kan metode hedonik yang dilakukan pada sampel secara keseluruhan ditampilkan pada
salami daging domba dan sapi dengan Tabel 2.
penambahan wortel, meliputi aroma, warna,
tekstur dan rasa.

69
Sifat Mikrobiologi... (Iis Soriah Ace)

Tabel 2. Hasil pengujian terhadap sifat mikrobiologi salami daging domba dan sapi dengan
penambahan wortel

Peubah Jenis daging Penambahan wortel (%)


0 2 4 6
TPC (CFU/gram) Domba 3,2 x106 4.6 x 106 1.8 x 106 5.0 x 105
Sapi 3.0 x 106 3.6 x 106 7.9 x 105 1.7 x 106
Coliform (CFU/gram) Domba <3 <3 <3 <3
Sapi <3 <3 <3 <3
Eschericia coli (CFU/gram) Domba <3 <3 <3 <3
Sapi <3 <3 <3 <3
Streptococcus aureus (CFU/gram) Domba <1.0 x 10 <1.0 x 10 <1.0 x 10 <1.0 x 10
Sapi <1.0 x 10 <1.0 x 10 <1.0 x 10 <1.0 x 10
Salmonella spp (CFU/gram) Domba Negatif Negatif Negatif Negatif
Sapi Negatif Negatif Negatif Negatif

Pemeriksaan sifat mikrobiologi antimikroba dan bakteriosin yang dapat


terhadap salami daging domba dan sapi menghambat pertumbuhan bakteri Gram
dengan penambahan wortel hanya bersifat negatif.
deskriptif saja, sehingga tidak diuji secara
statistik. Total Koliform dan E.coli
Yang termasuk ke dalam kelompok
Total Mikroba
koliform adalah Escherichia, Enterobacter
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat dan Klebsiella dan sering digunakan dalam
bahwa pertumbuhan total mikroba salami uji sanitasi air dan susu. Jenis Escherichia
daging domba dengan penambahan wortel hanya mempunyai satu spesies yaitu E. coli
6% (5.0x105 ) lebih rendah jika dibandingkan (Fardiaz, 1992). Enterobacteriacea termasuk
dengan penambahan wortel 0%, 2%, 4% dalam bakteri Gram negatif. Pada produksi
yaitu berturut-turut 3.2 x 106, 4.6 x 106, 1.8 x daging keberadaannya dapat ditoleransi
106. Sedangkan untuk salami daging sapi sampai populasi 103 CFU/gram (Girard dan
total mikroba dengan penambahan wortel 4% Bucharles, 1992). Menurut BSN (1995)
(7.9x105) lebih rendah jika dibandingkan standar batas maksimum cemaran mikroba
dengan penambahan wortel 0%, 2%, 6% koliform pada sosis adalah 1 x 10 dan total E.
yaitu berturut-turut 3.0 x 106, 3.6 x 106, 1.7 x coli <3. Berdasarkan Tabel 4 salami hasil
106. penelitian mengandung total bakteri koliform
Faktor-faktor yang menyebabkan dan E. coli kurang dari 3, hal tersebut dapat
rendahnya total mikroba setelah fermentasi dikatakan masuk ke dalam batas dapat
antara lain nilai aw yang rendah akan ditoleransi.
menghambat pertumbuhan mikroba, penam- Penurunan total Enterobacter selain
bahan NaCl dan nitrit merupakan senyawa karena kalah persaingan dengan bakteri yang
antimikroba yang akan menghambat ditambahkan dalam sosis juga karena
pertumbuhan bakteri patogen (Fardiaz, 1992) kandungan aw sosis yang rendah. Menurut
Mikroba dominan yang terdapat Girard dan Bucharles (1992) batas nilai aw
dalam salami tersebut adalah bakteri asam 0.95 ini akan menghambat enterobacteria.
laktat yang dengan sengaja ditambahkan Salami hasil penelitian mempunyai nilai aw
pada adonan sebagai starter, karena bakteri 0.89 nilai ini lebih rendah dan akan ikut
asam laktat dapat menghasilkan senyawa membantu proses penghambatan terhadap
Enterobacteriaceae.

70
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 1 No. 1, Mei 2006

Total Staphylococcus aureus yang digunakan dan kondisi selama


prosesing (Curt et al., 2004).
Berdasarkan pada Tabel 2, dapat
dilihat bahwa pertumbuhan Staphylococcus Uji organoleptik dilakukan pada
<10 x 10. Menurut SNI (1995) standar batas salami dengan tujuan untuk mengetahui
maksimum cemaran mikroba Staphylococcus tingkat kesukaan panelis terhadap produk
aureus pada sosis adalah 1 X 102, dengan yang dihasilkan. Hasil pengujian organo-
demikian salami penelitian berada pada batas leptik sampel secara keseluruhan ditampilkan
toleransi sehingga aman untuk dikonsumsi. pada Tabel 3.
Penghambatan Stapylococcus dalam
Tabel 3. Hasil uji organoleptik salami daging
sosis fermentasi sangat dipengaruhi oleh
domba dan sapi dengan
konsentrasi asam laktat dan juga suhu
penambahan wortel
fermentasi. Suhu fermentasi yang tinggi
yaitu 38,90C akan meningkatkan Staphylo-
Peubah Jenis Penambahan wortel Rataan
cocci, oleh karena itu dalam penelitian ini daging (%)
menggunakan suhu ruang berkisar antara 0 2 4 6
270C–290C. Selain itu penghambatan Staphy- Aroma Domba 6 6 5 6 6
lococcus juga disebabkan oleh adanya Sapi 5 6 5 4 5
senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh Warna Domba 6 5 5 5 6a
bakteri asam laktat. Sapi 3 3 3 3 3b
Tekstur Domba 6 5 5 5 5a
Analisis Kualitatif Salmonella Sapi 3 3 2 2 3b
Rasa Domba 2 2 3 3 3
Berdasarkan pada Tabel 2, dapat Sapi 4 4 2 5 3
dilihat bahwa pertumbuhan Salmonella Keterangan: Angka yang diikuti superskrip
adalah negatif. Menurut SNI (1995) standar huruf berbeda pada baris atau
batas maksimum cemaran mikroba kolom yang sama menunjukkan
Salmonella pada sosis harus negatif, dengan perbedaan sangat nyata
demikian salami penelitian berada pada batas (P<0.01).
toleransi sehingga aman untuk dikonsumsi.
Penghambatan Salmonella disebabkan Aroma Salami
oleh bakteri asam laktat, karena bakteri
tersebut dapat memproduksi senyawa Daya terima panelis secara umum
organik dan bakteriosin serta senyawa terhadap aroma salami berkisar antara netral
antimikroba tertentu misalnya H2O2. sampai suka. Jenis daging dan penambahan
Penghambatan juga dapat disebabkan oleh wortel tidak berpengaruh terhadap aroma
karena salami tersebut mengalami salami daging domba dan sapi. Berikut
pengasapan sehingga material dari asap yang adalah nilai modus aroma salami daging
bersifat antimikroba dapat membunuh domba dan sapi dengan penambahah wortel
bakteri tersebut. Menurut Soeparno (1998), (Gambar 2).
aldehid, keton, fenol, dan asam-asam organik Aroma yang berpengaruh pada salami
dari asap memiliki daya bakteriostatik dan terutama adalah asam laktat, rempah dan
bakterisidal. bumbu, serta komponen volatil lain yang
dihasilkan selama proses fermentasi. Flavor
Uji Organoleptik Salami Daging Domba dan aroma daging masak dipengaruhi oleh
dan Sapi dengan Penambahan Wortel umur ternak, tipe pakan, spesies, jenis
kelamin, lemak, bangsa, lama waktu dan
Kualitas sensori dari makanan akan kondisi penyimpanan (Soeparno 1998).
ditentukan oleh variasi dari bahan-bahan

71
Sifat Mikrobiologi... (Iis Soriah Ace)

dari pada salami daging sapi. Penambahan


6 wortel tidak berpengaruh terhadap warna
5
4
salami. Berikut adalah nilai modus warna
Aro ma 3
Domba salami daging domba dan sapi dengan
2
1
penambahan wortel (Gambar 3).
0 Sapi
P0 P1 P2 P3
Perlakuan
6
5
4
Gambar 2. Uji organoleptik aroma salami Warna 3
2 Domba
daging domba dan sapi
1 Sapi
Keterangan: 0
P0 P1 P2 P3
P0 = Salami tanpa penambahan wortel
P1 = Salami dengan penambahan wortel 2% Perlakuan
P2 = Salami dengan penambahan wortel 4%
P3 = Salami dengan penambahan wortel 6% Gambar 3. Uji organoleptik warna salami
daging domba dan sapi
Aroma salami diberikan oleh adanya
Keterangan:
asam amino, peptida, asam lemak rantai
P0 = Salami tanpa penambahan wortel
pendek serta senyawa volatil karbonil
P1 = Salami dengan penambahan wortel 2%
(Girard & Bucharles 1992). Menurut
P2 = Salami dengan penambahan wortel 4%
Soeparno (1998), lipase yang disekresikan
oleh mikroba akan menghidrolisis trigliserida P3 = Salami dengan penambahan wortel 6%
menjadi gliserol dan asam lemak, serta
Daging domba mengandung Fe yang
menghidrolisis fosfolipid menjadi senyawa
bernitrogen. Lipolisis yang ekstensif dapat lebih rendah dari pada daging sapi sehingga
meningkatkan oksidasi lemak dan menimbul- warnanya lebih muda (Lawrie, 2003).
kan bau tengik. Menurut Soeparno (1998), faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi warna daging yaitu
Selain disebabkan oleh aktivitas konsentrasi mioglobin, dan kondisi kimia
mikroba, flavor salami juga dipengaruhi oleh serta fisik komponen lain dalam daging.
komponen-komponen hasil pengasapan Mioglobin sebagai protein sarkoplasmik
dalam pembuatannya. Pengasapan suhu terbentuk dari rantai polipeptida tunggal
<300C dimaksudkan agar bakteri yang terikat disekeliling suatu grup heme yang
ditambahkan pertumbuhannya tidak membawa oksigen. Grup heme tersusun dari
terganggu. Menurut Girard dan Bucharles atom Fe dan suatu cincin porfirin.
(1992), reaksi antara asap dengan daging
akan mempengruhi flavor, penampakan dan Tekstur Salami
kestabilan produk. Senyawa-senyawa hasil
pengasapan yang berpengaruh terhadap Hasil uji organoleptik Tekstur salami
flavor antara lain furans, alkohol, keto- dipengaruhi oleh jenis daging, sedangkan
alkohol, ester, asam, lakton, karbonil dan penambahan wortel tidak berpengaruh
fenol. terhadap tekstur salami. Berikut adalah nilai
modus tekstur salami daging domba dan sapi
Warna Salami dengan penambahah wortel (Gambar 4).

Hasil uji organoleptik jenis daging


berpengaruh nyata terhadap warna salami.
Warna salami daging domba lebih disukai

72
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 1 No. 1, Mei 2006

5 5

4 4
3
3 Rasa
Tekstur Domba 2 Domba
2
Sapi 1 Sapi
1
0
0 P0 P1 P2 P3
P0 P1 P2 P3
Perlakuan
Perlakuan

Gambar 4. Uji organoleptik tekstur salami Gambar 5. Uji organoleptik rasa salami
daging domba dan sapi daging domba dan sapi
Keterangan: Keterangan:
P0 = Salami tanpa penambahan wortel P0 = Salami tanpa penambahan wortel
P1 = Salami dengan penambahan wortel 2% P1 = Salami dengan penambahan wortel 2%
P2 = Salami dengan penambahan wortel 4% P2 = Salami dengan penambahan wortel 4%
P3 = Salami dengan penambahan wortel 6% P3 = Salami dengan penambahan wortel 6%

Tekstur dipengauhi oleh umur dan Evaluasi bau dan rasa tergantung pada
bangsa ternak, otot dengan serabut-serabut panel cita rasa, daging dari ternak yang lebih
yang kecil tidak menunjukkan kekasaran tua mempunyai bau yang lebih kuat daripada
tekstur (Soeparno, 1998). daging dari ternak yang lebih muda
(Soeparno 1998).
Tekstur salami erat kaitannya dengan
keseimbangan campuran lemak dan protein Menurut Girard dan Bucharles (1992)
serta reaksi yang terjadi dari mikroba yang selama proses penyimpanan terjadi
ditambahkan selama proses penyimpanan perubahan kimia, biokimia serta mikro-
juga terhadap perlakuan pengasapan. biologi yang berpengaruh terhadap karak-
Menurut Montel et al. (1996), penggunaan teristik flavor sosis fermentasi. Beberapa
starter kultur akan meningkatkan sifat perubahan tersebut antara lain peningkatan
organoleptik, seperti warna, tekstur dan asam organik sebagai degradasi dari gula,
kualitas higienes dari suatu produk. perombakan lipida ke asam lemak, juga
proses proteolitik menjadi asam-asam amino.
Rasa Salami Selama proses fermentasi pada salami
penelitian, terdapat perkembangan asam-
Hasil uji organoleptik terhadap Rasa
asam organik, yang salah satunya dicirikan
Salami, tidak dipengaruhi oleh Jenis daging
dengan adanya peningkatan asam laktat .
dan penambahan wortel. Penerimaan panelis
Pada salami rasa asam dikatagorikan sebagai
terhadap rasa umumnya berkisar antara tidak
asam organik yaitu alkana dan asam alkena
suka sampai agak suka, hal ini mungkin
karboksilat, asam dikarboksilat, asam keto
disebabkan salami tersebut rasanya agak
dan asam hidroksil serta asam amino.
asam dan belum terbiasa oleh lidah bangsa
Sebagian besar rasa asam diberikan oleh
Indonesia. Berikut adalah nilai modus rasa
asam karboksilat dengan rumus R-COOH
salami daging domba dan sapi dengan
penambahah wortel (Gambar 5). yang diidentifikasi dengan rasa ’acrid’ oleh
lidah manusia (Girrd dan Bucharles 1992).

73
Sifat Mikrobiologi... (Iis Soriah Ace)

KESIMPULAN DAN SARAN [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1995.


SNI 01-3820. Sosis Daging. Jakarta:
Kesimpulan Badan Stansarisasi Nasional.
1. Jenis daging berpengaruh terhadap sifat Cross H.R. and Overby A.J. 1988. Meat
organoleptik, yaitu pada aroma dan Science, Milk Science and
tekstur. Technology. New York: Elsevier
Science Publishers B.V.
2. Penambahan wortel tidak berpengaruh
terhadap sifat organoleptik salami. Curt C, Trystram G, Nogueira-Terrones H,
3. Salami daging sapi dan domba tidak Hossenlopp J. 2004. A Method for the
mengandung bakteri pathogen. Analysis and Control of Sensory
Properties During Prosessing-
Saran Application to the Dry Sausage
Process. Food Control 15 (2004) 341-
Berdasarkan kekurangan pada 349.
penelitian ini, maka disarankan untuk
meneliti dengan penambahan konsentrasi Davis J.G. 1975. The Microbiology of
wortel yang lebih tinggi.. Yoghurt. In: J.G.Carr, C.V. Cutting
and G.C. Whiting (eds). Lactic Acid
Bacteria in Beverages and Food.
DAFTAR PUSTAKA London: Academic Press.
Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pangan I.
Aberle ED, Forrest JC, Gerrard DE, Mills Jakarta: PT Gramedia.
EW. 2001. Principles of Meat
Science. Iowa: Kendall/Hunt Fellows P. 2000. Food Processing
Publishing Company. Technology Principles and Practice.
Cambridge England: Woodhead
Apriyantono A, Dedy F, Ni Luh P. Publishing Limited.
Sedarnawati. Slamet, B. 1989.
Petunjuk Laboratorium Analisa Fischer A. 1988. Produktbezogene
Pangan. Bogor: PAU Pangan dan Technologie-Herstellung von Fleis-
Gizi IPB. cherzeugnissen In: Handbuch der
Lebensmitteltechnologie. Stuttgart:
Bacus J. 1984. Utilization of Microorganism Feich. Prandl,O., A. Fischer,T.
in Meat Prossesing. England: Schmidhofer, H. J. Sinell. Verlag
Reasearch Studies Press Ltd. Eugen Ulmer.
Baldini P, et al. 2000. Dry Sausages Gibbons J. 1975. Non Parametrik Method for
Rippening: Influence Of Thermohy- Quantitative Analyssis. Alabama:
grometric Conditions on Micro- Elsevier Co.
biological, Chemical and Physico-
Chemical Characteristics. Food Gilliland S.E. 1986. Bacterial Starter
Reseach International 33 (2000) 161- Cultures for Foods. Boca Raton
170. Florida: CRC Press Inc.

[BPS] Biro Pusat Statistik Peternakan. 2003. Gill C.G. 1982. Microbial Interaction with
Buku Statistik Peternakan. Jakarta: Meat, di dalam Meat Microbiology.
Dirjen Bina Produksi Peternakan. Brown, M.H (ed). London: Applied
Science Publishers,LTd.

74
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 1 No. 1, Mei 2006

Girard J.P, Bucharles C. 1992. Technology of their Effects on The Aromatic Profiles
Meat and Meat Products. New York: and Odours of a Dry Sausage model.
Ellis Horwood. Food Microbiology 13 (1996) 489-
499.
Gonzalez-Fernandez C, Santos EM, Jaime I,
Rovira J. 2003. Influence of Starter Ockerman H.W. 1983. Chemistry of Meat
Culture and Sugar Concentrations on Tissue. Ohio: Animal Science Dept.
Biogenic Amine Contents in Chorizo The Ohio University.
Dry Sausage. Food Microbiology 20
Pearson A.M. and Tauber, FW. 1984.
2003 275-284.
Prosessed Meats. Connecticut: AVI
Helferich W, Westoff D. 1980. All About Publishing Co,inc.Westport,
Yoghurt. New Jersey. USA: Prentice
Peraturan Menteri Kesehatan RI no.
Hall, Inc.
722/Menkes/Per IX/1988 tentang
Hendrickson R.L. 1978. Meat, Poultry and Bahan Tambahan Makanan 1990.
Seafood Technology. New Jersey: Depkes RI. Jakarta: Dirjen POM
Prentice-Hall, inc. bagian Proyek Pengembangan Usaha
dan Pembinaan Obat dan Perbekalan
Huber W, Vosgen W, Le Mintier Y. 2003.
Farmasi.
Carrot Fibre in Raw Sausages.
Fleisch Wirtschaft International. Purnomo H. 1995. Aktivitas Air dan
Journal for Meat Production and Meat Peranannya dalam Pengawetan
Processing. Pangan. Jakarta: UI Press.
Isnafia I. 2000. Pengaruh Aplikasi Kultur Romans J.R, Costello WJ, Carlson CW,
Kering dengan Beberapa Kombinasi Greaser ML, Jones KW. 1985. The
Mikroba terhadap Kualitas Fisiko- Meat We Eat. Denville, Illinois:
Kimia dan Mikrobiologi Sosis Interstate Printers & Publisher, inc.
Fermentasi. [Tesis]. Bogor :
Ronsivalli .LJ and Vieira E.R. 1992.
Program Pascasarjana, Institut
Elementary Food Science. New York:
Pertanian Bogor.
An Avi Book Published by Van
Jay J.M. 1986. Modern Food Microbiology. Nostrand Reinhold.
New York: Van Nostrand Reinhold
Soekarto S.T. dan Hubeis M. 2000.
Co.
Metodologi Penelitian Organoleptik.
Kramlich W,. Person AM, Tauber. 1973. Bogor: Pusat Antar Universitas
Processed Meat. Westport, Institut Pertanian Bogor.
Conneticut: The AVI Publishing Co.,
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknology
Lawrie R.A. 2003. Ilmu Daging. Aminuddin Daging. Yogyakarta: Universitas
P, penerjemah. Jakarta: UI-Press. Gadjah Mada.
Terjemahan dari : Meat Science.
Soriano A, Cruz B, Gomez L, Mariscal C,
Lucke F.K. 1985. Fermented Sausage. Di Garcia Ruiz A. 2005. Proteolysis,
dalam Microbiology of Fermented Physicochemical Characteristics and
Foods: Wood J B (ed), 2:41-83. New Free Fatty cid Cmomposition of Dry
York: Elsevier Applied Science. Sausages Made with Deer (Cervus
elaphus) or Wild Boar (Sus Scrofa)
Montel M.C, Reitz J, Talon R, Berdague JL,
Meat: A preliminary Study. Food
Rousset-Akrim S. 1996. Biochemical
Chemistry, xxx (2005) xxx-xxx.
Aktivities of Micrococcaceae and

75
Sifat Mikrobiologi... (Iis Soriah Ace)

Steel R.G.D. dan Torrie JH. 1989. Prinsip Troller J.A and Cristian J.H.B. 1978. Water
dan Prosedur Statistika. Jakarta: PT Activity and Food .Academic Press.
Gramedia. New York.Sn Francisco. London: A
Subsidiary of Harcourt Brace
Suhardjo, Harper L.J, Deaton B.J, Driskel
Jovanovich, Publisher.
J.A. 1985. Pangan, Gizi dan
Pertanian. Jakarta: Universitas Varnam A.N. And Sutherland J.P. 1995.
Indonesia. Meat and Meat Products. London:
Chapman and Hall.
Sulaeman A, et al. 2001. Carotenoid Content
and Physicochemical and Sensory Wilson G.D. 1981. Meat and Meat Products:
Characteristics of Carrot Chips Deep- Factors Affectin Quality Control
Fried in Different Oils at Several London and New Jersey: Applied
Temperatures. JFS: Food Chemistry Scince Publisher.
and Toxicology, 66 (2001) 1257-
Winarno F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi.
1264.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tamime A.Y. and Robinson R.K. 1989.
Yoghurt Science and Technology.
Oxfort: Pergamon Press.

76

Anda mungkin juga menyukai