Sosis segar, yaitu jenis sosis yang dibuat dari daging segar yang tidak
dimasak dan tidak dikyuring, contoh polish sausage
Sosis yang diasap dan dimasak, yaitu sosis yang mempunyai karakteristik
sama dengan sosis segar, namun sosis ini diselesaikan dengan pengasapan
untuk memberikan flavor dan warna yang berbeda, serta harus dimasak
dahulu sebelum dikonsumsi, contoh frankfuter, bologna, knackwurst
Sosis masak, yaitu sosis yang dipersiapkan dari satu atau lebih macam-
macam daging unggas, contoh beer salami, liver sausage
Sosis daging spesial, yaitu sosis yang dibuat dari daging cacah yang
biasanya dimasak atau cenderung dibakar daripada diasap, contoh meat
loaves.
Selain kelima macam sosis di atas, sosis juga dapat dibedakan menjadi menjadi 3,
yaitu:
Sosis mentah (rohwurst), dibuat dari daging sapi mentah yang digiling
(tanpa proses pemasakan), kemudian ditambahkan kultur bakteri lactobacillus
sehingga terjadi proses fermentasi
Sosis matang (brunchwurst), dibuat dari daging mentah digiling, diolah, lalu
dimasak. Sosis jenis Brunchwurst merupakan jenis sosis yang paling banyak
beredar di Indonesia
Sosis masak (kochwurst), biasanya dibuat dari daging tetelan atau hati
yang direbus, diolah, dan dimasak lagi.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3820-1995), sosis yang baik harus
mengandung protein minimal 13%, lemak maksimal 25% dan karbohidrat maksimal
8%. Jika standar ini terpenuhi, maka dapat dikatakan bahwa sosis merupakan
makanan sumber protein. Hanya saja, karena kadar lemak dan kolesterol sosis yang
cukup tinggi, sosis sebaiknya tidak dijadikan menu rutin bagi anak-anak guna
mencegah masalah obesitas dan penyakit-penyakit yang mengikutinya dikemudian
hari.
Sosis fermentasi merupakan produk sosis yang berasal dari hasil kerja bakteri
pembentuk asam laktat, baik yang terdapat dalam daging secara alami, maupun
bakteri starter yang ditambahkan. Sosis fermentasi dapat dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu sosis kering (dry sausage) dan sosis semi kering (semi dry sausage). Kultur starter
yang digunakan pada pembuatan sosis semi kering adalah Pediococcus acidilactici,
sedangkan pada sosis kering adalah Lactobacillus atau Pediococcusatau
campuran Micrococcus dan Lactobacillus.
Salami merupakan salah satu contoh sosis fermentasi (dry sausage) yang mempunyai
karakteristik khusus dengan melibatkan bakteri asam laktat, dengan waktu
fermentasi selama 3 bulan, biasanya dikemas dengan diameter yang agak besar
dan bentuk adonannya kasar, serta mempunyai flavor tertentu. Salami adalah sosis
tradisional ala Italia. Salami biasanya terbuat dari daging cincang, lemak hewan,
ternak dan rempah, serta bahan-bahan lain yang ditambahkan bakteri asam laktat
dan melalui proses pengasapan. Jenis salami
yang terdapat di pasar antara lain, Lola, B. C. Salami, milano, dan lain-lain.
Bahan utama yang digunakan pada pembuatan sosis fermentasi yaitu daging. Selain
itu, terdapat bahan-bahan khusus yang ditambahkan antara lain garam, nitrit, gula,
rempah-rempah (merica, bawang putih, lada), dan starter. Pada pembuatan sosis
fermentasi digunakan casing atau selongsong yang berfungsi sebagai cetakan.
1. Daging
1. Garam
Garam yang digunakan dalam pembuatan produk sosis adalah jenis garam dapur
(NaCl), garam tidak hanya berfungsi sebagai pembentuk flavor, namun juga
berpengaruh dalam pembentukan karakteristik fisik dan adonan. Garam mempunyai
peran yang cukup menentukan yaitu memberikan kelezatan produk,
mempertahankan flavor dari bahan-bahan yang digunakan, serta berfungsi sebagai
pengikat adonan sehingga mengurangi kelengketan. Selain itu, garam juga dapat
membantu mencegah berkembangnya mikroba yang ada dalam adonan. Komposisi
garam dalam sosis berkisar 1-3%.
1. Nitrit
Nitrat merupakan sumber nitrit. Nitrat akan diubah menjadi nitrit kemudian diubah
menjadi NO melalui reduksi. Reduksi terjaid karena adanya aktivitas mikrobia.
Fungsi dari nitrit adalah menstabilkan warna dari jaringan untuk mengkontribusi
karakter dari daging curing untuk menghambat pertumbuhan dari racun makanan
dan mikroorganisme pembusuk, menghambat ketengikan, memberi flavor spesifik,
efektif mencengah pertumbuhan Clostridium botulinum. Jumlah nitrat/nitrit maksimal
200 ppm pada produk akhir.
1. Gula
Penambahan gula terutama sukrosa dan glukosa selain sebagai substrat fermentasi
untuk pertumbuhan bakteri asam laktat, juga berperan dalam pembentukan cita rasa
dan tekstur sosis fermentasi. Gula sebagai bahan pengawet berfungsi sebagai
nutrisi untuk pertumbuhan bakteri asam laktat yang akan memulai proses
fermentasi. Gula yang ditambahkan akan difermentasi menjadi asam laktat oleh
bakteri asam laktat dan menghasilkan flavor yang tajam. Gula yang ditambahkan
secara tepat dapat mengaktifkan proses fermentasi dan mempercepat penurunan
pH.
1. Rempah-Rempah
Biji merica digunakan sebagai bumbu pemberi rasa dan aroma, karena rempah-
rempah dapat menyamarkan makanan dengan penutup rasa makanan yang kurang
enak. Selain itu juga berfungsi sebagai pengawet. Bawang putih merupakan bumbu
yang sangat khas dalam pembuatan sosis fermentasi. Bawang putih mengandung
antioksidan yang kuat dan dapat memperpanjang daya tahan sosis. Bawang putih
dapat dipakai sebagai pengawet karena bersifat bakteriostatik. Lada biasanya
digunakan pada semua tipe sosis fermentasi sebanyak 0,2-0,3% dan berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan Listeria monocytogenes.
1. Kultur Starter
Bakteri asam laktat yang digunakan sebagai kultur starter harus dapat memenuhi
kriteria yaitu: 1) mampu bersaing dengan mikroorganisme lain, 2) memproduksi
asam laktat secara cepat, 3) mampu tumbuh pada konsentrasi garam kurang dari
6%, 4) mampu bereaksi dengan dengan konsentrasi kurang dari 100 mg/kg, 5)
mampu tumbuh pada suhu antara 15-40˚C, 6) termasuk bakteri homofermentatif, 7)
tidak menghasilkan peroksida dalam jumlah besar, 8) dapat mereduksi nitrit dan
nitrat, 9) dapat meningkatkan flavour produk akhir, 10) tidak memproduksi senyawa
asam amino, 11) dapat membunuh bakteri pembusuk dan patogen, dan 12) bersifat
sinergis dengan senyawa starter lain.
1. Selongsong
1. Persiapan
Pada tahap ini, dilakukan pemilihan daging yang baik kemudian dipotong-potong
menjadi bagian yang lebih kecil. Daging tersebut kemudian dicincang menjadi
daging yang lebih halus. Dalam tahap ini harus dilakukan proses penanganan yang
tepat agar daging tidak mengalami kontaminasi silang.
1. Chilling/ Freezing
Pertumbuhan mikroorganisme dalam pangan dapat dicegah dengan cara penurunan
suhu. Terdapat dua macam pengawetan dengan suhu rendah, yaitu pendinginan
cara chilling dan deep-feezing (pembekuan pada suhu sangat rendah).
Pada pendinginan cara chilling, pangan ditempatkan pada suhu diatas titik beku air
(diatas 0°C). Suhu di dalam alat pendingin rumah tangga adalah dalam kisaran 0-
5°C. Pertumbuhan hampir semua mikroorganisme diperlambat dan beberapa
diantaranya dapat mengalami kematian. Namun beberapa mikroorganisme tetap
tumbuh lambat pada suhu tersebut dan spora bakteri tetap bertahan hidup.
Bumbu-bumbu yang digunakan dalam pembuatan sosis adalah lada, pala ,bawang
putih, gula dan garam. Jumlah dan variasi bumbu yang digunakan tergantung selera,
daerah dan aroma yang dikehendaki. Setelah daging dicincang halus, bumbu-
bumbu ditambahkan pada adonan daging cincang kemudian dicampur hingga
merata. Sluri dibuat dari bumbu-bumbu dan garam menggunakan dua gelas air lalu
dicampur merata. Penambahan air bertujuan untuk memecah curing agents,
memfasilitasi proses pencampuran dan memberikan karakteristik tekstur dan rasa
pada produk sosis.
1. Filling/ Pengisian
1. Fermentasi
Tahapan ini merupakan tahap peningkatan suhu sosis yang memungkinkan bakteri
alami tumbuh dan bereaksi dengan daging. Fermentasi merupakan tahapan penting
pada proses pembuatan sosis dan suhu yang tepat juga memainkan peran yang
penting. Semakin tinggi suhu, maka semakin tinggi kecepatan pertumbuhan bakteri.
Suhu pertumbuhan yang terbaik adalah suhu tubuh kita (36,6°C).
1. Pengasapan
1. Aging/ Drying
2. Penyimpanan
Sosis fermentasi yang telah jadi akan memiliki karakteristik pH yang asam,
yaitu 4,8-5,3. Pada sosis kering (dry sausage) akan terjadi penurunan berat
sebesar 60-70% dari berat awal setelah dilakukan proses fermentasi,
sehingga kadar air akhir dari sosis kering yaitu 25-45% dengan ratio
perbandingan antara air dan protein sebesar 2,3 : 1. Sedangkan pada
sosis semi kering (semi dry sausage), kadar air pada akhir prosesnya yaitu
55-60% dengan ratio perbandingan antara air dan protein sebesar 3,7 : 1.
Mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dari nilai gizi bahan asalnya
(mikroorganisme bersifat katabolik, memecah senyawa kompleks menjadi
senyawa sederhana sehingga mudah dicerna dan mensintesis vitamin
kompleks dan faktor-faktor pertumbuhan badan lainnya, sebagai contoh
vitamin B12, riboflavin, provitamin A)
Memiliki daya cerna yang tinggi sehingga mudah diserap dan dicerna oleh tubuh
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.
2009. Sosis. http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pang- an/ipb/Sosis.pd
f. Diakses tanggal 6 Mei 2011.
Syamsir, E. 2009. Mengenal
Sosis. http://ilmupangan.blogspot.com/2009/05/menge- nal-sosis.html. Diakses
tanggal 6 Mei 2011.
Umilatifah. 2011. Pengolahan
Sosis. http://umilatifah29.wordpress.com/2011/05/13/ pengolahan-sosis/. Diakses
tanggal 28 Mei 2011.